A. Tujuan Pembelajaran:
Pada pertemuan kedua ini diharapkan mahasiswa mampu menceritakan tentang
Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia Prakemerdekaan.
B. Uraian materi
Sebuah Negara pada hakikatnya dibangun berdasarkan suatu landasan yang
kemudian dijadikan dasar Negara. Pengertian dasar negara sendiri yaitu alas atau
fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya
sebuah Negara. Negara Indonesia pun juga dibangun berdasarkan pada suatu landasan
atau pijakan yaitu Pancasila.
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam
Pancasila yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan. Nilai-
nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pandangan hidup.
Menilik sejarah bangsa Indonesia, proses terbentuknya negara dan bangsa
Indonesia sendiri yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan
pada abad ke IV, ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai
nampak pada abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa
Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa
Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dalam kaitannya dengan sejarah bangsa Indonesia, Pancasila dibagi
menjadi 5 era, yaitu:
1. Era Pra Kemerdekaan
2. Era Kemerdekaan
3. Era Orde Lama
4. Era Orde Baru
5. Era Reformasi
11
Pancasila Sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
telah diterima secara luas dan telah bersifat final. Namun walaupun pancasila saat
ini telah dihayati sebagai filsafat hidup bangsa dan dasar negara, yang merupakan
perwujudan dari jiwa bangsa,sikap mental,budaya dan karakteristik bangsa, saat ini
asal usul dan kapan di keluarkan/disampaikannnya Pancasila masih dijadikan kajian
yang menimbulkan banyak sekali penafsiran dan konflik yang belum selesai hingga
saat ini.
Namun dibalik itu semua ternyata pancasila memang mempunyai sejarah
yang panjang tentang perumusan-perumusan terbentuknya pancasila, dalam
perjalanan ketata- negaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah
bisa mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak
polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa
pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila.
Nilai – nilai pancasila itu telah ada pada bangsa indonesia sejak zaman dulu
kala sebelum bangsa indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara
indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga
munculnya karajaan-kerajaan pada abad ke-IV.
Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”. Dari
perkataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi yang beragam
bagi kehidupan. Seperti diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero (106-
43 SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang bermakna, “sejarah
memberikan kearifan”. Pengertian yang lebih umum yaitu “sejarah merupakan guru
kehidupan”. Sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa
memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak memilikinya atau jika
konsepsi dan citacita itu menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu adalah dalam
bahaya (Soekarno, 1989: 64).
Cita-cita ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa diperkuat
oleh cendekiawan-politisi Amerika Serikat, John Gardner, “No nation can achieve
greatness unless it believes in something, and unless that something has moral
dimensions to sustain a great civilization” (tidak ada bangsa yang dapat mencapai
kebesaran kecuali jika bangsa itu mempercayai sesuatu, dan sesuatu yang
dipercayainya itu memiliki dimensi-dimensi moral guna menopang peradaban besar)
Kuat dan mengakarnya Pancasila dalam jiwa bangsa menjadikan Pancasila
terus berjaya sepanjang masa. karena ideologi Pancasila tidak hanya sekedar
12
“confirm and deepen” identitas Bangsa Indonesia sepanjang masa. Sejak Pancasila
digali dan dilahirkan kembali menjadi Dasar dan Ideologi Negara, maka ia
membangunkan dan membangkitkan 2 identitas yang “tertidur” dan yang “terbius”
selama kolonialisme” (Abdulgani, 1979: 22).
13
sistem negaranya dengan nilai-nilai Ketuhanan (Kaelan,1999:27) . Cita-cita
kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya
sebagai terebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya ssiddhayatra subhiksa”
(suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pancasila yaitu: Ke-Tuhan-an,
Kemanusiaan, Persatuan, Tata pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan
sosial telah terdapat sebagai asas-asas yang menjiwai bangsa Indonesia, yang dihayati
serta dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara kongkrit.
Pada hakekatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah
menunjukkan nilkai-nilai Pancasila, yaitu:
• Nilai Sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu
hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
• Nilai Sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-
nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
• Nilai Sila Ketiga, sebagai negara martitim, Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
• Nilai Sila Keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, semenanjung Melayu.
• Nilai Sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
14
artinya walaupun berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki
tujuan yang berbeda. Hal ini menunjukkan realitas beragama saat itu.
• Sila kedua telah terwujud, yaitu hubungan raja Hayam Wuruk dengan baik dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja. Menagadakan persahabatan
dengan negara-negara tetangga atas dasar “ Mitreka Satata”.
• Sebagai perwujudan nilai-nilai Sila ketiga telah terwujud dengan keutuhan kerajaan,
khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada yang diucapkannya
pada sidang Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331 yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara
• Sila keempat sebagai nilai-nilai musyawarah dan mufakat yang dilakukan oleh sistim
pemerintahan kerajaan Majapahit Menurut prasasti Brumbung (1329) dalam tata
pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan seperti
Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada raja.
Kerukuan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan
adat bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
• Sedangkan perwujudan sila kelima adalah sebagai wujud dari berdirinya kerajaan
beberapa abad yang tentunya ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita fahami bahwa zaman Sriwijaya dan
Majapahit adalah sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam
mencapai cita-citanya.
15
Adanya badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat mempersiapkan
kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syarat-syarat apa yang harus
dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Oleh karena itu, peristiwa ini dijadikan sebagai
suatu tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya.
Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama pada
tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua pada tanggal 10
Juli sampai dengan 17 Juli 1945.
Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 , Mr. Muhammad Yamin
mengemukakan usul yang disampaikan dalam pidatonya yang berjudul asas dan dasar
negara Kebangsaan Indonesia :
1) Peri kebangsaan
2) Peri kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat.
Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan lima
dasar bagi negara Indonesia. Lima dasar itu atas petunjuk seseorang ahli bahasa yaitu
Mr. M. Yamin. Lima dasar yang diajukan Bung Karno ialah
16
1. Nasinalisme (Kebangsaan Indonesia),
2. Internasionalisme atau perikemanusiaa,
3. Mufakat atau demokrasi,
4. Kesejahteraan sosial,
5. Ketuhanan yang Maha Esa (berkebudayaan) (kaelan,2000 :37-40)
Berdasarkan petunjuk seorang ahli bahasa, Ir. Soekarno menamakan kelima sas
itu Pancasila yang kemudian diusulkan sebagai dasar Negara Indonesia.
BPUPKI juga membentuk Panitia kecil (Panitia Sembilan) dengan ketua Ir.
Soekarno. Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI menghasilkan rumusan yang disebut
Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Di dalam alenia ke-4 Piagam Jakarta dirumuskan lima
asas Negara Indonesia Merdeka yaitu:
1.Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemelik-pemeluknya.
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Kerkyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Mulai dari sidang pertama sampai akhir sidang BPUPKI kedua ini rumusan Pancasila
dalam sejarah perumusannya ada empat macam:
• Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei
1945
• Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yakni
usul pribadi dalam bentuk tertulis,
• Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul pribadi
dengan nama Pancasila,
• Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hasil
kesepakatan bersama pertama kali.
Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia, namun
unsur-unsur sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah menjadi dorongan
perjuangan bangsa Indonesia pada masa silam. Pada saat proklamasi, semua kekuatan
dari berbagai lapisan masyarakat bersatu dan siap mempertahankan serta mengisi
17
kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa
C. Latihan Soal
1. Uraikan secara runut Pancasila dalam kajian sejarah era pra kemerdekaan bangsa
Indonesia!
2. Sebutkan Rumusan Pancasila usul dari Muh. Yamin, Presiden Soekarno dan
kesepakatan piagam Jakarta
D. Referensi
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis,
Yuridis, dan Aktualisasinya. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Notonagoro. 1995. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Yogyakarta: Lakshana Pressindo
Ditjen Dikti Kemendikbud, 2013, Pendidikan Pancasila, http://img.dikti.go.id/ wp-content/
uploads/2013/02/Buku-ModulKuliah-Pancasila.
18