Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 3/

Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 321-328

MODEL PENGEMBANGAN KEGIATAN KEGIATAN


KEBANGSAAN REMAJA MASJID DI
TANGERANG SELATAN

Kelompok 3
-Abdul Seftiadi ilmi
-Akbar Firmansyah
-Gilang Riyadi
-Rangga Prakoso
-Renaldi Irwansyah
-Rendi Irwanto
-Restu Herlangga
-Rifqi Nur Afief
-Samsul Huda
-Sri Frasya Anggraini

ABSTRACT

Religious education is one of three compulsory subjects given to each type, path, and level of education. Implementation
of religious education one of them conducted the Moslem Youth Association (IRMA) which was formed and located in
the High School (SMA). IRMA plays a strategic role in conducting religious guidance because it is done in a peergroup.
One of the State High School (SMA) State that set extracurricular in the field of spiritual development under the
school mosque is SMA Negeri 10 Bandung. Implementation of activities carried out IRMA in SMA Negeri 10
interesting to investigate further so that it can be used as a model for the implementation of extra-curricular activities
similar in other high schools. Based on the methods and techniques used in this study, the final result is obtained that:
The model developed in the implementation of 11 (eleven) activities is grouped on the information processing model,
social, and behavioral. Furthermore, the model of development of religious activities on IRMA Luqman SMA Negeri
10 Bandung can use Input, Process, Output.

Keywords: Mosque Youth Ties, extracurricular, religious activities.

ABSTRAK

Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga mata pelajaran wajib yang diberikan pada setiap jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan. Implementasi pendidikan agama salah satunya dilakukan Ikatan Remaja Masjid (IRMA) yang
dibentuk dan berada di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA). IRMA memegang peranan strategis dalam
melakukan pembinaan keagamaan, karena dilakukan secara peer-group. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
IRMA di Tangerang Selatan menarik untuk diteliti lebih lanjut, sehingga dapat dijadikan model dalam pelaksanaan
kegiatan kebangsaan remaja masjid yang ada di Tangerang Selatam. Berdasarkan metoda dan teknik yang
digunakan dalam penelitian ini, diperoleh hasil akhir bahwa: Model yang dikembangkan pada pelaksanaan 11
(sebelas) kegiatan dikelompokkan pada model processing information, social, dan behavioral. Selanjutnya, model
pengembangan kegiatan kegamaan pada IRMA Luqman SMA Negeri 10 Bandung dapat menggunakan model
Input, Proses, Output.

Kata Kunci : Ikatan Remaja Masjid, ekstra kurikuler, kegiatan keagamaan.


Nan Rahminawati/

321

Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 321-328


PENDAHULUAN menimbulkan keresahan di kalangan
masyarakat, seperti: Geng Motor, aliran-
Visi Pendidikan Nasional yang aliran agama yang sesat
berbunyi: “Terwujudnya sistem pendidikan (al-Qur’an Suci, Al-Qiyadah al Islamiyah,
sebagai pranata sosial yang kuat dan Inkarus sunnah, tawuran antar pelajar, dsb.
berwibawa untuk memberdayakan semua Mencermati permasalahan yang muncul,
warga negara Indonesia berkembang Ikatan Remaja Masjid (IRMA) yang dibentuk
menjadi manusia yang berkualitas sehingga dan berada di lingkungan Sekolah
mampu dan proaktif dan menjawab Menengah Atas (SMA) memegang peranan
tantangan zaman yang selalu berubah”, strategis dalam melakukan pembinaan
dituangkan kedalam salah satu misinya keagamaan, karena dilakukan secara
yakni: meningkatkan kesiapan masukan dan peergroup.
kualitas proses pendidikan untuk Salah satu Sekolah Menengah Atas
mengoptimalkan pembentukan (SMA) Negeri yang menetapkan ekstra
kepribadian yang bermoral, melahirkan kurikulernya dalam bidang pembinaan
salah satu strategi pembangunan keagamaan di bawah Masjid sekolah adalah
pendidikan nasional yakni : Pelaksanaan SMA Negeri 10 Bandung. SMA Negeri 10
pendidikan agama serta akhlak mulia. Bandung merupakan salah satu Sekolah
Pendidikan agama merupakan salah Menengah Atas Negeri yang berlokasi di
satu dari tiga mata pelajaran wajib yang Bandung Timur jalan Cikutra Nomor 77.
diberikan pada setiap jenis, jalur, dan SMA Negeri 10 Bandung memiliki nuansa
jenjang pendidikan. Bila dikaitkan dengan yang berlainan dibanding sekolah negeri
tujuan pendidikan Islam, maka pendidikan lainnya, diantaranya memiliki masjid paling
agama mestilah mampu mengantarkan besar untuk tingkat sekolah di Jawa Barat.
seorang peserta didik kepada terbinanya Untuk memperoleh gambaran model
tiga aspek, seperti dikemukakan Haidar pengembangan kegiatan keagamaan yang
Putra Daulay (2004;38): “Pertama, aspek dilakukan oleh Ikatan Remaja Masjid (IRMA)
keimanan mencakup seluruh arkanul iman. Luqman SMA Negeri 10 Bandung, maka
Kedua, aspek ibadah, mencakup seluruh diturunkan dalam rumusan masalah: (1)
arkanul Islam. Ketiga, aspek akhlak, Pendekatan apa yang digunakan dalam
mencakup seluruh akhlakul karimah”. kegiatan keagamaan yang dilakukan IRMA
Operasionalisasi pendidikan agama Luqman SMA Negeri 10 Bandung ? (2)
Islam di Sekolah Menengah Atas (SMA), Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan
diatur oleh Menteri Agama dengan Menteri keagamaan yang diselenggarakan IRMA
Pendidikan Nasional, dengan ketentuan Luqman SMA Negeri 10 Bandung ? (3)
pelaksanaannya diajarkan selama dua jam Bagaimana langkah yang ditempuh dalam
setiap minggunya. Ketentuan tersebut mengembangkan kegiatan keagamaan yang
sangatlah berat bebannya, apalagi diselenggarakan IRMA Luqman SMA Negeri
memenuhi misi pendidikan nasional yakni 10 Bandung ? (4) Metoda apa saja yang
mengoptimalkan pembentukan digunakan untuk melaksanakan kegiatan
kepribadian yang bermoral. Selain keagamaan pada IRMA Luqman SMA
permasalahan tersebut di atas, muncul Negeri 10 Bandung ? (5) Bagaimana model
fenomena di masyarakat dengan banyaknya yang dikembangkan dalam pembinaan
permasalahan praktik keagamaan yang keagamaan oleh IRMA Luqman SMA Negeri
tidak sesuai dengan syariat Islam serta 10 Bandung ? Penelitian ini menggunakan
bentuk kenakalan remaja yang metode deskriptif analitik dengan
322
Nan Rahminawati/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 000-000

pendekatan fenomenologi. Alasan pemilihan terus menerus terhadap tatanan nilai agama agar
metode ini dikarenakan masalah yang dikaji segala perilaku kehidupannya senantiasa di atas
menyangkut masalah yang sedang norma-norma yang ada dalam tatanan itu”.
berkembang dalam kehidupan, khususnya Pembinaan kehidupan beragama
terkait kegiatan keagamaan di lingkungan sangat penting bagi anak, sebagaimana
masjid sekolah SMA Negeri 10 Bandung dikatakan oleh Zakiah Darajat yang dikutip
serta aktivitas para pengurus IRMA SMA Rahmawati (2012) bahwa: “Pembinaan moral
Negeri 10 Bandung dalam melaksanaan dan agama bagi generasi muda tidak dapat
kegiatan pembinaan keagamaan. Adapun dipisahkan dari keyakinan beragama. Karena nilai-
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini nilai moral yang tegas, pasti, dan tetap, tidak
adalah: wawancara, observasi, dan studi berubah karena keadaan, tempat, dan waktu atau
dokumentasi. Pelaksanaan analisis data nilai yang bersumber kepada agama. Oleh karena
dilakukan secara induktif. itu dalam pembinaan generasi muda, kehidupan
moral dan agama harus sejalan dan mendapat
perhatian yang serius”.
LANDASAN TEORI Pelaksanaan kegiatan keagamaan di
sekolah hendaknya memperhatikan
Teori yang dijadikan alat untuk pendekatan, strategi, metoda, dan teknik.
menganalisis temuan data lapangan, terdiri Pendekatan merupakan cara pandang
atas: (1) Pembinaan Kegiatan Keagamaan. (2) terhadap suatu obyek persoalan atau
Pengembangan Kegiatan Keagamaan Siswa aktivitas, dimana pendekatan itu terdiri atas
di SMA. (3) Model-model Pembinaan sejumlah startegi. Strategi merupakan upaya-
Keagamaan upaya yang digunakan dalam suatu proses
Proses pembinaan keagaamaan kegiatan dengan mempertimbangkan situasi
merupakan salah satu bagian dari proses dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan
pendidikan Islam. Dalam Kurikulum PAI karakteristik peserta didik yang dihadapi
(2002:3): “Pendidikan agama Islam merupakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan tertentu. Sehingga strategi terdiri atas
peserta didik untuk mengenal, memahami, sejumlah metoda. Metoda merupakan cara
menghayati, hingga mengimani ajaran agama yang digunakan dalam suatu aktivitas yang
Islam”. Munculnya anggapan-anggapan yang lebih bersifat prosedural, berisi tahapan
kurang menyenangkan tentang pendidikan tertentu. Sedangkan teknik merupakan cara
agama, seperti: Islam diajarkan lebih pada operasional untuk mengarahkan kegiatan
hafalan (padahal Islam penuh dengan mencapai tujuannya. Pendekatan dalam
nilainilai) yang harus dipraktika. Pendidikan kegiatan keagamaan dapat dilakukan seperti
agama lebih ditekankan pada hubungan halnya dalam pembelajaran. Ramayulis
formalitas antara hamba dengan TuhanNya; (2006:169-175) mengungkapkan pendekatan
penghayatan nilai-nilai agama kurang dimaksud terdiri atas: “ (a) pendekatan
mendapat penekanan dan masih sederet pengalaman, (b) pendekatan pembiasaan, (c)
respons kritik terhadap pendidikan agama. pendekatan emosional, (d) pendekatan rasional, (e)
Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa pendekatan fungsional, dan (f) pendekatan
dalam pelajaran agama diukur dengan berapa keteladanan, dan (g) pendekatan terpadu”.
banyak hafalan dan mengerjakan ujian Kegiatan keagamaan di sekolah
tertulis di kelas yang dapat didemontrasikan hendaknya berorientasi kepada
oleh siswa. Secara harfiah pembinaan berarti pembentukan afektif melalui pembentukan
pemeliharaan secara dinamis dan sikap mental peserta didik ke arah
berkesinambungan. Didalam konteksnya menumbuhkan kesadaran beragama.
dengan suatu kehidupan beragama, maka Beragama tidak hanya pada kawasan
pengertian pembinaan menurut Rahmawati pemikiran saja, tetapi juga memasuki
(2015) “adalah segala usaha yang dilakukan kawasan rasa. Karena itu, sentuhansentuhan
untuk menumbuhkan kesadaran memelihara secara emosi beragama perlu
323
Nan Rahminawati/

324
Nan Rahminawati/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 000-000

dikembangkan. Menurut Haidar Putra Dulay Model pembinaan dapat diartikan sebagai
(2004:42-44) menyatakan bahwa: “di antara “suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
metoda pendidikan yang banyak kaitannya dengan menyusun kurikulum, mengatur materi dan
sentuhan emosi adalah: (a) Bimbingan Kehidupan memberi petunjuk kepada pembina dalam setting
Beragama, (b) Uswatun Hasanah pembinaan”. Penciptaan model-model
(contoh teladan), (c) Malam Ibadah, (d) Pesantren pembinaan didasari pada asumsi bahwa
Kilat, (e) Laboratorium Pendidikan Agama, dan hanya ada model pembinaan tertentu yang
(f) Iklim Religius”. Sementara Ramayulis cocok untuk ditangani dengan model
(2006:193-1980) mengungkapkan bahwa pembinaan tertentu. Jadi untuk pembinaan
metoda dalam pendidikan Islam meliputi: “(a) tertentu diperlukan model pembinaan
ceramah, (b) tanya jawab, (c) diskusi, (d) pemberian tertentu pula. Banyak cara yang ditemukan
tugas, (e) demonstrasi, (f) eksperimen, (g) kerja dalam menentukan model pembinaan. Ada
kelompok, (h) kisah, (i) amsal (perumpamaan), dan yang ditemukan melalui suatu penelitian
(j) targhib dan tarhib”. Terkait dengan khusus, kajian mendalam, pelatihan, maupun
penggunaan metode dalam pembinaan agama
melalui suatu terapi. Akan tetapi pada
Islam, Mastuhu yang dikutip Ahmad Munjin
dasarnya penemuan model pembinaan dilakukan
Nasih (2009: 33-35) menawarkan konsep
melalui dua cara, yakni kajian teoritik dan kajian
pemikiran metode pendidikan Islam yang
sifatnya lebih teknis, sebagai berikut: “ berdasarkan empiris. Sehingga akan ditemukan
menggunakan paradigma holistic, penjelasan yang model pembinaan yang simple dan ada pula
rasional, teknik pembelajaran partisipatif, dan lebih model pembinaan yang kompleks. Untuk itu,
diorientasikan pada apa yang dikerjakan peserta pendidik sebagai ujung tombak di dalam
didik”. Sementara Qomar (2003:25) membagi melaksanakan proses pembinaan, memiliki
metode pembelajaran agama Islam menjadi: kewenangan untuk dapat menentukan model
“rasional, kritik, komparatif, dialogis, dan intuitif”. pembinaan yang bagaimana yang akan
Prosedur yang ditempuh dalam dikembangkan.
Pembinaan keagamaan memuat rangkaian Penentuan model pembinaan pada
kegiatan yang harus dilakukan oleh Pembina dasarnya dapat ditentukan berdasarkan
dan yang dibina secara berurutan untuk karakteristik materi dan relevansi materi
mencapai tujuan pembinaan. Penentuan dengan ketercapaian tujuan yang ingin
langkah pembinaan sangat penting artinya dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut,
bagi penetapan materi yang bersifat prasyarat. maka Bruce Joyce dan Marsha Weil membagi
Rumusan pernyataan dalam prosedur model mengajar itu kedalam empat rumpun
pembinaan minimal mengandung dua unsur yang memiliki orientasi dan cara belajar siswa
ciri yang mencerminkan pengelolaan yang berbeda. (1) Model Pemrosesan
pengalaman belajar peserta pembinaan, yaitu Informasi (Information
kegiatan peserta pembinaan dan materi. Processing); Rumpun ini terdiri atas model
Secara rinci prosedur yang ditempuh dalam mengajar yang menjelaskan bagaimana cara
proses pembinaan keagamaan meliputi: (a) individu memberi respon yang datang dari
Merencanakan pembinaan, (b) lingkungan atau menekankan cara-cara dalam
Melaksanakan pembinaan, dan (c) Menilai meningkatkan dorongan alamiah manusia
Kegiatan Pembinaan untuk membentuk makna tentang dunia (sense
Model pembinaan keagamaan of the world) dengan memperoleh dan
berhubungan dengan model pembelajaran. mengolah data, merasakan masalahmasalah
Model pembelajaran pada umumnya adalah dan menghasilkan solusi-solusi nyang tepat,
sebagaimana dikemukaan Joyce dan Weil serta mengembangkan konsep dan bahasa
(Syaiful Sagala, 2005:176) yaitu empat untuk mentransfer solusi/data tersebut, atau
kategori yang penting. Keempatnya adalah dengan kata lain dengan cara
yakni model informasi, model personal, mengorganisasikan data, memformulasikan
model interaksi dan model tingkah laku. masalah, membangun konsep dan rencana

325
Nan Rahminawati/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 000-000

pemecahan masalah serta penggunaan Pembinaan Pelajar Pemuda Islam (P3I).


simbol-simbol verbal dan non verbal. (2) Kegiatan P3I merupakan kegiatan dakwah
Model Pribadi (Personal); Rumpun model sekolah yang menjadi ciri khas kegiatan
personal terdiri atas model mengajar yang IRMA Luqman, dibagi menurut kelas dan
berorientasi kepada perkembangan diri semester. Materi P3I yang diberikan pada
individu. Siswa, dengan model mengajar ini semester I sebanyak 11 tema, dan pada
diharapkan dapat melihat diri mereka sebagai semester II sebanyak 6 tema.
pribadi yang berada dalam suatu kelompok Langkah-langkah yang dilakukan
dan cukup mempunyai kecakapan (capable). dalam setiap kegiatan, secara umum
Dengan demikian ia dapat menghasilkan menempuh tiga tahapan, yakni adanya
hubungan interpersonal yang cukup kaya. (3) perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
Model Sosial (Social); Rumpun model terhadap pelaksanaan kegiatan. Penentuan
mengajar Interaksi Sosial ini mengutamakan langkah pembinaan sangat penting artinya
hubungan individu dengan masyarakat atau bagi penetapan materi yang bersifat prasyarat.
orang lain, dan memusatkan perhatiannya Rumusan pernyataan dalam prosedur
kepada proses dimana realita yang ada pembinaan minimal mengandung dua unsur
dipandang sebagai suatu negosiasi sosial ciri yang mencerminkan pengelolaan
(social negotiated). (4) pengalaman belajar peserta pembinaan, yaitu
Model Perilaku (Behavioral); Rumpun model kegiatan peserta pembinaan dan materi.
Perilaku ini dibangun atas dasar teori yang Sedangkan metoda yang digunakan
umum, yaitu kerangka teori perilaku. Salah disesuaikan dengan jenis kegiatan. Secara
satu cirri dari rumpun model mengajar ini umum metoda ceramah digunakan mendasari
ialah adanya kecenderungan memecahkan berbagai metoda lainnya yakni: metoda Tanya
tugas belajar kepada sejumlah perilaku yang Jawab, resitasi, dan kerja kelompok.
kecil-kecil dan berurutan. Sebuah model kegiatan dibangun
berdasarkan pendekatan, langkah-langkah,
PEMBAHASAN materi, dan metoda. Model pembinaan dapat
diartikan sebagai “suatu rencana atau pola yang
Terdapat 11 kegiatan yang telah digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur
dirancang yang masuk kategori kegiatan materi dan memberi petunjuk kepada pembina
keagamaan IRMA Luqman SMA Negeri 10 dalam setting pembinaan”. Penciptaan model-
Bandung, pada umumnya menggunakan model pembinaan didasari pada asumsi
pendekatan: pengalaman, pembiasaan, bahwa hanya ada model pembinaan tertentu
emosional, rasional, fungsional, dan yang cocok untuk ditangani dengan model
keteladanan. Atau dengan kata lain pembinaan tertentu. Jadi untuk pembinaan
pendekatan terpadu digunakan dalam tertentu diperlukan model pembinaan
melaksanakan berbagai kegiatan. Pendekatan tertentu pula. Banyak cara yang ditemukan
terpadu seperti yang dikemukakan Ramayulis dalam menentukan model pembinaan. Ada
(2006:175) adalah “ pendekatan yang dilakukan yang ditemukan melalui suatu penelitian
dalam proses kegiatan dengan memadukan secara khusus, kajian mendalam, pelatihan, maupun
serentak beberapa pendekatan”. melalui suatu terapi. Akan tetapi pada
Materi kegiatan keagamaan yang dasarnya penemuan model pembinaan dilakukan
ditemukan dalam seluruh aktivitas di melalui dua cara, yakni kajian teoritik dan kajian
lingkungan IRMA Luqman SMA Negeri 10 berdasarkan empiris. Sehingga akan ditemukan
Bandung secara umum meliputi: aqidah, model pembinaan yang simple dan ada pula
ibadah, muamalah, akhlak, al qur an, hadis, model pembinaan yang kompleks. Untuk itu,
dan sejarah Islam. Namun demikian, dari 11 para pembina sebagai ujung tombak di dalam
kegiatan tersebut, terdapat satu kegiatan yang melaksanakan kegiatan keagamaan pada
menjadi dasar bagi kegiatan lainnya, yakni IRMA SMA Negeri 10 Bandung, memiliki
326
Nan Rahminawati/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 000-000

kewenangan untuk dapat menggunakan Oleh karenanya pemikiran Walter Dick dan
model pembinaan yang yang akan Lou Carey (1985:4-5) yang dikutip Nan
digunakankan. Rahminawati (2010:11) kiranya dapat
Merujuk pada berbagai aktivitas dijadikan pedoman: “The model is based not only
IRMA Luqman SMA Negeri 10 Bandung, upon theory and research, but also a considerable
secara umum tahapan yang harus dilakukan amount of practical experience in its application. We
dimulai dengan pencerahan terlebih dahulu. acknowladge that in particular circumtances and with
increased experience with a model, you may be
ruquired to change the model. Also, we expect that
more research and experiences will help amplify the
procedures associated with each component of the
model”. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan
tahapan pencerahan yang dilakukan.
Walaupun berdasarkan pada empat Output. Gambar di bawah ini menunjukkan
rumpun model yang diungkap Bruce Joyce Model Pengembangkan Kegiatan
dan Marsha Weil yang telah diuraikan di atas, Keagamaan Pada Ikatan Remaja Masjid
namun kiranya secara menyeluruh model SMA Negeri 10 Bandung yang diusulkan.
yang dapat dikembangkan dapat
menggunakan model Input, Proses, dan

Anggota
IRMA Pencerahan Partisipasi
Gambar 1 . Tahapan
dalam Pencerahan (Sumber: Nan Rahminawati)

327
Nan
Rahmina
wati/
Ta’dib:
Jurnal
Pendidik
an Islam,
Vol. 6
No. 2
(201)
000-000

INPUT PROSES OUTPUT

PENCERAHAN
KEGIATAN KEAGAAMAN
SISWA
Kultur
BERAKHLAK
Keagamaan Peserta :
Sekolah Ceramah MULIA
Tahu materi
Norma Tanya Punya sikap
kehidupan Jawab terkait materi
masyarakat Diskusi Terampil
sekolah Mampu Melaksana
Resitasi melaksanakan kan yang Hak dan
Stakeholder Kerja tuntutan materi Meninggalkan
yang
IRMA Luqman kelompok
Batil

feedback

328
Nan Rahminawati/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 000-000

Gambar 2. Model Pengembangan Kegiatan Keagamaan pada IRMA Luqman SMA Negeri
10 Bandung (Sumber: Nan Rahminawati) Efektif Mendidik Anak dan Remaja.
Pustaka Hidayah, Bandung.
Dahlan, MD. (1990). Model-Model Mengajar:
KESIMPULAN Beberapa Alternatif Interaksi Belajar-
Mengajar. CV Dipenogoro,
Penlitian ini memperoleh Bandung.
kesimpulan bahwa: (1) Pendekatan yang Daulay, Haidar Putra. (2007) Pendidikan Islam
digunakan dalam kegiatan keagamaan pada dalam Sistem Pendidikan Nasional di
IRMA Luqman SMA Negeri 10 Bandung Indonesia. Prenada Media, Jakarta.
pada umumnya menggunakan pendekatan: Departemen Pendidikan Nasional Republik
pengalaman, pembiasaan, emosional, Indonesia. (2003). Undang-Undang
rasional, fungsional, dan keteladanan. Atau Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
dengan kata lain pendekatan terpadu 2003 tentang Sistem Pendidikan
digunakan dalam melaksanakan berbagai Nasional. Jakarta
kegiatan. (2) Materi kegiatan keagamaan yang Haidar Putra Daulay. (2004). Pendidikan Islam
ditemukan dalam seluruh aktivitas di dalam Sistem Pendidikan Nasional di
lingkungan IRMA Luqman SMA Negeri 10 Indonesia. Prenada Media, Jakarta.
Bandung secara umum meliputi: aqidah, Joyce, Bruce and Marsha Weil. (2011). Models
ibadah, muamalah, akhlak, al qur an, hadis, of Teaching. Englewood Cliffs, New
dan sejarah Islam. (3) Langkah-langkah yang Jersey.
dilakukan dalam setiap kegiatan, secara Lickona, Thomas. (2012). Educating for
umum menempuh tiga tahapan, yakni Character: How Our Schools Can Teach
adanya perencanaan, pelaksanaan, dan Respect and Responsibility. Alih bahasa:
penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan. (4) Juma Abdu Wamaungo, Bumi
Metoda yang digunakan disesuaikan dengan Aksara. Jakarta.
jenis kegiatan. Secara umum metoda Lincoln,I.S dan Guba, E.G.
ceramah digunakan mendasari berbagai (1985). Naturalistic Inquery. Sage
metoda lainnya. Dari 11 kegiatan yang Publishing Inc, London.
dilakukan, maka metoda yang digunakan Majid, Abdul dan Dian Andayani. (2004).
Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, dan Pendidikan Agama Islam
resitasi. (5) Model yang dikembangkan pada Berbasis Kompetensi: Konsep dan
11 kegiatan dikelompokkan pada model Implementasi Kurikulum 2004. PT
processing informasi, social, dan behavioral. Remaja
Selanjutnya, model pengembangan kegiatan Rodsakarya, Bandung.
kegamaan pada IRMA Luqman SMA Negeri Mulyasa, E.. (2012). Manajemen Pendidikan
10 Bandung dapat menggunakan model Karakter. Bumi Aksara, Jakarta.
Input, Proses, Output. Munjih Nasih, Ahmad dan Nur Kholidah,
Lilik. (2009). Pendidikan Agama Islam:
DAFTAR PUSTAKA Metode dan Teknik Pembelajaran.
PT.Refika Aditama, Bandung.
Abdullah. Irwan, dkk. (2008). Agama, Nasution, S. (1988). Metode Penelitian
Pendidikan Islam, dan Tanggung Jawab Naturalistik Kualitatif. Tersito,
Sosial Pesantren. Pustaka Pelajar, Bandung.
Yogyakarta. Rahminawati, Nan. (2010). Model
Arief, Armay. (2005). Reformulasi Pendidikan Optimalisasi Pemberdayaan Perempuan
Islam. CRSD Press, Jakarta. Muslimah: Suatu Penyadaran ke Arah
Ash-Sahawwaf, Muhammad Syarif. (2003).
ABG Islami; Kiat-kiat
327

Nan Rahminawati/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 000-000

Eksistensinya. Fakultas Tarbiyah,


Univrsitas Islam Bandung.
_______________. (2015). Model-Model Mengajar.
Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam
Bandung.
Rahmawati. (2012). Blogspot: Pembinaan Keagamaan di
Sekolah. 14/9/2012.
Ramayulis. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam
Mulia, Jakarta.
RC, Bogdan dan Biklen SK. (1982). Quialitative Research
for Education.
Allyn and Bacon Inc, Boston.
Nan Rahminawati/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 No. 2 (201) 000-000

328

Anda mungkin juga menyukai