Kalau seseorang berada pada posisi yang lebih tinggi dalam heirarkhi organisasi,
kemampuan untuk mengambil keputusan tidak terprogram menjadi lebih penting
karena secara progresif lebih banyak keputusan tidak terprogram yang diambil.
Karena alasan tersebut, kebanyakan program pengembangan manajemen berusaha
meningkatkan kemampuan manajer untuk mengambil keputusan tidak terprogram,
biasanya dengan mengajar mereka menganalisis masalah secara sistematik dan
membuat keputusan yang nalar.
Untuk memberikan penjelasan lebih, maka akan dibahas masing – masing kondisi
tersebut diatas mulai kondisi pasti. Beresiko hingga ketidakpastian, sebagai berikut :
a) Variabel keputusan
Variabel keputusan merupakan nilai atau ukuran dari konsepsi tindakan
pemilihan atas beberapa alternatif yang mempunyai range dan variasi
untuk setiap alternatif yang berbeda-beda.
Analisis ini dibentuk dalam formulasi dengan menjadikan variabelnya
dalam notasi matematis. Misalnya x1 = unit yang akan diproduksi jenis
tertentu dan x2 = unit yang akan diproduksi jenis yang berbeda.
b) Fungsi Tujuan
Merupakan fungsi yang menggambarkan sasaran dalam permasalahan
yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumber daya – sumber
daya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal atau biaya yang
minimal. Fungsi tujuan ini juga dinyatakan dengan matematis. Koefisien
dalam fungsi tujuan merupakan keuntungan per unit atau biaya produksi
per unit.
c) Fungsi Kendala
Merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan – batasan kapasitas
yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.
Fungsi kendala merupakan batas kemampuan dalam memilih nilai variable
keputusan. Batasan – batasan tersebut bisa merupakan tenaga kerja,
peralatan, bahan baku, batasan dana, dan lainnya.
a) Tujuan (obyektif) yang akan dicapai harus dapat dinyatakan dalam fungsi
linier. Fungsi ini disebut fungsi tujuan (fungsi obyektif).
b) Harus ada alternatif pemecahan yang membuat nilai fungsi tujuan optimum
(laba yang maksimum, biaya yang minimum).
c) Sumber-sumber tersedia dalam jumlah yang terbatas (bahan mentah,
modal, dan sebagainya). Kendala-kendala ini harus dinyatakan di dalam
pertidaksamaan linier (linear inequalities).
Contoh :
Seorang pedagang asongan sedang mempertimbangkan, dua alternatif kegiatan. A
dan B, yang memiliki dua kondisi finansial yang berbeda. Setiap kondisi memiliki
probabilitas kejadian yang sama (P1 = 0,5 dan P2 = 0,5). Pay-off matriks masalah
ini ditunjukkan pada data sbb :
Sebagai contoh misalkan kesempatan memilih diantara dua kegiatan itu bagi
pedagang asongan adalah yang terakhir, sebab ia akan sagera menyertai orang
tuanya bertransmigrasi. Jika ini kasusnya, ia dapat saja memilih menyewakan
payung, meskipun expected valuenya lebih rendah. Ini berarti ia meletakkan
prioritas yang lebih tinggi dalam mencegah kerugian potensial yang berkaitan
dengan kombinasi cuaca mendung dan menjual minuman (-1000) dibanding
expected value.
misalkan pengambil keputusan memiliki dana Rp. 100 juta untuk diinvestasikan
pada salah satu dari tiga rencana investasi altematif: saham, tanah atau tabungan.
Diasumsikan bahwa :
pengambil keputusan bersedia menginvestasikan semua dana pada salah satu
rencana. Pay-off dari ketiga investasi didasarkan pada tiga kondisi ekonomi
potensial: cerah, sedang, dan lesu.
Matriks pay-off
situasi keputusan ini dibentuk dengan memanfaatkan pengalaman, data yang
tersedia, dan situasi yang sedang berkembang. Misalkan matriks pay-off hasil
investasi adalah seperti yang disajikan pada Tabel. Pay-off (hasil) dari ketiga
investasi didasarkan pada tiga kondisi ekonomi potensial yaitu cerah, sedang dan
lesu.
Ilustrasi :
Bengkel Anwar tidak memiliki mesin diagnostic guna mengetahui kerusakan
mesin. Anwar sedang mempertimbangkan untuk membeli mesin diagnostic seharga
Rp 12 juta tersebut. Jika permintaan tune-up tinggi frekuensinya, maka membeli
mesin ini merupakan investasi yang baik baginya, karena bengkel akan dapat
melayani lebih banyak mobil. Jika sebaliknya, sebaiknya ia tak perlu beli mesin
tersebut. Pay-off untuk kedua keputusan tersebut (Beli atau Tidak Beli) dapat dilihat
sebagai berikut :
Jika Anwar menggunakan kriteria maximax, ia memilih pay off tertinggi, yaitu
Rp15 juta. Dengan demikian ia akan memilih untuk membeli mesin dan asumsi
bahwa permintaan tune-up tinggi, sedangkan untuk tidak membeli mesin, pay off
tertingginya hanya Rp8 juta. Pilihan Keputusan Tune-up :
Alternatif Prosfek Ekonomi
investasi Rendah tinggi
Beli 2 15
Tidak Beli 6 8
Kriteria Maximin
Tak ada alasan tertentu untuk berpendapat bahwa pengambil keputusan perlu
seseorang yang optimistik. Abraham Wald berpendapat bahwa mereka harus
mengambil dari yang berpandangan paling pesimistik dan memperlakukannya
sebagai lawan. Dalam memformulasikan kriteria maksimisasi pay off minimum,
Wald beralasan bahwa pengambil keputusan harus mengikuti asumsi bahwa
keadaan sesungguhnya berlawanan dengannya dan harus bertindak sejalan pilih
keputusan yang memiliki nilai kemungkinan terbesar dari keluaran yang paling
tidak dikehendaki.
Atau dalam bahasa matematiknya kriteria ini jelas merupakan aturan keputusan
paling konservatif. Dengan menggunakan kasus yang sama seperti diatas, maka pay
off keluaran yang paling tidak dikehendaki untuk keputusan Beli adalah –Rp2 juta,
sedangkan pay off keluaran yang paling tidak diinginkan untuk Tidak Beli adalah
Rp.6 juta. Dari kedua ini, maksimumnya adalah Rp 6 juta, yaitu apabila kita
memutuskan untuk Tidak Beli mesin diagnostik.
• Kriteria Minimax Regret
Pilih keputusan (Decision alternatif, DA) dimana terdapat perbedaan minimum antara
pay off yang diterima dan pay-off yang seharusnya dapat diterima jika keadaans
sebenarnya yang terjadi telah diketahui terlebih dahulu. Atau dalam bahasa
matematiknya maxmin Leonard Savage memformulasikan kriteria ini. Kriteria ini juga
merupakan kriteria keputusan orang-orang pesimis.
Premis dalam kasus ini adalah setelah pilihan keputusan telah dipilih dan keadaan
sesungguhnya terjadi, pengambil keputusan menerima pay off sesuai dengan pilihan
yang dilakukannya. Jika kenyataannya bukan merupakan hal yang paling dikehendaki
untuk keadaan sesungguhnya yang benar-benar terjadi, pengambil keputusan akan
mengalami penyesalan (regret) untuk tidak membuat pilihan yang paling
diinginkannya. Dengan dasar ini Savage mengembangkan aturan keputusan berikut
Sedangkan jika keadaan sesungguhnya adalah rendahnya frekuensi tune-up mobil, dan
bila keputusan yang diambil adalah Beli mesin diagnostik, maka nilai regretnya adalah
Rp 6 juta (pay off tertinggi pada tune-up rendah) –(-Rp2 juta) (pay off bila keputusan
yang diambil adalah Tidak Beli mesin pada kondisi Tune-up rendah) = Rp 8 juta.
• Kriteria Laplace
Tiga aturan diatas (kriteria Maximax, Maximin, dan Minimax Regret) telah
mengabaikan adanya peluang. Banyak pembuat keputusan tidak merasa nyaman
dengan cara pengabaian peluang ini. Kriteria Laplace ini dapat dituliskan sebagai
berikut :
Jika peluang akan keadaan sesungguhnya tak diketahui, asumsikan bahwa mereka
memiliki kesempatan yang sama untuk muncul atau terjadi. Dengan menggunakan
konsep nilai harapan, kriteria Laplace ini memilih keputusan yang memilih inilah
harapan terbesar.
E (Beli) = -Rp2 juta x 0.50 + Rp15 jutax 0.50 = Rp 6.5 juta
E (Tak Beli) = Rp 6 juta x 0.50 + Rp8 juta x 0.50 = Rp 7 juta
Karenanya, diputuskan untuk tidak membeli mesin diagnostik, karena nilai harapannya
lebih besar dari nilai harapan bila diputuskan untuk membeli mesin