Anda di halaman 1dari 76

`BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merupakan suatu fakta historis yang sukar dibantah, bahwa sebelum tanggal 1 Juni 1945 yang
disebut sebagai tanggal lahirnya Pancasila Ir. Soekarno yang diakui sebagai tokoh nasional yang
menggali Pancasila tidak pernah berbicara atau menulis tentang Pancasila, baik sebagai pandangan
hidup maupun, atau apalagi, sebagai dasar negara. Dalam pidato yang beliau sampaikan tanpa konsep
pada tanggal tersebut, yang mendapat berkali-kali applause dari para anggota Badan Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), beliau menjelaskan bahwa gagasan tentang
Pancasila tersebut terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam sebelumnya.
Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan Dr Radjiman
Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI, tentang apa dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Lima dasar
atau sila yang beliau ajukan itu beliau namakan sebagai filosofische grondslag.
Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh Bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya Negara dan
bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian
timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah
mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Syailendra di
Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan
lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa,
antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908,
kemudian dicentuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas diantaranya meliputi:
1. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa kerajaan?
2. Bagaimanakah Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Page 1

Dalam memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri
bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup
bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila. Selain itu secara epistemologis sekaligus sebagai
pertanggungjawaban ilmiah, bahwa Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai
pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa
Indonesia pada waktu mendirikan negara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pancasila pada Masa Kerajaan
2.1.1 Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan ditemukannya prasasti yang berupa
7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan
dari raja Aswawarman ketrurunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut
mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana, dan para Brahmana membangun
yupa itu sebagai tanda terimakasih raja yang dermawan (Bambang Sumadio, dkk.,1977 : 33-32).
Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai
sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan
wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu
kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
2.1.2 Kerajaan Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara
kebangsaaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu : pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa
Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan. Kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (12931525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia lama.

Page 2

Kemudian ketiga, kebangsaan modern yaitu negara bangsa Indonesia merdeka (sekarang negara
proklamasi 17 agustus 1945) (sekretariat negara RI 1995 :11).
Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Wijaya, di bawah kekuasaaan
bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedudukan Bukit di kaki bukit Sguntang dekat
Palembang yang bertarikh 605 caka atau 683 M., dalam bahasa melayu kuno huruf Pallawa. Kerajaan
itu adalah kerajaan Maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu-lintas laut di
sebelah barat dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775). Pada zaman itu
kerjaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan asia selatan. Perdagangan
dilakukan dengan mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuhan An
Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakat mudah untuk
memasarkan dagangannya (Keneth R. Hall, 1976 : 75-77). Demikian pula dalam sistem
pemerintahaannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda, kerajaan, rokhaniawan yang menjadi
pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan
dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai Ketuhanan (Suwarno, 1993,
19).
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas agama Budha, yang
sangat terkenal di negara lain di Asia. Banyak musyafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar
terlebih dahulu di universitas tersebut terutama tentang agam Budha dan bahasa Sansekerta sebelum
melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-guru besar tamu dari India yang mengajar di
Sriwijaya misalnya Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara adalah
tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa
(suatu cita-cita negara yang adil dan makmur) (Sulaiman, tanpa tahun : 53).
2.1.3 Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilainilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih
berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu
membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa
Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX). Refleksi puncak dari Jawa Tengah
dalam periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama
Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan (candi agama Hindhu pada abad ke X).
Page 3

Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur muncullah kerajaan-kerajaan


Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) demikian juga kerajaan Airlanga pada abad ke XI.
Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam
beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama Budha , agama Wisnu dan agama Syiwa
yang hidup berdampingan secara damai (Toyyibin, 1997 : 26). Menurut prasasti Kelagen, Raja
Airlangga teelah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan
Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula Airlangga mengalami
penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi
istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja
Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan rakyat yang
merupakan nilai-nilai sila kelima (Toyyibin, 1997 : 28-29).
Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke XIII), yang kemudian
sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.
2.1.4 Kerjaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada
pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang di bantu oleh Laksamana Nala
dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa
jayanya itu membentang dari semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui
Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan.
Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah telah terdapat istilah
Pancasila. Empu tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka
persatuan nasional, yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang bunyi lengkapnya Bhineka Tunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua, artinya walaupun berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama
yang memiliki tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu dan menterimenteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh
nusantara raya sebagai berikut : Saya baru akan berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh

Page 4

nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo,
Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan (Yamin, 1960 : 60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti Rakryan I Hino ,
I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai
musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.
2.1.5 Zaman Penjajahan
Pada abat ini sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras untuk memperkuat
dan mengitensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Melihat hal tersebut maka munculah
perlawanan yang masih bersifat kedaerahaan. Seperti di Maluku (1817), Imam Bonjol (1821-1837),
Pangeran Diponegoro dan masih banyak lainnya.
Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat untuk melawan penindasan belanda,
namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di antara mereka dalam melawan
penjajah, maka perlawanan terebut senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama islam
dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan islam seperti
kerajan Demak, dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain
orang Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman
rempah-rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang adalah orang-orang
portugis. Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan
yang penuh kesulitan. Utuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri, kemudian mereka
mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C, yang dikalangan rakyat dikenal dengan
istilah kompeni.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai
mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya
mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak
berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang
kedua itu.
Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai kompeni tahun
1667 dan timbullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah
Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan
Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu
Page 5

meruntuhkan kekuasa. Demikian kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan
Armada dari Minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak
mendapat sambutan yang hangat. perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang terpencarpencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak
menimbulkan korban bagi anka-anak bangsa.
2.1.6 Kebangkitan Nasional
Atas kesadaran bangsa Indonesia maka berdirilah Budi Utomo dipelopori Dr. Wahidin
Sudirihusodo pada tanggal 20 Mei 1908. Gerakan ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan
kekuatan sendiri. Lalu mulailah berunculan Indische Partij dan sebagainya.
Dalam masalah ini munculah PNI (1927) yang dipelopori oleh Soekarno. Mulailah perjuangan
bangsa Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia
merdeka. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai penggerak
kebangkitan nasional.
Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri. Diantaranya adalah Budi Utomo
yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908, kemudian Sarekat Dagang Islam
(SDI) tahun 1909 serta Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 yang didirikan oleh Soekarno,
Cipto Mangunkusumo, Sartono serta tokoh lainnya.
Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas yaitu Indonesia
merdeka. Perjuangan nasional diteruskan dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.
2.1.7 Zaman Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan belaka dan tidak
pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian Jepang
masuk ke Indonesia dengan propaganda Jepang memimpin Asia. Jepang saudara tua bangsa
Indonesia.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh
tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk
mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk
suatu badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan
Page 6

Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi Tiosakai. Pada hari itu
juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat yang kemudian
mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI adalah membahas tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun kaisar jepang, memberikan hadiah
ulang tahun kepada bangsa indonesia yaitu kemerdekaan tanpa syarat setelah panghancuran Nagasaki
dan Hirosima oleh sekutu. Untuk mendapatkan simpati dan dukungan terbentuklah suatu badan
BPUPKI.
2.2 Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
2.2.1 Sidang BPUPKI Pertama
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :
a)

Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)


Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara
sebagai berikut :
I. Peri kebangsaan
II. Peri kemanusian
III. Peri Ketuhanan
IV. Peri kerakyatan (permusyawaratan, perwakilan, kebijaksanaan)
V. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).
Selain usulan tersebut pada akhir pidatonya Muh. Yamin menyerahkan naskah sebagai lampiran
yaitu suatu rancangan usulan sementara berisi rumusan Undang Undang Dasar RI

b)

Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)


Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:
1.

Teori negara prseorangan(individualis)

2.

Paham negara kelas(class theory)

3.

Paham negara integralistik.


Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo mengusulkan hal-

hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, keadilan rakyat.
c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

Page 7

Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusanya yaitu:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Kesejahteraan sosial 4. Ketuhanan yang Maha Esa.
Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia.
Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan,
lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang
teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar
itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
2.2.2 Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)
Penyusunan pancasila oleh panitia sembilan, serta pemakaian istilah hukum dasar diganti
dengan undang-undang dasar karena hal ini merupakan hukum retulis atas saran prof. Soepomo. Serta
membahas bentuk negara yang setuju adalah pro republik. Keputusan-keputusan lain adalah
membentuk panitia kecil. Perancang undang-undang dasar di ketuai oleh Soekarno, panitia ekonomi
dan keuangan di ketuai oleh Moh. Hatta dan pembea tahan air di ketuai oleh Abikusno Tjokrosoejono.
Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan popular disebut dengan
panitia sembilan yang anggotanya adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno
2. Wachid Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Soebarjo
7. Kyai Abdul Kahar Muzakir
8. Abikoesmo Tjokrosoejoso
9. Haji Agus Salim

Page 8

Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan mencapai suatu hasil baik yaitu
suatu persetujuan antara golongan islam dengan golongan kebangsaan. Adapun naskah preambule yang
disusun oleh panitia sembilan tersebut pada bagian terakhir adalah sebagai berikut :
maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sreta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar diganti dengan istilah undangundang dasar. Keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang bentuk negara republik dan luas
wilayah negara baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya yang
sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia.
Susunan Undang Undang Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian yaitu :
a) Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia atas Penjajahan Belanda
b) Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila
c) Pasal-pasal Undang Undang Dasar.
2.2.3 Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Pada pertengahan bulan agustus 1945 akan dibentuk PPKI. Untuk keperluan itu Ir. Soekarno dan
Drs. Muh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas pangilan jendral besar Terauchi. Pada
tanggal 9 agustus 1945 Jendral Terauchi memberikan kepada mereka 3 cap, yaitu :
1. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI, Muh. Hatta sebagai wakil dan Radjiman sebagai anggota
2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 agustus 1945
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia di serahkan seperlunya pada panitia.
Sekembaliannya dari saigon 14 agustus 1945, Ir. Soekarno mengumumkan dimuka umum bahwa
bangsa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin) dan kemerdekaan bangsa
Iindonesia ini bukan merupakan hadiah dari Jepang melainkan dari hasil perjuangan sendiri. Setelah
Jepang menyerah pada sekutu, maka kesempatan itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut maka pada tengah malam,
Soekarno-Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam
Bonjol No.1).
Page 9

Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan pada larut malam
dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr.
Iwakusuma Sumantri dan beberapa anggota PPKI untuk merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada
pertemuan tersebut akhirnya konsep Soekarno lah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.
Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan timur 56 Jakarta, tepat pada
hari Jumat Legi, jam 10 pagi Waktu Indonesia Barat (Jam 11.30 waktu jepang), Bung Karno dengan
didampingi Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi dengan khidmad dan diawali dengan pidato,
sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yeng mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno Hatta
Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan
sidangnya yang pertama.
1.

Sidang Pertama (18 Agustus 1945)


Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut :
Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945 yang meliputi :

Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari badan penyilidik pada tanggal 17 juli
1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan piagam Jakarta,
kemudian berfungsi sebagai undang-undang dasar 1945.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan Musyawarah darurat.
a.)

Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945


Page
10

Pebedaan terjadi antara golongan muda dan dolongan muda tentang kapan pelaksanaan proklamasi.
Oleh karena iti perbedaan memuncak dan menyebabkan soekarno hatta ke rengas dengklok agar tidak
mendapat pengaruh jepang. Kemudian oada pagi hari tanggal 17 agustus 1945 di jalan penggasan timur
56 jakarta, bung karno di damopingi oleh bung hatta membacakan teks proklamasi.
b.)

Sidang PPKI

(1.) Sidang pertama (18 agustus 1945)


Dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan berikut :
- Mengesahkan UUD 1945 meliputi :
1.
Setelah melakukan perubahan piagam jakarta yang kemudian berfungsi sebagai pembukaan UUD
2.

1945
Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima dari badan penyelidik pada tanggal 17 juli
1945, mengalami perubahan karena berkaitan dengan perubahan piagam jakarta dan kemudian

berfungsi sebagai UUD 1945.


Memilih presiden dan wakil presiden yang pertama menetapkan berdirinya komite nasional indonesia
pusat sebagai badan musawarah darurat.

(2.) Sidang kedua (19 agustus 1945)


Menentukan ketetapan sebagai berikut :
- Tentang daerah propinsi : jawa barat, jawa tengah, jawa timur, sumatra, borneo, sulawesi, maluku dan
-

sunda kecil.
Untuk sementara waktu kedudukan kooti dan sebagainya di teruskan seperti sekarang.
Untuk sementara waktu kedudukan dan gemeente diteruskan seperti sekarang dan di bentuknya 12

departemen kementrian.
(3.) Sidang ketiga (20 agustus 1945)
Melakukan pembahasan terhadap agenda tentang badan penolong korban perang yang terdiri
dari 8 pasal tersebut yaitu pasal 2 dibentuklah suatu badan yang disebut Badan Keamanan Rakyat
BKR.
(4.) Sidang keempat (22 agustus 1945)
Membahas agenda tentang komite nasional Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di
Indonesia.
2.2.4 Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan
a)
b)

Secara ilmiah masa Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian sebagai berikut :
Dari sudut hukum ( secara yuridis) proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib hukum kolonial.
Secara politis ideologis proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan
bangsa asing melalui kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu negara Proklamasi
Republik Indonesia.
Page
11

Setelah prokamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa Indonesia masih menghadapi
kekuatan sekutu yang berupaya menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu
pemaksaan untuk mengakui pemerintahan Nica ( Netherland Indies Civil Administration). Selain itu
Belanda juga secara licik mempropagandakan kepada dunia luar bahwa negara Proklamasi RI. Hadiah
pasis Jepang.
Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia Internasional, maka pemerintah RI mengelurkan
1)

tiga buah maklumat :


Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan luar biasa
dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku selama enam bulan). Kemudian maklumat
tersebut memberikan kekuasaan tersebut kepada MPR dan DPR yang semula dipegan oleh Presiden

2)

kepada KNIP.
Maklumat pemerintah tanggal 03 Nopember 1945, tantang pembentukan partai politik yang sebanyak
banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri
demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia barat menilai bahwa

3)

negara Proklamasi sebagai negara Demokratis


Maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, yang intinya maklumat ini mengubah sistem
kabinet Presidental menjadi kabinet parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal.

2.4.1

Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)


Sebagai hasil dari konprensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani suatu persetujuan (mantel
resolusi) Oleh ratu belanda Yuliana dan wakil pemerintah RI di Kota Den Hag pada tanggal 27
Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya
dengan konstitusi RIS, antara lain :
a) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (fderalis) yaitu 16 Negara pasal (1 dan 2)
b) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi liberal dimana mentri-mentri
bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
c) Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat maupun isi pembukaan UUD
1945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci.
d) Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan, oleh karena itu persetujuan
27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan kedaulatan melainkan pemulihan kedaulatan atau
pengakuan kedaulatan

2.2.4.2

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950


Berdirinya negara RIS dalam Sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai suatu taktik secara
politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam pembukaan UUD
Page
12

1945 taitu negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam alinea IV, bahwa pemerintah
negara....... yang melindungi segenap bangsa Indoneia dan seluruh tumpah darah negara
Indonesia ..... yang berdasarkan kepada UUD 1945 dan Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis
secara spontan dan rakyat untuk membentuk negara kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan Negara
Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta, walaupun pada saat itu Negara RI yang berpusat di
Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai negara bagian RIS saja.
Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara bagian saja yaitu :
1. Negara Bagian RI Proklamasi
2. Negara Indonesia Timur (NIT)
3. Negara Sumatera Timur (NST)
Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negaraRI tanggal 19 Mei 1950, maka seluruh negara
bersatu dalam negara kesatuan, dengan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17 Agustus 1950.
Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila dan
UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi kepada Pemerintah yang berasas Demokrasi
Liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila. Hal ini disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem multi partai dan kabinet Parlementer berakibat silih bergantinya kabinet yang rata-rata hanya
berumur 6 atau 8 tahun. Hal ini berakibat tidak mempunyai Pemerintah yang menyusun program serta
tidak mampu menyalurkan dinamika Masyarakat ke arah pembangunan, bahkan menimbulkan
pertentangan - pertentangan, gangguan - gangguan keamanan serta penyelewengan - penyelewengan
dalam masyarakat.
b. Secara Ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak berhasil mendekati perumusan otentik
Pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai Declaration of Independence bangsa Indonesia.
Demikian pula perumusan Pancasila dasar negara juga terjadi penyimpangan. Namun bagaimanapun
juga RIS yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dari negara Republik Indonesia Serikat.
2.2.5 Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pada pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan
masyarakat, bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada politik, social ,ekonomi, dan hankam. Hal ini
disebabkan oleh konstituante yang seharusnya membuat UUD negara RI ternyata membahas kembali
dasar negara, maka presiden sebagai badan yang harus bertanggung jawab mengeluarkan dekrit atau

2.

pernyataan pada tanggal 5 Juli 1959, yang isinya :


1. Membubarkan Konstituante
Menetapkan kembali UUDS 45 dan tidak berlakunya kembali UUDS50
Page
13

3.

Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya


Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di negara Republik
Indonesia hingga sat ini. Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi(kepala negara atau orang lain)
yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila negara dalam
keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya. Landasan mukum dekrit adalah
Hukum Daruratyang dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Hukum Tatanegara Darurat Subyektif
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi wewenang kepada
orang tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hukum.
b. Hukum Tatanegara Darurat Objektif
Hukum Tatanegara Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberikan wewenang kepada
organ tertinggi negara untuk mengambil tindakan-tindakan hukum, tetapi berlandaskan konstitusi yang

c.

berlaku.
Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil, keadaan ini
dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan menanamkan ideology belum selesai. Ideology pada saat
itu dirancang oleh PKI dengan ideology Manipol Usdek serta konsep Nasakom. Puncak peristiwa
pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 untuk merebut kekuasaan yang sah negara RI,
pemberontakan ini disertai dengan pembunuhan para Jendral yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI
tersebut berupaya untukmenggabti secara paksa ideology dan dasar filsafat negara Pancasila dengan
ideology komunis Marxis. Atas dasar tersebut maka pada tanggal 1Oktober 1965 diperingati bangsa
Indonesia sebagai Hari Kesaktian Pancasila
2.2.6 Masa Orde Baru
Orde Baru, yaitu suatu tatanan masyrakat dan pemerintahan yang menutut dilaksanakannya
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Munculnya orde baru diawali dengan aksi-aksi
dari seluruh masyarakat antara lain : Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi guru Indonesia (KAGI), dan lainnya. Aksi tersebut
menuntut dengar tiga tuntutan atau yang dikenal dengan Tritura, adapun isi tritura tersebut sebagai
berikut :
1.
2.
3.

Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya


Pembersihan kabinet dari unsur G 30 S PKI
Penurunan harga
Karena orde lama tidak mampu menguasai pimpinan negara, maka Panglima tertinggi

memberikan kekuasaan penuh kepada Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto dalam bentuk
Page
14

suatu surat yang dikenal dengan surat perintah 11 Maret 1966 (Super Semar). Tugas pemegang super
semar yaitu untuk memulihkan keamanan dengan jalan menindak pengacau keamanan yang dilakukan
oleh PKI. Orde Baru berangsur-angsur melaksanakan programnya dalam upaya merealisasikan
pembangunan nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Raja Mulawarman keturunan dari raja Aswarmanyang keturunan dari Kudungga
kerajaan Sriwijaya dibawah kekuasaan wangsa Syilendra
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit di bawah pemerintahaan raja Hayam Wuruk
Praktek VOC penuh dengan paksaan sehingga mendapatkan perlawanan dari rakyat dan kerajaankerajaan
Di Indonesia kebangkitan nasional(1908) dipelopori oleh dr.Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo
Naskah preambule yang disusun oleh panitia Sembilan tersebut pada bagian terakhir adalah sebagai
berikut :
maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada : Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sreta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia .
Page
15

Orde Baru, yaitu suatu tatanan masyrakat dan pemerintahan yang menutut dilaksanakannya Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
Isi tritura sebagai berikut :
1) Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
2) Pembrsihan kabinet dari unsure G 30 S PKI
3) Penurunan harga
3.2 Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
Makalah kami
Bagi para pembaca dan teman-teman mahasiswa yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin
mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca bukubuku lainnya yang berkaitan dengan judul PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Menjadikan Makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa dan mahasiswi berfikir
aktif dan kreatif

DAFTAR REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
Kaelan: 2004, Pendidikan Pancasila, Paradigma Offset, Yogyakarta
http://diary-mybustanoel.blogspot.com/2012/02/makalah-pancasila-dalam-konteks-sejarah.html

PROSES

PERUMUSAN

DAN

PENGESAHAN

PANCASILA DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA


A. PANCASILA DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Page
16

Pancasila di era reformasi sebagai dasar Negara dan


ideology nasional merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga Negara Indonesia memilki pemahaman
yang sama, dan akhirnya memilki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peran dan fungsi
pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila lahir pada tanggal 1
juni 1945. Sebagai dasar falsafat Negara republic kesatuan kesatuan Indonesia, atau lebih dikenal
sebagai dasar Negara. Lahirnya pancasila diketahui pada saat Soekarno diminta oleh ketua Dukuritsu
Zyunbiy Toosakai untuk berbicara di depan siding badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal tersebut. Beliau menegaskan dasar Indonesia merdeka sesuai dengan
permintaan ketua. Pidato yang kedua Soekarno menyatakan bahwa dasar Negara merupakan dasar
berdirinya Negara Indonesia dan juga menyatakan filosofich principle. Yang kedua adalah
internasionalisme, pengertian internasionalisme tersebut dinyatakan bahwa internasionalisme bukanlah
berarti

kosmopolitisme,

yang

menolak

adanya

kebangsaan,

bahkan

beliau

menegaskan

Internasionalisme tidak dapat tumbuh subur kalau tidak berakar didalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak dapat hidup dalam tanah sarinya internasionalisme.
Prinsip dasar yang ketiga Soekarno menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara semua buwat
semua, satu buwat semua, semua buwat satu dan syarat yang kuat untuk berdirinya Negara Indonesia
adalah permusyawaratan perwakilan. Prinsip dasar yang keempat Soekarno mengusulkan
kesejahteraan ialah prinsip tidak ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Prinsip dasar kelima
adalah prinsip Indonesia merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa. Prinsip-prinsip dasar
yang dijelaskan Soekarno tersebut merupakan dasar Negara yang namanya bukan Pancadasar tetapi
namanya dikasih oleh seorang temannya yang ahli bahasa namanya ialah PANCA SILA. Silaartinya
asas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia yang kekal dan abadi.
B. Kronologi Perumusan Dan Pengesahan Pembukaan UUD 1945 (Pancasila) Dan UUUD
Page
17

1945

Pancasila Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945 tidak dapat terpisahkan baik dalam proses
perumusan dan pengesahan. Sejarah perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara dan
Pembukaan UUD 1945 secara kronologis ;
1. Tanggal 7 September 1944
Proses perumusan dan pengesahan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dimulai sejak Indonesia masih
dijajah oleh jepang. Terlihat dalam siding Badan Penyelidik. Latar belakang dibentuknya Badan
Penyelidik.
Jepang menderita kekalahan, tekanan dan serangan dari pihak sekutu
Adanya tuntutan dan desakan dari para pemimpin bangsa kepada Balatentara Jepang agar segera
memerdekaan Indonesia atau setidaknya diambil tindaka.
Pada tanggal 7 September 1944 jepang megeluarkan janji Kemerdekaan Indonesia dikemudian hari
yang direncanakan pada tanggal 24 Agustus 1945
2. Tanggal 29 April 1945
Gunseikan (gubernur pemerintah balatentara Jepang di Jawa) membentuk Dokuritsu Zyunbi
Coosakai/Badan penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) tugasnya menyelidiki
segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia.
3. Tanggal 28 Mei 1945
BPUPKI dilantik oleh Gunseikan yang diketuai oleh Dr. Radjiman Widjodiningrat.
4. Tanggal 29 Mei s.d. 01 juni 1945
Sidang I BPUPKI tanggal 29 Mei s.d. 01 Juni 1945. Mempersiapkan Rancangan Dasar Negara
Indonesia Merdeka.
Prof. Mr. Moh Yamin mengajukan usul yang berjudul Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia yang terdiri dari ; peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat. Dan terdapat tokoh-tokoh lain yang turut andil dalam menyumbangkan ide,
seperti Prof. Dr. Mr. R. Soepomo, P.F. Dahlan, Drs.Moh. Hatta
5. Tanggal 1 juni 1945
Ir. Soekarno berpidato dan mengajukan usul tentang Konsepsi Dasar Filsafat Negara Indonesia yang
diberi nama Pancasila dengan urutan sebagai berikut ;

Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia

Internasionalisme atau perikemanusiaan


Page
18

Mufakat atau demokrasi

Kesejahteraan social

Ketuhanan yang berkebudayaan

Pada tanggal 1 juni 1945 dibentuk panita kecil yang diketuai oleh Ir. Soekarno sebgai pengganti
BPUPKI.
6. tanggal 22 juni 1945
Hasil Rapat gabungan Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa.

Supaya selekas-lekasnya Indonesia merdeka

Hukum dasar diberi semacam kata pengantar

BPUPKI terus bekerja sampai terbentuknya Hukum dasar

Membentuk panitia kecil penyelidik usul-usul/perumus Negara.

Panitia Sembilan mengadakan pertemuan di Pegangsaan timur 56 jakarta untuk menyusun konsep
rancangan mukaddimah hokum dasar yang kemudian dinamakan piagam Jakarta.
7. Tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945
a.

Pada tanggal 10 juli 1945 Ir. Soekarno selaku ketua panitia memberikan laporan.
Telah diusulkan 32 macam usul atau 9 kelompok usul dari 40 anggota
Tanggal 22Juni 1945 diputuskan membentuk panitia kecil (panitia sembilan)
Telah berhasil menyusun konsep rancangan preambule hokum dasar (piagam jakarta)

b. Pada tanggal 11 juli 1945 panitia perancang hukum dasar. Dan pada hari itu juga Panitia Perancang
Hukum Dasar telah memutuskan ;
Membentuk panitia perancang Declaration Of Human Right
Segenap anggota setuju unitarisme
Isi prembule bukan hanya sekadar kata-kata
Negara dipimpin 1 orang
c.

Tanggal 13 Juli 1945, Panitia Kecil Perancang Hukum Dasar berhasil menghimpun usulan
penting.

d. Tanggal 14 Juli
Page
19

Pukul 15.00 s.d. 18.00 sidang mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Perancang Hukum Dasar.
e. Tanggal 15 dan 16 Juli 1945
Ir. Soekarno menyamapikan kosep Rancangan Hukum Dasar beserta penjelasannya dan usul Drs. Moh.
Hatta tentang Hak-hak asasi manusia.
f. Tanggal 16 Juli 1945
Menyetujui dan menerima Rancangan Hukum dasar yang diajukan oleh Panitia Perancang Hukum
Dasar.
Dengan ditutupnya sidang BPUPKI yang kedua maka tugas BPUPKI dianggap selesai kemudian
dibubarkan. Untuk melanjutkan tugas BPUPKI maka dibentuklah PPKI.
8. Tanggal 9 Agustus 1945
1. PPKI dibentuk tanggal 9 Agustus 1945. PPKI adalah badan bentukan pemerintahan Jepang
tetapi bukan alat pemerintaha Jepang, sebab :

PPKI bekerja sesudah Jepang tidak berkuasa lagi.

PPKI bekerja atas dasar keyakinan, pemikiran dan caranya sendiri untuk mencapai
kemerdekaan Indonesia Merdeka.

PPKI merupakan suatu badan perwujudan/perwakilan rakyat Indonesia.

9. Tanggal 17 Agustus 1945


Proklamasi kemerdekaan Indonesia
10. Tanggal 18 Agustus 1945
Pukul 10.30, dimulai sidang pleno membahas naskah rancangan hukum dasar dan pengesahan UUD
C. Pengesahan Pembukaan UUD 1945/Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia
Sidang Pleno dimulai pukul 11.30 dengan acara pokok membahas Rancangan Hukum Dasar (termasuk
Rancangan PPreambule Hukum Dasar) untuk ditetapkan menjadi UUD (termasuk Pembukaan Undangundang Dasar) suatu Negara yang telah merdeka ada tanggal 17 Agustus 1945.
Beberapa keputusan dalam siding pleno :
1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan.

Menetapkan Pigam Jakarta dengan beberapa perubahan menjadi pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia.

Menetapkan Rancangan HUkum Dasar dengan beberapa perubahan menjadi UUD Negara
Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945.

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.


Page
20

3. Membentuk Komite Nasional Indonesia yang dikemudian dikenal sebagai Badan Musyawarah
Darurat.
D.Perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara
Perkembangan pancasila sebagai Dasar Negara, menurut Koento Wibisono: tahap 1945-1968 sebagai
tahap politis, tahap 1969-1994 sebagai tahap pembagunan ekonomi, tahap 1995-2020 sebagai tahap
respositioning pancasila.
Penahapan perkembangan pancasila menurut para ahli hukum ketatanegaraan: 1945-1949 masa UUD
1945 pertama, 1949-1950 masa konstitusi RIS, 1950-1959 masa UUDS 1950, 1959-1965 masa orde
lama, 1966-1998 masa orde baru, dan 1998- sekarang masa reformasi(Soegito A.T,2001).
Dimensi Pancasila:

Realita

Idealitas

Fleksibilitas
http://plsbersinergi.blogspot.com/2012/12/proses-perumusan-dan-pengesahan.html

makna dan hakekat pembukaan uud 1945


1. Hakikat Pembukaan UUD 1945
a.

Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi


Kedudukan UUD 1945, dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia, memiliki dua aspek
yang sangat fundamental, yaitu memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib
hukum Indonesia dan termasuk dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi.
Sementara kedudukan Pancasila, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tentang isinya Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita RI
tahun II No. 7, Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi
suasana kebatinan Negara Indonesia serta yang mewujudkan suatu cita-cita hukum dengan
menguasai dasar tertulis (UUD) maupun tidak tertulis. Adapun pokok-pokok pikiran tersebut
diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai sumber hukum positif Indonesia.
Sebagaiman isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 selanjutnya diwujudkan ke dalam pasal-pasal
UUD 1945 dan kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif dibawahnya
seperti Ketetapan MPR, UU, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,PP dan
peraturan-peraturan lainnya.
Page
21

Maka seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan


UUD 1945 yang mengandung asas kerohanian negara atau dasar filsafat negara RI.
b. Pembukaan UUD 1945
Pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memuat unsur-unsur yang memuat ilmu hukum
disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia (rechts orde), atau legal order, yaitu
suatu keseluruhan peraturan-peraturan hukum.
Syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud meliputi empat hal, yaitu :
a. Adanya Kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum.
b. Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan dasar dari keseluruhan peraturanperaturan hukum dan sumber dari segala sumber hukum.
c. Adanya kesatuan daerah di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku.
d. Adanya kesatuan waktu, di mana sumber dari segala sumber hukum berlaku
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah sebagai berikut :
Pertama : Menjadi dasar tertib hukum, karena Pembukaan UUD 1945 memberikan empat
syarat adanya tertib hukum Indonesia.
Kedua : Menjadi ketentuan hukum tertinggi, sesuai dengan kedudukannya sebagai asas
hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (Konvensi) serta peraturanperaturan hukum lainnya yang lebih rendah (Notonagoro, 1974: 45)
c. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara Yang Fundamental
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
(Staaatsfundamentalnorm) yang menurut ilmu hukum tata negara memiliki beberapa unsur
mutlak antara lain :
a. Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara sebagai
berikut :
- Dasar tujuan negara (baik tujuan umum maupun tujuan khusus).
- Ketentuan diadakannya UUD Negara.
- Bentuk negara.
- Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara)
b. Dalam hubungannya dengan pasal-pasal (batang tubuh) UUD 1945, Pembukaan UUD 1945
mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :
- Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 mempunyai
hakikat kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD 1945.
- Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945.
- Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental yang menentukan
adanya UUD 1945 yang menguasai hukum dasar negara baik yang tertulis maupun tidak
tertulis, jadi merupakan sumber hukum dasar negara.
- Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental mengandung pokokpokok pikiran yang harus dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.
Para ahli hukum memang berbeda pendapat mengenai hakikat dan kedudukan Pembukaan
UUD 1945 dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945, walaupun pada akhirnya
Page
22

mereka tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan. Di satu pihak ada pendapat yang
mengatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasalnya merupakan satu kesatuan,
sedangkan di pihak lain ada yang menyatakan bahwa keduanya terpisah. Namun karena
hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 tersebut memiliki kedudukan fundamental bagi
kelangsungan hidup negara, kedua pendapat tersebut akhirnya tiba pada kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebagai pokok kaidah negara yang mempunyai kedudukan yang tetap dan tidak berubah
serta melekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk.
2. Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang fundamental memiliki kedudukan tertinggi, lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945,
sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.
Pengertian terpisah sebenarnya bukan berarti tidak memiliki hubungan sama sekali tetapi
antara Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 terdapat hubungan kausal
organis, di mana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pengertian terpisah di sini adalah keduanya
mempunyai hakikat dan kedudukan sendiri-sendiri, di mana Pembukaan UUD 1945 memiliki
kedudukan lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945, bahkan yang tertinggi dalam tertib
hukum Indonesia.
b.
d. Pembukaan UUD 1945 Tetap pada Kelangsungan Hidup Negara RI
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak
dapat diubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara, hal ini berdasarkan alsanalasan sebagai berikut :
1. Menurut tata hukum, suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan oleh
penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya daripada penguasa yang
menetapkannya.
2. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi di
negara RI. Selain itu, Pembukaan UUD 1945 mengandung faktor-faktor mutlak bagi adanya
suatu tertib hukum di Indonesia.
3. Selain dari segi yuridis formal juga secara material, yaitu hakikat isi, Pembukaan UUD 1945
tidak dapat diubah dan senantiasa melekat pada kelangsungan hidup negara RI.

2. Kedudukan Pembukaan dalam UUD 1945


Pembukaan Konstitusi, baik yang secara resmi disebut dengan nama Pembukaan maupun tidak,
memuat norma-norma dasar kehidupan bernegara (kaidah fundamental hidup bernegara). Isi
pembukaan konstitusi bukan rumusan pasal-pasal hukum tata negara. Namun demikian, karena berupa
norma-norma dasar, isi pembukaan itu mempertinggi kekuatan mengikat pasal-pasal dalam Konstitusi.
Demikian juga yang terjadi dengan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok
pikiran yang merupakan cita-cita hukum yang melandasi lahirnya hukum negara, baik hukum tertulis
maupun tidak tertulis di Indonesia. Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber tertib
hukum Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung pokok-pokok kaidah negara yang
fundamental. Secara konkret pokok-pokok kaidah negara yang fundamental itu adalah dasar negara
Pancasila. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 lebih tinggi dari Batang Tubuh UUD 1945.
Page
23

http://melindahadip.blogspot.com/2013/09/hakikat-kedudukan-pembukaan-uud-45.html

pancasila dan uud 1945 dalam kurun waktu 1945-1959


1. Pendahuluan
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan populer
disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan
sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di
negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarnya
senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Dalam konteks inilah maka Pancasila merupakan suatu asas kerohanian negara, sehingga merupakan
suatu sumber nilai, norma dan kaidah hukum dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Kedudukan
Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang pokok sebagai dasar negara Republik
Indonesia, yang manifestasinya dijabarkan dalam suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu UUD negara maupun hukum
dasar tidak tertulis atau konvensi.
Pancasila, proklamasi 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 yang merupakan cita-cita bangsa saling
berkaitan dan kaitan itu mengarah pada pembentukan ketatanegaraan Republik Indonesia dan segala
sistem pemerintahannya. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan kulminasi (puncak)
dari tekad bangsa untuk merdeka. Proklamasi memuat perjuangan penegakan jiwa Pancasila yang telah
berabad-abad lamanya dicita-citakan. Selanjutnya tujuan dan cita-cita proklamasi ini tercermin dalam
UUD 1945 yang terbagi dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD. Dan, UUD 1945 berlandaskan dan
didasari oleh Pancasila yang merupakan sumber tata tertib hukum Indonesia.
Pada pembukaan UUD 1945 terdapat dengan jelas maksud, tujuan serta alasan bangsa Indonesia untuk
mendirikan suatu negara. Dalam pembukaan itu juga secara resmi dan autentik dirumuskan kelima sila
Pancasila dan Pancasila sebagai falsafah negara Republik Indonesia. Pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan, diungkapkan secara terperinci dalam Batang Tubuh UUD 1945 yang
terdiri dari 37 pasal, 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan. Secara khusus, pada pembukaan UUD
1945 dalam alinea IV, disebutkan bahwa pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tanah tumpah darah Indonesia, dan kemudian dipertegas kembali pada pasal 1 yang mengatakan bahwa
negara Indonesia adalah negara kesatuan. Hal ini hendak menandaskan tuntutan jiwa Pancasila, yaitu
terbentuknya negara kesatuan.
Melalui prinsip-prinsip UUD 1945, sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia pun dibentuk.
Dengan kata lain, sekali lagi, dasar sistem pemerintahan adalah UUD 1945, yang di dalamnya
terkandung muatan-muatan Pancasila. Akan tetapi, kendati dalam perjalanan waktu sistem
pemerintahan ketatanegaraan Republik Indonesia mengalami perubahan, sistem pemerintahan
ketatanegaraan tetap berdasar pada UUD 1945.
Dalam makalah yang singkat ini kelompok pertama-tama memaparkan definisi dari ketatanegaraan,
Page
24

negara dan kaitannya dengan konstitusi baik secara umum maupun dalam konteks Indonesia sebagai
bangsa. Bidang-bidang ketatanegaraan Republik Indonesia, yakni tata organisasi, tata jabatan, tata
hukum dan tata nilai dijabarkan berikutnya. Kemudian pembahasan beralih pada sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Di dalamnya dijelaskan empat fase penting
dalam ketatanegaraan Republik Indonesia, yakni masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, masa Orde
Baru, masa Orde Lama dan masa Reformasi sampai sekarang ini. Dalam keempat fase inilah akan
diuraikan bagaimana ketatanegaraan itu berlandaskan pada Pancasila, yang secara terperinci termuat
dalam UUD 1945; untuk itu kelompok perlu berbicara lebih intens mengenai Pembukaan UUD 1945
yang pada akhirnya menjiwai sistem perundang-undangan di negara kita. Selanjutnya, sebelum bagian
penutup (kesimpulan dan refleksi), kelompok membahas potret perkembangan sistem ketatanegaraan
Indonesia yang terbaru, yakni sistem ketatanegaraan Indonesia pascaamandemen UUD 1945. Sistem
ketatanegaraan setiap bangsa bersifat dinamis. Dan, berkaitan dengan UUD 1945, Presiden Soekarno
sudah mengingatkan sebelumnya bahwa UUD yang dibuat adalah UUD sementara atau UUD kilat.
Akan dibuat UUD yang lebih lengkap dan lebih sempurna.
2. Pengertian Ketatanegaraan Republik Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang mencakup
peraturan susunan pemerintah, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu
negara. Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut hukumnya, tata negara
adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk,
tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap pemerintah atau
sebaliknya. Untuk mengerti ketatanegaraan dari suatu negara pertama sekali perlu dimengerti apa itu
negara: paham negara secara umum dan negara menurut bangsa Indonesia. Hubungan negara dan
konstitusi akan diuraikan selanjutnya.
2.1 Arti Negara Secara Umum
Kata Negara berasal dari bahasa Sansekerta nagari atau nagara yang berarti kota. Negara memiliki
arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas negara merupakan kesatuan sosial yang diatur secara
institusional dan melampaui masyarakat-masyarakat terbatas untuk mewujudkan kepentingan bersama.
Sedangkan dalam arti sempit negara disamakan dengan lembaga-lembaga tertinggi dalam kehidupan
sosial yang mengatur, memimpin dan mengkoordinasikan masyarakat supaya hidup wajar dan
berkembang terus. Negara adalah organisasi yang di dalamnya ada rakyat, wilayah yang permanen, dan
pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar). Negara merupakan kesatuan sosial
(masyarakat) yang diatur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan bersama. Negara dapat
dilihat dari dua segi perwujudannya, yakni sebagai satu bentuk masyarakat yang memenuhi syaratsyarat tertentu dan sebagai satu gejala hukum.
Setiap ahli mengartikan negara menurut titik pandangnya masing-masing. Dari bermacam-macam
pengertian itu, kita dapat mengelompokkan menjadi empat, yaitu: pengertian negara ditinjau dari
organisasi kekuasaan, organisasi politik, organisasi kesusilaan dan integrasi antara pemerintah dengan
rakyatnya.
a. Negara ditinjau dari organisasi kekuasaan:
Logemann, negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang menyatukan kelompok manusia yang
Page
25

kemudian disebut bangsa.


George Jellinek, negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah menetap di
wilayah tertentu.
b. Negara ditinjau dari organisasi politik:
Roger H. Sultou, negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan
bersama atas nama masyarakat.
Robert M. Mac. Iver, negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam masyarakat
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa.
Max Weber, negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
c. Negara sebagai organisasi kesusilaan:
Hegel, negara merupakan organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sintesis antara kemerdekaan
individu dengan kemerdekaan universal.
J. J. Rousseau, kewajiban negara adalah untuk memelihara kemerdekaan individu dan menjaga
ketertiban kehidupan manusia.
d. Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat:
Negara dalam arti ini berarti ada hubungan yang erat antara pemerintah dengan rakyat dan teori ini
biasa disebut dengan teori integralistik. Menurut teori integralistik, negara adalah susunan masyarakat
yang erat antara semua bagian atau organ dari seluruh anggota masyarakat sehingga bersifat organis.
Istilah negara yang dipergunakan dalam ilmu kenegaraan saat ini merupakan terjemahan dari: State
(Inggris), Staat (Belanda), Lo stato (Italia), Der staat (Jerman). Negara adalah suatu organisasi dari
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang sama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan
mengetahui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia tersebut. Atau bisa diartikan sebagai satu perserikatan yang melaksanakan
satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa bagi
ketertiban sosial.
Menurut Prof. Mr. L. J. Van Apeldoorn negara mengandung beberapa makna, seperti berikut ini:
Istilah negara diartikan sebagai penguasa, yaitu untuk mengatakan orang-orang melakukan
kekuasaan tertinggi atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam suatu daerah.
Istilah negara diartikan persekutuan rakyat, yaitu untuk mengatakan suatu bangsa yang hidup dalam
suatu daerah, di bawah kekuasaan tertinggi menurut kaidah hukum.
Negara mengandung arti suatu wilayah tertentu. Hal ini untuk mengatakan suatu daerah yang di
dalamnya didiami suatu bangsa di bawah kekuasaan tertinggi.
Negara berarti kas negara atau fiscus, yaitu untuk menyatakan harta yang dipegang oleh penguasa
guna kepentingan umum, seperti dalam istilah pendapatan negara.
2.2 Arti Negara atau Sifat Hakikat Negara menurut Bangsa Indonesia
Perumusan dasar negara Republik Indonesia bersumber pada norma-norma pokok yang merupakan
fundamen negara. Hal itu dirumuskan dalam UUD 1945. Cara pandang Indonesia tidak sekadar melihat
negara secara organis, melainkan sebagaimana disepakati kemudian seperti dirumuskan dalam alinea
Page
26

ketiga Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa negara adalah suatu keadaan kehidupan berkelompoknya
bangsa Indonesia yang atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan didorong oleh keinginan luhur
bangsa Indonesia untuk kehidupan kebangsaan yang bebas. Negara dan warga negara bersatu.
Warga negara atau rakyat merupakan unsur vital bagi negara. Tanpa rakyat tidak ada negara. Dalam
istilah ilmu kemasyarakatan, rakyat berarti satu kesatuan yang terdiri dari kelompok manusia yang
berdasarkan sendi-sendi kebudayaan, unsur-unsur yang objektif seperti keturunan, adat istiadat, bahasa,
kesenian dan lain-lain. Negara merupakan satu bentuk organisasi masyarakat yang meliputi satu
kelompok manusia tertentu dan terbatas menurut ketetapan dan penentuan organisasi itu sendiri.
Kelompok manusia menjadi pendukung tertib hukum negara dan mempunyai hak-hak maupun
kewajiban tertentu terhadap negara. Status warga negara diatur dalam konstitusi dan diselenggarakan
oleh undang-undang tersendiri.
Kedudukan warga negara dan hubungannya dengan negara diatur oleh badan legislatif negara yang
ditunjuk dan dipilih dalam berbagai fungsi kenegaraan. Ada dua segi status warga negara: 1) Segi aktif.
Ini diperoleh sebagian warga negara dalam fungsinya selaku pemilih atau anggota legislatif; 2) Segi
positif. Ini dimiliki oleh semua warga negara selaku pendukung hukum yang terkena oleh hukum
dalam negara tersebut. Menurut Prof. Djojogono kedua segi status warga negara tersebut terdapat
dalam negara demokrasi, yakni rakyat bertindak selaku Sang Nata Ngiras Kaula (raja sekaligus hamba)
dan selaku Kaula Ngiras Sang Nata (hamba sekaligus raja).
Hubungan antara warga negara dan negara dapat dilihat sebagai hubungan kemasyarakatan yang timbal
balik. Setiap individu dalam hubungannya dengan masyarakat mempunyai hak serta kewajiban dan
bertanggung jawab atas perikehidupan serta kelangsungan masyarakatnya dengan memelihara dan
mengindahkan kepentingan umum.
2.2.1 Terjadinya Negara Republik Indonesia
Secara teoritis, negara dianggap ada apabila telah dipenuhi ketiga unsur negara, yaitu pemerintahan
yang berdaulat, bangsa dan wilayah. Namun, di dalam praktek pada zaman modern, teori yang
universal ini di dalam kenyataan tidak diikuti orang. Kita mengenal banyak bangsa yang menuntut
wilayah yang sama, demikian pula halnya banyak pemerintahan yang menuntut bangsa yang sama.
Orang kemudian beranggapan bahwa pengakuan dari bangsa lain, memerlukan mekanisme yang
memungkinkan hal itu dan hal ini adalah lazim disebut proklamasi kemerdekaan suatu negara.
Perkembangan pemikiran seperti ini mempengaruhi pula perdebatan di dalam Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, baik di dalam membahas wilayah negara maupun di dalam merumuskan
Pembukaan yang sebenarnya direncanakan sebagai naskah proklamasi. Oleh karena itu, adalah suatu
kenyataan pula bahwa tidak satupun warga negara Indonesia yang tidak menganggap bahwa
Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah awal terjadinya Negara Republik Indonesia.
Dengan demikian, sekalipun pemerintah belum berbentuk, bahkan hukum dasarnya pun belum
disahkan, namun bangsa Indonesia beranggapan bahwa negara Republik Indonesia sudah ada semenjak
diproklamasikan. Bahkan apabila kita kaji rumusan pada alinea kedua Pembukaan UUD 1945, bangsa
Indonesia beranggapan bahwa terjadinya negara merupakan suatu proses atau rangkaian tahap-tahap
yang berkesinambungan. Secara ringkas rincian tersebut adalah sebagai berikut: 1) perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia; 2) proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan; dan 3) keadaan
Page
27

bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan
demikian, jelaslah bahwa bangsa Indonesia menerjemahkan dengan rinci perkembangan teori
kenegaraan tentang terjadinya negara Indonesia.
2.2.2 Tujuan Negara Republik Indonesia
Salah satu pertanyaan yang mendasar dalam menganalisa suatu negara adalah apa dan bagaimana
tujuan negara Indonesia? Atau, apa tujuan dari kehidupan nasional kita?
Tujuan Umum, tujuan negara yang bersifat umum ini melingkupi kehidupan sesama bangsa di dunia.
Hal ini terkandung dalam kalimat : dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial
Tujuan negara dalam anak kalimat ini realisasinya dalam hubungan dengan politik luar negeri
Indonesia, yaitu di antara bangsa-bangsa di dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban dunia yang
berdasarkan pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial. Hal inilah yang
merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Tujuan khusus, terkandung dalam anak kalimat .., untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah negara Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Konsep yang lebih tua
dari pada Negara Hukum (modern) ialah konsep bahwa negara bertujuan untuk memenuhi kepentingan
umum atau res publica. Apakah yang merupakan kepentingan umum menurut bangsa Indonesia secara
ketatanegaraan? Hal ini sering kali diungkapkan sebagai masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila, yang adalah tujuan bangsa kita.
Di dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 di atas dirumuskan unsur-unsur dari pada masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila secara dinamis, yakni a) melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah (wilayah); dan b) memajukan kesejahteraan umum; c) mencerdaskan
kehidupan bangsa.
2.3 Pancasila, UUD 1945, Negara dan Ketatanegaraan Indonesia sebagai Satu Kesatuan Integral
Pokok pembahasan kita dalam makalah ini adalah Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia. Pancasila, sebagaimana sudah disinggung oleh kelompok-kelompok dalam pertemuanpertemuan sebelumnya, merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, dasar negara, falsafah
bangsa Indonesia, identitas/keunikan dan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila ini menjadi dasar dan
sumber tata tertib hukum (ketatanegaraan) Republik Indonesia. Artinya, susunan dan konsep hukum di
Indonesia harus selalu berpedoman kepada Pancasila. Nilai-nilai Pancasila ini kemudian dituangkan ke
dalam Pembukaan UUD 1945 terutama alinea IV. Pembukaan UUD 1945 menjadi pedoman dalam
menyusun undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya dalam struktur ketatanegaraan Indonesia.
Ketatanegaraan, sebagaimana disinggung pada pembahasan sebelumnya, tidak dapat dipisahkan dari
negara sebab terbentuknya negara mengandaikan adanya struktur ketatanegaraan yang jelas. Untuk
lebih memahami ketatanegaraan tersebut, pantas dikaji apa itu konstitusi dan kaitannya dengan negara.
Istilah konstitusi dari sudut sejarah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Dalam masyarakat Yunani Kuno
kata politea diartikan sebagai konstitusi, sedangkan nomoi adalah undang-undang biasa. Dalam bahasa
Latin, konstitusi disebut constitutio-onis F yang artinya ketentuan, penetapan.
Negara dan konstitusi bagaikan dua sisi mata uang yang tidak pernah dipisahkan satu sama lain.
Page
28

Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan atau UUD suatu negara.
Dalam arti luas, konstitusi adalah sistem pemerintahan dari suatu negara dan merupakan himpunan
peraturan yang mendasari serta mengatur pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya, yang
terdiri dari campuran tata peraturan baik yang bersifat hukum (legal) maupun yang bukan peraturan
hukum (non-legal). Dalam arti sempit, konstitusi adalah sekumpulan peraturan legal dalam lapangan
ketatanegaraan suatu negara yang dimuat dalam suatu dokumen atau beberapa dokumen yang
terkait satu sama lain.
Menurut Sri Semantri, seorang ahli tata-negara, UUD atau konstitusi pada umumnya memuat tiga hal
pokok, yakni adanya jaminan terhadap hak-hak azasi manusia dan warga negara, ditetapkannya
susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental dan adanya pembagian/pembatasan
tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental. Maka, kalau kita perhatikan Pembukaan UUD 1945
(terutama alinea IV), tujuan UUD 1945 adalah untuk menentukan struktur ketatanegaraan Indonesia
yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan prinsip negara berdasarkan atas hukum serta menentukan
tujuan negara (lihat tujuan umum dan khusus negara Indonesia di atas).
3. Bidang-bidang Ketatanegaraan Republik Indonesia
3.1 Tata Organisasi
Bernegara dapat juga disebut berorganisasi. Artinya, suatu kelompok yang dalam mencapai
idealismenya menempuh jalan dan cara yang telah disepakati. Ketatanegaraan Republik Indonesia
dibagi dalam 4 bentuk:
3.1.1 Bentuk Negara dan Pemerintahan
Bentuk negara Indonesia ialah republik yakni suatu pola negara yang mewujudkan sesuatu dengan
mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Hal itu penting untuk
menjaga kesatuan dan keutuhan negara Indonesia. Jadi, demokrasi selalu bertujuan untuk menjaga
kesatuan negara. Bagaimana cara mewujudkan kepentingan bersama itu? Hal itu diatur dalam GBHN:
a) setelah GBHN disusun, b) maka dituangkan dalam Rancangan Pembangunan Keuangan Negara, c)
kemudian, ditetapkan pendapatan dan belanja negara, d) dan diikuti dengan laporan
pertanggungjawaban keuangan negara.
Bentuk pemerintahan bertujuan untuk mengatur relasi antar setiap lembaga-lembaga negara. Maka,
terbentuklah sistem pemerintahan Republik Indonesia: 1) Indonesia adalah negara yang berdasar
hukum; 2) Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi; 3) Kekuasaan negara tertinggi berada di
tangan MPR; 4) Presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi; 5) Menteri-menteri negara adalah
pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR; 6) Kekuasaan kepala negara terbatas; 7)
Presiden tidak dapat membubarkan DPR; 8) DPR mengawasi jalannya pemerintahan; 9) DPR berhak
memanggil presiden jika kebijakan presiden melanggar ketentuan hukum. Jadi, dalam kelembagaan ada
lembaga tertinggi dan tinggi negara. Kedaulatan ada di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya
oleh DPR.
3.1.2 Unsur-unsur Negara
Unsur-unsur penentu organisasi negara mempunyai tingkat dan kekhasannya:
a. Penyelenggara negara bidang penerapan hukum oleh legislatif
Page
29

b. Penyelenggara negara bidang penerapan hukum oleh eksekutif


c. Penyelenggara negara bidang penegakan hukum oleh yudikatif
Karena negara Indonesia adalah negara kesatuan, maka tidak ada istilah negara bagian. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan bidang-bidang penyelenggara negara, maka disesuaikan dengan tingkat pembagian
yang berlaku di negara Republik Indonesia, yakni: 1) Daerah Indonesia dibagi dalam tingkat provinsi,
kabupaten, kecamatan dan desa; 2) Setiap daerah baik daerah otonom maupun daerah administrasi akan
diadakan badan perwakilan dan pemerintahan atas dasar permusyawaratan.
3.2 Tata Jabatan
Tata jabatan perlu karena di dalam negara Indonesia suatu jabatan bersifat tetap, sedangkan pelakunya
berbeda atau berganti-ganti. Hal itu diperlihatkan sebagai berikut:
1. Perwakilan: MPR, DPR dan DPRD I dan II, DPD
2. Penggolongan penduduk: berdasarkan partai, berdasarkan fungsi-fungsi di masyarakat, golongan dan
karya, dll. Penggolongan ini juga dapat dilihat dari segi: puas atau tidaknya masyarakat atas: situasi
politik, ekonomi, pendidikan, keamanan; puas atau tidaknya masyarakat radikal dan liberal atas
perubahan dan reformasi; percaya tidaknya masyarakat akan ada tidaknya perubahan terhadap berbagai
situasi masyarakat, dll.
3. Alat perlengkapan negara (aparatur negara):
a. Aparatur negara di bidang perwakilan seperti: DPR
b. Aparatur negara di bidang pemerintahan, seperti: Presiden dan Wakil Presiden serta para Menteri,
MPR, Dewan Penasihat, dll.
c. Aparatur negara di bidang pertahanan, seperti: TNI dan Polri
d. Aparatur negara di bidang pengadilan, seperti: MA, jaksa, hakim, dll.
3.3 Tata Hukum
Ketatanegaraan tidak dapat dipisahkan dari hukum. Hukum menjadi ketentuan-ketentuan yang
mengatur ketatanegaraan Indonesia. Dengan demikian Negara kita dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik dan teratur. Dengan perkataan lain Negara berhubungan erat dengan hukum.
3.3.1 Konstitusi
Konstitusi merupakan suatu pola hidup berkelompok dalam organisasi Negara. Dengan demikian
muatannya ialah:
a) Hal-hal yang dianggap fundamental dan berorganisasi seperti kepala negara, warga negara,
perwakilan, dan kewenangan kenegaraan.
b) Hal-hal yang dianggap penting dalam hidup berkelompok suatu bangsa
c) Hal-hal yang dicita-citakan. Aspek ini berperan sebagai daya pemersatu, menstabilkan arah dan
gerak kenegaraan.
Beberapa aspek di atas akan menjadi hukum dasar yang tidak dapat diubah-ubah, jika aspek-aspek
tersebut dirumuskan dalam suatu naskah tertulis. Hal ini dapat dipandang dalam undang-undang dasar
bangsa Indonesia. UUD ini bersumber dari muatan yang terkandung dalam Pancasila. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang ada di
Indonesia.
3.3.2 Hak dan Kewajiban Konstitusional Warga Negara
Page
30

Sebagaimana UUD 1945 bersumber dari Pancasila, maka dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai
hak dan kewajiban Konstitusional warga negara menurut UUD 1945.
Warga negara terdiri dari:
a) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan kewajiban menaati hukum,
b) Kesamaan hak dalam pemerintahan dan kewajiban menjunjung visi pemerintahan yang syah,
c) Hak atas pekerjaan yang layak dari segi kemanusiaan,
d) Hak akan kehidupan yang layak dari segi kemanusiaan,
e) Hak atas bela negara serta kewajibannya,
f) Hak atas pendidikan nasional dan kewajibannya,
g) Kebebasan berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat. Dengan perkataan lain kebebasan
berpolitik,
h) Kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah sesuai dengan
agamanya atau kepercayaannya,
i) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
3.3.3 Negara Hukum
Menurut Emanuel Kant konsep Negara Hukum adalah keamanan dan ketertiban masyarakat. Konsep
ini dapat disebut juga sebagai Negara jaga malam (Nachtwachterstaat-nachtwaker staat). Dalam
perkembangan selanjutnya konsep tersebut dihubungkan dengan penyelenggaraan kepentingan umum
yang ditentukan sebagai persetujuan antara pemerintah dan rakyat yang melampaui wakilnya.
Persetujuan ini disebut Undang-undang. Oleh karena itu konsep negara hukum semacam ini disebut
pula negara Undang-undang di mana pemerintahannya berdasarkan atas Undang-undang.
Konsep Negara Hukum Indonesia dapat dipandang dari dua segi:
Segi materi, dapat dijelaskan berdasarkan arti negara dan arti hukum menurut bangsa Indonesia:
Negara adalah keadaan berkelompoknya bangsa Indonesia, yang atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa, didorongkan oleh keinginan luhur bangsa Indonesia untuk berkehidupan kebangsaaan yang
bebas.
Hukum adalah alat ketertiban dan kesejahteraan sosial
Kedua hal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Suatu organisasi bangsa Indonesia yang atas
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur bangsa untuk berkehidupan
kebangsaan yang bebas berdasarkan suatu ketertiban menuju suatu kesejahteraan sosial.
Segi formal terdiri dari beberapa unsur:
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
Kekuasaan tertinggi dilaksanakan oleh MPR dan DPR
Pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka dalam arti bebas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah
Ada kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan bagi para warga negara dan kewajiban
untuk menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa kecuali
Hukumnya berfungsi sebagai pengayoman dalam arti menegakkan kehidupan yang demokrasi,
kehidupan yang berkeadilan sosial
Page
31

3.4 Tata Nilai


3.4.1 Ideologi
Secara umum ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan
yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur. Dalam hal ini nilai yang terkandung dalam
Pancasila adalah nilai-nilai yang dicita-citakan dan diwujudkan. Pancasila merupakan jiwa dan
pandangan hidup bangsa Indonesia.
3.4.2 Politik
Pancasila berfungsi sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan politik bangsa Indonesia.
Hal ini tampak dalam keberhasilan bangsa Indonesia menjabarkannya menjadi program-program dan
aturan-aturan permainan dalam proses mewujudkan dan mengembangkan jati diri bangsa sebagai
sistem politik Demokrasi Pancasila. Keberhasilan ini didukung dengan suatu evaluasi yang obyektif
tentang realita kehidupan politiknya dari waktu ke waktu sehingga apa yang dicita-citakan bersama
dapat terwujud dengan baik.
Jika ditinjau dari bidang politik, maka demokrasi lebih dimaksudkan sebagai kedaulatan yang berada di
tangan rakyat. Sebagai perwujudannya, masyarakat berpartisipasi dalam menyumbangkan
pandangannya demi keutuhan hidupnya dan negara.
3.4.3 Ekonomi
Pancasila dalam bidang ekonomi merupakan aturan main yang mengikat setiap pelaku ekonomi. Jika
hal ini dipatuhi secara baik, maka akan terwujud suatu ketertiban prilaku warga sebagai pelaku
ekonomi. Dengan demikian keadilan dan kesejahteraan sosial dapat terwujud.
Pancasila dalam bidang ekonomi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonomi.
b) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Ada kehendak kuat dari seluruh masyarakat untuk
mewujudkan kemerataan sosial yang sesuai dengan asas kemanusiaan
c) Persatuan Indonesia. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional
yang tangguh. Hal ini berarti nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam
hal ini koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan bentuk paling konkret dari usaha bersama.
e) Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adanya keseimbangan yang jelas dan tegas antara
perencanaan di tingkat nasional dengan daerah dalam pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi untuk
mencapai keadilan ekonomi.
3.4.4 Sosial
Pancasila adalah dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi masyarakat Indonesia. Pancasila secara
institusional dalam bidang kehidupan berbangsa tampak dengan adanya suku-suku yang menjadi satu
bangsa, bangsa Indonesia yang memiliki derajat yang sama. Di samping itu, adanya kesatuan bahasa,
yakni bahasa Indonesia.
3.4.5 Agama
Dalam bidang ini, nilai Pancasila diartikan sebagai sikap peduli dan toleransi antar agama. Setiap
agama memiliki kepercayaan masing-masing. Dengan perkataan lain, kepercayaan pada setiap agama
berbeda-beda. Namun, perbedaan itu bukan menjadi penghambat bagi kesatuan berbangsa. Pancasila
Page
32

menjadi pemersatu agama-agama dalam mewujudkan suatu bangsa, yakni bangsa Indonesia yang
menjunjung tinggi sikap kepedulian atau toleransi antar agama.
4. Sistem Ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Pada bab pendahuluan dikatakan bahwa di dalam UUD 1945 tercantum dasar, tujuan, dan alasan
berdirinya negara Indonesia. Di dalam UUD 1945 itu juga tercantum falsafah negara Indonesia, yaitu
Pancasila. Maka boleh dikatakan bahwa dalam sistem ketatanegaraan RI, UUD 1945 dan Pancasila
memegang peranan penting karena di dalamnya tercantum arah pembentukan ketatanegaraan RI dan
segala sistem pemerintahannya. Pada poin ini, akan diuraikan bagaimana sistem ketatanegaraan RI
berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.
4.1 Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Fungsi UUD 1945
4.1.1 Pengertian UUD 1945
UUD ialah kumpulan dan ketentuan dalam suatu kodifikasi mengenai hal-hal yang mendasar atau
pokok ketatanegaraan suatu negara sehingga kepadanya diberi sifat kekal dan luhur. Maka, mengubah
UUD memerlukan cara yang istimewa dan lebih berat bila dibandingkan dengan pembuatan atau
perubahan peraturan perundang-undangan. Menurut Tap. MPR no. III/MPR/2000, UUD 1945 adalah
hukum dasar tertulis negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam
penyelenggaraan negara.
4.1.2 Kedudukan UUD 1945
UUD bukan hukum biasa melainkan hukum dasar . Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan
sumber hukum. Oleh karena itu, setiap produk hukum (seperti undang-undang, peraturan pemerintah
dan peraturan lainnya) harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Sekalipun konvensi adalah hukum dasar namun ia tidak boleh bertentangan dengan ketentuan UUD
1945.
4.1.3 Sifat UUD 1945
Dengan tidak mengurangi sifatnya yang kekal dan luhur, Dalam teori konstitusi, sifat dari UUD adalah
luwes (flexible) dan kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis. UUD bersifat luwes, yakni dapat
mengalami perubahan, tambahan dan penyempurnaan demi penyesuaian dengan zaman tetapi juga
bersifat kaku karena perubahan UUD itu memerlukan prosedur yang istimewa. Selain itu, UUD juga
bersifat tertulis karena aturan-aturan pokok dituliskan pada suatu naskah tetapi sekaligus tidak tertulis
karena tidak semua aturan-aturan yang mendetail dituliskan dalam suatu naskah.
4.1.4 Fungsi UUD 1945
UUD 1945 menempati tingkatan tertinggi norma hukum. UUD 1945 mengontrol aturan hukum yang
berlaku apakah sesuai atau tidak dengan semangat UUD 1945. Artinya, UUD 1945 menjadi tolok ukur
bagi aturan hukum di bawahnya, yaitu Ketetapan MPR, UU, Perpu (Peraturan pemerintah pengganti
undang-undang), Peraturan pemerintah, Keputusan presiden dan peraturan daerah.
4.2 Pembukaan UUD 1945
UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia, sedangkan
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa
Indonesia untuk mencapai tujuan nasional. Pembukaan UUD 1945 merupakan rangkaian yang tidak
dapat dipisahkan dari proklamasi 17 Agustus 1945. Apabila proklamasi itu merupakan suatu pernyataan
Page
33

kemerdekaan (proclamation of independence) Republik Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945


merupakan deklarasi kemerdekaan (declaration of independence) itu sendiri.
4.2.1 Makna Alinea-alinea dalam Pembukaan UUD 1945
Alinea pertama
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut:
Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah kemerdekaan
melawan penjajah,
Tekad bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan di atas bumi,
Pengungkapan suatu dalil obyektif, yakni bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan,
Pernyataan suatu dalil subyektif, yakni aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk membebaskan diri
dari penjajahan.
Alinea kedua
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut:
Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada saat yang menentukan,
Momentum yang telah dicapai harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan,
Kemerdekaan itu harus diisi untuk mewujudkan Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur (cita-cita nasional bangsa Indonesia).
Alinea ketiga
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut:
Motivasi spiritual bahwa kemerdekaan kita adalah berkat rahmat dari Tuhan
Keinginan untuk hidup seimbang antara hidup material dan hidup spiritual, antara kehidupan dunia
dan akhirat,
Pengukuhan melalui proklamasi kemerdekaan kemerdekaan sebagai suatu negara yang berwawasan
kebangsaan.
Alinea keempat
Kemudian daripada itu untuk membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang
Page
34

Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakya Indonesia.
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah sebagai berikut:
Tujuan sekaligus fungsi negara Indonesia, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berkedaulatan, kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial,
Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat,
Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila.
4.3 Dinamika Pelaksanaan UUD 1945
4.3.1 Masa Awal Kemerdekaan (1945-1959)
Lahirnya Pancasila dan UUD 1945 tidak terlepas dari perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut
kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia sendiri tidak terlepas dari situasi politik internasional menjelang
tahun 1945. Jadi perlu dicatat bahwa UUD 1945 disusun akhir Perang Dunia II dan setelah berakhirnya
Perang Dunia tersebut. Pancasila tidak jauh dari perjuangan para pejuang bangsa Indonesia.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintahan Hindia Belanda menyerah kepada tentara Jepang. Semenjak
itu seluruh daerah jajahan Hindia Belanda berada di bawah kekuasaan tentara Jepang. Pemerintah
militer Jepang melarang mengibarkan Bendera Sang Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, serta larangan membentuk Pemerintahan Nasional Indonesia. Tindakan Jepang
menimbulkan perjuangan pergerakan kemerdekaan di kalangan rakyat Indonesia ditingkatkan, baik itu
gerakan bawah tanah maupun perlawanan terbuka. Berkat perjuangan ini, sejak bulan September 1944
bangsa Indonesia diperbolehkan lagi mengibarkan bendera nasional dan menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
Menjelang akhir tahun 1944 tentara Jepang menderita kekalahan terus-menerus terhadap seranganserangan pihak tentara Sekutu di Pasifik. Jepang akhirnya kalah terhadap sekutu. Mendengar kekalahan
tentara Jepang, pemerintah militer Jepang di Indonesia membentuk suatu badan yang diberi nama
Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 29 April 1945.
kemudian pada tanggal 28 Mei pemerintah bala tentara Jepang melantik anggota BPPK. Sepanjang
sejarah, badan ini hanya menjalani dua masa sidang yaitu: a) Masa sidang I: 29 Mei 1 Juni 1945,
membicarakan dasar negara Indonesia; b) Masa sidang II: 10 Juli 16 Juli 1945, membicarakan
rancangan UUD Indonesia.
Untuk melaksanakan tugasnya menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia,
BPPK telah membentuk beberapa Panitia Kerja, di antaranya ialah: Panitia Perumus (diketuai oleh Ir.
Soekarno), Panitia Perancang UUD (diketuai oleh Ir. Soekarno dan Dr. Soeparno), Panitia Ekonomi
dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta), dan Panitia pembelaan Tanah Air (diketuai oleh
Abikusno tjokrosujoso). Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia Perumus berhasil menyusun suatu
Naskah Rancangan Pembukaan UUD pada tanggal 22 Juni 1945, Rancangan Pembukaan UUD yang
terdiri atas 4 alinea. Rancangan ini di kemudian hari dikenal orang dengan nama Piagam Jakarta.
Dalam Rancangan Pembukaan UUD inilah pertama kali Pancasila dicantumkan sebagai dasar negara
Page
35

Indonesia. Seperti diketahui, Pancasila sebagai dasar negara telah diusulkan oleh anggota BPPK (Ir.
Soekarno) dalam sidang 1 Juni 1945, yang kemudian diterima baik oleh Sidang Pleno BPPK pada
tanggal 16 Juli 1945. Sementara Panitia Perancang UUD sendiri berhasil menyusun suatu Rancangan
UUD Indonesia pada tanggal 16 Juli 1945.
Untuk mewujudkan proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan segera mungkin, maka diumumkanlah
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan diumumkannya pembentukan PPKI, BPPK juga
dibubarkan. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 disaksikan
oleh PPKI. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang yang pertama
dan telah mengambil keputusan sebagai berikut:
1) Menetapkan dan menyahkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang bahan-bahannya
hampir seluruhnya diambil dari rancangan Pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia Perumus ( yang
anggotanya sendiri pada waktu itu Ir. Soekarno dan Moh. Hatta) pada tanggal 22 Juni 1945.
2) Menetapkan dan menyahkan UUD 1945, yang bahan-bahannya hampir seluruhnya diambil dari
rancangan UUD yang disusun oleh Panitia Perancang UUD pada 16 Juli 1945.
3) Memilih Ketua PPKI Ir. Soekarno dan Wakil Ketua PPKI Drs. Mohammad Hatta masing-masing
menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI.
4) Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang lagi dan memutuskan:
a) Pembentukan 12 Departemen Negara.
b) Pembagian wilayah Indonesia dalam 8 provinsi, dan tiap provinsi dibagi dalam keresidenankeresidenan.
4.3.2 Masa Orde Lama (1959-1965)
UUD 1945 ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Status UUD 1945 ini
sementara. UUD 1945 ini berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Kemudian pada tanggal 27 Desember
1949 berubahlah status negara kesatuan yang diproklamasikan menjadi negara serikat (Republik
Indonesia Serikat). Di sini negara Republik Indonesia menjadi salah satu negara bagian dari Republik
Indonesia Serikat. Pada masa republik Indonesia Serikat, UUD 1945 turun derajatnya dan berkurang
wilayah berlakunya, karena UUD 1945 hanya berlaku di negara bagian Republik Indonesia, sedangkan
di seluruh negara Republik Indonesia Serikat berlaku konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi
RIS) 1949.
Secara resmi UUD 1945 tidak pernah dinyatakan tidak berlaku. Namun demikian dengan berlakunya
Konstitusi RIS 1949 dengan sendirinya UUD 1945 menjadi tidak berlaku secara nasional, karena tidak
mungkin dalam satu negara berlaku lebih dari satu UUD. Semasa RIS, UUD 1945 dijadikan UUD
Negara bagian Republik Indonesia; negara bagian RI merupakan salah satu dari 16 negara bagian
dalam lingkungan RI pada waktu itu. Dengan tidak berlakunya UUD 1945, negara Indonesia Merdeka
yang mulai ada dan berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945, tetap ada berdiri, tetapi dengan UUD yang
berbeda. Walaupun pokok-pokok pikiran tentang negara yang terkandung dalam UUD 1945 tidak
sepenuh dalam konstitusi RIS 1949, namun ketentuan-ketentuan pokok seperti bentuk Republik,
kedaulatan rakyat dan Pancasila yang terkandung dalam UUD 1945, masih terkandung dalam
konstitusi RIS 1949.
Page
36

Negara RIS yang berbentuk negara serikat tak sesuai dengan cita-cita rakyat yang diucapkan sejak
Sumpah Pemuda 1928. Rakyat kita tetap menghendaki negara kesatuan Republik Indonesia.
Berhubungan dengan itulah pada tanggal 17 Agustus 1950 Presiden RIS (Ir. Soekarno) kembali
memproklamasikan pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia dan dengan sendirinya negara
RIS bubar. Pada tahun 1950 Konstitusi RIS diubah menjadi UUD Sementara 1950 yang berlaku di
seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan UUD 1950 itu dibentuk
Konstituante (Badan Pembentukan Konstitusi/pembuat UUD) yang bertugas membentuk UUD yang
tetap.
Timbullah dalam Konstituante dua kelompok, yaitu pendukung berlakunya kembali UUD 1945 dan
yang menolaknya. Meskipun golongan yang menginginkan kembali ke UUD 1945 merupakan
mayoritas (60 %) tetapi karena tidak memenuhi ketentuan suara sekurang-kurangnya dua pertiga
(seperti dikehendaki UUDS 1950) maka gagallah Konstituante untuk membuat UUD yang tetap. Hal
ini menimbulkan kekacauan politik. Dalam situasi negara yang demikian, demi keselamatan negara dan
bangsa Indonesia serta dengan dukungan sebagian besar rakyat dan ABRI, Presiden Soekarno pada
tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden tentang kembali ke UUD 1945. Isi dekrit Presiden
itu ialah:
1. Menetapkan pembubaran Konstituante
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, dengan sendirinya Pancasila demi hukum tetap menjadi dasar
falsafah negara dengan perumusan dan tata urutan yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945, sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa UUD 1945 berlaku di Indonesia secara
nasional dalam dua kurun waktu, yakni:
1. Antara 18 Agustus 1945 (pengesahan UUD 1945 oleh PPKI) sampai tanggal 17 Agustus 1950.
2. Antara 5 Juli 1959 sampai sekarang.
Sementara pada rentang waktu antara tahun 1950-1959, UUD 1945 tidak berlaku secara nasional,
karena digantikan oleh Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
4.3.3 Masa Orde Baru (1965 12 Mei 1998)
Dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, PKI telah dua kali mengkhianati Negara, bangsa, dan
dasar Negara. Atas dasar itulah rakyat menghendaki dan menuntut dibubarkannya PKI. Namun,
pimpinan Negara waktu itu tidak mau mendengarkan dan tidak mau memenuhi tuntutan rakyat,
sehingga timbullah apa yang disebut situasi politik antara rakyat dengan Presiden. Keadaan semakin
meruncing, keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak terkendalikan. Dengan dipelopori oleh
Pemuda atau Mahasiswa, rakyat menyampaikan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yaitu:
Page
37

1. Bubarkan PKI.
2. Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur PKI.
3. Turunkan harga-harga/ perbaikan ekonomi.
Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah kepada Letnan Soeharto
untuk mengambil langkah-langkah pengamanan untuk menyelamatkan keadaan. Surat perintah ini
dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret (1966).
Lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) ini dianggap oleh rakyat sebagai lahirnya Orde
Baru. Dengan berdasarkan Supersemar, pengemban Supersemar, Letnan Jenderal Soeharto telah
membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Dalam sejarah negara RI, pemerintahan Orde Baru, sampai
saat ini adalah pemerintahan terlama. Sayangnya, pemerintahan Orde Baru ini melakukan banyak
penyimpangan terhadap UUD 1945. Penyimpangan pelaksanaan UUD 1945 ini tampak terutama dalam
pelaksanaan pemilu-pemilu:
1. Campur tangan birokrasi terlalu besar dalam mempengaruhi pilihan rakyat.
2. Panitia pemilu tidak independen, memihak salah satu kontestan.
3. Kompetisi antar kontestan tidak leluasa.
4. Rakyat tidak bebas mendiskusikan dan menentukan pilihan.
5. Penghitungan suara tidak jujur.
6. Kontestan tidak bebas kampanye karena dihambat aparat keamanan.
Selain penyimpangan di atas, penyimpangan yang dilakukan oleh Presiden Soeharto ialah dalam
melaksanakan UU No. 1 Tahun 1983 tentang Susunan dan Kedudukan MPR/DPR.
4.4.4 Masa Reformasi (1998-kini): Periode Amandemen (Perubahan) Undang-undang Dasar 1945
Berdasarkan UUD 1945 pasal 3 sebelum diamandemen, MPR melakukan amandemen UUD 1945.
Menurut pasal tersebut, MPR adalah badan yang berwewenang menetapkan UUD dan GBHN.
Kewenangan inilah yang membuat MPR pada akhirnya memutuskan untuk melakukan amandemen
terhadap UUD 1945. Selain mengamandemen UUD 1945, MPR juga mencabut Tap MPR No.
IV/MPR/1983 tentang Referendum dan UU No. 5/1985 juga tentang Referendum. Pencabutan Tap
MPR dan UU dilakukan pada saat Sidang Umum MPR tahun 1999. Perihal amandemen UUD 1945 ini
akan dibicarakan secara khusus dalam bagian berikut ini.
5. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pascaamandemen UUD 1945
5.1 Panorama Umum seputar Perubahan (Amandemen) Konstitusi Suatu Negara
Secara filosofis, konstitusi suatu negara harus berubah dan diubah. Hal ini disebabkan oleh perubahan
kehidupan manusia, baik dalam kehidupan internal yang meliputi pikiran, kemampuan diri dan
kebutuhan hidupnya, maupun kehidupan eksternalnya yang berkaitan dengan orang lain, lingkungan
hidupnya seperti lingkungan sosial, kultural dan natural. Juga, hal yang berkaitan dengan tata nilai dan
tata struktur masyarakat sesuai dengan tuntutan perkembangan yang dihadapinya. Konstitusi adalah
produk masyarakat yang senantiasa berubah. Maka, menolak perubahan konstitusi pada hakikatnya
menolak kesemestian hidup yang harus dijalaninya.
Pada umumnya, ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan konstitusi suatu negara, yakni faktor
ekonomi, politik dalam-luar negeri dan kepentingan politik kelompok mayoritas. Faktor pertama, yakni
Page
38

ekonomi, terkait dengan jantung kehidupan suatu negara. Kemapanan ekonomi menyokong
kesejahteraan rakyatnya. Faktor kedua, kondisi politik dalam-luar negeri, salah satu faktor yang
mengharuskan suatu negara mengubah kontitusinya. Pergaulan bangsa-bangsa sering mengakibatkan
keterikatan dan/atau ketergantungan suatu negara terhadap negara lain. Ada kalanya juga bahwa
kontitusi berisi ketentuan-ketentuan yang sesuai dengan keinginan politik mayoritas (faktor ketiga).
Apabila dalam perkembangan selanjutnya kelompok politik mayoritas di parlemen berubah, maka
mereka yang menjadi kelompok mayoritas akan memasukkan beberapa ketentuan untuk
mengakomodasikan kepentingan politik mereka.
Bahasa yang populer dalam perubahan UUD adalah amandemen. Beberapa kategori arti amandemen
adalah sebagai berikut:
a. Membuat, berarti mencipta pasal baru;
b. Mengubah, berarti mengganti suatu pasal tertentu dengan pasal baru;
c. Mencabut, berarti menyatakan suatu pasal tidak berlaku, tanpa menggantinya dengan pasal baru;
d. Menyempurnakan, berarti menambah suatu sub-diktum baru pada diktum dari suatu pasal;
e. Memberi interpretasi baru pada suatu pasal.
Dalam kontitusi bangsa Indonesia, batasan amandemen tertuang dalam pasal 37 UUD 1945. pasal ini
memberi batasan amandemen yang berlaku hanya untuk pasal-pasal dan tidak termasuk Pembukaan,
amandemen mengacu pada Pembukaan dan harus mengikuti prosedur yang diisyaratkan pasal 37.
5.2 Amandemen UUD 1945: Latar Belakang dan Dasar Yuridis
5.2.1 Latar Belakang
Pascaamandemen UUD 1945 semakin jelas bahwa negara Indonesia didasarkan pada sendi kedaulatan
rakyat dan merupakan sebuah negara hukum yang secara eksplisit dirumuskan dalam pasal 1 ayat (2)
dan (3) UUD 1945 yang berbunyi, Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD (ayat 2) dan Negara Indonesia adalah negara hukum (ayat 3). Realitas demikian juga ditemukan
dalam penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan yang dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia
berdasarkan hukum (rechtsstaat). Prinsip kedaulatan rakyat tercermin dari hubungan kerja antar
lembaga negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, kekuasaan negara
diorganisasikan melalui dua pilihan cara, yakni sistem pemisahan kekuasaan (separation of power) atau
pembagian kekuasaan (distribution of power).
Hubungan kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan dan
kondisi masyarakat. Sejak tanggal 17 Agustus 1945 sampai 14 November 1945 Indonesia menganut
sistem presidensiil di bawah Presiden Sukarno. Akibat perkembangan politik terkait dengan kedudukan
Indonesia di mata dunia internasional, maka tanggal 16 Oktober 1945 KNIP diserahi fungsi kekuasaan
legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dengan demikian, terjadi
pergeseran hubungan kekuasaan legislatif dan eksekutif yang konsekuensinya struktur ketatanegaraan
Indonesia berubah dari sistem presidensiil ke parlementer mulai tanggal 14 November 1945. Sistem ini
berlaku hingga keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sejak Dekrit Presiden tersebut, dengan
kembalinya UUD 1945 sebagai dasar negara, Indonesia kembali menganut sistem presidensiil. Sistem
ini dengan landasan UUD 1945 tetap dianut oleh bangsa Indonesia pada masa demokrasi terpimpin
(1959-1966), Orde Baru (1966-1998) hingga tahun 1999 sebelum babak baru perubahan UUD 1945.
Page
39

Dalam perkembangan sejarah politik Indonesia telah terjadi dinamika dan perubahan hubungan
kekuasaan legislatif dengan eksekutif sebelum dilakukan amandemen UUD 1945. Akan tetapi, tujuan
Indonesia merdeka tetap belum tercapai. Hal ini melahirkan tuntutan reformasi masyarakat Indonesia
yang mengakibatkan lengsernya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.
Ada beberapa sebab ketidakberhasilan UUD 1945 sehingga perlu diamandemen. Pertama, struktur
UUD 1945 memberi kekuasaan yang besar terhadap pemegang kekuasaan eksekutif (presiden). Pada
diri presiden terpusat kekuasaan menjalankan pemerintahan (chief excutive) yang dilengkapi dengan
berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (memberi grasi, amnesti, abolisi dan
rehabilitasi). Kedua, struktur UUD 1945 tidak cukup memuat sistem yang biasa disebut check and
balances (kekuasaan untuk saling mengawasi dan mengendalikan) antara cabang-cabang pemerintahan.
Ketiga, terdapat berbagai ketentuan yang tidak jelas yang membuka penafsiran yang berbeda-beda.
Keempat, tidak ada kelaziman bahwa UUD memiliki penjelasan resmi. Dalam praktik ketatanegaraan
baik secara hukum maupun kenyataan, Penjelasan UUD 1945 diperlakukan dan mempunyai kekuatan
hukum seperti UUD (batang tubuh).
5.2.2 Dasar Yuridis
MPR melakukan amandemen UUD 1945 dengan berpedoman pada ketentuan pasal 37 UUD 1945.
Naskah UUD 1945 yang menjadi obyek perubahan adalah UUD 1945 yang ditetapkan oleh Panitia
persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum melakukan
amandemen UUD 1945, MPR dalam sidang Istimewa MPR tahun 1998, mencabut Ketetapan MPR
Nomor IV MPR/1983 tentang Referendum yang mengharuskan terlebih dahulu penyelenggaraan
referendum secara nasional dengan persyaratan yang demikian sulit.
Dalam melakukan amandemen terhadap UUD 1945, fraksi-fraksi di MPR menyepakati beberapa
keputusan yang dikenal dengan lima kesepakatan. Pertama, tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
karena merupakan pernyataan kemerdekaan Indonesia, dasar negara dan tujuan berdirinya negara.
Kedua, tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketiga, tetap
mempertahankan sistem pemerintahan presidensiil yang bertujuan mempertegas dan memperkokoh
sistem pemerintahan Indonesia. Keempat, Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif
dimasukkan ke dalam pasal-pasal, misalnya pasal 24 UUD 1945 tentang kekuasaan kehakiman.
Kelima, perubahan dilakukan dengan cara adendum. Artinya, semangat naskah asli UUD 1945 dan
amandemen pertama, kedua, ketiga dan keempat adalah satu kesatuan dan tidak boleh dipisahkan.
5.3 Jenis dan Proses Amandemen UUD 1945
5.3.1 Jenis Amandemen UUD 1945
Ada tiga tradisi berkaitan dengan amandemen UUD suatu negara. Pertama, kelompok negara yang
mempunyai kebiasaan mengubah materi UUD dengan langsung memasukkan materi perubahan itu ke
dalam naskah UUD. Negara-negara yang mengikuti pola ini adalah Republik Prancis, Jerman dan
Belanda. Kedua, kelompok negara-negara yang mempunyai kebiasaan mengadakan penggantian
naskah UUD. Hal ini pernah dialami oleh bangsa Indonesia dengan Konstitusi RIS pada tahun 1949
dan UUDS tahun 1950. Pada umumnya, tradisi seperti ini dilakukan oleh negara-negara yang sistem
politiknya belum mapan. Ketiga, amandemen konstitusi melalui naskah yang terpisah dari teks aslinya.
Tradisi perubahan UUD dengan amandemen dipelopori oleh Amerika Serikat. Sistem inilah yang
Page
40

diikuti oleh bangsa Indonesia lewat amandemen berturut-turut sampai empat kali.
Ada empat jenis amandemen yang dibuat oleh MPR terhadap UUD 1945. Pertama, rumusan, yang
telah ada sebelumnya, diubah. Contohnya dapat dilihat pada pasal 2 ayat 1. Sebelum diamandemen,
pasal ini menetapkan bahwa MPR terdiri dari anggota DPR, ditambah Utusan Daerah dan Golongangolongan. Namun setelah diamandemen, Utusan Golongan tidak lagi masuk menjadi anggota MPR.
Dengan demikian, sekarang ini yang menjadi anggota MPR hanyalah anggota DPR ditambah Utusan
Daerah. Rumusan yang ada sebelumnya mengenai keanggotaan MPR berubah total. Akibat dari
penghapusan Utusan Golongan ini, terjadilah perubahan struktur ketatanegaraan kita. Kedua,
amandemen dibuat dengan membuat rumusan yang baru sama sekali. Contohnya adalah pasal 6A ayat
1. Bila sebelumnya MPR memilih presiden dan wakil presiden, maka sekarang presiden dan wakilnya
dipilih langsung oleh rakyat. Dan itu berlaku mulai pemilu tahun 2004 yang lalu. Ketiga, amandemen
dibuat dengan menghapus atau menghilangkan rumusan yang telah ada sebelumnya. Contohnya ada
pada ketentuan dalam Bab IV UUD 1945 tentang DPA. Selanjutnya hal ini akan diatur dalam UU
tentang Lembaga Kepresidenan. Dan yang keempat, amandemen dibuat dengan memindahkan rumusan
pasal ke dalam rumusan ayat atau sebaliknya. Contohnya adalah pasal 34 UUD 1945. Sebelum
amandemen, ayat pasal ini hanya satu. Setelah diamandemen, ayatnya menjadi empat.
5.3.2 Proses Amandemen UUD 1945
Berdasarkan ketentuan pasal 37, amandemen UUD dilakukan lewat prosedur berikut:
1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR;
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan diajukan dengan jelas bagian
yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya;
3. Untuk mengubah pasal-pasal UUD, Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota MPR;
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50 %
ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR;
5. Khusus mengenai bentuk negara kesatuan Republik Indonesia tidak dilakukan amandemen.
Menurut pasal 92, tentang tata tertib MPR tahun 1999, ada empat tingkat pembicaraan dalam
membahas dan mengambil keputusan terhadap materi sidang MPR. Setelah melalui empat tingkat
pembicaraan itu, MPR telah mengambil putusan empat kali amandemen UUD 1945. Amandemen
pertama ditetapkan oleh MPR RI tanggal 19 Oktober 1999. Amandemen kedua ditetapkan oleh MPR
RI tanggal 18 Agustus 2000. Amandemen ketiga ditetapkan MPR RI tanggal 19 November 2001.
Akhirnya, pada Sidang Tahunan MPR RI 10 Agustus 2002, dikeluarkanlah amandemen IV.
Setelah empat kali amandemen, UUD 1945 akhirnya memiliki susunan sebagai berikut: yang pertama
adalah naskah asli; yang kedua adalah amandemen I; yang ketiga adalah amandemen II; yang keempat
adalah amandemen III; yang kelima adalah amandemen IV. Hasil amandemen keempat ini dicantumkan
dalam Ketetapan MPR tanggal 10 Agustus 2002 meski sebenarnya disahkan oleh MPR pada tanggal 11
Agustus 2002 pukul 01.30 WIB. Naskah asli UUD 1945 dan hasil amandemen itu kemudian disatukan
dalam satu naskah untuk memudahkan pemahaman secara sistematis, holistik dan komprehensif.
Penyatuan ke dalam satu naskah itu adalah hasil kesepakatan Komisi A MPR yang disampaikan pada
Page
41

rapat paripurna Sidang Tahunan MPR tahun 2002.


Sebelum diamandemen, UUD 1945 terdiri dari tiga bagian:
1. Pembukaan (preambule);
2. Batang Tubuh;
3. Penjelasan.
Namun setelah diamandemen, bagian Penjelasan dihilangkan. Dengan demikian, sebelum
diamandemen, UUD 1945 terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal, dan 4 Pasal Aturan Peralihan ditambah 2 Ayat
Aturan Tambahan. Setelah diamandemen, UUD 1945 terdiri dari 21 Bab, 73 Pasal, 170 Ayat, 3 Pasal
Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan. Dalam amandemen UUD 1945, ada 33 materi yang
merupakan tambahan. Selain itu, amandemen UUD 1945 juga menghasilkan dua lembaga dalam
struktur ketatanegaraan RI: Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. Mahkamah Konstitusi ini
sejajar dengan Mahkamah Agung. Komisi Yudisial sendiri adalah pengawas pelaksanaan hukum dan
aparat penegak hukum, secara khusus para hakim.
5.4 Bentuk Negara, Kedaulatan, Negara Hukum, Bangunan Negara dan Sistem Pemerintahan Indonesia
5.4.1 Bentuk Negara
Bentuk negara Indonesia dapat kita perhatikan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat Dengan demikian, jelas bahwa negara Indonesia berbentuk republik .
Pascaamandemen UUD 1945, bentuk negara Republik Indonesia dapat ditemui dalam beberapa pasal
sebagai berikut:
Pasal 1 ayat (1), Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk Republik.
Pasal 6A ayat (1), Presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat dan ayat (5), Tata cara pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden lebih lanjut diatur
dalam undang-undang.
Pasal 7, Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu masa jabatan.
5.4.2 Kedaulatan
Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Hal itu terdapat dalam UUD 1945 baik sebelum maupun
sesudah amandemen:
a. Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat. (pasal 1 ayat (2) UUD 1945);
b. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar. (pasal 1
ayat (2) UUD 1945 pascaamandemen).
Menurut Jimly Asshidiqie, ajaran kedaulatan Tuhan, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat berlaku
secara simultan di dalam bangsa Indonesia. Keyakinan akan kemahakuasaan Tuhan itu diwujudkan
dalam paham kedaulatan hukum dan sekaligus dalam kedaulatan rakyat yang kita terima sebagai dasardasar berpikir sistemik dalam konstruksi UUD negara kita.
Pascaamandemen UUD 1945, paham kedaulatan diatur antara lain dalam pasal 1 ayat (2), pasal 6A ayat
Page
42

(1) dan ayat (3), pasal 7A, pasal 19 ayat (1) dan (2), pasal 22E ayat (1), pasal 2 ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3). Dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut UUD, maka kedaulatan rakyat
dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang sesuai dengan wewenang, tugas dan fungsi yang ditetapkan
oleh UUD 1945.
5.4.3 Negara Hukum
Jimly Asshidiqie mengemukakan bahwa secara umum ciri-ciri negara yang menganut paham negara
hukum adalah bahwa dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara kita temukan tiga prinsip dasar,
yakni supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law)
dan penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
Padmo Wahyono, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, mengemukakan bahwa konsep
negara hukum berpangkal tolak pada perumusan yang digariskan oleh pembentuk-pembentuk UUD
1945, yakni Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat). Dalam perkembangan
teori kenegaraan, pengertian rechtsstaat sering dikaitkan dengan pengertian demokrasi (dari, oleh dan
untuk rakyat).
Padmo Wahyono mengemukakan beberapa prinsip negara hukum sebagai berikut:
1. Ada suatu pola untuk menghormati dan melindungi hak-hak kemanusiaan. Menurut UUD 1945, hakhak warga negara adalah mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya, berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan berhak mendapat pengajaran;
2. Ada suatu mekanisme kelembagaan negara yang demokratis. Hal ini tampak dalam penegasan bahwa
tidak ada produk hukum yang disebut undang-undang bila tidak mendapat persetujuan DPR, sehingga
mekanisme kelembagaan negara secara konstitusional dijamin sifat demokratisnya dengan memberikan
wadah undang-undang dalam penetapannya;
3. Ada suatu tertib hukum. Bentuk ketertiban yang paling sederhana dan tetap merupakan suatu hal
yang harus dilaksanakan ialah pencegahan tindakan-tindakan kriminal baik secara preventif maupun
represif;
4. Ada kekuasaan kehakiman yang bebas. Dalam UUD 1945 pasal 24 ayat (1) ditentukan bahwa
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain Badan Kehakiman
menurut undang-undang. Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari
kekuasaan pemerintah.
5.4.4 Bangunan Negara
Pada umumnya, bangunan negara ada tiga, yakni negara serikat (federal), negara konfederasi (serikat
negara-negara) dan negara kesatuan (unitaris). Negara serikat (federasi) ialah suatu negara yang
merupakan gabungan dari beberapa negara yang menjadi negara bagian. Pemerintah pusat dengan
pemerintah negara bagian mempunyai wewenang yang sama dalam membentuk undang-undang.
Negara konfederasi yakni apabila negara terdiri dari gabungan beberapa negara yang sejak semula
masing-masing berdaulat kemudian bergabung untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.
Penggabungan negara-negara tidak menghapuskan masing-masing kedaulatan negara-negara tersebut.
Page
43

Negara kesatuan ialah suatu negara yang kekuasaan pemerintahan atau yang berdaulat hanya dalam
satu tangan, yaitu pemerintah pusat yang mengatur keseluruhan daerah. Negara kesatuan memiliki dua
bentuk, yakni negara kesatuan dengan sistem sentralisasi (seluruh kebijakan ditentukan dari pusat) dan
negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Pascaamandemen UUD 1945, bentuk negara Indonesia terdapat dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
berbunyi, Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik. Negara kesatuan dengan
sistem desentralisasi berarti kekuasan dan kewenangan diberi kepada daerah-daerah untuk menentukan
kebijakan dan mengurus rumah tangganya sendiri. Yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
sebagaimana diatur dalam UU no. 32 tahun 2004 tanggal 15 Oktober 2004 tentang Pemerintah
Daerah pasal 10 ayat (3) meliputi: Politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter-fiskal
nasional dan agama.
5.4.5 Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang biasa dikenal ada tiga, yakni sistem pemerintahan parlementer, sistem
pemerintahan presidensial dan sistem campuran. Dalam sistem parlementer kabinet dibentuk dan
bertanggung jawab kepada parlemen, setiap anggota kabinet adalah anggota parlemen terpilih, kepala
pemerintahan (Perdana Menteri) tidak dipilih langsung oleh rakyat tetapi oleh parlemen dan ada
pemisahan yang tegas antara kepala negara dengan kepala pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan
presidensial fungsi kepala pemerintahan dan kepala negara ada pada satu tangan (tunggal), presiden
yang dipilih langsung oleh rakyat tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat dan
memangku jabatannya selama empat tahun (hanya dapat dipilih untuk dua kali masa jabatan 8 tahun).
Sistem pemerintahan campuran pada hakikatnya merupakan bentuk variasi dari sistem pemerintahan
parlementer dan sistem pemerintahan presidensial.
5.4.5.1 Sistem Pemerintahan Indonesia Praamandemen UUD 1945
Pada periode ini dapat dikatakan bahwa Indonesia menganut sistem presidensial dengan ciri-ciri
parlementer. Dalam pasal 7 TAP MPR NO. III/MPR/1978 ditentukan bahwa apabila DPR menganggap
Presiden sungguh-sungguh melanggar haluan negara, UUD 1945 dan lain-lain peraturan, maka DPR
dapat menyampaikan memorandum untuk mengingatkan presiden. Apabila presiden tidak
mengindahkan memorandum DPR tersebut, maka DPR dapat meminta MPR untuk mengadakan Sidang
Istimewa untuk meminta pertanggungjawaban presiden.
Contoh konkret dari sistem ini dalam perjalanan kehidupan politik Indonesia ditandai dengan jatuhnya
Presiden Soekarno dan Abdurrahman Wahid. Kejatuhan Presiden Soekarno, misalnya, diwarnai kondisi
politik pro dan kontra yang diagendakan dalam Sidang Istimewa MPRS dengan meminta
pertanggungjawaban Soekarno. Sidang Istimewa tersebut menghasilkan empat ketetapan, salah satu
ketetapan tersebut adalah TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tanggal 11 Maret 1967 yang mencabut
kekuasaan pemerintah negara Presiden Soekarno.
5.4.5.2 Sistem Pemerintahan Indonesia Pascaamandemen UUD 1945
Pada periode ini bangsa Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensiil. Sistem pemerintahan
presidensiil pascaamandemen UUD 1945 merupakan purifikasi sistem pemerintahan presidensiil yang
dianut UUD 1945 praamandemen. Pada periode ini, posisi presiden lebih karena proses impeachment
harus didahului oleh putusan peradilan (mahkamah konstitusi) tentang tindak pidana yang dilakukan
Page
44

oleh presiden dan/atau wapres sebagaimana ditentukan dalam pasal 7B UUD 1945 tentang prosedur
pemberhentian presiden.
5.5 Lembaga-lembaga Negara Pascaamandemen UUD 1945
Perubahan UUD 1945 tidak mengenal lembaga tertinggi dan tinggi negara, melainkan lembaga
kekuasaan negara sebagaimana diuraikan berikut ini:
a. Lembaga legislatif, yaitu MPR, terdiri atas DPR dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah),
b. Lembaga eksekutif, yaitu Presiden dan wakil presiden,
c. Lembaga yudikatif, yaitu Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial
(KY),
d. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
5.5.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Tugas dan wewenang MPR sudah dibahas pada bagian sebelumnya. Pada pasca-Pemilu 2004,
Indonesia menjalankan sistem majelis perundang-undangan kembar (bikameral ), di mana MPR
terdiri atas DPR dan DPD. Setelah dihapuskannya utusan golongan dari komposisi MPR, maka seluruh
anggota dipilih melalui pemilu. Ada beberapa alasan menyebabkan Indonesia menjalankan sistem
bikameral yaitu:
Utusan daerah dan golongan tidak berfungsi efektif dan tidak jelas orientasinya keterwakilannya,
Kebutuhan mengakomodasikan kepentingan masyarakat daerah secara struktural melalui institusi di
tingkat nasional,
Kebutuhan untuk menerapkan sistem cheks and balances untuk mendorong demokratisasi
ketatanegaraan Indonesia.
5.5.2 Dewan Perwakilan Rakyat
Pembentukan dan susunan anggota DPR pascaamandemen UUD 1945 diatur dalam pasal 19 ayat (1)
dan (2) yang menentukan bahwa pembentukan anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum dan
susunannya diatur dengan undang-undang. Susunan anggota DPR pascaamandemen UUD 1945 diatur
dengan UU No. 22 tahun 2003 tanggal 31 Juli 2003 tentang susunan dan kedudukan anggota MPR,
DPR, DPD dan DPRD sebagai pengganti UU No. 4 tahun 1999.
Tugas dan wewenang DPR adalah sebagai berikut:
a. Bersama-sama dengan Presiden membentuk undang-undang;
b. Bersama-sama dengan Presiden menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Melakukan pengawasan terhadap undang-undang, APBN dan kebijakan pemerintah;
d. Meratifikasi dan atau memberikan persetujuan atas pernyataan perang, pembuatan perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh Presiden;
e. Membahas hasil pemeriksaan keuangan negara yang diberitahukan oleh BPK;
f. Melakukan hal-hal yang ditugaskan oleh ketetapan MPR kepada DPR.
Untuk melaksanakan tugasnya, DPR memiliki hak-hak, antara lain hak interpelasi (meminta
keterangan), hak angket (mengadakan penyelidikan), hak amandemen (mengadakan perubahan), hak
mengajukan pendapat, hak mengajukan seseorang jika ditentukan oleh suatu peraturan perundangan,
hak inisiatif (mengajukan rancangan undang-undang) dan hak mengajukan pertanyaan, protokoler serta
keuangan/administratif.
Page
45

5.5.3 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Amandemen UUD 1945 melahirkan dan sekaligus menambah sebuah lembaga legislatif baru dalam
struktur ketatanegaraan Indonesia, yakni Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dalam pasal 22C dan 22D
diatur bahwa keanggotaan DPD dipilih melalui pemilihan umum, persidangan sedikitnya dilakukan
sekali dalam satu tahun, berwenang mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang berkaitan
dengan otonomi daerah dan DPD mengawasi pelaksanaan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah.
5.5.4 Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Berdasarkan perubahan keempat UUD 1945, kedudukan, fungsi dan peranan DPA telah dihapuskan
dalam kelembagaan negara. Pasal 16 perubahan keempat UUD 1945 berbunyi, Presiden membentuk
suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasita dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dengan undang-undang.
Wacana dan isu yang berkembang sebelum DPA dibubarkan adalah bahwa keberadaan DPA banyak
dipertanyakan mengingat sebagai lembaga tinggi negara, DPA hanya memiliki hak memberikan saran
atau nasihat kepada Presiden, tanpa diatur dengan jelas bagaimana bentuk tanggung jawab DPA. Tidak
ada sanksi apa pun yang secara imperatif mengikat Presiden bila saran DPA tidak dilaksanakan.
[Syahrial 126-127]
5.5.5 Presiden
5.5.5.1 Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan
Menurut Pasal 4 UUD 1945, Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut undangundang dasar. Artinya, Presiden adalah kepala kekuasaan eksekutif dalam negara. Dalam menjalankan
kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden. Sesuai pasal 17 ayat (1) UUD 1945,
Presiden juga dibantu oleh menteri-menteri. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
5.5.5.2 Kekuasan Presiden sebagai Kepala Negara
Pasal 10 15 mengatur kekuasaan Presiden selaku kepala negara:
a. Ketetapan MPR no. VII/MPR/2000 menyatakan bahwa TNI (AD, AL dan AU) dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (RI) berada di bawah Presiden. Pimpinan TNI seorang panglima TNI,
sedangkan pimpinan Polri adalah kepala kepolisian RI. (pasal 10)
b. Hak menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengna
persetujuan DPR (pasal 11).
c. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12).
d. Mengangkat duta dan konsul dan menerima duta lain dengan persetujuan DPR (pasal 13).
e. Memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi (pasal 14). Dalam memberi grasi dan rehabilitasi,
Presiden harus memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung, sedangkan dalam memberi amnesti
dan abolisi, Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR.
f. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan (pasal 15).
5.5.6 Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (MA) merupakan badan peradilan tertinggi, artinya terhadap putusan yang diberikan
tingkat akhir oleh badan peradilan lain dapat dimintakan kasasi kepada MA. MA juga melakukan
Page
46

pengawasan tertinggi atas tindakan badan-badan peradilan itu. Hakim agung diangkat oleh presiden
selaku kepala negara dari daftar nama yang diusulkan oleh DPR.
Dalam TAP. MPR No. III/MPR/1978 ditetapkan MA dapat memberikan pertimbangan dalam bidang
hukum, baik diminta maupun tidak, kepada lembaga-lembaga tinggi negara serta mempunyai
wewenang menguji secara material di bawah undang-undang. Pemeriksaan dilakukan sekurangkurangnya oleh tiga hakim.
5.5.7 Mahkamah Konstitusi (MK)
Keberadaan lembaga MK merupakan fenomena baru dalam dunia ketatanegaraan Indonesia. Sebagian
besar negara demokrasi yang sudah mapan, tidak mengenal lembaga MK yang berdiri sendiri. Sampai
sekarang baru ada 78 negara yang membentuk mahkamah ini tersendiri. Indonesia merupakan negara
ke-78 yang membentuk lembaga ini dan merupakan negara pertama di dunia pada abad ke-21 yang
membentuknya.
Pemikiran mengenai pentingnya suatu Mahkamah Konstitusi telah muncul dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia sebelum merdeka. Pada saat pembahasan rancangan UUD di Badan
penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), anggota BPUPKI Prof.
Muhammad Yamin telah mengemukakan pendapat bahwa MA perlu diberi kewenangan untuk
membanding UU. Namun, ide ini ditolak oleh Prof. Soepomo dengan alasan UUD yang sedang disusun
pada saat itu (yang kemudian menjadi UUD 1945) tidak menganut paham Trias Politika.
Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. Menguji undang-undang terhadap UUD;
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD;
c. Memutus pembubaran partai politik;
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
e. Memutus pendapat DPR bahwa presiden dan/atau Wapres telah melakukan pelanggaran hukum.
Kedudukan MA dan MK adalah sederajat, kedua lembaga tersebut hanya berbeda dalam fungsi dan
wewenangnya. MA lebih menitikberatkan pada pengadilan keadilan (court of justice), sedangkan MK
lebih menitikberatkan pada pengadilan hukum (court of law).
5.5.8 Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial (KY) juga adalah lembaga baru di lingkungan kekuasaan kehakiman. KY tidak
berperan dalam proses peradilan tetapi sebagai lembaga yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim.
Menurut Jimly Asshiddiqie, maksud dibentuknya KY dalam struktur kekuasaan kehakiman Indonesia
adalah agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses
pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim. Semua ini dimaksudkan
menegakkan kehormatan hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
5.5.9 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga tinggi negara dengan tugas khusus untuk
memeriksa tanggung jawab keuangan negara, apakah telah digunakan sesuai dengan yang telah
disetujui DPR (pasal 23 ayat (5)). Badan ini terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah, tetapi
Page
47

tidak berdiri di atas pemerintah. Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR guna dipakai
sebagai bahan penilaian atau pengawasan dan bahan pembahasan Rancangan APBN tahun berikutnya.
6. Penutup
Pancasila lahir dari budaya masyarakat Indonesia jauh sebelum kemerdekaan. Bangsa Indonesia adalah
bangsa yang menghargai budayanya. Budaya dihargai karena di dalamnya banyak nilai-nilai luhur.
Nilai luhur itu terus dihidupi sebagai suatu asas hidup bermasyarakat dalam menjalankan roda
pemerintahan dan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang luhur itu dihidupi dan dijadikan aturan
hidup sehari hari sebagai norma (sila) yang kemudian dari sanalah lahir istilah Pancasila.
Walaupun pada awalnya, belum dipakai istilah Pancasila namun nilai-nilai tersebut telah terkandung di
dalamnya. Dengan demikian jelaslah bahwa Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang telah
lama dihidupi oleh masyarakat Indonesia. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
telah banyak nilai-nilai kehidupan yang diterapkan oleh kerajaan kepada masyarakatnya yang dihidupi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
adalah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dikukuhkan dalam sidang I BPPK pada tanggal 1 Juni 1945,
menjelang hari kemerdekaan Indonesia. Dasar itu berupa suatu Filsafat yang menyimpulkan kehidupan
dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka. Terbentuknya Pancasila mendahului
terbentuknya suatu negara Indonesia yang merdeka. Dengan demikian Pancasila menjadi dasar
berdirinya negara Indonesia.
Sebagai dasar dan fondasi negara Indonesia, Pancasila menjadi sumber segala hukum dan peraturan
ketatanegaraan Indonesia. Pancasila menjiwai seluruh peraturan yang disusun untuk mengatasi dan
menyalurkan persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan
bangsa. Karena mendasari segala peraturan maka Pancasila dalam hukum dan peraturan itu mempunyai
hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat, tak tergantikan dan tak berubah bagi negara Indonesia.
Kedudukan pokok Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebagai dasar
negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketentuan Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan sebagai
berikut : maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap tingkah laku dan setiap pengambilan
keputusan para penyelenggara negara dan pelaksana pemerintahan harus selalu berpedoman pada
Pancasila, dan tetap memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur serta memegang teguh cita-cita
moral bangsa. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang memiliki
nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Hal ini menandakan bahwa dengan Pancasila bangsa Indonesia
menolak segala bentuk penindasan, penjajahan dari satu bangsa terhadap bangsa yang lain. Bangsa
Indonesia menolak segala bentuk kekerasan dari manusia satu terhadap manusia lainnya, dikarenakan
Pancasila sebagai sumber nilai merupakan cita-cita moral luhur yang meliputi suasana kejiwaan dan
Page
48

watak dari bangsa Indonesia.


Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika kehidupan berbangsa bagi seluruh
rakyat Indonesia, maka Pancasila juga sebagai paradigma pembangunan, maksudnya sebagai kerangka
pikir, sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan
perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
mempunyai arti bahwa Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dasar, arah dan tujuan dari proses
pembangunan. Untuk itu segala aspek dalam pembangunan nasional harus mendasarkan pada hakikat
nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara
konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia.
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai fungsi sebagai acuan bersama, baik dalam memecahkan
perbedaan serta pertentangan politik di antara golongan dan kekuatan politik yang ada. Ini berarti
bahwa segenap golongan dan kekuatan yang ada di Indonesia ini sepakat untuk menjaga, memelihara,
dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan bingkai Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara adalah nilai-nilai Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma
untuk mengatur pemerintahan negara. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar
nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
merupakan sumber semangat bagi para penyelenggara negara dan para pelaksana pemerintahan dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya agar tetap diliputi dan diarahkan pada asas kerohanian negara
seiring dengan perkembangan jaman dan dinamika masyarakat.
Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, menurut sistem konstitusi kita
mengandung makna yang penting sekali, yakni 1) sebagai Dasar Negara Republik Indonesia khusus
sebagai dasar falsafahnya, 2) sebagai norma pokok atau kaidah fundamental hukum kita yang
merupakan sumber utama tertib hukum Indonesia. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum. Pancasila di atas segala-galanya. Dengan demikian dalam penyusunan segala undang-undang
dan hukum yang berlaku di Indonesia ini selalu berdasar pada Pancasila. Sistem pemerintahan yang
berlaku sesuai dengan Pancasila yakni sila ke-4. Jadi segala bentuk undang-undang yang berhubungan
dengan pemerintahan selalu bercermin pada nilai-nilai Pancasila. Bentuk pemerintahan yang berbentuk
demokrasi adalah suatu nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sistem ketatanegaraan dengan segala
aparatnya adalah suatu bentuk ketatanegaraan yang berdasar pada Pancasila. Dalam perjalanannya,
Pancasila telah menuntun pemerintah dan penyelenggara negara lainnya untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia yang luhur.
Dasar-dasar pokok kenegaraan bersumber pada norma-norma pokok kenegaraan yang merupakan
fundamen negara, yang dirumuskan dalam konstitusi. Adapun isi konstitusi atau pokok-pokok
kenegaraan yang diatur dalam konstitusi itu pada umumnya merupakan norma atau prinsip yang
mengatur kekuasaan pemerintah, hak-hak mereka yang diperintah dan hubungan pemerintah dan yang
diperintah. Segala pokok atau asas kenegaraan diatur dan ditetapkan dalam undang-undang dasar
negara untuk diselenggarakan lebih lanjut secara konsekuen dalam ketatanegaraan.
Dari semua penjelasan di atas, pada akhirnya boleh dikatakan bahwa Pancasila selain menjadi
pandangan hidup bangsa juga menjadi hukum tertinggi yang merangkum semua hukum yang berlaku di
Negara kita ini. Dengan kata lain Pancasila merupakan fundamen bangsa yang menjiwai seluruh
Page
49

kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.


7. Refleksi
Apabila kita masih tetap ingin berpegang kepada apa yang telah digariskan oleh para pendiri Negara
Republik Indonesia dan para penyusun UUD 1945, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur
Pancasila, maka kita tidak dapat melepaskan diri dari wawasan, bahwa pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar dari pada semua kehidupan rakyat Indonesia
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam sistem hukum Indonesia terdapat cita hukum
yang tidak lain adalah Pancasila, yang berfungsi konstitutif terhadap norma hukum dan ketatanegaraan
bangsa Indonesia. Norma fundamental negara yang adalah Pancasila membentuk norma-norma hukum
bawahannya secara bejenjang-jenjang. Norma hukum yang di bawah terbentuk berdasar dan bersumber
pada norma hukum yang lebih tinggi. Norma hukum yang lebih tinggi dilengkapi oleh norma hukum
yang di bawahnya. Keduanya saling melengkapi.
Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tidak statis, melainkan dinamis, dengan gerakan-gerakannya yang
positif dan serasi. Namun tetap berpegang pada konsep dasar dari Pancasila tersebut. Tetapi ternyata
gerakan-gerakan sila-sila tersebut tidak senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran yang selaras dan
seimbang. Karena pada peristiwa-peristiwa penting tertentu, seperti krisis-krisis yang menimpa
ketatanegaraan, sebagai gejolak kehidupan bangsa tersebut tampak menonjol satu atau beberapa sila
saja. Hal ini secara silih berganti bisa terjadi pada setiap sila dalam peristiwa peristiwa lain, menurut
sifat tantangan bahaya yang dihadapi bangsa dan negara. Tetapi bila mana masyarakatnya pulih
kembali menjadi stabil, kembalilah sila-sila Pancasila atau ke dalam gerak yang lingkarannya yang
serasi dan seimbang.
Pancasila, proklamasi 17 Agustus 1945, dan UUD 1945 yang merupakan cita-cita bangsa saling
berkaitan dan kaitan itu mengarah pada pembentukan ketatanegaraan Republik Indonesia dan segala
sistem pemerintahannya. Hal ini perlu dicermati sebagai perjuangan untuk meningkatkan kesatuan
masyarakat Indonesia. Proklamasi kemerdekaan bangsa merupakan perjuangan penegakan jiwa
Pancasila yang telah berabad-abad lamanya dicita-citakan. Selanjutnya tujuan dan cita-cita proklamasi
yang sudah kita lihat dalam UUD 1945 yang terbagi dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD
hendaknya dimengerti dan dihayati. Karena di sanalah termaktub sumber tata tertib hukum Indonesia.
Pada pembukaan UUD 1945 telah dijelaskan alasan bangsa Indonesia untuk mendirikan suatu negara.
Di dalamnya juga secara resmi dirumuskan kelima sila Pancasila sebagai falsafah negara Republik
Indonesia. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan, diungkapkan secara terperinci
dalam Batang Tubuh UUD 1945 yang terdiri dari 37 pasal, 4 aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.
Secara khusus, pada pembukaan UUD 1945 dalam alinea IV, disebutkan bahwa pemerintah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia, dan kemudian dipertegas kembali
pada pasal 1 yang mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan. Hal ini hendak
menandaskan tuntutan jiwa Pancasila, yaitu terbentuknya negara kesatuan.
Pada akhirnya penulis menyarankan supaya pewarisan dalam arti penerusan nilai-nilai Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia, dari generasi ke generasi, harus dilakukan
secara sadar dan bertanggung jawab, demi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
Diusulkan supaya pemerintah tetap melanjutkan penataran P4 secara bertahap, sehingga segenap
Page
50

lapisan masyarakat Indonesia mendapatkannya. Hal ini dimaksudkan agar Pancasila tidak hanya di
bibir saja atau diyakini saja tetapi supaya dapat pula dijiwai sampai kepada tulang sumsum anggota
masyarakat. Sehingga semangat Pancasila tidak hanya tampak dalam segala tingkah laku manusia
Indonesia, bahkan akan meresap hingga menjadi suatu tindakan reaktif yang bersifat otomatis dan
mekanis dari budi nurani manusia Indonesia, setiap saat ia menghadapi tantangan atau permasalahan di
dalam hidupnya.
Nilai-nilai Pancasila harus kita hayati sungguh-sungguh dan kita amalkan dalam kehidupan kita sebagai
bangsa, jika kita tidak ingin tenggelam dalam arus dunia yang makin menggelora dengan pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan atau teknologi, jika kita tidak ingin terseret dan terombang-ambing oleh
gelombang dunia modern yang makin melanda setiap bangsa.
https://benzmanroe.wordpress.com/2010/05/06/pancasila-dalam-konteks-ketatanegaraanbangsa-indonesia/

pancasila dan uud 1945 dalam orde lama dan orde baru
ORDE LAMA
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi
dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional
dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa
pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama
periode 1945-1950
konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun dalam
praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan. setelah penjajah dapat diusir,
persatuan mulai mendapat tantangan. upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara
dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII
yang akan mendirikan negara dengan dasar islam.
periode 1950-1959
penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang
ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan. walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi
rumusan sila keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting).
Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang
dianggap paling demokratis
periode 1956-1965
, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat
sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi
presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik
Page
51

konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok
bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup
bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan pemahaman Pancasila dengan
paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan
pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi
terpimpin dan kepribadian nasional.Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang
memprihatinkan.
ORDE BARU
Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila melalui P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa.
Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus berhasil
mengatasi paham komunis di Indonesia.Akan tetapi, implementasi dan aplikasinya sangat
mengecewakan. Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak
sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan
tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi
dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara.
Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi ideologi yang hanya menguntungkan satu golongan,
yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan kesatuan hak-hak demokrasi
dikekang.
ORDE REFORMASI
eksistensi Pancasila sejauh ini masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang substansinya
belum mampu diwujudkan secara riil.
Reformasi belum berlansung dengan baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal
sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila, tetapi belum memahami
makna sesungguhnya.
Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di
bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum
terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan. Meskipun negara ini
masih menjaga suatu konsensus dengan menyatakan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Namun secara
faktual, agaknya kita harus mempertanyakannya kembali. Karena saat ini debat tentang masih relevan
atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan tidak memiliki
kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu.
Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut
terdeskreditkan sebagai bagian dari pengalaman masa lalu yang buruk. Pancasila ikut disalahkan dan
menjadi sebab kehancuran. Orang gamang untuk berbicara Pancasila dan merasa tidak perlu untuk
membicarakannya.
Ketua Umum Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M Danial Nafis pada penutupan Kongres I
GMPI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin, 3 Maret 2008 bahwa kaum muda yang diharapkan
menjadi penerus kepemimpinan bangsa ternyata abai dengan Pancasila. Pernyataan ini didasarkan pada
Page
52

hasil survey yang dilakukan oleh aktivis gerakan nasionalis tersebut pada 2006 bahwa sebanyak 80
persen mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak 15,5
persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup dan hanya 4,5
persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan hidup berbangsa
dan bernegara.
Eksistensi Pancasila di era reformasi ini mestinya menjadi dasar, acuan atau paradigma baru. Pancasila
adalah dasar negara yang sesuai dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945.
Tetapi sekarang bangsa ini sering mengenyampingkan Pancasila. Padahal reformasi yang benar justru
melaksanakan atau mengamalkan Pancasila untuk kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktikkan Pancasila. Rezim ini tidak ingin
dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua rezim sebelumnya yang
menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan
Sesungguhnya jika dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak sepenuhnya benar.
Pernyataan tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa ini adalah dikeluarkannya
ketetapan MPR No XVIII/ MPR /1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No II / MPR / 1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya bPancakarsa) dan Penetapan
tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara. Pada pasal 1 Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Dokumen kenegaraan lainnya adalah Peraturan Presiden No 7 tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Salah satu kutipan dari dokumen
tersebut menyatakan bahwa dalam rangka Strategi Penataan Kembali Indonesia, bangsa Indonesia ke
depan perlu secara bersama-sama memastikan Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945
tidak lagi diperdebatkan. Untuk memperkuat pernyataan ini, Presiden Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada salah satu bagian pidatonya yang bertajuk "Menata Kembali Kerangka Kehidupan
Bernegara Berdasarkan Pancasila" dalam rangka 61 tahun hari lahir Pancasila meminta semua pihak
untuk menghentikan perdebatan tentang Pancasila sebagai dasar negara, karena berdasarkan Tap MPR
No XVIII /MPR/1998, telah menetapkan secara prinsip Pancasila sebagai dasar negara.
Berdasar uraian di atas menunjukkan bahwa di era reformasi ini elemen masyarakat bangsa tetap
menginginkan Pancasila meskipun dalam pemaknaan yang berbeda dari orde sebelumnya. Demikian
pula negara atau rezim yang berkuasa tetap menempatkan Pancasila dalam bangunan negara Indonesia.
Selanjutnya juga keinginan menjalankan Pancasila ini dalam praktek kehidupan bernegara atau lazim
dinyatakan dengan istilah melaksanakan Pancasila. Justru dengan demikian memunculkan masalah
yang menarik yaitu bagaimana melaksanakan Pancasila itu dalam kehidupan bernegara ini.

Sisi gelap pelaksanaan Pancasila


Orde lama
sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, sebab
demokrasi yang diterapkan pada tahun 1945-1950 adalah demokrasi parlementer, dimana presiden
hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana
Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan.
Sistem pemerintahan tahun 1950-1959 yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak
individual.
Page
53

Anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal
ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan,
Periode 1959-1965 menerapkan demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada kekuasaan
rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi
presiden Soekarno.
Bung Karno melakukan pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK dan
menyebarkan Nasionalis, Agama, dan Komunis,
ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar egara dengan faham komunis oleh PKI
melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan egara
dengan dasar islam.
Orde baru
Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun
terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila oleh rezim Orde Baru melalui program p4
adanya penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan kreatif dan kritis
menjadi takut.
Adanya penindasan secara fisik seperti pembunuhan terhadap orang di Timor-Timur, Aceh, Irian Jaya,
kasus Tanjung Priok, pengrusakan/penghancuran pada kasus 27 Juli dan seterusnya.
Perlakuan diskriminasi oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non pribumi (keturunan) dan
masyarakat golongan minoritas. Mereka merasa diasingkan, bahkan acapkali mereka hanya dijadikan
sebagai kambing hitam jika ada masalah, atau diperas secara ekonomi.
Produk hukum Orde Lama, yaitu UU No. 11/PNPS/ 1963 tentang Anti Subversi merupakan salah satu
alat yang dipakai penguasa Orde Baru untuk menjerat pi hak-pihak yang dianggap berseberangan
dengan pemerintah dengan dalih GPK, PKI, OTB, dan sebagainya. Dalam hal ini hanya masyarakat
pembangkang saja yang diposisikan sebagai obyek UU Subversi itu. Sedangkan pihak-pihak yang
melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi bahagian dari sistem pemerintahan Orde
Baru.
Ditinjau dari segi demokrasi sebagai wujud pelaksanaan Sila IV, rezim Orde Baru justru menghambat
proses demokratisasi itu sendiri. Antara lain; dengan proses departaisasi atau pembatasan jumlah partai,
pengekangan kebebasan pers, penahanan dan penculikan para aktivis demokrasi, rekayasa politik,
kecurangan dalam pemilu, dan sebagainya.
Di bidang hukum, penyelesaian kasus yang berkaitan dengan penguasa tidak mencerminkan rasa
keadilan, misalnya; kasus Marsinah, kasus Kedung Ombo, kasus Ohee (Irian Jaya), kasus Udin, kasus
Jamsostek yang melibatkan pejabat negara, dan lain-lain.
Orde reformasi
masih relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi.
Para elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini guna meraih kekuasaan
sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi perbenturan kepentingan politik. Berbagai
gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Banyaknya
korban jiwa dari anak-anak bangsa dan rakyat kecil yang tidak berdosa merupakan dampak dari
benturan kepentingan politik. Tragedi amuk masa di Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, serta daerah-daerah lainnya merupakan bukti mahalnya
sebuah perubahan.
Page
54

Pemerintah Kurang konsisten terhadap penegakan hokum


Dalam bidang social budaya, di satu sisi kebebasan berbicara, bersikap dan bertindak sehingga
memacu kretifitas. Namun, di sisi lain menimbulkan semangat primordialisme
Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan yang ditandai dengan adanya konflik di beberapa daerah
Orde reformasi telah berganti-ganti presiden secara singkat.
http://firacomplicated.blogspot.com/2013/10/penerapan-pancasila-pada-masa-orde-lama.html

PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE BARU

LAHIRNYA ORDE BARU


Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaan masa
Sukarno(Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah
pemberontakan PKI tahun 1965.
Orde baru lahir sebagai upaya untuk :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama.


Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat
proses pembangunan bangsa.
Latar belakang lahirnya Orde Baru :
Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September 1965
ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya
pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya
keresahan masyarakat.
Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang
dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya
dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.
Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabung membentuk
Kesatuan Aksi berupa Front Pancasila yang selanjutnya lebih dikenal dengan Angkatan 66 untuk
menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.
Kesatuan Aksi Front Pancasila pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan
tuntutanTRITURA(Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi :
Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya
Pembersihan Kabinet Dwikora
Page
55

Penurunan Harga-harga barang.


7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet Seratus Menteri
tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang
terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
8. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokohtokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun
Atelah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub).
9. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga
berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang
ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan
negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :


1. Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga
tertinggi negara dan pemerintahan.
2. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah
karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI.
3. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu
Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan.
4. Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya
Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.
5. Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan
pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabat Presiden RI. Dengan Tap
MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali
mandat MPRS dari Presiden Sukarno .
6. 12 Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini
menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.
7. Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik
Indonesia.
KEHIDUPAN POLITIK MASA ORDE BARU
Upaya untuk melaksanakan Orde Baru :
Melakukan pembaharuan menuju perubahan seluruh tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara. Menyusun kembali kekuatan bangsa menuju stabilitas nasional guna mempercepat proses
pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur.
Menetapkan Demokrasi Pancasila guna melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Melaksanakan Pemilu secara teratur serta penataan pada lembaga-lembaga negara.
Pelaksanaan Orde Baru :
1. Awalnya kehidupan demokrasi di Indonesia menunjukkan kemajuan.
Page
56

2. Perkembangannya, kehidupan demokrasi di Indonesia tidak berbeda dengan masa Demokrasi


Terpimpin.
3. Untuk menjalankan Demokrasi Pancasila maka Indonesia memutuskan untuk menganut sistem
pemerintahan berdasarkan Trias Politika(dimana terdapat tiga pemisahan kekuasaan di pemerintahan
yaitu Eksekutif,Yudikatif, Legislatif) tetapi itupun tidak diperhatikan/diabaikan.

A. PENATAAN POLITIK DALAM NEGERI


1.
Pembentukan Kabinet Pembangunan
Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas
yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan
ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA
yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut.

Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan.


Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.
Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk masa jabatan
5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya
yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi

Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi


Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama
Pelaksanaan Pemilihan Umum
Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 3o September
Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.

2. Pembubaran PKI dan Organisasi masanya


Suharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan
jalannya pemerintahan maka melakukan :
Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan dikukuhkannya Ketetapan
MPRS No. IX Tahun 1966..
Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan
30 September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak membantu
presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
3. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti
menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga
Page
57

pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu :
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti
yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam)
Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan
Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis).
Golongan Karya (Golkar)
4. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang
diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
a. Pemilu 1971
o Pejabat negara harus bersikap netral berbeda dengan pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk
perdana menteri yang berasal dari partai peserta pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal.
o Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu sudah ada dan diakui
mempunyai wakil di DPR/DPRD.
o Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776pemilih untuk memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang
anggota dipilih dan 100 orang diangkat.
o Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya (236 kursi), Partai Nahdlatul
Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional Indonesia (20 kursi), Partai
Kristen Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2 kursi), Partai Murba dan
Partai IPKI (tak satu kursipun).
b. Pemilu 1977
Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU No.3 tahun 1975
yang mengatur mengenai penyederhanaan jumlah partai sehingga ditetapkan bahwa terdapat 2 partai
politik (PPP dan PDI) serta Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3 kontestan menghasilkan
232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP dan 29 kursi untuk PDI.
c. Pemilu 1982
Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya perolehan suara Golkar secara nasional
meningkat. Golkar gagal memperoleh kemenangan di Aceh tetapi di Jakarta dan Kalimantan Selatan
Golkar berhasil merebut kemenangan dari PPP. Golkar berhasil memperoleh tambahan 10 kursi
sementara PPP dan PDI kehilangan 5 kursi.
d. Pemilu 1987
Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Hasil dari Pemilu 1987 adalah:
o PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33 kursi dibanding dengan pemilu 1982 hal ini
dikarenakan adanya larangan penggunaan asas Islam (pemerintah mewajibkan hanya ada satu asas
tunggal yaitu Pancasila) dan diubahnya lambang partai dari kabah menjadi bintang.
o Sementara Golkar memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi.
o PDI memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil membentuk DPP PDI sebagai hasil kongres
tahun 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam.
e. Pemilu 1992
Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992 menunjukkan perubahan yang cukup
mengagetkan. Hasilnya perolehan Golkar menurun dari 299 kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP
memperoleh 62 kursi dan PDI meningkat menjadi 56 kursi.

Page
58

f.

5.

6.

7.
B.

Pemilu 1997
Pemilu keenam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya:
Golkar memperoleh suara mayoritas perolehan suara mencapai 74,51 % dengan perolehan kursi 325
kursi.
PPP mengalami peningkatan perolehan suara sebesar 5,43 % dengan perolehan kursi 27 kursi.
PDI mengalami kemerosotan perolehan suara karena hanya mendapat 11 kursi di DPR. Hal ini
disebabkan karena adanya konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi dan PDI Megawati
Soekarno Putri.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di
Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas
LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).
Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar)
yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut
sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan
tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan.
Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah
selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.
Peran Ganda ABRI
Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda bagi ABRI yaitu
sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Peran ini
dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan
TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat
jatah kursi dengan pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi stabilisator
dan dinamisator.
Pemasyarakatan P4
Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk
menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut
selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR dalam sidang umum tahun 1978 mengenai Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau biasa dikenal sebagai P4.
Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua
lapisan masyarakat.
Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila
sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk
dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang
kuat terhadap pemerintah Orde Baru.
Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh
pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun 1985 kepada
semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu
bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya,
dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan oleh wakil PBB
pada tanggal 2 Agustus 1969.
PENATAAN POLITIK LUAR NEGERI

Page
59

1.

2.

Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia diupayakan kembali kepada jalurnya yaitu politik
luar negeri yang bebas aktif. Untuk itu maka MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi
landasan politik luar negeri Indonesia. Dimana politik luar negeri Indonesia harus berdasarkan
kepentingan nasional, seperti permbangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.
Kembali menjadi anggota PBB
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang pertahanan
keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya
disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-badan internasional
lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk
kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama
menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi
anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.
Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan dari pihak PBB
sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk
masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB dilanjutkan dengan tindakan
pemulihan hubungan dengan sejumlah negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah
negara lainnya yang sempat remggang akibat politik konfrontasi Orde Lama.
Normalisasi hubungan dengan beberapa Negara
Pemulihan hubungan dengan Singapura
Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan
Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah
Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang
disampikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik.
Pemulihan hubungan dengan Malaysia
Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok pada
29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:
Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai
kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul
Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta
Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing negara..
KEHIDUPAN EKONOMI MASA ORDE BARU
Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh kegiatan
ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan
Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada
usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan
pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966
yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang
lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah
menempuh cara sebagai berikut.
Page
60

1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi


2. Kerja Sama Luar Negeri
3. Pembangunan Nasional
Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu,
1. Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
2. Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran
lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling
berkaitan/berkesinambungan.
Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :
a. Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan
Orde Baru.
Tujuan Pelita I : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran Pelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja,
dan kesejahteraan rohani.
Titik Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk
Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947
bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan
demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di
Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan
pembakaran barang-barang buatan Jepang.
b. Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya
pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas
kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7%
per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju
inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.
c. Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih
berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang
dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan.
Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
Pemerataan pembagian pendapatan
Pemerataan kesempatan kerja
Pemerataan kesempatan berusaha
Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum
perempuan
Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air
Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Page
61

d. Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian
menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri
sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan
ekonomi dapat dipertahankan.
e. Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian
dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi ratarata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan.
Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.
f. Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada
pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan
dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang
sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negaranegara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri
yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
http://cumcumca.blogspot.com/2012/07/pelaksanaan-uud-1945-pada-masa-orde-baru.html

amandemen uud 1945

AMANDEMEN UUD 45

1. Pengertian Amandemen
Amandemen adalah perubahan konstitusi yang mana perubahannya tidak banyak, bersifat teknis
prosedural yang tidak mempengaruhi paradigma pemikiran Undang-Undang Dasar. Menurut
Budiardjo, ada empat macam prosedur dalam perubahan UUD baik dalam renewal maupun
amandemen, yaitu[1] :
a)
Sidang legislatif dengan ditambah syarat, misal dapat ditetapkan kuoroum untuk membicarakan
usul perubahan undang-undang dasar dan jumlah minimum anggota badan legislatif atau menerimanya;
b)
Referendum, pengambilan keputusan dengan cara menerima atau menolak usulan undangundang;
Page
62

c)
Perubahan yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga khusus yang
dibentuk hanya untuk keperluan perubahan.
Sedang dalam UUD 1945 pasal 37 menjelaskan tentang tata cara perubahan yang secara garis besar
adalah perubahan UUD 1945 bisa dilakukan jika sedikitnya dihadiri 1/3 anggota MPR. Sedang untuk
keputusan diambil jika disetujui sedikitnya 2/3 anggota MPR.[2] Ketentuan tersebut tentu memberi
konsekwensi yang luas di MPR. Sebab, jika ada fraksi yang menguasai lebih dari dua pertiga kursi
MPR yang mengatakan tidak setuju, maka kesepakatan akan sulit dicapai.
1. Alasan Amandemen
Pada awal ditetapkanya UUD 1945 sudah banyak terdapat penyelewengan kekuasan baik pada masa
Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto. Bahkan pada masa orde baru, hanya merekalah (para
pemimpin orba) yang boleh menafsirkan UUD 1945 hanya mereka sendiri, sementara MPR hanya
tinggal mengesahkannya saja. Contoh pada pasal 6 dan7 UUD 1945 yang berubah menjadi presiden
dan wakil presiden dipilih oleh majelis dengan suara mufakat, dan calonnya harus tunggal. Hasilnya,
Soeharto berhasil menjadi presiden selama kurang lebih 35 tahun. Berawal dari situlah perubahan
UUD 1945 dimulai. Berbagai alasan dapat dikemukakan dalam perubahan tersebut, diantaranya:
a)
Secara filosofis, pertama karena UUD 1945 adalah moment opname dari berbagai kekuatan
politik dan ekonomi yang dominant pada saat dirumuskanya konstitusi ini. Setelah beberapa tahun
kemudian pasti terdapat berbagai perubahan baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal tersebut
tentu belun terdapat didalam UUD 1945 karena pada saat itu perubahan belum mampak. Kedua sesuai
dengan kodrat manusia bahwa manusia tidak ada yang sempurna jadi, semua yang dikerjakannya pasti
ada kesalahan dan kekurangannya.
b) Aspek historis, karena awalnya pembuatan UUD 1945 bersifat sementara, sebagaimana yang
dinyatakan oleh ir.Soekarno, dalam rapat pertama tanggal 18 agustus 1945, yang menyatakan.
tuan-tuan semuanya tentu mengerti bahwa undang-undang dasar yang kita buat sekarang ini adalah
undang-undang dasar sementara. Kalau boleh saya memakai perkataa ini adalah undang-undang
daar kilat, nanti kalau kita telah bernegara dalan suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan
mengumpulkan kembali MPR yang dapat membuat undang-undang dasar yang lebih lengkap dan
sempurna . Dari ungkapan Soekarno tersebut dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 dibuat dengan
tergesa-gesa karena untuk melengkapi kebutuhan berdirinya Negara baru yaitu Indonesia.[3]
c)
Secara subtansif, UUD 1945 banyak sekali mengandung kelemahan. Hal ini dapat diketahui
antara lain; pertama, kekuasaan eksekutif terlalu besar tanpa disertai checks and balances, sehingga
UUD 1945 biasa disebut executive heavy dimana presiden memjadi pusat kekuasaan dengan berbagai
hak prerogatif; kedua, rumusan ketentuan UUD 1945 sebagian besar bersifat sederhana, umum, bahkan
tidak jelas sehigga menimbulkan multitafsir; ketiga, UUD 1945 terlalu menekankan pada semangat
atau iktikad baik orang yang menjadi penyelenggara Negara. Ini dapat dilihat dari bunyi penjelasan
UUD 1945 menyatakan bahwa yang sangat penting dalam pemerentahan dan dalam hal hidupnya
Negara ialah semangat, semangat para penyelenggara Negara ;[4] keempat, UUD 1945 terlalu
banyak memberi atribut kewenangan kepada leslatif masalah-masalah penting dalam UU seperti
tentang lembaga-lembaga Negara, HAM, kekuasaan kehakiman, pemerintahan daerah, dan sebagainya.
Page
63

d) Secara yudiris, para perumus UUD 1945 sudah menunjukkan kearifan bahwa apa yang mereka
lalukan ketika UUD 1945 tentu akan berbeda kondisinya di masa yang akan datang dan mungkin suatu
saat akan mengalami perubahan. Hal tersebut dapat ditinjau bahwa mereka (perumus UUD 1945)
membuat pasal tentang perubahan didalam UUD 1945, yaitu pasal 37.
1. Amandemen I, II, III, dan IX
a)

Amandemen Pertama

Perubahan pertama terhadap UUD 1945 terjadi pada tanggal 19 Oktober 1999 dalam sidang umum
MPR yang berlangsung tanggal 14-21 Oktober 1999. perubahan itu meliputi pasal-pasal 5, 7, 8, 9, 13,
14, 15, 17, 20,dan 21. karena pasal-pasal ini yang berkaitan dengan kekuasaan presiden yang sangat
besar. Untuk itu, prioritas pertama adalah mengurai dan membatasi kekuasaan presiden.
b)

Amandemen Kedua

Perubahan kedua ini dilakukan pada tanggal 7-8 Agustus 2000. Perubahan kedua UUD 1945 antara lain
diarahkan untuk memperteguh otonomi daerah, melengkapi pemberdayaan DPR, menyempurnakan
rumusan HAM, menyempurnakan pertahanan dan keamanan Negara, dan melengkapi atibut Negara.
c)

Amandemen Ketiga

Sidang tahunan MPR yang berlangsung 1-9 November 2001 telah menghasilkan perubahan ketiga
UUD 1945 terhadap 3 bab, 23 pasal, dan 64 ayat ketentuan undang-undang dasar. Perubahan ketiga ini
antara lain diarahkan untuk menyempurnakan pelaksaan kedaulatan rakyat, menyesuaikan wewenang
MPR, mengatur pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, mengantur impeachment
terhadap presiden dan/ atau wakil presiden membentuk lembaga DPD, mengatur pemilihan umum,
meneguhkan kedudukan dan Badan Pemeriksa Keuangan, serta meneguhkan kekuasaan kehakiman
dengan lembaga baru yaitu Mahkama Konstitusi (MK) dan Komosi Yudisial (KY).
d)

Amandemen Keempat

Sidang tahunan MPR 2002 yang berlangsung 1-11 Agustus 2002. Perubahan keempat UUD 1945 juga
melengkapi kekurangan peraturan dalam pasal 8 ayat 1 dan 2 yang telah diputuskan dalam perubahan
ketiga (tahun 2001), dengan menembahkan ayat 3.[5]
1. Tujuan Amandemen
Menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan Negara, kedaulata rakyat, HAM, pembagian kekuasaan,
eksistensi Negara demokrasi dan Negara hokum, seta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak menhubah
pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan kesatuan atau selanjutnya dikenal
dengan NKRI, serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.[6]
https://agustinblog.wordpress.com/2012/06/04/amandemen-uud-45-2/
Page
64

struktur pemerintahan dan kelembagaan menurut amandemen


1945
Susunan Lembaga Negara Berdasar UUD 1945 Amandemen

Susunan lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia telah


dilakukan penyempurnaan sesuai dengan aspirasi rakyat, sehingga mengalami beberapa
perubahan.

Perubahan

yang

sangat

jelas

terlihat

pada

kedudukan

Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sebelum UUD 1945 diamandemen, kedudukan MPR


berada lebih tingggi dari lembaga-lembaga tinggi lainnnya. Namun, setelah UUD 1945
mengalami amandemen kedudukan MPR disejajarkan dengan lembaga-lembaga tinggi
lainnnya, seperti DPR, MA, DPA, BPK, dan Presiden. Disamping itu juga dibentuk
lembaga-lembaga tinggi negara lain. Lihat bagan di bawah ini!

Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan


UUD 1945 Sebelum Amandemen

Page
65

Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan


UUD 1945 Setelah Amandemen

Lembaga negara yang memegang kekuasaan menurut UUD 1945 hasil amandemen
adalah MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan presiden. Masa jabatan anggota
MPR

lima

tahun

mengucapkan

dan

berakhir

sumpah/janji.

bersamaan

Sebelum

pada saat

memangku

anggota

jabatannya,

MPR

yang

anggota

baru
MPR

mengucapkan sumpah/janji bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung


dalam sidang paripurna MPR.
Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara.
Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada hanya
lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen
maka MPR termasuk lembaga negara. Sesuai dengan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR
amandemen mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
2. melantik presiden dan wakil presiden;
3. memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut
undang-undang dasar.

Page
66

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:
1. mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;
2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
3. memilih dan dipilih;
4. membela diri;
5. imunitas;
6. protokoler;
7. keuangan dan administratif.
Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1. mengamalkan Pancasila;
2. melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;
3. menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional;
4. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan;
5. melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di
tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota. Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
1. jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;
2. jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyakbanyak 100 orang;
3. jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyakbanyaknya 50 orang.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di
ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat
anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku jabatannya,
anggota DPR mengucapkan sumpah/ janji secara bersama-sama yang dipandu oleh
Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR. Lembaga negara DPR mempunyai
fungsi berikut ini:
Page
67

1. Fungsi Legislasi. Fungsi legislasi artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat
undang-undang.
2. Fungsi Anggaran. Fungsi anggaran artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang
berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
3. Fungsi Pengawasan. Fungsi pengawasan artinya DPR sebagai lembaga yang
melakukan

pengawasan

terhadap

pemerintahan

yang

menjalankan

undang-

undang.
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.
1. Hak Interpelasi. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan
kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis
serta berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.
2. Hak Angket. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
suatu kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Hak Menyatakan Pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk
menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar
biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya
atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk
memudahkan tugas anggota DPR maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama
dengan pemerintah sebagai mitra kerja.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang sebelumnya
tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih melalui pemilihan
umum.
Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyakbanyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah
anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPD
berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi selama bersidang bertempat tinggal di ibu
kota Republik Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun. Sesuai dengan
Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai berikut:
1. Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran,
Page
68

serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Ikut

merancang

hubungan

undang-undang

pusat

dengan

yang

daerah,

berkaitan

pembentukan

dengan

otonomi

dan

pemekaran,

daerah,
serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan
undang-undang, RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.
4. Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undangundang otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dengan daerah,
pajak, pendidikan, dan agama.

Presiden dan Wakil Presiden


Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif. Maksudnya,
presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai
kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum
adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi
setelah amandemen UUD1945 presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama
lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
Presiden

dan

wakil

presiden

sebelum

menjalankan

tugasnya

bersumpah

atau

mengucapkan janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik,
presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil presiden
tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Presiden dan wakil presiden menjalankan
pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945.

Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan
Page
69

tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara
(PTUN). Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:
1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan
di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;
3. memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi adalah lembaga baru setelah adanya perubahan UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan
kehakiman untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Mahkamah Konstitusi berkedudukan di ibu kota negara.
Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim kontitusi yang
ditetapkan dengan keputusan presiden. Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas
seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota dan tujuh
orang anggota hakim konstitusi. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi untuk masa jabatan selama tiga tahun. Hakim konstitusi adalah pejabat
negara. Sesuai dengan Pasal 24 C UUD 1945 maka wewenang dan kewajiban Mahkamah
Konstitusi, antara lain sebagai berikut:
1. mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap UUD;
2. memutuskan

sengketa

kewenangan

lembaga

negara

yang

kewenangannya

diberikan oleh UUD;


3. memutuskan pembubaran partai politik;
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
5. wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia menurut UUD.

Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:
a. mengusulkan pengangkatan hakim agung;
b. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Page
70

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang


hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Anggota
Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial
lima tahun.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan Keuangan yang
bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan

memperhatikan

pertimbangan

DPD

dan

diresmikan

oleh

presiden.

BPK

berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Demikian,
semoga bermanfaat.

HAM dalam UUD 1945 (Pra & Pasca Amandemen)


I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia yang diperoleh dan
dibawanya bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak
Asasi Manusia sama artinya dengan hak-hak konstitusional karena statusnya yang lebih tinggi dalam
hirarki norma hukum biasa, karena memperbincangkan kerangka normatif dan konsepsi hak-hak
konstitusional sesungguhnya tidaklah jauh berbeda dengan bicara hak asasi manusia.
Berawal dari 2 perang besar di dunia (PD I dan PD II) timbul keinginan untuk merumuskan
hak-hak asasi manusia dalam naskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan
diterimanya Universal Declaration of Human Right (pernyataan sedunia tentang Hak-hak Asasi
Manusia) oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB.
Page
71

Sejalan dengan amanat konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan perlindungan
HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya dan hak
pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik dalam penerapan,
pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya (Wirayuda: 2005). Sesuai dengan Pasal I (3), Pasal 55,
dan 56 Piagam PBB, upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep
kerjasama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan
hubungan antarnegara serta hukum internasional yang berlaku.
HAM di Indonesia di dasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu Pembukaan UUD 1945 (alinea I),
Pancasila sila ke-4, Batang Tubuh UUD 1945 (Pasal 27, 28, 29, dan 30), UU No. 39/1999 tentang
HAM dan UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM. HAM di Indonesia menjamin hak untuk hidup,
hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak
atas kebebasan, hak wanita, hak anak, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah perbedaan HAM di Indonesia sebelum dan setelah amandemen UUD 1945?
2)

Apa yang menjadi rujukan dasar perumusan Bab XA (Hak Asasi Manusia) UUD 1945 setelah
amandemen?

II.

PEMBAHASAN
UUD 1945 sebelum Perubahan bahkan tidak memuat secara eksplisit dan lengkap pengaturan
tentang hak asasi manusia. Sejak dideklarasikannya sejumlah hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia atau biasa disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of Human
Rights) yang kemudian diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi internasional tentang hak asasi
manusia, maka secara bertahap diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk pengakuan rezim normatif
internasional yang dikonstruksi untuk menata hubungan internasional.
Di Indonesia, HAM merupakan faktor yang krusial untuk di masukkan ke dalam Undang
Undang Dasar. Meskipun demikian, dalam konteks sejarah dan secara konsepsional, Undang-Undang
Dasar 1945 yang telah lahir sebelum DUHAM memiliki perspektif hak asasi manusia yang cukup
progresif, karena sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea I;
Page
72

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Di saat rezim Orde Baru di bawah Soeharto berkuasa, konsepsi jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 justru sama sekali tidak diimplementasikan. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul
serta mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dikebiri atas nama stabilisasi politik dan ekonomi,
dan hal tersebut jelas nampak dalam sejumlah kasus seperti pemberangusan simpatisan PKI di tahun
1965-1967, peristiwa Priok dan penahanan serta penculikan aktivis partai pasca kudatuli. Sementara
penyingkiran hak-hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan terlihat menyolok
dalam kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah, pengusiran warga Kedungombo, dan pembunuhan 4
petani di waduk Nipah Sampang. Praktis, pelajaran berharga di masa itu, meskipun jaminan hak asasi
manusia telah diatur jelas dalam konstitusi, tidak serta merta di tengah rezim militer otoritarian akan
mengimplementasikannya seiring dengan teks-teks konstitusional untuk melindungi hak-hak asasi
manusia.
Setelah situasi tekanan politik ekonomi yang panjang selama lebih dari 30 tahun, desakan untuk
memberikan jaminan hak asasi manusia pasca Soeharto justru diakomodasi dalam pembentukan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal-pasal di dalam undangundang tersebut nyatanya cukup memberikan pengaruh pada konstruksi pasal-pasal dalam amandemen
UUD 1945, terutama pada perubahan kedua (disahkan pada 18 Agustus 2000) yang memasukkan jauh
lebih banyak dan lengkap pasal-pasal tentang hak asasi manusia. Bandingkan saja kesamaan substansi
antara UUD 1945 dengan UU Nomor 39 Tahun 1999 dengan pasal-pasal hak asasi manusia yang
diperlihatkan di atas, maka terpetakan bahwa: (i) Pasal-pasalnya menyebar, tidak hanya di dalam Bab
XIA tentang Hak Asasi Manusia. Sejumlah pasal tentang hak asasi manusia terlihat pula di luar Bab
XIA (terdapat 8 substansi hak); (ii) UUD 1945 pasca amandemen telah mengadopsi jauh lebih banyak
dan lengkap dibandingkan sebelumnya, baik menyangkut hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya; (iii) Banyak sekali ditemukan kesamaan substantif sejumlah pasal-pasal
hak asasi manusia, baik di dalam maupun di luar Bab XIA, sehingga secara konseptual tumpang tindih,
repetitif dan tidak ramping pengaturannya. Misalnya, hak untuk beragama maupun berkepercayaan
diatur dalam tiga pasal, yakni Pasal 28E ayat (2), Pasal 28I ayat (1), dan Pasal 29.
Meskipun dengan sejumlah kekurangan secara konseptual, pengaturan normatif pasal-pasal hak
asasi manusia yang demikian sudah cukup maju, apalagi mengatur secara eksplisit tanggung jawab
Page
73

negara dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia (pasal 28I ayat (4) dan
ayat (5) UUD 1945 pasca amandemen). Konsepsi tanggung jawab hak asasi manusia dalam UUD 1945
lebih menonjol kewajiban warga negara dibandingkan tanggung jawab utama negara, dalam hal ini
pemerintah. Sebagaimana terlihat, kewajiban warga negara dalam soal hak asasi manusia diatur secara
terpisah dan khusus (vide: pasal 28J), namun secara konseptual pengaturannya kurang tepat karena
memasukkan konsep derogasi di dalam pasal 28J ayat (2), yang seharusnya dalam konstitusi sebagai
hukum (hak) dasar tidaklah perlu mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap hal-hal yang umum
atau mendasar sifatnya.
Dan pada akhirnya setelah perubahan UUD sampai 4 kali, barulah UUD 1945 setelah
diamandemen menjamin secara eksplisit tentang hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam BAB XA
Pasal 28A-J. Jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen, UUD 1945 hasil
amandemen 2002 dikembangkan dan ditambah pasalnya dan lebih rinci. Rincian tersebut antara lain
misalnya tentang hak-hak sosial dijamin dalam Pasal 28-B ayat (1), (2), Pasal 28-C ayat (2), Pasal 28-H
ayat (3), hak ekonomi diatur dalam Pasal 28-D ayat (2), hak politik diatur dalam Pasal 28-D ayat (3),
Pasal 28-E ayat (3), hak budaya pada Pasal 28-I ayat (3), hak perlindungan hukum yang sama pada
Pasal 28-G ayat (1), hak memeluk, meyakini, dan beribadah menurut agama yg dianutnya, serta hak
memperoleh, menyimpan, mengolah, menyampaikan informasi dan berkomunikasi melalui berbagai
saluran yang ada.
Rujukan yang melatarbelakangi perumusan Bab XA (Hak Asasi Manusia) UUD 1945 adalah
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998.Hal ini dikemukakan oleh Lukman Hakim Saefuddin dan
Patrialis Akbar, mantan anggota Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR (PAH I BP MPR) yang bertugas
menyiapkan rancangan perubahan UUD 1945 pada persidangan resmi di Mahkamah Konstitusi
bertanggal 23 Mei 2007. Ketetapan MPR tersebut kemudian melahirkan Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.Semangat keduanya, baik itu Ketetapan MPR Nomor
XVII/MPR/1998 maupun Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah sama yakni menganut
pendirian bahwa hak asasi manusia bukan tanpa batas.Dikatakan pula bahwa semangat yang sama juga
terdapat dalam pengaturan tentang hak asasi dalam UUD 1945, yaitu bahwa hak asasi manusia
bukanlah sebebas-bebasnya melainkan dimungkinkan untuk dibatasi sejauh pembatasan itu ditetapkan
dengan undang-undang. Semangat inilah yang melahirkan Pasal 28J UUD 1945. Pembatasan
sebagaimana tertuang dalam Pasal 28J itu mencakup sejak Pasal 28A sampai dengan Pasal 28I UUD
Page
74

1945. Oleh karenanya, hal yang perlu ditekankan di sini bahwa hak-hak asasi manusia yang diatur
dalam UUD 1945 tidak ada yang bersifat mutlak, termasuk hak asasi yang diatur dalam Pasal 28I ayat
(1) UUD 1945.
Jika kita menarik dari perspektif original intent pembentuk UUD 1945, bahwa seluruh hak asasi
manusia yang tercantum dalam Bab XA UUD 1945 keberlakuannya dapat dibatasi. Original intent
pembentuk UUD 1945 yang menyatakan bahwa hak asasi manusia dapat dibatasi juga diperkuat oleh
penempatan Pasal 28J sebagai pasal penutup dari seluruh ketentuan yang mengatur tentang hak asasi
manusia dalam Bab XA UUD 1945 tersebut. Mengutip pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi
dalam perkara Nomor 2-3/PUU-V/2007, maka secara penafsiran sistematis (sistematische
interpretatie), hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28I UUD 1945
tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Pasal 28J UUD 1945.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen sangat berbeda. Perbaikan isi UUD

1945 atau amandemen UUD 1945 membuat Hak Hak asasi manusia masyarakat Indonesia sangat di
perhatikan dan menjadi faktor utama kenapa pasal 28 tentang HAM isinya diamandemen karena pada
jaman Orde Baru atau pada jaman Presiden Soeharto HAM masyarakat Indonesia banyak di langgar
karena pembantaian dan kerusuhan seperti peristiwa PKI tahun 1965 dan peristiwa yang terbaru tahun
1998 dan pada akhirnya setelah perubahan UUD sampai 4 kali, barulah UUD 1945 setelah
diamandemen berubah total. Perubahan UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia setelah diamandemen
membuat HAM dibagi pada BAB XA Pasal 28A-J dan itu membuat Hak Asasi Manusia Indonesia
dijamin dan di lindungi oleh Negara. Meskipun begitu, kadang HAM di Indonesia kurang dipedulikan
sehingga masih banyak saja terjadi pelanggaran HAM di Indonesia pada saat ini.

B. Saran
Dengan adanya perlindungan setiap hak-hak asasi masyarakat Indonesia dari berbagai aspek
dalam konstitusi UUD 1945 dalam Bab XA pasal 28A-J, maka diharapkan adanya upaya tiap-tiap
elemen pemerintah dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)
http://notesofadian.blogspot.com/2012/05/ham-dalam-uud-1945-pra-pasca-amandemen.html
Page
75

optimalisasi pancasila dan uud 1945 dalam kehidupan

Page
76

Anda mungkin juga menyukai