PEMBAA
1. Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan ditemukannya prasasti yang berupa 7
yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari
raja Aswawarman ketrurunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan
kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu sebagai
tanda terimakasih raja yang dermawan (Bambang Sumadio, dkk.,1977 : 33-32). Masyarakat kutai yang
membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik dan
ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan
wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan
Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
2. Kerajaan Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaaan
Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu : pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra
(600-1400), yang bercirikan kedatuan. Kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang
bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia lama. Kemudian
ketiga, kebangsaan modern yaitu negara bangsa Indonesia merdeka (sekarang negara proklamasi 17
agustus 1945) (sekretariat negara RI 1995 :11).
Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Wijaya, di bawah kekuasaaan
bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedudukan Bukit di kaki bukit Sguntang dekat
Palembang yang bertarikh 605 caka atau 683 M., dalam bahasa melayu kuno huruf Pallawa. Kerajaan itu
adalah kerajaan Maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu-lintas laut di sebelah
barat dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775). Pada zaman itu kerjaan
Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan asia selatan. Perdagangan dilakukan
dengan mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuhan An Vatakvurah
sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakat mudah untuk memasarkan
dagangannya (Keneth R. Hall, 1976 : 75-77). Demikian pula dalam sistem pemerintahaannya terdapat
pegawai pengurus pajak, harta benda, kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis
pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan dalam
menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai Ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas agama Budha, yang sangat
terkenal di negara lain di Asia. Banyak musyafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu
di universitas tersebut terutama tentang agam Budha dan bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan
studinya ke India. Malahan banyak guru-guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara adalah tercemin pada kerajaan
Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara
yang adil dan makmur) (Sulaiman, tanpa tahun : 53).
3. Kerjaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan
raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang di bantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin
armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang
dari semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu
Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut telah telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu
tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional,
yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”,
artinya walaupun berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki tuhan yang
berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu dan menteri-menteri di
paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara
raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara
bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda,
Palembang dan Tumasik telah dikalahkan” (Yamin, 1960 : 60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti Rakryan I Hino , I
Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah
mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.
4. Zaman Penjajahan
Pada abat ini sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras untuk memperkuat dan
mengitensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Melihat hal tersebut maka munculah perlawanan
yang masih bersifat kedaerahaan. Seperti di Maluku (1817), Imam Bonjol (1821-1837), Pangeran
Diponegoro dan masih banyak lainnya.Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat untuk
melawan penindasan belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di antara
mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan terebut senantiasa kandas dan menimbulkan
banyak korban.
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama islam dengan pesatnya
di Indonesia. Bersama dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan islam seperti kerajan Demak,
dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang Portugis yang
kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang adalah orang-orang portugis. Pada
akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh
kesulitan. Utuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri, kemudian mereka mendirikan suatu
perkumpulan dagang yang bernama V.O.C, yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan
perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan
perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil
meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.
Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai kompeni tahun 1667 dan
timbullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah Banten (Sultan
Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo,
Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasa.
Demikian kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan Armada dari
Minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat
sambutan yang hangat. perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang terpencar-pencar dan
tidak memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan korban
bagi anka-anak bangsa.
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan belaka dan tidak pernah
menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian Jepang masuk ke
Indonesia dengan propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang saudara tua bangsa Indonesia”.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan
memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh
tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk
mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk
suatu badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi Tiosakai.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun kaisar jepang, memberikan hadiah
ulang tahun kepada bangsa indonesia yaitu kemerdekaan tanpa syarat setelah panghancuran Nagasaki
dan Hirosima oleh sekutu. Untuk mendapatkan simpati dan dukungan terbentuklah suatu badan BPUPKI.
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar Negara. Selain
usulan tersebut pada akhir pidatonya Muh. Yamin menyerahkan naskah sebagai lampiran yaitu suatu
rancangan usulan sementara berisi rumusan Undang Undang Dasar RI
Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo mengusulkan hal-hal
mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, keadilan rakyat.
Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusanya yaitu:
Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia.
Penyusunan pancasila oleh panitia sembilan, serta pemakaian istilah “hukum dasar” diganti
dengan undang-undang dasar karena hal ini merupakan hukum retulis atas saran prof. Soepomo. Serta
membahas bentuk negara yang setuju adalah pro republik. Keputusan-keputusan lain adalah
membentuk panitia kecil. Perancang undang-undang dasar di ketuai oleh Soekarno, panitia ekonomi dan
keuangan di ketuai oleh Moh. Hatta dan pembea tahan air di ketuai oleh Abikusno Tjokrosoejono.
Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan popular disebut dengan
“panitia sembilan” yang anggotanya adalah sebagai berikut:
a. Ir. Soekarno
b. Wachid Hasyim
d. Mr. Maramis
f. Mr. Soebarjo
h. Abikoesmo Tjokrosoejoso
Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan mencapai suatu hasil baik yaitu
suatu persetujuan antara golongan islam dengan golongan kebangsaan. Adapun naskah preambule yang
disusun oleh panitia sembilan tersebut pada bagian terakhir adalah sebagai berikut : “…………maka
disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sreta dengan mewujudkan suatu keadilan sosisal bagi
seluruh rakyat Indonesia”
Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar diganti dengan istilah undang-
undang dasar. Keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang bentuk negara republik dan luas
wilayah negara baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya yang
sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia.
Pada pertengahan bulan agustus 1945 akan dibentuk PPKI. Untuk keperluan itu Ir. Soekarno dan Drs.
Muh. Hatta dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas pangilan jendral besar Terauchi.
Sekembaliannya dari saigon 14 agustus 1945, Ir. Soekarno mengumumkan dimuka umum bahwa
bangsa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin) dan kemerdekaan bangsa
Iindonesia ini bukan merupakan hadiah dari Jepang melainkan dari hasil perjuangan sendiri. Setelah
Jepang menyerah pada sekutu, maka kesempatan itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut maka pada tengah malam,
Soekarno-Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol
No.1).
Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan pada larut malam
dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr.
Iwakusuma Sumantri dan beberapa anggota PPKI untuk merumuskan redaksi naskah Proklamasi. Pada
pertemuan tersebut akhirnya konsep Soekarno lah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.
Kemudian pagi harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan timur 56 Jakarta, tepat pada
hari Jumat Legi, jam 10 pagi Waktu Indonesia Barat (Jam 11.30 waktu jepang), Bung Karno dengan
didampingi Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi dengan khidmad dan diawali dengan pidato,
sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yeng mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Soekarno Hatta
Secara ilmiah masa Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian sebagai berikut :
a) Dari sudut hukum ( secara yuridis) proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib hukum
kolonial.
b) Secara politis ideologis proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia terbebas dari
penjajahan bangsa asing melalui kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu negara
Proklamasi Republik Indonesia.
Setelah prokamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa Indonesia masih menghadapi
kekuatan sekutu yang berupaya menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan
untuk mengakui pemerintahan Nica ( Netherland Indies Civil Administration). Selain itu Belanda juga
secara licik mempropagandakan kepada dunia luar bahwa negara Proklamasi RI. Hadiah pasis Jepang.
Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia Internasional, maka pemerintah RI mengelurkan
tiga buah maklumat :
1. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan luar
biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku selama enam bulan). Kemudian
maklumat tersebut memberikan kekuasaan tersebut kepada MPR dan DPR yang semula dipegan oleh
Presiden kepada KNIP.
2. Maklumat pemerintah tanggal 03 Nopember 1945, tantang pembentukan partai politik yang
sebanyak–banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri
demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia barat menilai bahwa
negara Proklamasi sebagai negara Demokratis
3. Maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, yang intinya maklumat ini mengubah sistem
kabinet Presidental menjadi kabinet parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal.
Sebagai hasil dari konprensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani suatu persetujuan
(mantel resolusi) Oleh ratu belanda Yuliana dan wakil pemerintah RI di Kota Den Hag pada tanggal 27
Desember 1949, maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya dengan
konstitusi RIS, antara lain :
2. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi liberal dimana mentri-
mentri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
3. Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat maupun isi pembukaan UUD
1945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci.
4. Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan, oleh karena itu
persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan kedaulatan melainkan “pemulihan
kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan”
Berdirinya negara RIS dalam Sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai suatu taktik
secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945 taitu negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam alinea IV, bahwa
pemerintah negara.......” yang melindungi segenap bangsa Indoneia dan seluruh tumpah darah negara
Indonesia .....” yang berdasarkan kepada UUD 1945 dan Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis
secara spontan dan rakyat untuk membentuk negara kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan Negara
Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta, walaupun pada saat itu Negara RI yang berpusat di
Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai negara bagian RIS saja.
Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara bagian saja yaitu :
Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negaraRI tanggal 19 Mei 1950, maka
seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan, dengan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17
Agustus 1950.
Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila
dan UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi kepada Pemerintah yang berasas Demokrasi
Liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila.
Pada pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan
masyarakat, bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada politik, social ,ekonomi, dan hankam. Hal ini
disebabkan oleh konstituante yang seharusnya membuat UUD negara RI ternyata membahas kembali
dasar negara, maka presiden sebagai badan yang harus bertanggung jawab mengeluarkan dekrit atau
pernyataan pada tanggal 5 Juli 1959.
Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di negara Republik Indonesia
hingga sat ini. Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi(kepala negara atau orang lain) yang
merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila negara dalam keadaan
darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya. Landasan mukum dekrit adalah ‘Hukum
Darurat’yang dibedakan atas dua macam yaitu :
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi wewenang kepada
orang tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hukum.
c. Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil, keadaan ini
dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan menanamkan ideology belum selesai. Ideology pada saat
itu dirancang oleh PKI dengan ideology Manipol Usdek serta konsep Nasakom. Puncak peristiwa
pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 untuk merebut kekuasaan yang sah negara RI,
pemberontakan ini disertai dengan pembunuhan para Jendral yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI
tersebut berupaya untukmenggabti secara paksa ideology dan dasar filsafat negara Pancasila dengan
ideology komunis Marxis. Atas dasar tersebut maka pada tanggal 1Oktober 1965 diperingati bangsa
Indonesia sebagai ‘Hari Kesaktian Pancasila’
Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia Natasya Noor Fauzia Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas : B2017 natasyanoorf@gmail.com Dosen :
Prof.Dr.Nadiroh, M.Pd Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran PPKn Universitas Negeri Jakarta Jalan.
Rawamangun Muka Nomor 1 Jakarta Timur,DKI Jakarta, Indonesia Pancasila adalah dasar Negara dan
pandangan hidup seluruh rakyat Indonesia. Sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kedudukan
sebagai dasar dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar
Negara diwujudkan dalam hukum nasional Indonesia, dimana Pancasila menjadi sumber dari segala
sumber hukum yang ada di Negara Indonesia. Sedangkan sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila
dijadikan sebagai arahan bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupan sehari-hari
sebagaimana menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Kita sebagai
rakyat Indonesia sudah semestinya tau dan mengerti sejarah dari perumusan Pancasila itu sendiri,
Menjelang tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, Jepang banyak
menggunakan cara untuk menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia dengan membuat
suatu janji bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan
oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Pembentukan BPUPKI Jepang meyakinkan
akan janjinya terhadap bangsa Indonesia untuk dimerdekakan dengan membentuk Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang BPUPKI berarti
Dokuritsji Junbi Cosakai. Jenderal Kumakichi Harada, adalah komandan pasukan jepang di jawa dan
mengumumkan pembentukan BPUPKI lalu pada tanggal 28 April 1945 diumumkan pengangkatan
anggota BPUPKI. Pergelaran upacara peresmiannya di gelar Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta
(sekarang, Gedung Departemen Luar Negeri). BPUPKI beranggotakan 67 orang, termasuk 7 orang
Jepang dan 4 orang Cina dan
Arab. Jabatan Ketua BPUPKI adalah Radjiman Wedyodiningrat, Wakil ketua BPUPKI adalah
Icibangase (Jepang), dan sebagai sekretarisnya adalah R.P. Soeroso. Sejarah Persidangan Pertama
BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945) Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Persidangan
BPUPKI dilaksanakan pertama kali pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945. Pada
persidangan, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada
persidangan BPUPKI yang pertama, terdapat berbagai pendapat mengenai dasar negara yang dipakai
di Indonesia. Rumusan dasar negara Indonesia disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo,
dan Ir. Soekarno B. Sejarah Persidangan Kedua BPUPKI (10-16 Juli 1945) Sidang pertama BPUPKI
berakhir, namun rumusan dasar negara Indonesia untuk merdeka belum terbentuk. Padahal,
BPUPKI akan istirahat satu bulan penuh. Akhirnya BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara
yang anggota terdiri dari sembilan orang yang disebut dengan Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan
adalah menerima berbagai aspirasi mengenai pembentukan dasar negara Indonesia. Anggota Panitia
Sembilan terdiri dari Ir. Soekarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid
Hasyim, Mr.Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subardjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A.A. Maramis.
Berkat kerja keras dan cerdas dari Panitia Sembilan membuahkan hasil di tahun 22 Juni 1945 yang
berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin
yang diberi nama "Piagam Jakarta atau Jakarta Charter". Piagam Jakarta Perumusan dan sistematika
Pancasila yang telah dibahas dalam Piagam Jakarta kemudian diterima oleh Badan Penyidik dalam
sidangnya yang kedua pada tanggal 14-16 Juli 1945. Namun, walaupun rumusan Pancasila sudah
diterima oleh Badan Penyidik, belum berarti rumusan Pancasila sudah mencapai final. Karena,
belum adanya perwakilan yang representatif (mewakili berbagai unsur). Pembentukan Panitia Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk
menindak lanjutkan hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsi Junbi Inkai. Anggota
PPKI terdiri dari 21 orang untuk seluruh masyarakat Indonesia, 12 orang wakil dari jawa, 3 wakil dari
sumatera, 2 orang wakil dari sulawesi, dan seorang wakil Sunda Kecil, Maluku serta penduduk cina.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, ketua PPKI menambah 6 anggota lagi sehingga anggota PPKI berjumlah
27 orang. dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang
dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa), dan pada akhirnya
bertambah enam orang lagi.
Rumusan Akhir Yang Ditetapkan Tanggal 18 Agustus1945 Dari sidang pertama PPKI menghasilkan
beberapa keputusan: 1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan. a. Menetapkan
Pigam Jakarta dengan beberapa perubahan menjadi pembukaan UUD Negara Republik Indonesia. b.
Menetapkan Rancangan-Rancangan Hukum Dasar dengan beberapa perubahan menjadi UUD Negara
Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945. 2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden
dan Drs. Moh. Hatta sebagi Wakil Presiden Republik Indonesia. 3. Sebelum terbentuknya Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional
Indonesia yang dikemudian dikenal sebagai Badan Musyawarah Darurat. Pancasila akhirnya ditetapkan
sebagai dasar negara Republik Indonesia pada sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945) yang didahului
dengan penetapan Rancangan Mukadimah (Pembukaan) dan rancangan UUD menjadi Pembukaan
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, secara sah dan resmi menurut
ketentuan yuridis konstitusional. Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
didahului dengan pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang
yang dipimpin langsung oleh Ketua PPKI, Ir. Soekarno. Bunyi kelima butir sila Pancasila yang telah
ditetapkan secara sah dan resmi pada sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945) adalah sebagai berikut:
Satu : Ketuhanan yang Maha Esa Dua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Tiga : Persatuan Indonesia
Empat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Lima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Daftar Pustaka Akhmad,A. (2015). Pancasila Sebagai Dasar Negara. Jurnal Pemikiran dan Peradaban.
Lubis, Yusnawan, Sodeli. 2018. Pendidikan Pncasila dan Kewarganegaraan. Depok. Pusat Kurikulum dan
perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
PENGERTIAN PANCASILA
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta:
pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada
paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam
beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai
hari lahirnya Pancasila.
Pancasila sebagaimana dalam masa pembentukannya mengalami macam macam rumusan yang
berbeda,berikut diantaranya.
RUMUSAN PIDATO
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan
lima calon dasar negara yaitu
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri ke-Tuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
RUMUSAN TERTULIS
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar
negara. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan
rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu[2]:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kebangsaan Persatuan Indonesia
Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
RUMUSAN PANCASILA
Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
Mufakat,-atau demokrasi
Kesejahteraan sosial
Ketuhanan
RUMUSAN TRISILA
Sosio-nasionalisme
Sosio-demokratis
ke-Tuhanan
RUMUSAN EKASILA
Gotong-Royong
RUMUSAN KALIMAT
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Alternatif pembacaan rumusan kalimat rancangan dasar negara pada Piagam Jakarta
dimaksudkan untuk memperjelas persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI sebagaimana
terekam dalam dokumen itu dengan menjadikan anak kalimat terakhir dalam paragraf keempat
tersebut menjadi sub-sub anak kalimat.
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan,
[A] dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dasar[:]
[A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
[A.2] persatuan Indonesia, dan
[A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan[;]
serta
[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
RUMUSAN POPULER
Versi populer rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam Jakarta yang beredar di masyarakat
adalah:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli 1945, dokumen
“Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi
dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945. Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum
Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua buah dokumen berbeda yaitu Declaration of
Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang diperluas menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan
(berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan sedikitpun). Rumusan yang diterima oleh rapat pleno
BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu
dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir. Rumusan rancangan dasar
negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh
masyarakat luas
RUMUSAN KALIMAT
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
RUMUSAN V: PPKI
Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan semula
dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi darurat yang harus segera
diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dari Indonesia daerah Kaigun
(Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan), di antaranya A. A. Maramis, Mr.,
menemui Sukarno menyatakan keberatan dengan rumusan “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut disahkan menjadi bagian dasar negara.
Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta
dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, di antaranya
(Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan
usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui
penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” demi keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno PPKI.
Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa “menurut dasar” dari Ki
Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh
bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.
RUMUSAN KALIMAT
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
RUMUSAN KALIMAT
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan
dan keadilan sosial.”
Rumusan dengan penomoran (utuh)
ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan,
kebangsaan,
kerakyatan
dan keadilan sosial
RUMUSAN VII: UUD SEMENTARA
Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan kehancuran. Hanya dalam hitungan
bulan negara bagian RIS membubarkan diri dan bergabung dengan negara bagian RI Yogyakarta.
Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT[13], dan
NST[14]. Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa
dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan dan mengadakan perubahan
Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara. Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan UU
RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang
disahkan tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf
keempat dari Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.
RUMUSAN KALIMAT
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan
dan keadilan sosial, …”
RUMUSAN KALIMAT
“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Selain fungsi pokok Pancasila sebagai Dasar Negara
ada fungsi yang lainnya yaitu:
Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945, berhasil menyusun suatu naskah yang kemudian disebut
Piagam Jakarta. Yang di dalamnya tercantum rumusan Dasar Negara sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari beberapa rumusan yang diusulkan itu, mana menurut Anda yang paling sesuai dengan kepribadian
Bangsa Indonesia? Hasil kerja panitia Sembilan itu belum dapat pengesahan dari BPUPKI, karena mereka
belum mewakili seluruh golongan masyarakat Indonesia dan rumusan dasar negara yang dihasilkan itu
masih dianggap belum terumuskan secara jelas. Untuk memantapkan hasil kerja BPUPKI dan sejalan
dengan perkembangan sejarah, maka dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
bersidang pada tanggal 18 Agustus 1945, yang kedudukannya sama dengan badan perwakilan rakyat dan
anggotanya ditambah dari wakil-wakil daerah dan golongan yang segera ditugaskan untuk menyusun
alat-alat kelengkapan negara yang diperlukan. Dalam sidangnya PPKI menghasilkan:
• Menetapkan dan mengesahkan UUD RI.
• Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs.Moch Hatta sebagai wakil Presiden.
• Sebelum dibentuk MPR dan DPR Presiden dibantu oleh suatu Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
untuk sementara waktu.
• Dalam pengesahan tersebut terdapat rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 berikut sistematikanya, sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:
Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember
1949
Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit
Presiden 5 Juli 1959)
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila.
Sila pertama
Bintang.
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.
Sila kedua
Rantai.
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga
Pohon Beringin.
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat
Kepala Banteng
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima
UUD 1945
Konstitusi RIS (1949)
UUD Sementara (1950)
Berbagai Ketetapan MPRS dan MPR RI
Saafroedin Bahar (ed). (1992) Risalah Sidang BPUPKI-PPKI 29 Mei 1945-19 Agustus 1945.
Edisi kedua. Jakarta: SetNeg RI
Tim Fakultas Filsafat UGM (2005) Pendidikan Pancasila. Edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka
http://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-i/kewarganegaraan/sejarah-dan-
rumusan-pancasila/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
http://info-makalah.blogspot.com/2010/06/makalah-sejarah-pancasila.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumusan-rumusan_Pancasila
bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka
BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi, melainkan
juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam konstituensi masing-
masing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa diktum John Stuart
Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan mengumpulkan the best minds
atau the best character yang dimiliki suatu bangsa, terutama di saat bangsa
Anda ketahui bahwa perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam
sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni
1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua),
yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh
Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang
Gambar II.1: Penyampaian usulan tentang dasar negara oleh Ir. Soekarno dalam sidang
beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo,
Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut menyampaikan usulan tentang dasar
dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945.
Pada hari itu, Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar
d. Kesejahteraan Sosial,
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi
Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3)
Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian hari
buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui bahwa dari
Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul upayaupaya “de-Soekarnoisasi”
oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan
Pancasila.
Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar
kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh.
Kemudian, sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk
sementara.
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli
1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang
merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah
terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.
3. Persatuan Indonesia
permusyawaratan perwakilan.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di
di sana-sini.
dunia. Salah satu penyebab terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah
bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa
(2) panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai
Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal
Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang,
Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde
sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang
untuk sementara bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai sekadar penjaga
kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI
yang semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa
lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil
Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno,
tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia pada masa itu. Para pemuda
(dalam istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”), tindakan pemuda itu
berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh.
Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah
oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan
nama Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena
dan Sesudah Revolusi, William Frederick dan Soeri Soeroto, 2002: hal. 308 –-
311).
Sampai detik ini, teks Proklamasi yang dikenal luas adalah sebagai berikut:
Proklamasi
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Halhal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dll. diselenggarakan dengan cara
Soekarno-Hatta
Dasar, Pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya. Putusanputusan penting yang dihasilkan
mencakup hal-hal berikut:
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).
permusyawaratan/perwakilan.
dalam Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari wakil yang
Tuntutan ini ditanggapi secara arif oleh para pendiri negara sehingga terjadi
yang seharusnya dapat berjalan dengan baik dan tertib, ternyata menghadapi
58
Pancasila. Salah satu bentuk ancaman itu muncul dari pihak Belanda yang
Belanda itu dilakukan dalam bentuk agresi selama kurang lebih 4 tahun.
Bandung untuk membuat UUD yang definitif sebagai pengganti UUDS 1950.
Kebuntuan ini diselesaikan lewat voting, tetapi selalu gagal mencapai putusan
segera dibentuk MPRS dan DPAS. Pada kenyataannya, setelah Dekrit Presiden
5 Juli 1959 terjadi beberapa hal yang berkaitan dengan penulisan sila-sila
sebagai presiden seumur hidup melalui TAP No. III/MPRS/1960. Selain itu,
posisi tertinggi yang membawahi ketua MPRS, ketua DPR, dan ketua DPA yang
antara tokoh PKI dengan perwira Angkatan Darat (AD) sehingga terjadilah
Soeharto. Peralihan kekuasan itu diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari
Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, yang di kemudian hari
terkenal dengan nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Surat itu
intinya berisi perintah presiden kepada Soeharto agar “mengambil langkahlangkah pengamanan untuk
menyelamatkan keadaan”. Supersemar ini dibuat
di Istana Bogor dan dijemput oleh Basuki Rahmat, Amir Mahmud, dan M. Yusuf.
yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada Letjen Soeharto itu kemudian
memerintah Soeharto bukan lagi Presiden Soekarno, melainkan MPRS. Hal ini
No. XVIII/ MPRS/1966 yang isinya mencabut TAP No. III/MPRS/1960 tentang
Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Konsekuensinya,
sejak saat itu Soekarno bukan lagi berstatus sebagai presiden seumur hidup
dalam Pembukaan UUD 1945 (ingatlah, dulu setelah Dekrit 5 Juli 1959
Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P-4). Usul ini diterima dan dijadikan
TAP No. II/MPR/1978 tentang P-4 (Ekaprasetia Pancakarsa). Dalam TAP itu
No. 10/1979 tentang pembentukan BP-7 dari tingkat Pusat hingga Dati II.
Pancasila juga dijadikan satu-satunya asas bagi orsospol (tercantum dalam
UU No. 3/1985 ttg. Parpol dan Golkar) dan bagi ormas (tercantum dalam UU
No. 8/1985 ttg. Ormas). Banyak pro dan kontra atas lahirnya kedua undangundang itu. Namun, dengan
kekuasaan rezim Soeharto yang makin kokoh
Yayasan Idayu.
1 Juni 2009.
Indonesia, Jakarta.
Bahm, Archie. 1984. Axiology: The Science of Values. New Mexico: Albuquerque.
Albuquerque.
Delors, J. et al. 1996. Learning the Treasure Within, Education for the 21th
batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal dari kata susila, yang berarti tingkah
laku yang baik. Jadi secara kebahasaan dapat disimpulkan bahwa Pancasila dapat
berarti lima batu sendi atau dasar. Atau dapat juga berarti lima tingka laku yang baik.
Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh Bung Karno sejak sidang BPUPKI
pada 1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara.1
Eksistensi
Pancasila tidak dapat dipisahkan dari situasi menjelang lahirnya negara Indonesia
pendiri bangsa ini akhirnya sepakat dengan lima pasal yang kemudian dijadikan
1 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press
2013), 10.7
rumusan yang sah secara konstitusional dan dipakai hingga dewasa ini.
BPUPKI pada 29 Mei 1945, isinya sebagai berikut: (1) Prikebangsaan (2)
sidang BPUPKI, Pancasila memuat hal sebagai berikut: (1) Nasionalisme atau
Pancasila dalam piagam Jakarta yang disahkan pada 22 Juni 1945 adalah sebagai
berikut: (1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk
pemeluknya, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4)
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu: (1) Ketuhanan yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab (3) Persatuan Indonesia (4) Kerakyatan yangdipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan (5)
Amerika, Prancis dan Rusia, Negara Indonesia perjuangan untuk terwujudnya negara
modern diwarnai dengan penjajahan bangsa asing selama 3,5 abad serta akar budaya
lain.
Indonesia resmi sebagai sebuah bangsa, lahir sejak diikrarkannya sumpah pemuda
Indonesia yang bertekad untuk satu bangsa, satu tanah air dan menjunjung tinggi
Indonesia, tidak semata di bangun atas kesamaan perangai, melainkan lebih pada
kesadaran geo-politik, cita-cita, dan nilai-nilai luhur hidup dan mengakar dalam
penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara, dan jalan yang ditempuhnyan
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
negara, yang berupa nilai adat istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-
nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pandangan hidup, sehingga matari Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut
tidak lain adalah bangsa Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa
formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia.5
Indonesia (PPKI).
Dalam sidang pertama ini diisi dengan beberapa tokoh yang berpidato
kesepakatan, tokoh yang berpidato pertama adalah Mr. Mohammad Yamin. Yamin
mengusulkan usulan (lisan) rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut: (1)
sebagai berikut: (1) Ketuhanan yang maha Esa (2) Kebangsaan persatuan Indonesia
(3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
Di hari selanjutnya (31 Mei) yang mendapat giliran menyampaikan pidato adalah
oleh Thomas Hobbes (Abad 17) dan Jean Jacques Rousseau (Abad 18) Herbert
Spencer (Abad 19), HJ. Laski (Abad 20). Menurut paham tersebut, negara adalah
masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak seluruh individu
(contract social). Selain teori negara perseorangan tersebut, Soepomo juga
mengajukan teori perbandingan, (2) Paham negara kelas (Class Theory) yang
merupakan gagasan Marx, Engels dan Lenin, dan (3) Paham negara integralistik yang
diajarkan Spinoza, Ada, Muller, Hegel (Abad 18 dan 19). Pada tahap selanjutnya
6 Kumawi Basyir dkk, Pancasila Dan Kewarganegaraan, (Surabaya: Sunan Ampel Press
2013), 10-1
Soepomo mengusulkan usulan rumusan lima besar dasar Negara sebagai berikut (1)
Persatuan (2) Kekeluargaan (3) Keseimbangan lahir batin (4) Keadilan rakyat.7
disampaikan tanpa teks. Soekarno mengusulkan adanya dasar negara yang terdiri
atas lima prinsip yang rumusannya adalah (1) Kebangsaan (Nasionalisme), (2)
kemudian dibentuk panitia kecil yang berjumlah delapan orang yang kemudian
semua usulan tertulis. Anggota panitia delapan tersebut terdiri dari: (1) Ir. Soekarno
(Ketua) (2) Drs Moh. Hatta (3) M. Soetardjo Kartohadikoesomo (4) KH. Wahid
Hasyim (5) Ki Bagus Hadikusumo (6) Rd. Otto Iskandardinata (7) Mohammad.
Yamin (8) Mr. Alfred Andre Maramis. Setelah panitia kecil tersebut bekerja meneliti,
diantara para anggota. Anggota yang beragama Islam menghendaki bahwa negara
negara tidak berdasarkan hukum agama tertentu. Maka untuk mengatasi hal tersebut
maka dibentuklah panitia yang terdiri dari sembilan orang yang kemudian dikenal
dengan ‘panitia 9’ yaitu: (1) Ir. Soekarno (Ketua) (2) Mr. Yamin (3) KH. Wahid
Hasyim (4) Drs. Moh. Hatta (5) KH. Abdul Kahar Moezakir (6) Mr. Maramis (7) Mr.
Soetardjo Kartohadikoesoemo (8) Abi Kusno Tjokrosoejoso (9) H. Agus Salim.8
akan lima pasal/konsep dasar negara yang kemudian dipopulerkan oleh Mohammad.
Yamin dengan sebutan Piagam Jakarta. Lima pasal tersebut adalah: (1) Ketuhanan
Kemanusiaan yang adil dan beradab (3) Persatuan Indonesia (4) Kerakyatan yang
Piagam Jakarta yang telah disepakati. Semua menerima dengan bulat, baik golongan
Sala satu perubahan terjadi dalam Pancasila adalah pada sidang pertama Panitia
beberapa perubahan terhadap Piagam Jakarta terutama pada sila pertama. Pertama ini
redaksi kalimat pada sila pertama, menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’
sebagaimana yang kita lihat sekarang ini.11 Sidang PPKI dilaksanakan hingga empat
kali. Namun bangun rumusan final Pancasila mencapai kesepakatan pada sidang yang