Anda di halaman 1dari 4

1.

Awal munculnya benih benih ideology pancasila dari zaman purbakala

A. Zaman Kutai

Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukannya


prasasti berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut, dapat diketahui bahwa
Raja Mulawarman merupakan keturunan dari Raja Aswawarman dan Raja Arwawarman
merupakan keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman, menurut prasasti tersebut,
mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana, dan mereka
membangun yupa sebagai tanda terima kasih kepada raja yang dermawan. Masyarakat Kutai
yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial
politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para
Brahmana.

B. Zaman Sriwjaya

Menurut Mr. Muhammad Yamin, bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia


tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap.
Pertama, zaman Sriwjaya di bawah wangsa Syailendra (600– 1400), yang bercirikan
kedatuan. Kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (1293– 1525) yang bercirikan
keprabuan. Kedua tahap ini merupakan negara kebangsaan Indonesia lama. Ketiga, negara
kebangsaan modern, yaitu negara Indonesia merdeka (sekarang negara Proklamasi 17
Agustus 1945).

C. Zaman Kerajaan Kerajaan Sebelum Majapahit

Sebelum Majapahit muncul sebagai kerajaan yang memancangkan nilai-nilai


nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih
berganti. Misalnya, Kerajaan Kalingga pada abad VII, Sanjaya pada abad VIII yang ikut
membantu membangun Candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah Wihara untuk pendeta
Buddha yang didirikan di Jawa Tengah bersama dinasti Syailendra (abad VII dan IX). Releksi
puncak budaya dari Jawa Tengah dalam periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah
dibangunnya candi Borobudur (candi agama Buddha pada abad IX) dan candi Prambanan
(candi agama Hindu pada abad X).

D. Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya
pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih gajah Mada yang dibantu oleh
laksamana Nala dalam memimpin armadanya menguasai Nusantara. Wilayah kekuasaan
Majapahit semasa jayanya membentang dari Semenanjung Melayu (Malaysia sekarang)
sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.

Pada waktu itu, agama Hindu dan Buddha, hidup berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365). Dalam kitab
tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”. empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan di
dalam buku itulah kita jumpai slogan persatuan nasional “Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi
lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangnia”, artinya walaupun berbeda,
namun satu tujuan adanya; sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal
ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan
Buddha. Bahkan salah satu bawahan kekuasaannya, Samudra Pasai justru telah memeluk
agama Islam. Toleransi positif dalam bidang agama djunjung tinggi sejak masa bahari yang
telah silam.

2. Proses Terbentuknya BPUPKI

Diawali dari kekalahan telak Dai Nippon dalam Perang Asia Timur Raya, membuat
posisi Jepang sangat rumit termasuk mengambil tindakan di berbagai wilayah
pendudukannya. Teruntuk Indonesia, Jepang menyadari wilayah ini nantinya menjadi
sasaran pendudukan Sekutu setelah menyudutkan Jepang.

Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Kaiso, lantas menjanjikan kemerdekaan
bagi Indonesia “kelak di kemudian hari”. Namun pernyataan itu masih ambigu terkait
uangkapan “kelak di kemudian hari”. Kaiso berharap dengan janjinya itu tidak sampai terjadi
pemberontakan baru oleh rakyat Indonesia.

Untuk mendukung usulan Kaiso, pada 1 Maret 1945, Kumakichi Hurada selaku
Jenderal Dai Nippon di Jawa menyatakan segera dibentuk badan baru bernama Dokuritsu
Junbi Cosakai (George S. Kanahele, The Japanese Occupation of Indonesia, 1967:184). Inilah
yang kemudian menjadi waktu lahirnya BPUPKI yang merupakan nama lain dari Dokuritsu
Junbi Cosakai. Awalnya sebenarnya akal-akalan Jepa ng saja untuk janji kemerdekaan.
Namun akhirnya diresmikan pada 2 April 1945 dan anggotanya dilantik 28 Mei 1945.

Susunan anggotanya masih dipengaruhi Jepang. Dalam tubuh BPUPKI terdiri dari
seorang kaico (ketua), 2 orang fuku kaico (ketua muda), dan 59 orang iin atau anggota. Ketua
BPUPKI dijabat oleh Radjiman Wediodiningrat yang merupakan penggagas organisasi Bud
Utomo. Ketua Muda diserahkan pada Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio sebagai
wakil Jepang. Lalu, 59 anggota didominasi orang Indonesia termasuk 4 orang golongan Cina,
1 orang golongan Arab, dan 1 orang peranakan Belanda. Ada pula 8 orang sebagai anggota
kehormatan yang tidak punya suara tapi boleh ikut bersidang.

Selama masa kerja yang hanya beberapa bulan, BPUPKI melaksanan dua kali sidang
resmi yaitu pada 29 Mei-1 Juni 195 dan 10-17 Juli 1945. Sementara sidang tidak resminya
dilakukan saat masa reses 2 Juni-9 Juli 1945 yang dihadiri 38 anggota saja.

3. Perdebatan dan kontroversi yang terjadi pada sidang BPUPKI I pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945

Dalam sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin
mengusulkan sebuah konsep dasar negara, dengan mengacu pada sejarah nasional, dan pendapat
para pemikir barat. Pada sidang-sidang selanjutnya, beberapa tokoh ulama dan kiai anggota BPUPKI
juga sempat melontarkan gagasan mereka tentang keharusan bahwa negara yang akan dibentuk di
Nusantara ini memakai aturan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Namun sayang, pendapat para tokoh ulama
dan kiai ini banyak yang tidak terdokumentasikan dengan baik.

Contoh yang sangat jelas adalah tidak dimuatnya pidato K.H. Ajengan Ahmad Sanoesi,
pendiri Persatuan Ummat Islam Indonesia, dan Pesantren Gunung Puyuh, Cantayan, Sukabumi, yang
kemudian diangkat menjadi Wakil Residen. Padahal, beberapa orang tokoh pendiri bangsa ini
kemudian berpidato dan terdokumentasikan dengan baik sebagai tanggapan atas pernyataan K.H.
Ajengan Ahmad Sanoesi dalam pidato sebelumnya. Sementara itu, puluhan tahun kemudian, hanya
pidato mantan Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah Ki Bagoes Hadikoesoemo dalam persidangan
BPUPKI ke dua, pada tanggal 31 Mei 1945, yang ditemukan catatan notulensinya. Selama berpuluh-
puluh tahun notulensi pidato Ki Bagoes Hadikoesoemo itu tidak pernah dimuat dalam dokumen
resmi.

4. Implementasi pancasila pasca kemerdekaan

Pada pasca kemerdekaan, pancasila mengalami banyak pergolakan, dikarenakan adanya


keinginan dari beberapa pihak yang mengganti dengan ideologi lain.

A. Masa Awal Kemerdekaan

• Upaya pengantian pancasila dengan ideologi komunis oleh partai komunis


Indonesia (PKI) yang dipimpim oleh Muso di Madiun pada tanggal 18 September
1948.

• Upaya penggantian pancasila dengan ideology syari’at islam oleh gerakan DI/TII
yang dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo yang berlangsung pada tanggal
7 Agustus 1949.

• Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipimpin plej Robert Steven
Soumokil pada tanggal 25 April 1950 yang bertujuan untuk membangun negara
sendiri dengan wilayah meliputi pulau Seram, Ambon dan Buru.

• Pemberontakan yang dilakukan oleh serikat perjuangan rakyat semesta (Permesta)


yang dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual pada tahun 1957-
1958 terjadi pada wilayah Sumatra dan Sulawesi dengan tujuan untuk mengoreksi
pemerintahan Soekarno yang dianggap tidak merata dan banyak terjadi
ketimpangan sosial.

• Pemberontakan yang dilakukan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dipimpin
oleh Kapten KNIL Raymond Westerling pada 23 Januari 1950 dengan tujuan untuk
mendirikan negera federal di Indonesia dan mempunyai tentara sendiri bagi negara
yaitu RIS.

B. Masa Orde Lama

• Munculnya gerakan PKI dan DI/TII pada tahun (1945 -1950 ) yang mencoba untuk
menganti pancasila sebagai dasar negara Indonesia

• Implementasi pancasila yang dilakukan kearah ideologi liberal dengan lahirnya


Republik Indonesia Serikat (RIS) dan penggantian UUD menjadi UUDS yang akhirnya
tidak menjamin stabilitas pemerintahan negara Indonesia pada tahun 1950-1959.

• Penyimpangan nilai-nilai pancasila yang dilakukan oleh Presiden Soekarno manjadi


otoriter, penggabungan dengan ideologi nasionalis, agama dan komunis dan
menjadikan dirinya sebagai presiden seumur hidup.

C. Masa Orde Baru

• Nilai-nilai pancasila disalahartikan sebagai simbol kekuasaan oleh presiden


Soeharto

• Pancasila disalahgunakan sebagai alat untuk menguasai rakyat


• Praktek penafsiran pancasila disalahartikan oleh pemerintah guna melindungi
pihak maupun kebijakan tertentu sehingga siapapun yang menentang akan diaggap
menentang pancasila

• Penyimpangan nilai kekeluargaan didalam sila ke 5 menjadi praktek KKN

• Penyimpangan nilai kerakyaratan pada pancasila oleh presiden Sorharto yang


membentuk pemerintahan yang otoriter

• Penyimpangan fungsi pancasila dengan digunakan sebagai alat guna


mementingkan pihak dan golongan tertentu

• Penerapan pancasila pada segala lembanga manfaatkan sebagai indoktrinasi masal


oleh pemerintah

• Penyimpangan nilai pancasila guna untuk mendekriminasi hak-hak dasar rakyat


seperti kebebasan berpendapat atas pemerintahan

• Penyimpangan implemantasi pancasila dengan mensentarlistiknya seluruh


lembaga pemerintahan baik legislatif, eksekutif dan yudikatif yang hanya
dikendalikan oleh presiden

D. Masa Reformasi

• Penyimpangan konstitusi pada kebijakan yang belum sempat terlaksanakan

• Desentralisasi bangsa sehingga menimbulkan konflik didaerah seperti Aeh,


Maluku, Papua dan Kalimantan Tengah

• Lepasnya kepulauan Indonesia yaitu kepulauan sipadan dan ligitan ketangan


Malaysia

• Semakin meningginya hutang luar negeri Indonesia

• Maraknya tindakan KKN yang terjadi di setiap sendi kehidupan pemerintahan


Indonesia

5. Tanggapan atas munculnya ideologi yang mengganti pancasila

Bahwa adanya gerakan ideologi yang mengganti pancasila perlu kita cegah, sebab ideologi
pancasila sesuai dengan masyarakat Indonesia selain itu juga pancasila mencakup seluruh sendi
kehidupan manusia mulai dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan.

Pancasila merupakan dasar negara dan ideologi negara kesatuan republik Indonesia yang
lahir dari kepribadian luhur bangsa dan mencerminan kehidupan bangsa Indonesia yang rukun dan
damai. Nilai yang dimuat didalam pancasila menjadi pondasi seluruh kehidupan berbangsa dan
bernegera rakyat Indonesia. Pancasila juga menjadi dasar hukum dan pelakasanan pemerintahan
Indonesia dalam segala aspek bidang baik didaerah maupun pemerintahan pusat.

Anda mungkin juga menyukai