Anda di halaman 1dari 13

UTS PANCASILA

NAMA : PITRI BOANGMANALU

NPM : C1C020037

KELAS : 1D

PRODI : S1 AKUNTANSI

MATKUL : PANCASILA

DOSEN : ISMA CORYANATA, SE, M.Si, Ak, CA

Soal:

1. Jelaskan bagaimana Pancasila dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia baik masa

penjajahan, masa kebangkitan nasional, dan masa setelah proklamasi

2. Jelaskan bagaimana lahirnya Pancasila, baik di masa pertumbuhan, masa perumusan,

dan masa pengesahan

3. Jelaskan Pancasila sebagai ideologi negara

4. Jelaskan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum

5. Jelaskan Pancasila sebagai suatu sistem filsafat

JAWABAN :

1) .Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Pancasila yang disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945 merupakan dasar filsafat negara Republik Indonesia, menurut M.
Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
kerajaan-kerajaan yang ada, seperti kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, sampai
datangnya bangsa-bangsa lain ke Indonesia untuk menjajah dan menguasai beratus-
ratus tahun lamanya. Kerajaan Kutai memberikan andil terhadap nilai-nilai Pancasila
seperti nilai-nilai sosial politik dalam bentuk kerajaan dan nilai Ketuhanan dalam bentuk
kenduri, sedekah pada brahmana. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang
mengandalkan kekuatan laut, juga mengembangkan bidang pendidikan terbukti
Sriwijaya memiliki semacam universitas agama Budha yang sangat terkenal di Asia.
Masa kejayaan kerajaan Majapahit pada waktu rajanya Hayam Wuruk dan patihnya
Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan Budha. Majapahit
melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang menulis buku Negara
Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat istilah “Pancasila”, sedangkan empu
Tantular mengarang buku Sutasoma yang didalamnya tercantum seloka persatuan
nasional “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda namun satu jua. Pada
tahun 1331 Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya. Dengan berjalannya waktu, Majapahit runtuh
pada permulaan abad XVI dengan masuk dan berkembangnya agama Islam. Setelah itu
mulai berdatangan bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol untuk mencari rempah-
rempah. Pada akhir abad XVI Belanda datang ke Indonesia dengan membawa bendera
VOC (Verenigde Oast Indische Compagnie) atau perkumpulan dagang.

Penjajahan Jepang

Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan belaka,
sehingga tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret
1940. Kemudian penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin
Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan
ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia, janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia
diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan
dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang
bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi Tioosakai.
Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat, yang
kemudian mengusulkan bahwa agenda pada siding BPUPKI adalah membahas tentang dasar
negara.

Kebangkitan Nasional

Dengan kebangkitan dunia timur pada abad XX di panggung politik internasional tumbuh
kesadaran akan kekuatan sendiri, seperti Philipina (1839) yang dipelopori Joze Rizal,
kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), adapun Indonesia diawali dengan berdirinya
Budi Utomo yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo pada 20 Mei 1908. Kemudian
berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909, Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan
oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya. Sejak itu perjuangan nasional
Indonesia mempunyai tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan nasional
diteruskan dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
menyatakan satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia.

Masa Setelah Proklamasi

Kemerdekaan Proklamasi kemerdekaan secara ilmiah mengandung pengertian sebagai berikut :

a. dari sudut ilmu hukum (Yuridis), proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib hukum
kolonial dan saat berlakunya hukum nasional.

b. secara politis ideologis, proklamasi mengandung arti bangsa Indonesia terbebas dari
penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri. Setelah
proklamasi kiemerdekaan 17 Agustus 1945, negara Indonesia masih menghadapi tentara sekutu
yang berupaya menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk
mengakui pemerintahan NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Selain itu Belanda
secara licik mempropagandakan kepada dunia luar bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
hadiah dari Jepang. Untuk melawan propaganda tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan
tiga buah maklumat sebagai berikut :

1. Maklumat Wakil Presiden No. x (iks) tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan
luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya selama 6 bulan). Kemudian
maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang oleh Presiden
kepada KNIP.

2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945, tentang pembentukan partai politik


sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan bahwa salah satu ciri
demokrasi adalah multi partai. Maklumat ini juga sebagai upaya agar dunia luar menilai bahwa
negara Indonesia sebagai negara yang demokratis.

3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, intinya maklumat ini mengubah sistem
kabinet Presidensial menjadi system kabinet Parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal.
Keluarnya tiga maklumat tersebut mengakibatkan ketidakstabilan di bidang politik karena
sistem demokrasi liberal bertentangan dengan UUD 1945, serta secara ideologis bertentangan
dengan Pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet parlementer maka pemerintahan Negara
Indonesia mengalami jatuh bangun sehingga membawa konsekuensi serius terhadap
kedaulatan negara Indonesia.

2) Periode Pengusulan
Pancasila Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya ideologi
bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu
gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana
yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai
Modal Rasionalitas Politik, menengarai bahwa benih nasionalisme sudah mulai tertanam
kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan
kesatuan bangsa. Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar segenap suku bangsa
bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya
Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen perumusan diri bagi
bangsa Indonesia. Kesemuanya itu merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki
tokoh-tokoh pergerakan sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi
Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah Jepang. Para
peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi,
melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam konstituensi masing-
masing. Oleh karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa diktum John Stuart Mill atas
Cass R. Sunstein tentang keniscayaan mengumpulkan the best minds atau the best
characters yang dimiliki suatu bangsa, terutama di saat bangsa tersebut hendak
membicarakan masalah-masalah kenegaraan tertinggi, sudah terpenuhi. Dengan
demikian, Pancasila tidaklah sakti dalam pengertian mitologis, melainkan sakti dalam
pengertian berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan esensial sekaligus
(Pabottinggi, 2006: 158- 159). Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara
bertahap dan penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah
bangsa Indonesia hingga sampai kepada masa sekarang ini.

Perumusan Pancasila

Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 -- 16 Juli 1945 adalah
disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama
Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan
Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai
berikut.

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian hari
dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini. Ketika para
pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan menurut skenario Jepang,
secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab terjadinya perubahan
peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan
jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7
Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi:
(1) pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
(PPKI), (2) panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus
1945, dan (3) direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan. Esok paginya, 8 Agustus
1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi (Penguasa Militer Jepang di
Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho
Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk
suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah
Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan
total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto
Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh.
Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso,
Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17). Jatuhnya Bom di
Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi
di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan
kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya
menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945. Konsekuensi dari menyerahnya
Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah
perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-
wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai sekadar penjaga
kekosongan kekuasaan.

Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja,
Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17).
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya
menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan kota tersebut
sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah,
memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.
Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan
Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu
dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang masih ditugasi
sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Pengesahan Pancasila

Peristiwa penting lainnya terjadi pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman
Wedyodiningrat dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk
membahas tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun,
di luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat.
Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka
disambut oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik dunia
pada masa itu. Para pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada sekutu
sehingga Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan, termasuk
Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok
pemuda dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno
dan M. Hatta ke Rengas Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”),
tindakan pemuda itu berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB
menjelang 16 Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk., 1975: 26). Melalui jalan
berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks
kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan
demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis
oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwitunggal.
Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan kemerdekaan
yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam Jakarta, akhirnya tidak
dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik yang berubah (Lihat Pemahaman Sejarah
Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi, Sampai detik ini, teks Proklamasi yang dikenal luas
adalah sebagai berikut:

PROKLAMASI

Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.Halhal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dll. diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 2605

Atas Nama Bangsa Indonesia

Soekarno-Hatta
3). Pancasila sebagai “ideologi negara” adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila

menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara secara luas. Pengertian Pancasila

sebagai ideologi negara Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan

berbangsa dan bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi

ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, serta menjunjung

tinggi nilai keadilan.

Kebutuhan bangsa Indonesia mengenai Pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam

ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari ketetapan MPR Nomor 2

tahun 1978 mengenai pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila dan penetapan

tentang penegasan Pancasila sebagai dasar negara.

Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud

dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan

bernegara. Dari ketetapan MPR tersebut dapat diketahui bahwa diindonesia kedudukan

Pancasila adalah sebagai ideologi negara, selain kedudukannya sebagai dasar negara.

Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana yang

mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif, sehingga

tidak hanya di jadikan slogan belaka. Dalam ketetapan MPR tersebut dinyatakan bahwa

Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam kehidupan

bernegara.
Pada awalnya konsep Pancasila dapat di pahami sebagai common platform atau platform

bersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia. Menurut Adnan

Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila

sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokratis bagi semua golongan di Indonesia.

Perkembangan doktrinal Pancasila telah mengubahnya dari fungsi awal Pancasila sebagai

platform bersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai dengan rumusan pertama

yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang komprehensif integral. Ideologi

Pancasila menjadi ideologi yang khas, berbeda dengan ideologi lain.

Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan pernyataan yang

disampaikan oleh Noton agoro. Beliau melalui interpretasi filosofis memberi status ilmiah dan

resmi tentang ideologi bagi masyarakat Indonesia, yang pada mulanya Pancasila sebagai

ideologi terbuka sebuah konsensus politik menjadi ideologi yang benar-benar komprehensif.

Interpretasi ini berkembang luas, masif dan bahkan monolitik pada masa pemerintahan orde

baru.

Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia yaitu:

 Nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari penyelenggaraan

bernegara di Indonesia.

 Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan oleh

karenanya menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat Indonesia.

Perwujudan Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita penyelenggaraan

bernegara terwujud melalui ketetapan MPR Nomor 7 tahun 2001 mengenai visi Indonesia Masa
depan. Dalam ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa visi Indonesia Masa depan terdiri

atas 3 visi yaitu:

 Visi ideal, yaitu cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam UUD

1945 pada alenia kedua dan keempat .

 Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia yang berlaku sampai dengan tahun 2020.

 Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam Garis-garis Besar Haluan

Negara (GBHN).

Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi, demokratis,

bersatu,adil, dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan nilai-nilai Pancasila

sebagai cita-cita bersama.

Sebagai ideologi negara, tentu saja Pancasila juga memiliki fungsi. Berikut ini adalah fungsi

Pancasila sebagai ideologi negara:

 Fungsi pertama adalah Pancasila berperan sebagai sarana pemersatu masyarakat dan

juga bertindak sebagai pemelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

 Kedua, untuk mengarahkan dan motivasi bangsa untuk mencapai cita-citanya.

 Ketiga, karena Pancasila merupakan identitas bangsa, ia juga berperan untuk memelihara dan

mengembangkan identitas tersebut.

 Keempat, Pancasila sebagai ideologi negara juga berfungsi sebagai kontrol sosial. Maksudnya

adalah Pancasila menjadi tolak ukur sejauh mana negara kita telah mencapai cita-citanya.

4). Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama

dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara republik Indonesia. Oleh karena itu,
Fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara didasarkan pada ketetapan MPRS

No.XX/MPRS/1966 ( Jo ketetapan MPR No.V/MPR/1973, jo ketetapan MPR No. IX/MPR/1978)

yang menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber

tertib hukum Indonesia yang pada hakikatnya adalah suatu pandangan hidup, kesadaran, dan

cita-cita hukum serta cita-cita Moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa

Indonesia. Kemudian mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum ini

dijelaskan kembali dalam ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata

urutan peraturan perundang-undangan pada pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa” sumber

hukum dasar nasional adalah Pancasila”.

Maksudnya “Hukum Dasar” adalah norma dasar bagi pembentukan peraturan perundang-

undang-undangan yang merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-

undangan dibawah UUD 1945 kedudukan Pancasila berdasarkan teori Hans Nawiasky diatas

UUD 1945( sumber dari segala sumber hukum), namun bukan merupakan dasar hukum

tertinggi dalam hierarki ialah UUD 1945 sesuai pasal 7 ayat (1), UU 12/20111. Sehingga dapat

dipahami bahwa Pancasila bukan dasar hukum, melainkan sebagai sumber dari segala sumber

hukum. Dengan terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan

perundang-undangan, sebagaimana yang termuat dalam pasal 2 UU No. 10 tahun2004 yang

menyatakan bahwa “ Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara”, dengan

tegas menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sebagai berikut: “

penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan

pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta

sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila”.

5).pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem adalah

suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk tujuan

tertentu dan secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh. Sila-sila Pancasila yang

merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara

sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi.

Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang

berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki

oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas

yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti aterialisme, idealisme, rasionalisme,

liberalisme, komunisme dan sebagainya.

Ciri sistem filsafat Pancasila itu antara lain:

1.sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain,

apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan

Pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

 Sila 1: meliputi , mendasari dan menjiwai sila 2,3,4, dan 5 .

 Sila 2: diiliputi, didasari, dijiwai sila 1 dan mendasari dan menjiwai sila 3,4 dan 5.
 Sila 3: diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2 dan mendasari dan menjiwai sila 4 dan 5.

 Sila 4: diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3 dan mendasari dan menjiwai sila 5 .

 Sila 5: diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4

Arti sila-sila Pancasila meliputi:

1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.

2. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.

3. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.

4. Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong

5. Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi

haknya.

Secara fisiologis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki, dasar ontologis,

epistemologis, dan sosiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya,

misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme, dan lain paham

filsafat di dunia. Pancasila yang memiliki susunan yang hierarkis Piramida berarti juga Pancasila

yang memiliki susunan bersatu membentuk satu kesatuan dan urutannya sudah diatur

sedemikian rupa sehingga Pancasila saling menjiwai dan dijiwai diantara sila-silanya.

Sila ketuhanan merupakan tingkatan yang tertinggi di antara sila dibawahnya. Karena sila

pertama ini merupakan nilai yang bersifat mutlak, kemudian diikuti dengan sila kedua.

Sedangkan untuk sila persatuan, sila kerakyatan, dan sila keadilan berkaitan dengan kehidupan

kenegaraan. Nilai persatuan dipandang memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada nilai

kerakyatan dan keadilan. Kemudian sila kerakyatan merupakan syarat terwujudnya keadilan,

sedangkan keadilan merupakan tujuan dari keempat sila lainnya.

Anda mungkin juga menyukai