tujuan bangsa indonesia. Cita-cita luhur inilah yang akan disapai oleh Bangsa
Indonesia.
Pancasila sebagai palsafah hidup yang mempersatukan Bangsa.
Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia.
Karena Pancasila adalah palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang
mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling
benar, adil, bijaksana dan tepat bagi Bangsa Indonesia untuk mempersatukan Rakyat
Indonesia.
1.
1.
1.
1.
1.
bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu :
pertama, zaman Sriwijaya dibawah wangsa syailendra (600-1400), yang bercirikan
kedatuan. Kedua, Negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan
keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan Negara kebangsan dIndonesia lama.
Kemudian ketiga Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia merdeka.
1.
b.
Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama
Islam dengan pesatnya di Indonesia.. Namum lama kelamaan bangsa Portugis mulai
menunjukan peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek
penjajahan misalnya Malaka sejak 1511 dikuasai oleh Portugis. Pada akhir abad ke
XVI bangsa Belanda dating pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh
kesulitan. Untk mengindarkan persaingan di antara mereka sendiri (Belanda),
kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C.,
(verenigde Oost Indeische Compagnie), yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah
Kompeni.praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga
rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataran di bawah pemerihtahan sultan Agung
(1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun
1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur
Jenderal J.P. Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang akhirnya pun Sultan
Agung menyusul untuk mangkat, sehingga Mataram menjadi bagian kekuasaan
kompeni. Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan system
monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban
terhadap rakyat yan gtidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan
Belanda sudah tidak peduli lagi dengan ratap penderitaan tersebut, bahkan mereka
semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa
Belanda.
1.
c.
Zaman Penjajahan Jepang
Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940 dan
jatuh pada tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wilhelmina dengan segenap aparat
pemerintahannya mengungsi ke Inggris, sehingga pemerintahan Belanda masih dapt
berkomunikasi dengan pemerintah jajahan di Indonesia. Janji Belanda tentang
Indonesia merdeka di kelak kemudian hari dalam kenyataannya hanya suatu
kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi kenyataan. Bahkan sampai akhir
pendudukan pada tanggal 10 Maret 1940, kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak
pernah terwujud. Fasis jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda Jepang
Pemimpin Asia, Jepang Saudara tua bangsa Indonesia, akan tetapi dalm perang
melawan sekutu barat yaitu (Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, Belanda dan Negara
sekutu lainnya) nampanknya Jepang semakin terdesak. Oleh karena itu agar mendapat
dukungan dari bangsa Indonesia, maka pemerintah Jepang bersikap bermurah hati
terhadap bansa Indonesia, yaiut menjanjikan Indonesia meredeka di kelak kemudian
hari Untuk mendapat simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai
realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
1.
1.
Sidang BPUPKI pertama
BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 Mei 1945, dimulai upacara pembukaan dan
pada keesokan harinya dimulai sidang-sidang (29Mei-1 Juni 1945). Yang tampil untuk
berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut : (a) tanggal 29 Mei, Mr.
Muh Yamin, (b) tanggal 31 Mei, Prof Soepomo dan (c) tangal 1 Juni Ir. Soekarno.
1.
1.
2.
3.
4.
1.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
Mr.muh yamin menyampaikan tentang calon rumusan dasar Negara Indonesia. Prof
soepomo mengemukakan teori-teori Negara, dan Ir.soekarno mengusulkan dasar
Negara yang terdiri atas lima prinsip.
2.
Piagam Jakarta
Panitia Sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilakan kesepakatan
yang menurut istilah Ir. Soekarno adalah suatu modus, kesepakatan yang dituangkan
di dalam Mukadimah (Preambule) Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan
dasar Negara sebagai berikut:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab;
Persatuan Indonesia;
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwkilan;
Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
3.
Sidang BPUPKI Kedua
BPUPKI menyetujui bagian akhir dari rancangan Preambul Hukum Dasar. Kemudian
tanggal 11 juli 1945, menghasilkan keputusan penting tentang luas wilayah Indonesia,
terdapat tiga usul yaitu a) Hindia Belanda yang dulu, b) hindia belanda ditambah
Malaya,Borneo Utara, Irian Timor,Timor-Timor, dan pulau-pulau sekitarnya, c)
Hindia Belanda ditambah Malaya, tetapi dikurangi Papua Barat. Hasil akhir sidang
BPUPKI tanggal 17 Juli 1945 merupakan sidang penutupan. BPUPKI telah berhasil
menyiapka rancangan mengenai suatu Naskah Dasar Negara dan Undang-Undang
Dasar yang kelak akan dipergunakan sebagai konstitusi Negara Indonesia Merdeka.
4.
Sidang PPKI
PPKI sebagai tindak lanjut dari BPUPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya
pada tanggal 18 Agustus 1945, yang menghasilkan:
Mengesahkan UUD 1945
Mengangkat Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan Wakil Presiden
Untuk sementara pemerintahan dibantu oleh KNIP
Inilah sebagai hari disahkannya UUD 1945 yang berarti juga lahirnya pancasila
karena didalam pembukaan UUD 1945 memuat isi dari pada Pancasila yang berisi
lima butir:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Secara resmi dan formal pancasila dari?
yang berbentuk piramidal bermakna bahwa sila yang satu menjiwai sila yang
lain dan juga saling dijiwai. Hal ini juga berarti bahwa dalam setiap sila
terdapat kualifikasi keempat sila-sila yang lain.
menjadi sumber tertib hukum bagi bangsa Indonesia dan Pancasila juga
khusus dan kongkrit yang berarti bahwa Pancasila dalam merealisasikan
setiap isinya dalam setiap aspek kehidupan khusus atau konkret serta
dinamis.
Ketiga, pandangan Pancasila tentang pengetahuan manusia.
Pancasila mengakui kebenaran yang diperoleh manusia berdasarkan rasa,
akal dan kehendak dan juga bersumber dari isi rohani seseorang selain
Pancasila juga mengakui kebenaran rasio yang bersumber pada akal
manusia dan juga kebenaran berdasarkan intuisi dan alat indra dan segala
bentuk penggunaan fisik dan mental serta jasamani dan rohani yang ada
pada diri manusia.
Sila ke-Dua
Dalam sila kedua mengandung makna bahwa negara harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang beradab.
Sila ke-Tiga
Dalam sila ketiga mengandung makna bahwa Negara terbentuk atas
manusia-manusia dari berbagai suku, agama, budaya dan wilayah yang
terbentang luas yang yang tergabung dalam satu wilayah daratan maupun
yang terpisah oleh selat ,laut yang saling bersatu menjadi suatu Negara
Republik Indonesia.
Sila ke-Empat
Dalam sila keempat mengandung makna nilai demokrasi yang secara mutlak
harus dilaksanakan dalam hidup bernegara.
Sila ke-Lima
Terkandung makna yang merupakan nilai-nilai yang merupakan tujuan citacita bersama sebagai tujuan Negara.
Sumber : Prof. Dr. Kaelan, M.S.
Perbandingan Filsafat Pancasila dengan Filsafat lain di Dunia
Filsafat Komunisme
Dalam filsafat komunisme tidak mementingkan adanya hal-hal
ketuhanan. Semua hal diatur oleh satu kelompok yang paling berkuasa
misalnya partai Komunis. Dalam filsafat komunis semua kebebasan
dihapuskan. Semua hal diatur oleh penguasa tunggal sehingga sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku tidak berasal dari suara rakyat namun
dari penguasa tunggal yang ada dimana filsafat komunis itu berada.
Filsafat Liberalisme
Dalam filsafat liberalisme semua hal tidak memiliki batas sehingga
memungkinkan adanya benturan- benturan dalam masyarakat. Tidak ada
yang mengatur tentang penanggulangan benturan-benturan tersebut.
Masyarakat hanya akan menegur bila merasa terganggu oleh orang lain
namun apabila tidak merasa terganggu maka mereka cenderung untuk
bersikap masa bodoh.
Filsafat Individualisme
Filsafat ini lebih cenderung menitikberatkan pada kehidupan masingmasing orang dimana antara orang yang satu dengan orang yang lain tidak
mempunyai ikatan sosial atau dengan kata lain mereka berdiri masingmasing. Tidak ada persatuan ataupun tujuan bersama.
satu dan sila yang lain terutama pada bagian isinya saling berkaitan. Sifat
organis pada Pancasila sendiri bersumber pada hakikat manusia yang
monopluralis yang merupakan kesatuan organis dari susunan kodrat jasmani,
sifat kodrat rohani dan kedudukan kodrat sebagai makhluk berdiri-sendiri dan
mahluk Tuhan YME. Hal ini terjadi karena manusia sebagai pendukung utama
inti dari Pancasila.
Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal.
Makna piramidal dalam susunan Pancasila adalah menggambarkan susunan
sila-sila pancasila dalam urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal isinya
(kwalitas). Sedangkan makna hierarkhis adalah susunan Pancasila sudah
dikemas sedemikian rupa sehingga urutannya tidak akan berubah. Dalam hal
bernegara harus terdapat kesuaian antar hakikat dan nilai-nilai Pancasila
yakni bahwa hakikat manusia sebagai mahlukTuhanYME yang membentuk
persatuan manusia yang disebut rakyat untuk mendirikan sebuah persatuan
yang dinamakan negara dengan tujuan bersama yakni suatu keadilan dalam
suatu persekutuan hidup masyarakat negara. Rumusan hierarkhis Pancasila
yang berbentuk piramidal bermakna bahwa sila yang satu menjiwai sila yang
lain dan juga saling dijiwai. Hal ini juga berarti bahwa dalam setiap sila
terdapat kualifikasi keempat sila-sila yang lain.
Filsafat Individualisme
Filsafat ini lebih cenderung menitikberatkan pada kehidupan masingmasing orang dimana antara orang yang satu dengan orang yang lain tidak
mempunyai ikatan sosial atau dengan kata lain mereka berdiri masingmasing. Tidak ada persatuan ataupun tujuan bersama.
Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafatbersal dari bahasa Yunani philelin yang
artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau
wisdom. Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta
kebijaksanaan. Keseluruhan arti filsafat meliputi berbagai masalah yang dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yakni sebagai berikut:
1.Filsafat sebagai Produk yang mencakup pengertian;
Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari
para filsuf dari zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau
system filsafat tertentu misalnya: nasionalisme, rasionalisme, hedonisme dan
lain sebagainya.
Filsafat Individualisme
Filsafat ini lebih cenderung menitikberatkan pada kehidupan masingmasing orang dimana antara orang yang satu dengan orang yang lain tidak
mempunyai ikatan sosial atau dengan kata lain mereka berdiri masingmasing. Tidak ada persatuan ataupun tujuan bersama.
1.
Bom Bali
Jakarta, Kompas Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) menyatakan
kesediaannya membantu Kepolisian Daerah (Polda) Bali untuk mengungkap kasus
peledakan bom di Jalan Legian, Kuta, Bali, yang menewaskan sedikitnya 182 orang,
Sabtu (12/10) malam. Bantuan serupa juga datang dari Polisi Federal Australia (AFP).
Selain kedua tim tersebut, Polda Bali juga dibantu Polda Jawa Timur dan Jawa
Tengah untuk menuntaskan kasus peledakan bom di Kuta itu. Kita terbuka terhadap
berbagai bentuk kerja sama bilateral atau kolektif dengan negara lain dalam upaya
memerangi terorisme, termasuk joint investigation ataupun pertukaran informasi
intelijen, kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda usai mengadakan
pertemuan dengan para perwakilan asing di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Senin
(14/10). Perihal adanya bantuan FBI itu juga dibenarkan Kepala Badan Hubungan
Masyarakat (Humas) Mabes Polri Inspektur Jenderal Saleh Saaf. Akan tetapi, ia
belum mengetahui detail dari bantuan tersebut. Ia mengatakan, jajaran Kepolisian
Negara RI (Polri), tambah Saleh, terbuka bagi negara mana pun yang ingin
memberikan bantuan tenaga penyidiknya. Tidak ada masalah soal itu, sebab kami
pun selama ini juga sudah memiliki hubungan Interpol. Ditegaskan, Cuma kalau
mereka datang diam-diam dan melakukan penyidikan sendiri, itu yang tidak boleh.
Sedangkan Pemerintah Australia maupun Inggris sejauh ini, menurut Saleh, baru
menyampaikan kesediaan mereka untuk memberi bantuan kemanusiaan. Seperti
Australia, selain memberi bantuan tenaga medis, bahkan mereka juga sudah
mengevakuasi 41 warga negaranya yang menjadi korban dalam ledakan tersebut,
ujarnya.
b)
Bom Bunuh Diri di Solo
Juru bicara Jamaah Anshorut Tauhid Jawa Timur Zulkarnain menduga bom bunuh diri
di Gereja Bethel Injil Sepenuh di Kepunton, Solo, Jawa Tengah, berkaitan langsung
dengan gejolak yang terjadi di Ambon beberapa waktu lalu. Pemerintah harus
waspada, gejolak seperti di Ambon sudah menjalar dan tidak hanya terjadi di
Ambon, kata Zulkarnain kepadaTempo, Ahad 25 September 2011. Bom bunuh diri di
Solo sendiri, tambah dia, merupakan imbas dari ketidakseriusan pemerintah dalam
menuntaskan kasus Ambon.
Konflik yang terjadi di Ambon, tambah dia, telah menyulut banyak kelompok yang
bersiap jihad ke Ambon. Hanya, pengetatan pintu-pintu masuk ke Ambon membuat
banyak kelompok yang akhirnya memutuskan untuk menyalurkan niatan jihadnya di
luar Ambon.
Ini sebab-akibat, di Ambon, polisi tidak tegas dan terkesan diskriminatif, kata
Zulkarnain sembari mencontohkan tidak transparannya polisi dalam mengungkap
kasus kematian seorang tukang ojek di Ambon.
Kami tahunya si tukang ojek di Ambon itu tidak diotopsi. Jadi jangan heran kalau
ada yang marah, ujar dia. Tak hanya itu, polisi dalam kerusuhan di Ambon dinilai
juga tidak transparan dalam menjelaskan terkait isu penembakan oleh sniper.
Zulkarnain melihat, selama pemerintah ataupun penegak hukum tidak tegas dan
transparan dalam menyikapi kasus Ambon, selama itu pula aksi-aksi seperti yang
terjadi di Solo akan terus terulang.
Dari kedua kasus tersebut diatas menandakan bahwa sudah tidak relevannya warga
indonesia dengan nilai pancasila khususnya pada sila pertama. Dari kasus pertama
dikatakan bahwa pelaku melakukan hal tersebut dengan alasan jihad, sedangkan pada
kasus kedua yaitu menunjukkan bahwa adanya pendangkalan iman seseorang. Hal
tersebut jelas sangat bertentangan dengan nilai pada sila pertama tentang Ketuhanan
Yang Maha Esa yaitu menghilangkan nyawa seseorang sekalipun alasannya adalah
berjihad dan membela agama islam. Belajar dari kasus pengeboman yang sering
terjadi di berbagai daerah seharusnya pemerintah mengadakan tindakan yang tegas
kepada pelaku bom, memberikan hukuman kepada pelaku. Pada kasus pengeboman
yang semakin marak ini terlihat pemerintah yang seolah jalan ditempat,tidak adanya
tindakan yang pasti. Tindakan dari pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari
terjadinya bentuk tindakan provokasi terhadap kerukunan umat beragama. Banyaknya
kasus bom menunjukkan kegagalan pemerintah dalam memayungi keamanan pada
masyarakat, kegagalan dalam menjaga kerukunan umat beragama yang notabennya
indonesia terdiri dari beragam agama
1.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Pada sila kedua ini memiliki makna manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya,
di Jawa Timur tahun 2009 ini juga masih menjadi tahun yang kelam. Cita-cita hidup
layak belum juga dapat diwujudkan, karena kebijakan upah yang masih dimanipulatif,
agar upah buruh serendah-rendahnya.
Menurut catatan yang ada di LBH Surabaya, ada 83 kasus yang melibatkan lebih dari
40 ribu buruh yang terjadi sepanjang tahun ini, dan sebagian besar kasus tersebut
belum mendapat penyelesaian, katanya.
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang di hadapi oleh seluruh pemerintahan
yang ada di dunia ini. Contoh kasus diatas hanyalah beberapa potret tentang
ketidakadilan pemerintah kepada rakyat miskin, tidak adanya tindak lanjut dari
pemerintah dalam memberi bantuan ataupun jaminan kepada rakyat miskin. Di
Indonesia banyak sekali daerah-daerah miskin yang tidak tercium oleh pemerintah.
Dalam hal ini pemerintah seharusnya memberikan pemerataan pembangunan atau
bantuan kepada rakyat miskin terutama di daerah pedesaan. Seharusnya pemerintah
juga harus memberikan pelayanan dan fasilitas kepada masyarakat miskin seperti
pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi, serta transportasi. Gizi buruk masih
terjadi di lapisan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan terutama oleh cakupan
perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang belum memadai. Bantuan sosial
juga sangat dibutuhkan oleh mereka seperti kepada orang-orang penyandang cacat,
lanjut usia, dan yatim piatu. Sarana transportasi juga harus diperhatikan pada daerah
terisolir untuk mendukung penciptaan kegiatan ekonomi produktif bagi masyarakat
miskin.
1.
3. Sila Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia, menempatkan manusia Indonesia pada persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
Menempatkan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi, berarti
manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan
Bangsa, bila diperlukan. Sikap rela berkorban untuk kepentingan negara dan Bangsa,
maka dikembangkanlah rasa kebangsaan dan bertanah air Indonesia, dalam rangka
memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Persatuan dikembangkan tas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan
memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia. Kasus yang
menyimpang dari nilai sila ketiga ini diantaranya adalah :
a)
Papua Keluar dari NKRI
Jakarta, PelitaOnline KETUA Solidaritas Kemanusiaan untuk Papua, Frans
Tomoki meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertanggung
jawab atas pelanggaran HAM di Papua. Jika Pemerintahan SBY-Boediono ini tidak
bertanggung jawab, maka ia mengancam akan keluar dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Kami ingin Papua berdiri di atas kakinya sendiri untuk menantukan nasib rakyatnya.
Kalau pemerintah tidak memperhatikan kami, biarkan kami keluar dari NKRI, kata
Frans saat jumpa pers di Kontras, Jakarta, Selasa (1/11).
Menurutnya, para anggota militer yang ada di Papua, hanya bisa membuat rakyat
Papua menjadi tidak aman lantaran terlalu represif dalam bertindak demi kepentingan
PT Freeport Indonesia. Militer, kata dia, juga tidak membawa kesejahteraan bagi
rakyat di Bumi Cendrawasih.
Militer terlalu diskriminatif untuk warga Papua. Seharusnya berlaku adil. Kami
hanya ingin mandiri, pintanya tegas.
Dia menjelaskan, Kapolsek Mulia Papua, Dominggus Awes, yang ditembak di
1.
4.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan.
Artinya manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hakhaknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan
negara dan kepentingan masyarakat. Karena mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang
dipaksakan kepada pihak lain. Sebalum diambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan iusakan
secara mufakat. Musyarwarah untuk mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat
kekluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.
Manusia Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan
musywarah, karena semua pihak yang bersangkutan harus menerimanya dan
melaksankannya dengan baik dan tanggung jawab.
Kasus yang menyimpang dari sila ini adalah :
a)
Prita Dipenjara, tapi Kejahatan Pornografi?
Prita Mulyasari, seorang ibu dari dua orang anak yang masih kecil harus mendekam
dibalik jeruji karena didakwa atas pelanggaran Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang
nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dari
pengakuannya, ia menjadi korban oknum perusahaan RS Omni International Alam
Sutera yang memperlakukan dia bak sapi perahan. Pasien yang harusnya mendapat
prioritas pelayanan kesehatan yang prima, justru menjadi obyek eksploitasi finansial
dan bahkan jika apa yang diungkapkan oleh ibu Priya Mulyasari dalam email/surat
pembaca itu benar , maka secara insitusi RS Omni Internasional melindungi oknum
dokter yang melakukan mal-praktik. Pihak manajemen RS Omni telah menggunakan
kekuasaan jaringan dan keuangan untuk mendukung perbuatan yang tidak semestinya.
UU ITE mengatur banyak aspek dalam dunia internet, mulai dari etika-moral dalam
menggunakan internet hingga transaksi bisnis internet. Perbuatan yang pertama
dilarang dalam UU 11/2008 adalah tindakan penyebaran konten asusila [ditegaskan
dalam UU 44/2008 tentang Pornografi], lalu perjudian (2), pencemaran nama baik (3),
dan pemerasan/ancaman (4), hal-hal berbau SARA dan seterusnya. Bila kita melihat
urutannya, maka semestinya UU ITE yang disahkan pada April 2008 digunakan untuk
membersihkan konten porno dari dunia internet demi melindungi generasi muda dari
degradasi moralitas. Namun, adakah perubahan berarti informasi dan industri
pornografi via internet di Indonesia sejak diterbitnya UU ITE April 2008 dan UU
Pornografi Oktober 2008 silam? Bukankah kasus pelanggaran Pasal 27 ayat 1 lebih
banyak daripada ayat 3 UU 11/2008? Mengapa pula seorang ibu yang menyampaikan
unek-unek menjadi korban mal praktik perusahaan rumah sakit harus kembali menjadi
korban sementara para oknum rumah sakit berleha-leha? Apakah dengan kekuasaan
jaringan dan finansial, maka manajemen Omni bisa menyewa pengacara (bahkan
jaksa) membuat yang benar jadi salah, salah jadi benar? Mengapa kepolisian tidak
menyelidiki siapa yang menyebarluaskan email private dari Bu Prita?
b)
Hukuman antara koruptor dengan pencuri kakao, dan semangka.
Saya tidak tahu apakah Polisi dan Jaksa kita kekurangan pekerjaan sehingga kasus
pengambilan 3 biji kakao senilai Rp 2.100 harus dibawa ke pengadilan. Begitu pula
dengan kasus pencurian satu buah semangka, di mana kedua tersangka disiksa dan
ditahan polisi selama 2 bulan dan terancam hukuman 5 tahun penjara. Sebaliknya
untuk kasus hilangnya uang rakyat senilai rp 6,7 trilyun di Bank Century, polisi dan
jaksa nyaris tidak ada geraknya kecuali pak Susno Duadji yang ke Singapura
menemui Anggoro salah satu penerima talangan Bank Century. Ini juga membuktikan
bagaimana Indonesia yang kaya alamnya ini tidak memberi manfaat apa-apa bagi
rakyatnya. Pihak asing bebas mengambil minyak, gas, emas, perak, tembaga senilai
ribuan trilyun/tahun dari Indonesia. Tapi rakyat Indonesia mayoritas hidup miskin.
Baru mengambil 3 biji kakao saja langsung dipenjara.
Itulah gambaran hukum yang terjadi di Indonesia. Tidak adanya keadilan hukuman
antara rakyat miskin dengan orang yang berkuasa. Hal in menunjukkan bahwa hukum
di Indonesia dapat dengan mudahnya diperjual belikan bagi mereka yang mempunyai
uang. Memang sungguh ironis ini terjadi dinegara kita, yang notabennya adalah
negara hukum, tetapi hukum yang berjalan sangatlah amburadul. Seharusnya
pemerintah lebih tegas kepada mafia hukum, yang telah banyak mencuri hak-hak
rakyat kecil. Satgas pemberantasan mafia hukum seharusnya segera melakukan
langkah-langkah penting. Salah satu yang perlu dilakukan adalah memberikan efek
jera kepada para pejabat yang ketahuan memberikan fasilitas lebih dan mudah kepada
mereka yang terlibat dalam kejahatan. Selain itu, kepada para pelaku kejahatan yang
terbukti mencoba atau melakukan transaksi atas nama uang, harus diberikan hukuman
tambahan. Memberikan efek jera demikian akan membuat mereka tidak ingin berpikir
melakukan hal demikian lagi.
1.
5.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Maksudnya yaitu manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan soial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini
dikembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Kasus yang terjadi dari penyimpangan sila kelima ini diantaranya adalah :
a)
Provinsi lain yang juga kaya sumber daya alam seperti Kalimantan Timur (Kaltim)
menghadapi masalah berat dari tingginya angka warga miskin. Di Kaltim jumlah
penduduk miskin mencapai 12 persen (328.000 orang dari 2,7 juta jiwa).
Dari kasus tersebut seharusnya pemerintah lebih tergerak untuk melakukan sesuatu
dan melakukan perubahan bagi kehidupan warga di Papua. Pemerintah terjun
langsung memberikan bantuan kepada masyarakat di daerah tersebutsupaya tidak ada
oknum yang ingin memanfaatkannya. Pemerintah juga harus melakukan pemerataan
pembangunan, transportasi, pendidikan, kesehatan dan lainnya di pedesaan, tidak
hanya di kota-kota besar.
Pemerintah juga harus melakukan pendekatan kepada masyarakat papua supaya tidak
lagi memakai koteka meskipun itu merupakan peninggalan nenek moyang yang ingin
tetap dilestarikan, tetapi mengikuti budaya dan perkembangan jaman juga penting.
Bintang.
KETUHANAN YANG MAHAESA
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
Sila kedua
Rantai.
KEMNUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Pohon Beringin.
PERSATUAN INDONESIA
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat
Kepala Banteng
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Sila kelima
Fungsi Pancasila :
1. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan
mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara, merupakan
sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk
di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat.
Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.
2. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Ideoligi berasal dari kata
Idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita cita dan logos
yang berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengeertian
pengertian dasar. Dengan demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dimana pada hakekatnya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
Bangsa Indonesia. Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adatistiadat yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan
kata lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia.
hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari
kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai
pedoman untuk mengatur hubungan manusia dengan sesama, lingkungan
dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.
Kedudukan Pancasila :
Secara singkat dapat diuraikan bahwa kedudukan pancasila adalah sebagai
dasar Negara RI.
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun istilah
filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri
atas dua kata yaitu philos(cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya
disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.[1]
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat memiliki arti
yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya[2].
Beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan
filosof adalah[3]:
Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik
serta lengkap tentang seluruh realitas.
Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta
nyata.
Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan
pengetahuan : sumbernya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya.
Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan
pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang
pengetahuan.
Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu melihat apa yang
anda katakan dan untuk mengatakan apa yang anda lihat.
2.
3.
4.
C.
1.
Ideologi sebagai suatu konsep atau sebagai suatu system berfikir, pertama
kali diperkenalkan oleh Destutt de Tracy, filsuf Prancis tahun 1796. Istilah
ideologi digunakan untuk menunjuk suatu bidang ilmu yang otonom yang
terpisah dari metafisika[1].
Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu
bangsa dan digunakan sebagai dasar untuk menata masyarakat dalam
negara. Ideologi mengandung nilai-nilai dasar yang hidup dalam system
kehidupan masyarakat dan mengandung idealism yang mampu
mengakomodasikan tuntutan perkembangan zaman [2].
Jorge Larrain dalam tulisannya tentang The Concept of Ideology (2002)
memberikan pengertian ideology as a set of beliefs yaitu suatu system
kepercayaan mengenai sesuatu yang dipandang bernilai dan menjadi
kekuatan motivasional bagi perilaku individu atau kelompok [3].
Pancasila sebagai ideologi nasional artinya pancasila merupakan kumpulan
atau seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia
dan digunakan untuk menata atau mengatur masyarakat Indonesia.
2. Dimensi-dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi nasional,
yaitu[4] :
- Dimensi idealitas artinya ideologi pancasila mengandung harapan-harapan
dan cita-cita yang ingin dicapai oleh Bangsa Indonesia.
- Dimensi realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
- Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat
mengikat berupa norma-norma yang harus dipatuhi dan ditaati bersama.
- Dimensi fleksibilitas artinya ideologi Pancasila mampu mengikuti
perkembangan jaman, dapat menerima pemikiran-pemikiran baru sepanjang
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
3. Ideologi Terbuka dan Tertutup[5]
Pembahasan dalam hal ini menyangkut pengertian ideologi terbuka dan
ideologi tertutup dan bagaimana sifat dari idedologi Pancasila sebagai
ideologi Bangsa Indonesia dikaitkan dengan pengertian tersebut.
Ideologi bersifat tertutup jika ideologi tersebut tidak dapat menerima dan
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru, tidak berinteraksi dengan
perkembangan jaman, hanya mengandung dimensi normalitas yang
dipaksakan dan dimensi idealitas semu, tidak demokratis dan lebih bersifat
otoriter.
Ideologi bersifat terbuka jika ideologi tersebut dapat menerima dan
mengembangkan pemikiran baru dari luar yang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dasarnya, bersifat demokratis dan dapat berinteraksi dengan
perubahan dan perkembangan jaman.
Ideologi Bangsa Indonesia yaitu ideologi Pancasila merupakan ideologi
terbuka berarti dapat menerima dan mengembangkan pemikiran baru dari
luar, dapat berinteraksi dengan perkembangan/perubahan zaman dan
lingkungannya, bersifat demokratis maka lebih dinamik dan inovatif.
D.
Perbandingan Pancasila dengan Ideologi Lain di Dunia [6]
1. Ideologi induvidualistik : memandang bahwa manusia sejak dilahirkan bebas
dan dibekali penciptanya sejumlah hak asasi, misalnya hak hidup, hak
[1]
kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya
ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi
Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pada mulanya, Budi Utomo bukan organisasi politik, kegiatannya terpusat
pada bidang sosial budaya, namun sejak tahun 1915, Budi Utomo mulai
bergerak di bidang politik. Pada tahun 1929, Budi Utomo masuk menjadi
anggota PPPKI (Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia).Pada tahun 1935, Budi Utomo bergabung dengan PBI (Persatuan
Bangsa Indonesia) yang dipimpin oleh Soetomo. Penggabungan (Fusi) Itu
membentuk organisasi baru bernama Parindra (Partai Indonesia Raya).
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian
pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan
"priyayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden
Adipati Tirtokoesoemo, bekas BupatiKaranganyar (presiden pertama Budi
Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dariKeraton Pakualaman.
3.
1.
2.
3.
bangga bertanah air, berbangsa dan berbahasa Indonesia; Karena itu kita
wajib mencintai tanah air,bangsa dan bahasa Indonesia.
B.
Asal Mula Pancasila
1. Asal Mula bahan (causa materialis)
Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali dari dari Bangsa Indonesia sendiri
berupa nilai-nilai adat istiadat, nilai tradisi, nilai kebudayaan, dan nilai-nilai
religious yang sudah ada dari sejak jaman dahulu kala.
2. Asal mula bentuk / bangun (causa formalis)
Bentuk dan bangun Pancasila sesuai dengan susunan sebagaimana yang
termuat dalam Pembukaan UUD RI 1945. Proses penyusunan Pancasila
dilakukan dalam sidang-sidang yang dilaksanakan oleh BPUPKI dalam
beberapa tahap.
3. Asal Mula Tujuan (Causa Finalis)
Pancasila menjadi pedoman sekaligus tujuan hidup dalam mencapai cita-cita
Bangsa Indonesia.
4. Asal Mula Karya (Causa Effisiens)
Pancasila ditetapkan menjadi dasar Negara RI oleh para anggota PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 setelah dilakukan pembahasan dalam sidang
BPUPKI dan Panitia Sembilan.
DAFTAR PUSTAKA
Marwati, 1984, Sejarah Nasional Indonesia Jilid III-VI, Balai Pustaka. Jakarta
Tim Dosen Pancasila Unhas, 2003. Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Dicetak
oleh Offset Setting Perkasa 70 Qs. Makassar
B.
Pengertian Pancasila
1. Pengertian secara etimologis Istilah Pancasila berasal dari
bahasa India (Sansekerta), yaitu panca artinya lima dan
syila artinya sendi, asas, alas, dasar, dan fondamen ; jadi
pancasila berarti berbatu sendi yang lima (consisting of five
rocks).
2. Pengertian kedua, panca artinya lima dan syila artinya
lima aturan tingkah laku yang baik. Jadi Pancasila berarti lima
aturan tingkah laku yang baik atau terpuji (five moral
principles).
Proses Perumusan Pancasila Secara Kronologis
Pembahasan mengenai Dasar Negara Indonesia dilakukan pertama
kali padaSidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
berlangsung mulai tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Padasidang
Prof.
Mr.
Muhammad
Yamin
1)
2)
3)
4)
5)
Beliau mengusulkan pula agar kelima Dasar Negara ini diberi nama
Pancasila.
BPUPKI pada sidang pertamanya belum mencapai kata sepakat tent
ang DasarNegara
Indonesia merdeka.
Oleh karena itu, dibentuklah panitia kecil yangmembahas usulanusulan yang diajukan
dalam sidang BPUPKI baik secara lisanmaupun tertulis yang disebut
panitia Sembilan yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Adapun
C.
1.
2.
3.
1)
2)
3)
4)
Kedudukan Pancasila
Berdasarkan teori Nawiasky, A. Hamid S. Attamimi kemudian
membandingkannya dengan teori Hans Kelsen dan menerapkannya
pada struktur tata hukum yang berlaku di Indonesia. Attamimi
menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia berdasarkan
teori tersebut, yaitu:[1]
Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).
Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan
Konvensi Ketatanegaraan.
Formell gesetz: Undang-Undang.
Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari
Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota.
Penempatan Pancasila sebagai Staatsfundamental-norm pertama
kali disampaikan oleh Notonagoro[2]. Pancasila dilihat sebagai cita
hukum (rechtsidee) merupakan bintang pemandu. Posisi ini
mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai
ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji
hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila
sebagai Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum,
penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
Pancasila.[3]
Namun, dengan penempatan Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm berarti menempatkannya di atas Undang-Undang
Dasar. Jika demikian, Pancasila tidak termasuk dalam pengertian
konstitusi, karena berada di atas konstitusi. Untuk membahas
permasalahan ini dapat dilakukan dengan melacak kembali konsepsi
norma dasar dan konstitusi menurut Kelsen dan pengembangan
yang dibuat oleh Nawiasky, serta melihat hubungan antara
Pancasila dan UUD 1945.
Semua norma hukum adalah milik satu tata aturan hukum yang
sama karena validitasnya dapat dilacak kembali, secara langsung
atau tidak, kepada konstitusi pertama. Bahwa konstitusi pertama
adalah norma hukum yang mengikat adalah sesuatu yang
dipreposisikan, dan formulasi preposisi tersebut adalah norma dasar
dari tata aturan hukum ini.[4]
Pancasila lahir dan dirumuskan dalam persidangan Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada saat
membahas dasar negara, khususnya dalam pidato Soekarno tanggal
1 Juni 1945. Soekarno menyebut dasar negara
sebagai Philosofische grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran
Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian-bagiannya atau
unsur-unsurnya saling berkaitan, saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu
tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh.
Pancasila adalah sebuah system karena pancasila merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan suatu
kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan unsur-unsurnya
telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu.
Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang keberadan dan
kebenaraannya tidak dapat diragukan. Nilai-nilai Pancasila seperti ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan harus menjadi pedoman dan tolak
ukur bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan Bangsa Indonesia.
B.
Pengertian Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal
dari Bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri atas dua kata yaitu philos (cinta)
atau philia(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam
bahasa Arab disebutfailasuf
Menurut Roeslan Abdoelgani (1962), menyatakan bahwa pancasila adalah
filsafat Negara yang lahir sebagai collection ideologies dari keseluruhan bangsa
Indonesia.
Filsafat
Pancasial
pada
hakikatnya
merupakan
suatu realiteit atau noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan Bangsa Indonesia.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh Bangsa
Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan
pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup
bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila disampaikan kepada generasi baru
melaluai pengajaran dan pendidikan. Pancasila menunjukan terjadinya proses ilmu
pengetahuan. Validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).
C.
1.
2.
3.
4.
5.
D.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Elly M.Setiadi. 2005. Pendidikan pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tim Dosen Pancasila Unhas, 2003. Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Dicetak
oleh Offset Setting Perkasa 70 Qs. Makassar.
A.
Pengertian Etika
Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku manusia
dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsipprinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. (Kattsoff,
1985). Etika membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan nilai seperti nilai
baik dan buruk, nilai kesopanan, keberanian, kerendahan hati, dan lain-lain.
Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek,
namun bukan objek itu sendiri. Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun tertulis
tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang
lebih baik.
Norma adalah aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang
mengikat warga masyarakat atau kelompok tertentu dan menjadi
panduan, tatanan dan pengendali sikap dan tingkah laku dalam
hidup bermasyarakat.
B.
Etika Politik
Etika politik berbeda dengan moralitas politisi. Moralitas politisi menyangkut
mutu moral negarawan dan politisi secara pribadi, misalnya apakah ia korup atau
tidak (di sini tidak dibahas). Etika politik menjawab dua pertanyaan :
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan
dan wajib tidak diperlakukan, jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai
dengan martabatnya sebagai manusia.
Hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual:
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan eklusivisme
suku dan ras. Pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan (impunity).
3.
Solidaritas Bangsa
Solidaritas menunjukkan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri,
melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan.
Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri,
melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas
manusia berkembang secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis,
kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk
rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu
dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing.
4.
Demokrasi
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah
elit, atau sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk
menentukan dan memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang
lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang
dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau
dipimpin. Demokrasi adalah kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan. Jadi
demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
5.
Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.
Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai
dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan sosial mencegah bahwa
masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian
bawah yang mungkin hanya dapat survive di hari berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai
pelaksanaan ide-ide, ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak
sama dengan sosialisme. Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana dalam
kenyataan, keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilanketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa
ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat structural, bukan pertama-pertama individual.
Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orangorang tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur
politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar
dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.
Ketidakadilan struktur adalah diskriminasi di semua bidang, terhadap perempuan,
diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Franz Magnis Suseno, 2007. Artikel Materi Kuliah Umum Fakultas Filsafat UGM
Yogyakarta Senin 27 Agustus 2007.
Tim Dosen Pancasila Unhas, 2003. Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi. Dicetak
oleh Offset Setting Perkasa 70 Qs. Makassar.
kesatuan keseluruhan. Bersifat universal, atau dapat dikatakan bersifat objektif, dalam arti
bahwa penelusuran kebenaran tidak didasarkan oleh alasan rasa senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, melainkan karena alasan yang dapat diterima oleh akal. Pancasila
memiliki dan memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah sehingga dapat dipelajari
secara ilmiah.
Di samping memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah. Pancasila juga memiliki
susunan kesatuan yang logis, hubungan antar sila yang organis, susunan hierarkhis dan
berbentuk piramidal, dan saling mengisi dan mengkualifikasi.
Pancasila dapat juga diletakkan sebagai objek studi ilmiah, yakni pendekatan yang
dimaksudkan dalam rangka penghayatan dan pengamalan Pancasila yakni suatu penguraian
yang menyoroti materi yang didasarkan atas bahan-bahan yang ada dan dengan segala
uraian yang selalu dapat dikembalikan secara bulat dan sistematis kepada bahan-bahan
tersebut. Sifat dari studi ilmiah haruslah praktis dalam arti bahwa segala yang diuraikan
memiliki kegunaan atau manfaat dalam praktek. Contoh pendekatan ilmiah terhadap
Pancasila antara lain: pendekatan historis, pendekatan yuridis konstitutional, dan pendekatan
filosofis.
Materi 2
ASAL MULA PANCASILA
TEORI ASAL MULA PANCASILA
Asal mula Pancasila dasar filsafat Negara dibedakan:
1.
Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri,
terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya.
2.
Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana Pancasila
itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang sangat menentukan.
3.
Causa efisien (asal mula karya) ialah asal mula yang meningkatkan Pancasila dari
calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya
dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan
menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan dalam
sidang-sidangnya.
4.
Causa finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan
Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara. Untuk sampai kepada kausan
finalis tersebut diperlukan kausa atau asal mula sambungan.
Unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal
Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945,
namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila
dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia
memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa,
kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya misalnya:
1.
Di Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang percaya kepada Tuhan, buktibuktinya: bangunan peribadatan, kitab suci dari berbagai agama dan aliran kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, upacara keagamaan pada peringatan hari besar agama,
pendidikan agama, rumah-rumah ibadah, tulisan karangan sejarah/dongeng yang
mengandung nilai-nilai agama. Hal ini menunjukkan kepercayaan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
2.
Bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan
sesama manusia, bukti-buktinya misalnya bangunan padepokan, pondok-pondok,
semboyan aja dumeh, aja adigang adigung adiguna, aja kementhus, aja kemaki, aja
sawiyah-wiyah, dan sebagainya, tulisan Bharatayudha, Ramayana, Malin Kundang, Batu
Pegat, Anting Malela, Bontu Sinaga, Danau Toba, Cinde Laras, Riwayat dangkalan
Metsyaha, membantu fakir miskin, membantu orang sakit, dan sebagainya, hubungan
luar negeri semisal perdagangan, perkawinan, kegiatan kemanusiaan; semua mengindikasikan adanya Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.
Bangsa Indonesia juga memiliki ciri-ciri guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan,
sebagai bukti-buktinya bangunan candi Borobudur, Candi Prambanan, dan sebagainya,
tulisan sejarah tentang pembagian kerajaan, Kahuripan menjadi Daha dan Jenggala,
Negara nasional Sriwijaya, Negara Nasional Majapahit, semboyan bersatu teguh bercerai
runtuh, crah agawe bubrah rukun agawe senthosa, bersatu laksana sapu lidi, sadhumuk
bathuk sanyari bumi, kaya nini lan mintuna, gotong royong membangun negara
Majapahit, pembangunan rumah-rumah ibadah, pembangunan rumah baru, pembukaan
ladang baru menunjukkan adanya sifat persatuan.
4.
Unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat kita, bukti-buktinya: bangunan
Balai Agung dan Dewan Orang-orang Tua di Bali untuk musyawarah, Nagari di
Minangkabau dengan syarat adanya Balai, Balai Desa di Jawa, tulisan tentang
Musyawarah Para Wali, Puteri Dayang Merindu, Loro Jonggrang, Kisah Negeri Sule, dan
sebagainya, perbuatan musyawarah di balai, dan sebagainya, menggambarkan sifat
demokratis Indonesia;
5.
Dalam hal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap
sesama, bukti-buktinya adanya bendungan air, tanggul sungai, tanah desa, sumur
bersama, lumbungdesa, tulisan sejarah kerajaan Kalingga, Sejarah Raja Erlangga,
Sunan Kalijaga, Ratu Adil, Jaka Tarub, Teja Piatu, dan sebagainya, penyediaan air kendi
di muka rumah, selamatan, dan sebagainya.
Pancasila sebenarnya secara budaya merupakan kristalisasi nilai-nilai yang baik-baik yang
digali dari bangsa Indonesia. Disebut sebagai kristalisasi nilai-nilai yang baik. Adapun kelima
sila dalam Pancasila merupakan serangkaian unsur-unsur tidak boleh terputus satu dengan
yang lainnya. Namun demikian terkadang ada pengaruh dari luar yang menyebabkan
diskontinuitas antara hasil keputusan tindakan konkret dengan nilai budaya.
ASAL MULA PANCASILA SECARA FORMAL
BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945. Adanya Badan ini memungkinkan bangsa
Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syaratsyarat apa yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Badan Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan
(Kepala Pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa).
Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945.
Pada sidang pertama M. Yamin dan Soekarno mengusulkan tentang dasar negara,
sedangkan Soepomo mengenai paham negara integralistik. Tindak lanjut untuk membahas
mengenai dasar negara dibentuk panitia kecil atau panitia sembilan yang pada tanggal 22
Juni 1945 berhasil merumuskan Rancangan mukaddimah (pembukaan) Hukum Dasar, yang
oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.
Sidang kedua BPUPKI menentukan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai
hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam
anggota baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil panitia
kecil atau panitia sembilan yang disebut dengan piagam Jakarta. Di samping menerima hasil
rumusan Panitia sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok panitia perancang Hukum Dasar yakni: 1) Panitia Perancang Hukum
Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota berjumlah 19 orang 2) Panitia Pembela
Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso beranggotakan 23 orang 3) Panitia ekonomi
dan keuangan dengan ketua Moh. Hatta, bersama 23 orang anggota.
Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil Perancang Hukum
Dasar yang dipimpin Soepomo. Panitia-panitia kecil itu dalam rapatnya tanggal 11 dan 13 Juli
1945 telah dapat menyelesaikan tugasnya Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi
Linkai), yang sering disebut Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sidang
pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan menetapkan: menyusun Rancangan Hukum Dasar.
Selanjutnya tanggal 14 Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia
sembilan yang dinamakan Piagam Jakarta sebagai Rancangan Mukaddimah Hukum Dasar,
dan pada tanggal 16 Juli 1945 menerima seluruh Rancangan
Hukum Dasar yang sudah selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat Piagam Jakarta
sebagai mukaddimah.
Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, merupakan sidang penutupan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan selesailah tugas badan
tersebut. Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Sidang pertama PPKI 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia dan menetapkan:
1.
Piagam Jakarta sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI pada
tanggl 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia.
2.
Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli
1945 setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia.
3.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yakni Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta.
4.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai Badan
Musyawarah Darurat.
Sidang kedua tanggal 19 Agustus 1945, PPKI membuat pembagian daerah propinsi,
termasuk pembentukan 12 departemen atau kementerian. Sidang ketiga tanggal 20,
membicarakan agenda badan penolong keluarga korban perang, satu di antaranya adalah
pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada 22 Agustus 1945 diselenggarakan
sidang PPKI keempat. Sidang ini membicarakan pembentukan Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia. Setelah selesai sidang keempat ini, maka PPKI secara tidak langsung
bubar, dan para anggotanya menjadi bagian Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Anggota KNIP ditambah dengan pimpinan-pimpinan rakyat dari semua golongan atau aliran
dari lapisan masyarakat Indonesia.
Rumusan-rumusan Pancasila secara historis terbagi dalam tiga kelompok.
1.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan sebagai
dasar negara Republik Indonesia.
2.
Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan
Proklamasi Kemerdekaan.
3.
Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum
berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Dari tiga kelompok di atas secara lebih rinci rumusan Pancasila sampai dikeluarkannya Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 ini ada tujuh yakni:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan dalam pidato
Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia (Rumusan I).
Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan sebagai usul
tertulis yang diajukan dalam Rancangan Hukum Dasar (Rumusan II).
Soekarno, tanggal 1 Juni 1945 sebagai usul dalam pidato Dasar Indonesia Merdeka,
dengan istilah Pancasila (Rumusan III).
Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945, dengan susunan yang sistematik hasil
kesepakatan yang pertama (Rumusan IV).
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus 1945 adalah rumusan
pertama yang diakui secara formal sebagai Dasar Filsafat Negara (Rumusan V).
Mukaddimah KRIS tanggal 27 Desember 1949, dan Mukaddimah UUDS 1950
tanggal 17 Agustus 1950 (Rumusan VI).
Rumusan dalam masyarakat, seperti mukaddimah UUDS, tetapi sila keempatnya
berbunyi Kedaulatan Rakyat, tidak jelas asalnya (Rumusan VII).
FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun
juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam
fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni
pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang
merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara
Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar
untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai
dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan
perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan
secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut
terangkum di dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di
mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok pikiran Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal UndangUndang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan
lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti misalnya
ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain sebagainya.
PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah
suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian
nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan
manusia dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya.
Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara
dinamis dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa
adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu
bangsa sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam
sikap hidup sehari-hari.
Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang dijadikan
acuan di dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi
bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya
masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilainilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa
Indonesia. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau
kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia,
juga sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa
Indonesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan
kesepakatan bersama seluruh masyarakat Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya
dihormati dan dijunjung tinggi.
Materi 3
PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL
PANCASILA DAN PERMASALAHAN SARA
Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal misalnya
antara si kuat dengan si lemah, antara penguasa dengan rakyat, antara mayoritas
dengan minoritas, dan sebagainya. Sementara itu konflik horisontal ditunjukkan misalnya
konflik antarumat beragama, antarsuku, atarras, antargolongan dan sebagainya. Jurang
pemisah ini merupakan potensi bagi munculnya konflik.
Data-data empiris menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
tersusun atas berbagai unsur yang sangat pluralistik, baik ditinjau dari suku, agama, ras,
dan golongan. Pluralitas ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar
dalam pembangunan bangsa, namun di lain pihak juga merupakan sumber potensial bagi
munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Pada prinsipnya Pancasila dibangun di atas kesadaran adanya kompleksitas,
heterogenitas atau pluralitas kenyataan dan pandangan. Artinya segala sesuatu yang
mengatasnamakan Pancasila tetapi tidak memperhatikan prinsip ini, maka akan gagal.
Berbagai ketentuan normatif tersebut antara lain: Pertama, Sila ke-3 Pancasila secara
eksplisit disebutkan Persatuan Indonesia. Kedua, Penjelasan UUD 1945 tentang
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama. Ketiga, PasalPasal UUD 1945 tentang Warga Negara, terutama tentang hak-hak menjadi warga
negara. Keempat, Pengakuan terhadap keunikan dan kekhasan yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang terdapat dalam penjelasan
UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang mengakui kekhasan daerah, (2)
Penjelasan Pasal 32 UUD 1945 tentang puncak-puncak kebudayaan daerah dan
penerimaan atas budaya asing yang sesuai dengan budaya Indonesia; (3) penjelasan
Pasal 36 tentang peng-hormatan terhadap bahasa-bahasa daerah. Kiranya dapat
disimpulkan bahwa secara normatif, para founding fathers negara Indonesia sangat
menjunjung tinggi pluralitas yang ada di dalam bangsa Indonesia, baik pluralitas
pemerintahan daerah, kebudayaan, bahasa dan lain-lain.
Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi kejayaan bangsa.
Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam
rangka menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan
paham yang mengakui adanya pluralitas kenyataan, namun mencoba merangkumnya
dalam satu wadah ke-indonesiaan. Kesatuan tidak boleh menghilangkan pluralitas yang
ada, sebaliknya pluralitas tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari
paham ini adalah berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan
pandangan ini perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan
membawa risiko sosial politik yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di
dalam tri prakara, yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan kebiasaan dalam
kehidupan bernegara yang diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini pemikiran
tentang toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-nilai
agama, adat istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegera yang diterima oleh
masyarakat
konstitusi RIS dan UUDS 1950, namun mendelegasikan pengaturannya dalam bentuk
Undang-undang yang diserahkan kepada DPR dan Presiden.
Masalah HAM juga diatur dalam Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. Tap MPR ini memuat Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak
Asasi Manusia serta Piagam Hak Asasi Manusia.
Pada bagian pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia, terdiri
dari pendahuluan, landasan, sejarah, pendekatan dan substansi, serta pemahaman hak
asasi manusia bagi bangsa Indonesia. Pada bagian Piagam Hak Asasi Manusia terdiri
dari pembukaan dan batang tubuh yang terdiri dari 10 bab 44 pasal
Pada pasal-pasal Piagam HAM ini diatur secara eksplisit antara lain:
1.
Hak untuk hidup
2.
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3.
Hak mengembangkan diri
4.
Hak keadilan
5.
Hak kemerdekaan
6.
Hak atas kebebasan informasi
7.
Hak keamanan
8.
Hak kesejahteraan
9.
Kewajiban menghormati hak orang lain dan kewajiban membela negara
10.
Hak perlindungan dan pemajuan.
Catatan penting tentang ketetapan MPR tentang HAM ini adalah Tap ini merupakan
upaya penjabaran lebih lanjut tentang HAM yang bersumber pada UUD 1945 dengan
mempertimbangkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan BangsaBangsa
PANCASILA DAN KRISIS EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi yang telah terjadi pada masa Orba ternyata tidak berkelanjutan
karena terjadinya berbagai ketimpangan ekonomi yang besar, baik antargolongan, antara
daerah, dan antara sektor akhirnya melahirkan krisis ekonomi. Krisis ini semula berawal
dari perubahan kurs dolar yang begitu tinggi, kemudian menjalar ke krisis ekonomi, dan
akhirnya krisis kepercayaan pada segenap sektor tidak hanya ekonomi.
Kegagalan ekonomi ini disebabkan antara lain oleh tidak diterapkannya prinsip-prinsip
ekonomi dalam kelembagaan, ketidak- merataan ekonomi, dan lain-lain. yang juga dipicu
dengan maraknya praktek monopoli, Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme oleh para
penyelenggara negara
Sistem ekonomi Indonesia yang mendasarkan diri pada filsafat Pancasila serta konstitusi
UUD 1945, dan landasan operasionalnya GBHN sering disebut Sistem Ekonomi
Pancasila. Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam Sistem Ekonomi Pancasila antara
lain: mengenal etik dan moral agama, tidak semata-mata mengejar materi.
mencerminkan hakikat kemusiaan, yang memiliki unsur jiwa-raga, sebagai makhluk
individu-sosial, sebagai makhluk Tuhan-pribadi mandiri. Sistem demikian tidak mengenal
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:Table Normal;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:Calibri,sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Times New Roman;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Times New Roman;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA
Ki Hadjar Dewantara dan Mas Mansur, yang mendapat sambutan hangat dari
rakyat.
Setelah
itu
dibentuklah
berbagai
organisasi
massa
seperti Seinendan (Barisan
Pemuda), Keibodan (Barisan
Pembantu
Polisi), Heiho yang terkenal dengan PETA yang diprakarsai Gatot
Mangkupraja. Semuanya adalah strategi Jepang untuk melunakkan hati
rakyat Indonesia agar mau membantu Jepang melawan Sekutu.
Kekalahan Jepang secara beruntun dalam perang (PD II) melawan sekutu
memaksa pemimpin administrasi militer di Indonesia yaitu Hayashi
menganjurkan kepada Pemerintah Jepang memberi janji kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia, sebab berdasarkan pengamatannya kesengsaraan bangsa
Indonesia di bawah pemerintah Tentara Pendudukan sudah tidak tertahankan
lagi. Maka kalau Jepang secara eksplisit tidak memberikan janjir
kemerdekaan itu kepada pemimpin-peminpin Indonesia tentu mereka akan
berbalik melawan Jepang. Kalau itu terjadi, maka keadaan Jepang tentu tidak
dapat diselamatkan lagi. Saran ini kemudian diterima oleh Pemerintah Jepang
dibawah Perdana Menteri Koiso. Maka tanggal 7 September 1944, Koiso
mengumumkan ke seluruh dunia di muka sidang ke-85 Parlemen Jepang
bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan dalam waktu dekat[4].
Pemberian kemerdekaan dan bayangan kekalahan Jepang tersebut
akhirnya memaksa, mereka untuk mengumumkan pembentukan Dokuritsu
Zyumbi Tyoosakai yang disebut kemudian sebagai Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pada tanggal 1 Maret 1945.
Pengangkatan 29 April 1945, Dr. KRT. Rajiman Wedyodiningrat diangkat ketua
(kaityo), bukan Soekarno, yang pada waktu itu dianggap sebagai pemimpin
nasional yang utama. Pengangkatan tersebut disetujui oleh Soekarno, alasannya,
sebagai anggota biasa akan lebih mempunyai banyak kesempatan untuk aktif
dalam diskusi-diskusi.
Sidang pleno BPUPKI pertama diadakan dari tanggal 28 Mei sampai
dengan tanggal 1 Juni 1945. Tanggal 28 Mei sidang dibuka dengan sambutan
Saiko Syikikan, Gunseikan, yang menasehati BPUPKI agar mengadakan
penelitian yang cermat terhadap dasar-dasar yang akan digunakan sebagai
landasan negara Indonesia merdeka sebagai suatu mata rantai dalam lingkungan
kemakmuran bersama di Asia Timur Raya[5].
Dalam pidato pembukaannya, dr. Rajiman antara lain mengajukan
pertanyaan kepada anggota sidang: Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita
bentuk ini ?. Pertanyaan ini menjadi persoalan yang paling dominan sepanjang
29 Mei- 1 Juni 1945. Bahkan dalam rentang waktu tersebut hadir sejumlah
pembicara yang mengajukan sejumlah gagasan mengenai dasar filosofis atas
negara Indonesia yang hendak dibentuknya. Mereka misalnya Soekarno, Moh.
Yamin dan Supomo[6] yang secara argumentatif mengemukan pendapatnya
tentang dasar negara tersebut, yang pada akhirnya secara ekplisit tanggal 1 Juni
1945, Soekarno mengemukakan pidatonya yang memberikan jawaban yang
berisikan uraian tentang lima sila. Pidato kemudian diterbitkan dengan nama
Lahirnya Pancasila. Menurut Mohamad Hatta [7], pidato Soekarno itu dikatakan
sebagai yang bersifat kompromois, dapat meneduhkan pertentangan yang mulai
tajam antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan mereka yang
menghendaki dasar negara sekuler, bebas dari corak agama.
Awal munculnya Pancasila disadari adalah bagian yang tidak terelakkan
dari sejumlah pergulatan dan perdebatanfounding fathers tatkala berbicara
sangat labil pada awal tahun 1960-an, sampai akhirnya melahirkan Gerakan 30
S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Itulah sebabnya, Suharto beserta tokoh penting Orde Baru seperti Adam Malik,
menggambarkan betapa pentingnya Pancasila bagi Orde Baru. Pancasila kemudian menjadi
kekuatan paling efektif untuk meminimalisasi kemungkinan munculnya kekuatan di luar
negara. Tampaknya di awal kekuasaannya, Orde Baru berhasil menyelesaikan masalah
legitimasi ideologisnya. Akhirnya tahun 1966 dan 1967, dasar-dasar negara suatu pemerintah
yang dilegitimasi oleh ideologi Pancasila mulai diletakkan. Menjelang pertengahan 1966,
MPRS[17] telah berhasil membersihkan dirinya dari semua pendukung Sukarno. Sehingga,
lembaga ini semakin memperoleh legalisasi untuk mengesahkan pengambilalihan kekuasaan
oleh Letjend Soeharto, tanggal 5 Juli 1966 serta berhasil menjelaskan penyelewenganpenyelewengan dalam pelaksanaan Pancasila dan Konstitusi yang telah terjadi selama Orde
Lama di bawah Sukarno.
Ditetapkannya Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Orde
Baru yang dipimpin oleh Letjen Soeharto didasarkan pada UUD dan Pancasila dan akan
melaksanakan tujuan-tujuan Revolusi. Ketetapan ini dengan tegas mengakui keabsahan,
legalitas,dan semangat revolusioner UUD dan Pancasila. Dan yang lebih penting lagi adalah
MPRS mengatakan bahwa sumber tertinggi hukum nasional adalah semangat Pancasila
yang diakui MPRS merupakan cerminan dari karakter nasional serta Pembukaan UUD yang
di dalamnya asas-asas Pancasila ditegaskan, itu lebih tinggi daripada Batang Tubuh UUD
1945[18].
Pada ulang tahun kedua puluh Lahirnya Pancasila tahun 1967, Persiden Soeharto
dan Adam Malik mengucapkan pidato-pidato yang menegaskan pendasaran legitimasi Orde
Baru kepada Pancasila. Pancasila dianggap melegitimasi Orde Baru, membenarkan
penurunan Sukarno, mendelegitimasi Islam (sebagai kekuatan politik) dan komunisme, serta
menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi semua rakyat Indonesia melalui peningkatan
kemakmuran nasional. Kedua tokoh sentral Orde Baru tersebut menolak demokrasi liberal,
yang pernah dijalankan oleh Orde Lama dengan UUD 1950-nya, karena dianggap sebagai
penyelewengan dari tujuan asli Pancasila. Menurut Orde Baru, Sukarno benar, ketika dia
menolak sistem demokrasi parlementer dan membubarkan Konstituante serta menerapkan
Demokrasi Terpimpin. Dosa terbesar Sukarno terhadap Pancasila adalah karena ia memberi
dorongan kepada PKI, yang jelas anti-Pancasila, karena komunisme tidak sesuai dengan
asas pertama, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pernyataan tegas dan sering diulang-ulang oleh kekuasaan Suharto adalah
perjuangan dan keyakinan Orde Baru hanyalah untuk melaksanakan Pancasila secara murni
dan konsekuen ?[19]. Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa tidak boleh ada penafsiran
resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.
Pada kekuasaan Orde Baru inilah Pancasila benar-benar menjadi kekuatan ideologis
paling efektif dalam usahanya menancapkan kuku kekuasaannya. Orde Baru menjadi
kekuatan yang membela secara jelas Pancasila sebagai ideologi, sehingga setiap ancaman
besar terhadap bangsa (kekuasaan), merupakan ancaman erhadap Pancasila, dan buktinya
semua bentuk pemberontakan dapat dihancurkan. Adam Malik menunjuk pada Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966 sebagai bukti bahwa Pancasila memang merupakan suatu
sumber hukum legal dan moral, otoritas, dan legitimasi yang tertinggi di Indonesia. Pancasila
dengan demikian- tidak bisa dilaksanakan bila terdapat unsur-unsur dalam bangsa yang
tidak sesuai dengan kepribadian nasional, misalnya ideologi asing yang menganjurkan
diadakannya partai-partai politik oposisi, seperti di Barat.
Realitas ini menjadi suatu bukti betapa dalam perkembangan politik nasional era Orde
Baru sangat sulit diperoleh kekuatan di luar negara yang berani kritis atas negara. Disamping
hanya akan diberangus sampai ke akar-akarnya, gerakan oposisi justru hanya akan
menambah kekacauan dalam masyarakat. Dalam keadaan tertentu, realitas munculnya
oposisi tidak sesuai dengan Pancasila. Itulah bukti betapa Orde Baru seolah tidak bisa
dilepaskan dari Pancasila, karena bagaimanapun Pancasila adalah titik tolak dari rezim ini.
Dengan sebuah argumentasi menarik, Adam Malik mengatakan bahwa karena itu Orde Baru
memiliki suatu keyakinan yang dalam untuk mengabdi kepada rakyat dan mengabdi kepada
kepentingan nasional didasarkan pada falsafah Pancasila.
Demikianlah awal dimana kekuasaan Orde Baru telah berhasil
meyakinkan masyarakat tentang konsistensinya dalam mempertahankan
Pancasila sebagai ideologi negara. Bahkan sanggup pula menggunakan Pancasila
sebagai alat untuk memberikan legitimasi atas kekuasaan, untuk semakin kokoh,
tanpa terusik oleh kekuatan-kekuatan lain yang merongrongnya. Orde Baru
menjadi identik dengan Pancasila, sehingga setiap usaha mengkritisinya
dicurigai sebagai usaha untuk mengubah ideologi negara, dan itu harus
ditumpas habis, tidak saja oleh aparatur negara represif meminjam istilah
Althuser[20]- seperti presiden, menteri, ABRI dan lembaga kehakiman, tetapi juga
oleh aparatur negara ideologis, seperti lembaga keagamaan, pendidikan, media
massa, dan sebagainya.
Douglas E. Ramage[21] mengatakan bahwa meskipun penggabungan
partai-partai yang dipaksakan pada tahun 1973 merupakan contoh jelas dari
ketergantungan pemerintah kepada ideologi nasional untuk menciptakan
demokrasi Pancasila dan melegitimasi tindakan-tindakannya, tetapi baru pada
tahun 1978 pemerintah Orde Baru melakukan ofensif ideologi yang dimaksudkan
untuk menetapkan lebih lanjut parameter-parameter dan kendali-kendali atas
wacana politik di Indonesia. Puncaknya pada tanggal 22 Maret 1978, MPR
mengesahkan sebuah ketetapan tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila (P4). Ketetapan ini menjadi sangat penting karena dikaitkan dengan
pedoman MPR untuk rencana pembangunan lima tahun. Dengan P4 ini
dimulailah program indoktrinasi Pancasila secara nasional melalui programprogram pendidikan ideologi yang dilaksanakan secara ketat[22].
Selama pembahasan-pembahasan di MPR tahun 1978 mengenai
rancangan ketetatapan P4, faksi NU dalam PPP melakukan protes dengan walk
out dari Majelis. Menurut Sidney Jones [23], pada saat itu NU adalah organisasi
massa (Islam) terakhir di negara Indonesia yang masih memiliki aspirasi-aspirasi
politik dan karena ini dicurigai oleh rezim karena pada tahun 1971 menolak
untuk mematuhi pedoman-pedoman Orde Baru tentang perilaku politik dan
kemudian tahun 1981, NU menolak mendukung Soeharto untuk masa jabatan
ketiga atau memberinya gelar Bapak Pembangunan Dengan perkataan lain, NU
masih bertindak seakan-akan sebuah partai yang independen. Perilaku seperti ini
membuat NU menjadi sasaran tuduhan anti-Pancasila oleh rezim, sebagaimana
dalam sebuah pidato Presiden Soeharto tahun 1980 ketika dia menyerang walk
out-nya NU dengan tuduhan seperti itu.
Semenjak itu, Presiden Orde Baru mulai secara tegas dan keras terhadap
setiap kekuatan yang tidak mau menerima Pancasila sebagai ideologi. Tanggal
27 Maret dan 16 April 1980, Presiden Suharto mengeluarkan peringatan
tersebut melalui pidatonya pada Rapim ABRI di Pekanbaru. Dia mengatakan
bahwa sebelum Orde Baru, Pancasila telah diancam oleh ideologi-ideologi lain,
Era Reformasi :
hlm. 99
[2]
[4]
Untuk lebih jelasnya tentang materi pidato, lihat Muh. Yamin. Ibid. Dan juga
penelitian PJ. Suwarno, 1993, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Kanisius: Yogyakarta,
hlm. 44-56
[7]
[8]
Dikutip Dougkas E. Ramage, 1995, Politics in Indonesia Democracy, Islam and the
[11]
[12]
[13]
Mengenai pemberontakan Darul Islam, lihat van Dijk, 1981, Rebellion under The
Banner of Islam; The Darul Islam in Indonesia, The Haque: Martinus Nijhof
[14]
[15]
[16]
hlm. 278.
[17]
pemilu.
[18]
[19]
Douglas E Ramage, op.cit. hlm 46, berdasar pada Pidato Presiden RI pada hari
1999, Jika
op.cit. hlm. 56
[22]
Sidney Jones, The Contraction and Expansion of the umat dan the Role of
the Nahdlatul Ulama in Indonesia, dalamIndonesia, No. 38, Oktober 1984, hlm. 9.
[24]
[25]
Naskah asli Pernyataan Keprihatinan dimuat dalam Harian Pelita, 16 Juli 1980.
Terlihat dalam pidatonya, satu pada peringatan Hari Kemerdekaan 1982 dan
lainnya pada bulan Juli 1983, dimana Soeharto menjelaskan dasar pemikiran pemerintah
untuk memaksakan kepatuhan kepada Pancasila. dalam pidato pertama Soeharto
memperingatkan
adanya
ideologi-ideologi
alternatif
selain
Pancasila,
yang
masih
dikemukakan di Indonesia. Karena itu dia menetapkan bahwa semua organisasi sosial
politik, terutama partai-partai politik, harus menerima Pancasila sebagai asas tunggal.
Meskipun akhirnya kebijakan ini menuai kritik, utamanya dari kalangan Islam. Lebih
jelasnya, berita Antara, 16 Agustus 1992
[27]
William Liddle, Why Soeharto Tries to Bring Islam to Heel, Asian Wall Street
[29]
Tujuan pendidikan Pancasila adalah membentuk watak bangsa yang kukuh, juga untuk
memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila.
Tujuan perkuliahan Pancasila adalah agar mahasiswa memahami, menghayati dan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara
RI, juga menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi dengan pemikiran
yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
PANCASILA SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH
Pengetahuan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat-syarat ilmiah yakni berobjek, bermetode,
bersistem, dan bersifat universal. Berobjek terbagi dua yakni objek material dan objek formal.
Objek material berarti memiliki sasaran yang dikaji, disebut juga pokok soal (subject matter)
merupakan sesuatu yang dituju atau dijadikan bahan untuk diselidiki. Sedangkan objek formal
adalah titik perhatian tertentu (focus of interest, point of view) merupakan titik pusat perhatian
pada segi-segi tertentu sesuai dengan ilmu yang bersangkutan. Bermetode atau mempunyai
metode berarti memiliki seperangkat pendekatan sesuai dengan aturan-aturan yang logis.
Metode merupakan cara bertindak menurut aturan tertentu. Bersistem atau bersifat sistematis
bermakna memiliki kebulatan dan keutuhan yang bagian-bagiannya merupakan satu
kesatuan yang yang saling berhubungan dan tidak berkontradiksi sehingga membentuk
kesatuan keseluruhan. Bersifat universal, atau dapat dikatakan bersifat objektif, dalam arti
bahwa penelusuran kebenaran tidak didasarkan oleh alasan rasa senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, melainkan karena alasan yang dapat diterima oleh akal. Pancasila
memiliki dan memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah sehingga dapat dipelajari
secara ilmiah.
Di samping memenuhi syarat-syarat sebagai pengetahuan ilmiah. Pancasila juga memiliki
susunan kesatuan yang logis, hubungan antar sila yang organis, susunan hierarkhis dan
berbentuk piramidal, dan saling mengisi dan mengkualifikasi.
Pancasila dapat juga diletakkan sebagai objek studi ilmiah, yakni pendekatan yang
dimaksudkan dalam rangka penghayatan dan pengamalan Pancasila yakni suatu penguraian
yang menyoroti materi yang didasarkan atas bahan-bahan yang ada dan dengan segala
uraian yang selalu dapat dikembalikan secara bulat dan sistematis kepada bahan-bahan
tersebut. Sifat dari studi ilmiah haruslah praktis dalam arti bahwa segala yang diuraikan
memiliki kegunaan atau manfaat dalam praktek. Contoh pendekatan ilmiah terhadap
Pancasila antara lain: pendekatan historis, pendekatan yuridis konstitutional, dan pendekatan
filosofis.
Materi 2
ASAL MULA PANCASILA
TEORI ASAL MULA PANCASILA
Asal mula Pancasila dasar filsafat Negara dibedakan:
1.
Causa materialis (asal mula bahan) ialah berasal dari bangsa Indonesia sendiri,
terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya.
2.
Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) dimaksudkan bagaimana Pancasila
itu dibentuk rumusannya sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki peran yang sangat menentukan.
3.
Causa efisien (asal mula karya) ialah asal mula yang meningkatkan Pancasila dari
calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya
dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan dan
menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan dalam
sidang-sidangnya.
4.
Causa finalis (asal mula tujuan) adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan
Pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar negara. Untuk sampai kepada kausan
finalis tersebut diperlukan kausa atau asal mula sambungan.
Unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal
Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945,
namun jauh sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila
dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia
memberikan bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa,
kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya misalnya:
1.
2.
3.
4.
5.
Di Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang percaya kepada Tuhan, buktibuktinya: bangunan peribadatan, kitab suci dari berbagai agama dan aliran kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, upacara keagamaan pada peringatan hari besar agama,
pendidikan agama, rumah-rumah ibadah, tulisan karangan sejarah/dongeng yang
mengandung nilai-nilai agama. Hal ini menunjukkan kepercayaan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Bangsa Indonesia terkenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan
sesama manusia, bukti-buktinya misalnya bangunan padepokan, pondok-pondok,
semboyan aja dumeh, aja adigang adigung adiguna, aja kementhus, aja kemaki, aja
sawiyah-wiyah, dan sebagainya, tulisan Bharatayudha, Ramayana, Malin Kundang, Batu
Pegat, Anting Malela, Bontu Sinaga, Danau Toba, Cinde Laras, Riwayat dangkalan
Metsyaha, membantu fakir miskin, membantu orang sakit, dan sebagainya, hubungan
luar negeri semisal perdagangan, perkawinan, kegiatan kemanusiaan; semua mengindikasikan adanya Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Bangsa Indonesia juga memiliki ciri-ciri guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan,
sebagai bukti-buktinya bangunan candi Borobudur, Candi Prambanan, dan sebagainya,
tulisan sejarah tentang pembagian kerajaan, Kahuripan menjadi Daha dan Jenggala,
Negara nasional Sriwijaya, Negara Nasional Majapahit, semboyan bersatu teguh bercerai
runtuh, crah agawe bubrah rukun agawe senthosa, bersatu laksana sapu lidi, sadhumuk
bathuk sanyari bumi, kaya nini lan mintuna, gotong royong membangun negara
Majapahit, pembangunan rumah-rumah ibadah, pembangunan rumah baru, pembukaan
ladang baru menunjukkan adanya sifat persatuan.
Unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat kita, bukti-buktinya: bangunan
Balai Agung dan Dewan Orang-orang Tua di Bali untuk musyawarah, Nagari di
Minangkabau dengan syarat adanya Balai, Balai Desa di Jawa, tulisan tentang
Musyawarah Para Wali, Puteri Dayang Merindu, Loro Jonggrang, Kisah Negeri Sule, dan
sebagainya, perbuatan musyawarah di balai, dan sebagainya, menggambarkan sifat
demokratis Indonesia;
Dalam hal Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap
sesama, bukti-buktinya adanya bendungan air, tanggul sungai, tanah desa, sumur
bersama, lumbungdesa, tulisan sejarah kerajaan Kalingga, Sejarah Raja Erlangga,
Sunan Kalijaga, Ratu Adil, Jaka Tarub, Teja Piatu, dan sebagainya, penyediaan air kendi
di muka rumah, selamatan, dan sebagainya.
Pancasila sebenarnya secara budaya merupakan kristalisasi nilai-nilai yang baik-baik yang
digali dari bangsa Indonesia. Disebut sebagai kristalisasi nilai-nilai yang baik. Adapun kelima
sila dalam Pancasila merupakan serangkaian unsur-unsur tidak boleh terputus satu dengan
yang lainnya. Namun demikian terkadang ada pengaruh dari luar yang menyebabkan
diskontinuitas antara hasil keputusan tindakan konkret dengan nilai budaya.
ASAL MULA PANCASILA SECARA FORMAL
BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945. Adanya Badan ini memungkinkan bangsa
Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syaratsyarat apa yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka. Badan Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan
(Kepala Pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa).
Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945.
Pada sidang pertama M. Yamin dan Soekarno mengusulkan tentang dasar negara,
sedangkan Soepomo mengenai paham negara integralistik. Tindak lanjut untuk membahas
mengenai dasar negara dibentuk panitia kecil atau panitia sembilan yang pada tanggal 22
Juni 1945 berhasil merumuskan Rancangan mukaddimah (pembukaan) Hukum Dasar, yang
oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.
Sidang kedua BPUPKI menentukan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai
hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam
anggota baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil panitia
kecil atau panitia sembilan yang disebut dengan piagam Jakarta. Di samping menerima hasil
rumusan Panitia sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok panitia perancang Hukum Dasar yakni: 1) Panitia Perancang Hukum
Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota berjumlah 19 orang 2) Panitia Pembela
Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso beranggotakan 23 orang 3) Panitia ekonomi
dan keuangan dengan ketua Moh. Hatta, bersama 23 orang anggota.
Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil Perancang Hukum
Dasar yang dipimpin Soepomo. Panitia-panitia kecil itu dalam rapatnya tanggal 11 dan 13 Juli
1945 telah dapat menyelesaikan tugasnya Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi
Linkai), yang sering disebut Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sidang
pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan menetapkan: menyusun Rancangan Hukum Dasar.
Selanjutnya tanggal 14 Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia
sembilan yang dinamakan Piagam Jakarta sebagai Rancangan Mukaddimah Hukum Dasar,
dan pada tanggal 16 Juli 1945 menerima seluruh Rancangan
Hukum Dasar yang sudah selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat Piagam Jakarta
sebagai mukaddimah.
Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, merupakan sidang penutupan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan selesailah tugas badan
tersebut. Pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Sidang pertama PPKI 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia dan menetapkan:
1.
Piagam Jakarta sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI pada
tanggl 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia.
2.
Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli
1945 setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia.
3.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yakni Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta.
4.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai Badan
Musyawarah Darurat.
Sidang kedua tanggal 19 Agustus 1945, PPKI membuat pembagian daerah propinsi,
termasuk pembentukan 12 departemen atau kementerian. Sidang ketiga tanggal 20,
membicarakan agenda badan penolong keluarga korban perang, satu di antaranya adalah
pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada 22 Agustus 1945 diselenggarakan
sidang PPKI keempat. Sidang ini membicarakan pembentukan Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia. Setelah selesai sidang keempat ini, maka PPKI secara tidak langsung
bubar, dan para anggotanya menjadi bagian Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Anggota KNIP ditambah dengan pimpinan-pimpinan rakyat dari semua golongan atau aliran
dari lapisan masyarakat Indonesia.
Rumusan-rumusan Pancasila secara historis terbagi dalam tiga kelompok.
1.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usahausaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan sebagai
dasar negara Republik Indonesia.
2.
Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan
Proklamasi Kemerdekaan.
3.
Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum
berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Dari tiga kelompok di atas secara lebih rinci rumusan Pancasila sampai dikeluarkannya Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 ini ada tujuh yakni:
1.
2.
3.
4.
5.
Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan dalam pidato
Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia (Rumusan I).
Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan sebagai usul
tertulis yang diajukan dalam Rancangan Hukum Dasar (Rumusan II).
Soekarno, tanggal 1 Juni 1945 sebagai usul dalam pidato Dasar Indonesia Merdeka,
dengan istilah Pancasila (Rumusan III).
Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945, dengan susunan yang sistematik hasil
kesepakatan yang pertama (Rumusan IV).
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus 1945 adalah rumusan
pertama yang diakui secara formal sebagai Dasar Filsafat Negara (Rumusan V).
6.
Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang dijadikan
acuan di dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia. Bagi
bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya
masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilainilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa
Indonesia. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau
kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia,
juga sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa
Indonesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan
kesepakatan bersama seluruh masyarakat Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya
dihormati dan dijunjung tinggi.
Materi 3
PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL
PANCASILA DAN PERMASALAHAN SARA
Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal misalnya
antara si kuat dengan si lemah, antara penguasa dengan rakyat, antara mayoritas
dengan minoritas, dan sebagainya. Sementara itu konflik horisontal ditunjukkan misalnya
konflik antarumat beragama, antarsuku, atarras, antargolongan dan sebagainya. Jurang
pemisah ini merupakan potensi bagi munculnya konflik.
Data-data empiris menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
tersusun atas berbagai unsur yang sangat pluralistik, baik ditinjau dari suku, agama, ras,
dan golongan. Pluralitas ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar
dalam pembangunan bangsa, namun di lain pihak juga merupakan sumber potensial bagi
munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Pada prinsipnya Pancasila dibangun di atas kesadaran adanya kompleksitas,
heterogenitas atau pluralitas kenyataan dan pandangan. Artinya segala sesuatu yang
mengatasnamakan Pancasila tetapi tidak memperhatikan prinsip ini, maka akan gagal.
Berbagai ketentuan normatif tersebut antara lain: Pertama, Sila ke-3 Pancasila secara
eksplisit disebutkan Persatuan Indonesia. Kedua, Penjelasan UUD 1945 tentang
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama. Ketiga, PasalPasal UUD 1945 tentang Warga Negara, terutama tentang hak-hak menjadi warga
negara. Keempat, Pengakuan terhadap keunikan dan kekhasan yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang terdapat dalam penjelasan
UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang mengakui kekhasan daerah, (2)
Penjelasan Pasal 32 UUD 1945 tentang puncak-puncak kebudayaan daerah dan
penerimaan atas budaya asing yang sesuai dengan budaya Indonesia; (3) penjelasan
Pasal 36 tentang peng-hormatan terhadap bahasa-bahasa daerah. Kiranya dapat
disimpulkan bahwa secara normatif, para founding fathers negara Indonesia sangat
menjunjung tinggi pluralitas yang ada di dalam bangsa Indonesia, baik pluralitas
pemerintahan daerah, kebudayaan, bahasa dan lain-lain.
Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi kejayaan bangsa.
Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam
rangka menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan
paham yang mengakui adanya pluralitas kenyataan, namun mencoba merangkumnya
dalam satu wadah ke-indonesiaan. Kesatuan tidak boleh menghilangkan pluralitas yang
ada, sebaliknya pluralitas tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari
paham ini adalah berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan
pandangan ini perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan
membawa risiko sosial politik yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di
dalam tri prakara, yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan kebiasaan dalam
kehidupan bernegara yang diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini pemikiran
tentang toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-nilai
agama, adat istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegera yang diterima oleh
masyarakat
PANCASILA DAN PERMASALAHAN HAM
Hak asasi manusia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, adalah hak yang melekat
pada kemanusiaan, yang tanpa hak itu mustahil manusia hidup sebagaimana layaknya
manusia. Dengan demikian eksistensi hak asasi manusia dipandang sebagai aksioma
yang bersifat given, dalam arti kebenarannya seyogianya dapat dirasakan secara
langsung dan tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut (Anhar Gonggong, dkk., 1995:
60).
Masalah HAM merupakan masalah yang kompleks, setidak-tidaknya ada tiga masalah
utama yang harus dicermati dalam membahas masalah HAM, antara lain: Pertama, HAM
merupakan masalah yang sedang hangat dibicarakan, karena (1) topik HAM merupakan
salah satu di antara tiga masalah utama yang menjadi keprihatinan dunia. Ketiga topik
yang memprihatinkan itu antara lain: HAM, demokratisasi dan pelestarian lingkungan
hidup. (2) Isu HAM selalu diangkat oleh media massa setiap bulan Desember sebagai
peringatan diterimanya Piagam Hak Asasi Manusia oleh Sidang Umum PBB tanggal 10
Desember 1948. (3) Masalah HAM secara khusus kadang dikaitkan dengan hubungan
bilateral antara negara donor dan penerima bantuan. Isu HAM sering dijadikan alasan
untuk penekanan secara ekonomis dan politis.
Kedua, HAM sarat dengan masalah tarik ulur antara paham universalisme dan
partikularisme. Paham universalisme menganggap HAM itu ukurannya bersifat universal
diterapkan di semua penjuru dunia. Sementara paham partikularisme memandang
bahwa setiap bangsa memiliki persepsi yang khas tentang HAM sesuai dengan latar
belakang historis kulturalnya, sehingga setiap bangsa dibenarkan memiliki ukuran dan
kriteria tersendiri.
Ketiga, Ada tiga tataran diskusi tentang HAM, yaitu (1) tataran filosofis, yang melihat
HAM sebagai prinsip moral umum dan berlaku universal karena menyangkut ciri
kemanusiaan yang paling asasi. (2) tataran ideologis, yang melihat HAM dalam kaitannya
dengan hak-hak kewarganegaraan, sifatnya partikular, karena terkait dengan bangsa
atau negara tertentu. (3) tataran kebijakan praktis sifatnya sangat partikular karena
memperhatikan situasi dan kondisi yang sifatnya insidental.
Pandangan bangsa Indonesia tentang Hak asasi manusia dapat ditinjau dapat dilacak
dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, Tap-Tap MPR dan Undangundang. Hak asasi manusia dalam Pembukaan UUD 1945 masih bersifat sangat umum,
uraian lebih rinci dijabarkan dalam Batang Tubuh UUD 1945, antara lain: Hak atas
kewarganegaraan (pasal 26 ayat 1, 2); Hak kebebasan beragama (Pasal 29 ayat 2); Hak
atas kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat 1); Hak
atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28); Hak atas
pendidikan (Pasal 31 ayat 1, 2); Hak atas kesejahteraan sosial (Pasal 27 ayat 2, Pasal 33
ayat 3, Pasal 34). Catatan penting berkaitan dengan masalah HAM dalam UUD 1945,
antara lain: pertama, UUD 1945 dibuat sebelum dikeluarkannya Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948, sehingga tidak secara eksplisit
menyebut Hak asasi manusia, namun yang disebut-sebut adalah hak-hak warga negara.
Kedua, Mengingat UUD 1945 tidak mengatur ketentuan HAM sebanyak pengaturan
konstitusi RIS dan UUDS 1950, namun mendelegasikan pengaturannya dalam bentuk
Undang-undang yang diserahkan kepada DPR dan Presiden.
Masalah HAM juga diatur dalam Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. Tap MPR ini memuat Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap Hak
Asasi Manusia serta Piagam Hak Asasi Manusia.
Pada bagian pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia, terdiri
dari pendahuluan, landasan, sejarah, pendekatan dan substansi, serta pemahaman hak
asasi manusia bagi bangsa Indonesia. Pada bagian Piagam Hak Asasi Manusia terdiri
dari pembukaan dan batang tubuh yang terdiri dari 10 bab 44 pasal
Pada pasal-pasal Piagam HAM ini diatur secara eksplisit antara lain:
1.
Hak untuk hidup
2.
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3.
Hak mengembangkan diri
4.
Hak keadilan
5.
Hak kemerdekaan
6.
Hak atas kebebasan informasi
7.
Hak keamanan
8.
Hak kesejahteraan
9.
Kewajiban menghormati hak orang lain dan kewajiban membela negara
10.
Hak perlindungan dan pemajuan.
Catatan penting tentang ketetapan MPR tentang HAM ini adalah Tap ini merupakan
upaya penjabaran lebih lanjut tentang HAM yang bersumber pada UUD 1945 dengan
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:Table Normal;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:Calibri,sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Times New Roman;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Times New Roman;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA
sebagai anggota biasa akan lebih mempunyai banyak kesempatan untuk aktif
dalam diskusi-diskusi.
Sidang pleno BPUPKI pertama diadakan dari tanggal 28 Mei sampai
dengan tanggal 1 Juni 1945. Tanggal 28 Mei sidang dibuka dengan sambutan
Saiko Syikikan, Gunseikan, yang menasehati BPUPKI agar mengadakan
penelitian yang cermat terhadap dasar-dasar yang akan digunakan sebagai
landasan negara Indonesia merdeka sebagai suatu mata rantai dalam lingkungan
kemakmuran bersama di Asia Timur Raya[5].
Dalam pidato pembukaannya, dr. Rajiman antara lain mengajukan
pertanyaan kepada anggota sidang: Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita
bentuk ini ?. Pertanyaan ini menjadi persoalan yang paling dominan sepanjang
29 Mei- 1 Juni 1945. Bahkan dalam rentang waktu tersebut hadir sejumlah
pembicara yang mengajukan sejumlah gagasan mengenai dasar filosofis atas
negara Indonesia yang hendak dibentuknya. Mereka misalnya Soekarno, Moh.
Yamin dan Supomo[6] yang secara argumentatif mengemukan pendapatnya
tentang dasar negara tersebut, yang pada akhirnya secara ekplisit tanggal 1 Juni
1945, Soekarno mengemukakan pidatonya yang memberikan jawaban yang
berisikan uraian tentang lima sila. Pidato kemudian diterbitkan dengan nama
Lahirnya Pancasila. Menurut Mohamad Hatta [7], pidato Soekarno itu dikatakan
sebagai yang bersifat kompromois, dapat meneduhkan pertentangan yang mulai
tajam antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan mereka yang
menghendaki dasar negara sekuler, bebas dari corak agama.
Awal munculnya Pancasila disadari adalah bagian yang tidak terelakkan
dari sejumlah pergulatan dan perdebatanfounding fathers tatkala berbicara
mengenai dasar negara. Harus diakui terdapat berbagai kesulitan dalam
mempertemukan posisi-posisi ideologis anggota BPUPKI. Yang mengedepan di
antaranya adalah posisi-posisi dari mereka yang menjadikan Islam sebagai dasar
negara, mereka yang mencoba menegakkan suatu demokrasi konstitusional yang
sekuler, dan mereka yang menganjurkan negara yang disebut sebagai negara
integralistik. Perdebatan yang paling serius, emosional dan cenderung
konfrontasional antara para anggota adalah usul agar Islam dijadikan
sebagai dasar negara. Perdebatan tersebut memang pada akhirnya dimenangkan
oleh kelompok yang menginginkan Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan
ditetapkannya Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang merupakan suatu
modus atau persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata rumusan dalam Piagam
Jakarta yang mencantumkan kalimat,dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, setelah Proklamasi Kemerdekaan yaitu
pada tanggal 18 Agustus 1945, tidak diterbitkan sebagaimana draf awal. UUD
yang akhirnya diterbitkan tidak berisi konsesi-konsesi kepada posisi Islam
sebagaimana dipaparkan dalam Piagam Jakarta. Juga tidak ada keharusan bahwa
Presiden harus Islam. Mohammad Hatta dianggap berperan dalam penghapusan
ketujuh kata tersebut. Ia berhasil membujuk komisis penulis UUD untuk
menghilangkan acuan kepada Islam dalam draf akhir Pembukaan UUD. Hatta
khawatir bahwa Indonesia timur yang mayoritas Kristen tidak akan bergabung
dengan Republik kesatuan bila negara baru ini dirasakan mendukung Islam an
sich, walau secara tidak langsung sebagai dasarnya[8].
Pencoretan tujuh kata inilah yang menimbulkan kekecewaan umat Islam
terhadap pemerintahan Sukarno dan Mohammad Hatta, yang pada akhirnya
Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh meski akhirnya dapat ditumpas oleh Tentara
Nasional Indonesia, tetap saja menjadi bukti kongkret dari ancaman Islam [13].
Bahkan atas desakan AH. Nasution, kepala staf AD, tahun 1959, Sukarno
mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 untuk kembali kepada UUD 1945 dan
menjadikannya sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia.
Perdebatan persoalan ideologi tahun-tahun 1959-an dianggap telah menyita
energi, sementara masalah lain belum dapat diselesaikan. Apalagi periode 1959
sampai peristiwa 30 September 1965 merupakan masa paling membingungkan
pemerintah, dengan munculnya kekuatan PKI yang berusaha menggulingkan
pemerintahan.
Era ini disebut sebagai Demokrasi terpimpin, sebuah periode paling labil
dalam struktur politik yang justru diciptakan oleh Sukarno. Pada era ini juga
Sukarno membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena dituduh terlibat
dalam pemberontakan regional berideologi Islam. Dalam periode Demokrasi
Terpimpin ini, Sukarno juga mencoba membatasi kekuasaan semua partai politik,
bahkan pertengahan 1950-an, Sukarno mengusulkan agar rakyat menolak partaipartai politik karena mereka menentang konsep musyawarah dan mufakat yang
terkandung dalam Pancasila[14]. Dalam rangka menyeimbangkan secara ideologis
kekuatan-kekuatan Islam, nasionalisme dan komunisme, Sukarno bukan saja
menganjurkan Pancasila melainkan juga sebuah konsep yang dikenal sebagai
NASAKOM, yang berarti persatuan antara nasionalisme, agama dan komunisme.
Kepentingan-kepentingan politis dan ideologis yang saling berlawanan antara
PKI, militer dan Sukarno serta agama (Islam) menimbulkan struktur politik yang
sangat labil pada awal tahun 1960-an, sampai akhirnya melahirkan Gerakan 30
S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Itulah sebabnya, Suharto beserta tokoh penting Orde Baru seperti Adam Malik,
menggambarkan betapa pentingnya Pancasila bagi Orde Baru. Pancasila kemudian menjadi
kekuatan paling efektif untuk meminimalisasi kemungkinan munculnya kekuatan di luar
negara. Tampaknya di awal kekuasaannya, Orde Baru berhasil menyelesaikan masalah
legitimasi ideologisnya. Akhirnya tahun 1966 dan 1967, dasar-dasar negara suatu pemerintah
yang dilegitimasi oleh ideologi Pancasila mulai diletakkan. Menjelang pertengahan 1966,
MPRS[17] telah berhasil membersihkan dirinya dari semua pendukung Sukarno. Sehingga,
lembaga ini semakin memperoleh legalisasi untuk mengesahkan pengambilalihan kekuasaan
oleh Letjend Soeharto, tanggal 5 Juli 1966 serta berhasil menjelaskan penyelewenganpenyelewengan dalam pelaksanaan Pancasila dan Konstitusi yang telah terjadi selama Orde
Lama di bawah Sukarno.
Ditetapkannya Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa Orde
Baru yang dipimpin oleh Letjen Soeharto didasarkan pada UUD dan Pancasila dan akan
melaksanakan tujuan-tujuan Revolusi. Ketetapan ini dengan tegas mengakui keabsahan,
legalitas,dan semangat revolusioner UUD dan Pancasila. Dan yang lebih penting lagi adalah
MPRS mengatakan bahwa sumber tertinggi hukum nasional adalah semangat Pancasila
yang diakui MPRS merupakan cerminan dari karakter nasional serta Pembukaan UUD yang
di dalamnya asas-asas Pancasila ditegaskan, itu lebih tinggi daripada Batang Tubuh UUD
1945[18].
Pada ulang tahun kedua puluh Lahirnya Pancasila tahun 1967, Persiden Soeharto
dan Adam Malik mengucapkan pidato-pidato yang menegaskan pendasaran legitimasi Orde
Baru kepada Pancasila. Pancasila dianggap melegitimasi Orde Baru, membenarkan
penurunan Sukarno, mendelegitimasi Islam (sebagai kekuatan politik) dan komunisme, serta
menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi semua rakyat Indonesia melalui peningkatan
kemakmuran nasional. Kedua tokoh sentral Orde Baru tersebut menolak demokrasi liberal,
yang pernah dijalankan oleh Orde Lama dengan UUD 1950-nya, karena dianggap sebagai
penyelewengan dari tujuan asli Pancasila. Menurut Orde Baru, Sukarno benar, ketika dia
menolak sistem demokrasi parlementer dan membubarkan Konstituante serta menerapkan
Demokrasi Terpimpin. Dosa terbesar Sukarno terhadap Pancasila adalah karena ia memberi
dorongan kepada PKI, yang jelas anti-Pancasila, karena komunisme tidak sesuai dengan
asas pertama, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pernyataan tegas dan sering diulang-ulang oleh kekuasaan Suharto adalah
perjuangan dan keyakinan Orde Baru hanyalah untuk melaksanakan Pancasila secara murni
dan konsekuen ?[19]. Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa tidak boleh ada penafsiran
resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.
Pada kekuasaan Orde Baru inilah Pancasila benar-benar menjadi kekuatan ideologis
paling efektif dalam usahanya menancapkan kuku kekuasaannya. Orde Baru menjadi
kekuatan yang membela secara jelas Pancasila sebagai ideologi, sehingga setiap ancaman
besar terhadap bangsa (kekuasaan), merupakan ancaman erhadap Pancasila, dan buktinya
semua bentuk pemberontakan dapat dihancurkan. Adam Malik menunjuk pada Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966 sebagai bukti bahwa Pancasila memang merupakan suatu
sumber hukum legal dan moral, otoritas, dan legitimasi yang tertinggi di Indonesia. Pancasila
dengan demikian- tidak bisa dilaksanakan bila terdapat unsur-unsur dalam bangsa yang
tidak sesuai dengan kepribadian nasional, misalnya ideologi asing yang menganjurkan
diadakannya partai-partai politik oposisi, seperti di Barat.
Realitas ini menjadi suatu bukti betapa dalam perkembangan politik nasional era Orde
Baru sangat sulit diperoleh kekuatan di luar negara yang berani kritis atas negara. Disamping
hanya akan diberangus sampai ke akar-akarnya, gerakan oposisi justru hanya akan
menambah kekacauan dalam masyarakat. Dalam keadaan tertentu, realitas munculnya
oposisi tidak sesuai dengan Pancasila. Itulah bukti betapa Orde Baru seolah tidak bisa
dilepaskan dari Pancasila, karena bagaimanapun Pancasila adalah titik tolak dari rezim ini.
Dengan sebuah argumentasi menarik, Adam Malik mengatakan bahwa karena itu Orde Baru
memiliki suatu keyakinan yang dalam untuk mengabdi kepada rakyat dan mengabdi kepada
kepentingan nasional didasarkan pada falsafah Pancasila.
Demikianlah awal dimana kekuasaan Orde Baru telah berhasil
meyakinkan masyarakat tentang konsistensinya dalam mempertahankan
Pancasila sebagai ideologi negara. Bahkan sanggup pula menggunakan Pancasila
sebagai alat untuk memberikan legitimasi atas kekuasaan, untuk semakin kokoh,
tanpa terusik oleh kekuatan-kekuatan lain yang merongrongnya. Orde Baru
menjadi identik dengan Pancasila, sehingga setiap usaha mengkritisinya
dicurigai sebagai usaha untuk mengubah ideologi negara, dan itu harus
ditumpas habis, tidak saja oleh aparatur negara represif meminjam istilah
Althuser[20]- seperti presiden, menteri, ABRI dan lembaga kehakiman, tetapi juga
oleh aparatur negara ideologis, seperti lembaga keagamaan, pendidikan, media
massa, dan sebagainya.
Douglas E. Ramage[21] mengatakan bahwa meskipun penggabungan
partai-partai yang dipaksakan pada tahun 1973 merupakan contoh jelas dari
ketergantungan pemerintah kepada ideologi nasional untuk menciptakan
demokrasi Pancasila dan melegitimasi tindakan-tindakannya, tetapi baru pada
tahun 1978 pemerintah Orde Baru melakukan ofensif ideologi yang dimaksudkan
untuk menetapkan lebih lanjut parameter-parameter dan kendali-kendali atas
wacana politik di Indonesia. Puncaknya pada tanggal 22 Maret 1978, MPR
mengesahkan sebuah ketetapan tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila (P4). Ketetapan ini menjadi sangat penting karena dikaitkan dengan
pedoman MPR untuk rencana pembangunan lima tahun. Dengan P4 ini
dimulailah program indoktrinasi Pancasila secara nasional melalui programprogram pendidikan ideologi yang dilaksanakan secara ketat[22].
Selama pembahasan-pembahasan di MPR tahun 1978 mengenai
rancangan ketetatapan P4, faksi NU dalam PPP melakukan protes dengan walk
out dari Majelis. Menurut Sidney Jones [23], pada saat itu NU adalah organisasi
massa (Islam) terakhir di negara Indonesia yang masih memiliki aspirasi-aspirasi
politik dan karena ini dicurigai oleh rezim karena pada tahun 1971 menolak
untuk mematuhi pedoman-pedoman Orde Baru tentang perilaku politik dan
kemudian tahun 1981, NU menolak mendukung Soeharto untuk masa jabatan
ketiga atau memberinya gelar Bapak Pembangunan Dengan perkataan lain, NU
masih bertindak seakan-akan sebuah partai yang independen. Perilaku seperti ini
membuat NU menjadi sasaran tuduhan anti-Pancasila oleh rezim, sebagaimana
dalam sebuah pidato Presiden Soeharto tahun 1980 ketika dia menyerang walk
out-nya NU dengan tuduhan seperti itu.
Semenjak itu, Presiden Orde Baru mulai secara tegas dan keras terhadap
setiap kekuatan yang tidak mau menerima Pancasila sebagai ideologi. Tanggal
27 Maret dan 16 April 1980, Presiden Suharto mengeluarkan peringatan
tersebut melalui pidatonya pada Rapim ABRI di Pekanbaru. Dia mengatakan
bahwa sebelum Orde Baru, Pancasila telah diancam oleh ideologi-ideologi lain,
Era Reformasi :
hlm. 99
[2]
[4]
Untuk lebih jelasnya tentang materi pidato, lihat Muh. Yamin. Ibid. Dan juga
penelitian PJ. Suwarno, 1993, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Kanisius: Yogyakarta,
hlm. 44-56
[7]
[8]
Dikutip Dougkas E. Ramage, 1995, Politics in Indonesia Democracy, Islam and the
[11]
[12]
[13]
Mengenai pemberontakan Darul Islam, lihat van Dijk, 1981, Rebellion under The
Banner of Islam; The Darul Islam in Indonesia, The Haque: Martinus Nijhof
[14]
[15]
[16]
hlm. 278.
[17]
pemilu.
[18]
[19]
Douglas E Ramage, op.cit. hlm 46, berdasar pada Pidato Presiden RI pada hari
1999, Jika
op.cit. hlm. 56
[22]
Sidney Jones, The Contraction and Expansion of the umat dan the Role of
the Nahdlatul Ulama in Indonesia, dalamIndonesia, No. 38, Oktober 1984, hlm. 9.
[24]
[25]
Naskah asli Pernyataan Keprihatinan dimuat dalam Harian Pelita, 16 Juli 1980.
Terlihat dalam pidatonya, satu pada peringatan Hari Kemerdekaan 1982 dan
lainnya pada bulan Juli 1983, dimana Soeharto menjelaskan dasar pemikiran pemerintah
untuk memaksakan kepatuhan kepada Pancasila. dalam pidato pertama Soeharto
memperingatkan
adanya
ideologi-ideologi
alternatif
selain
Pancasila,
yang
masih
dikemukakan di Indonesia. Karena itu dia menetapkan bahwa semua organisasi sosial
politik, terutama partai-partai politik, harus menerima Pancasila sebagai asas tunggal.
Meskipun akhirnya kebijakan ini menuai kritik, utamanya dari kalangan Islam. Lebih
jelasnya, berita Antara, 16 Agustus 1992
[27]
William Liddle, Why Soeharto Tries to Bring Islam to Heel, Asian Wall Street
[29]
Kita semua tahu dan kebanyakan hafal bunyi sila dalam Pancasila. Namun kita meski
tahu apa saja kedudukan Pancasila bagi bangsa atau rakyat Indonesia. Berikut ini
pembahasan lengkap kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia:
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai dasar negara sering disebut juga falsafah negara. Pancasila sebagai
dasar negara Republik Indonesia berarti bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar
dalam mengatur pemerintahan negara dan penyelenggaraan negara. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara, merupakan sumber tertib hukum tertinggi yang
mengatur kehidupan Negara dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa Pancasila sebagai
kaidah dasar negara bersifat mengikat dan memaksa, artinya, Pancasila mengikat dan
memaksa segala sesuatu yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum negara RI agar
setia melaksanakan, mewariskan, mengembangan dan melestarikan nilai-nilai Pancasila.
Sehingga semua warga Negara, penyelenggara negara tanpa kecuali dan segala macam
peraturan perundang-undangan yang ada harus bersumber dan sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupan ketatanegaraan negara RI harus berdasarkan Pancasila. Dan juga
semua peraturan yang berlaku di Indonesia harus bersumber pada Pancasila, dalam arti
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Pancasila sebagai
dasar negara, mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, sehingga semua peraturan
hukum / ketatanegaraan yang bertentangan dengan Pancasila harus disebut Perwujudan
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan perundang-undangan
bersifat impratif ( mengikat) bagi berikut ini:
Penyelenggara negara.
Lembaga kenegaraan.
Lembaga kemasyarakatan.
Warga negara Indonesia dimanapun berada, dan penduduk di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, berarti Pancasila adalah sikap mental
dan tingkah laku bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas, dan yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Fungsi Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Indonesia berarti bahwa Pancasila adalah gambaran tertulis dan pola perilaku atau
gambaran tentang amal perbuatan bangsa Indonesia yang khas yang membedakannya
dengan bangsa-bangsa lain. Pancasila sebagai kepribadian bangsa, yaitu Pancasila
memberi ciri khas kepribadian yang tercermin dalam sila-sila Pancasila, yaitu bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa, berjiwa musyawarah
mufakat untuk mencapal hikmat kebijaksanaan, bercita-cita mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life)
Pancasila sering disebut way of life, berarti pancasila menjadi petunjuk arah seluruh
kegiatan kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan guna mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
berfungsi sebagai norma, pegangan hidup, pedoman hidup dan petunjuk arah bagi
semua kegiatan hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagal aspek
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dengan demikian berarti bahwa semua
sikap dan perilaku setiap manusia Indonesia haruslah dijiwai dan merupakan pancaran
pengamalan sila-sila Pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu semua sila Pancasila
adalah pencerminan atau gambaran dari sikap dan cara pandang manusia Indonesia
terhadap keagamaan (Ketuhanan Yang Maha Esa), terhadap sesama manusia
(kemanusiaan yang adil dan beradab), terhadap bangsa dan negaranya (persatuan
lndonesia), terhadap pemerintahan demokrasi (kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan), dan terhadap kepentingan bersama
(keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia),.
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia berarti bahwa Pancasila
dijadikan sebagai cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai bangsa Indonesia yaitu suatu
masyarakat yang Pancasilais. Dasar negara Pancasila yang dirumuskan dan terkandung
dalam pembukaan UUD 1945, memuat cita-cita dan tujuan nasional. Cita-cita bangsa
(Pembukaan UUD 1945 alenia II), tujuan bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia IV).
Tujuan bangsa dan negara Indonesia dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945,
yaitu sebagai berikut.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Pancasila sebagal perjanjian luhur bangsa Indonesia
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, berarti bahwa Pancasila
merupakan keputusan final bagi bangsa Indonesia. Pancasila adalah kesepakatan dan
perjanjian serta konsensus bangsa Indonesia sebagai dasar negara yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945. Istilah Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa
Indonesia muncul dalam pidato kenegaraan Presiden Soekarno di depan sidang Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong-ROyong (DPR-GR) pada tanggal 16 Agustus 1967, yang
merupakan kesepakatan bulat para wakil-wakil bangsa Indonesia (PPKI) menjelang dan
sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Pancasila sebagai perjanjian
luhur seluruh rakyat Indonesia, artinya bahwa Pancasila harus kita bela untuk selamaIamanya. Perjanjian luhur ini telah dilakukan pada tanggal 18 agustus 1945, yaltu pada
saat PPKI (sebagai wakil seluruh rakyat Indonesia) telah menerima Pancasila dan
menetapkan dasar negara secara konstitusional dalam pembukaan UUD 1945.
beberapa
istilah
ideology
menurut
Destut
beberapa
para
ahli
De
yaitu:
Traacy
Ideologi pertama kali dikemukakan oleh destut de Tracy tahun 1796 yang berarti suatu
program yang diharapkan dapat membawa suatu perubahan institusional dalam
masyarakat
Perancis.
Ramlan
Surbakti
membagi
dalam
dua
pengertian
yakni
masyarakat
dan
Negara
yag
dianggap
paling
baik.
2. Ideologi secara structural : suatu system pembenaran seperti gagasan dan formula
politik
atas
setiap
kebijakan
dan
tindakan
yang
diambil
oleh
Wikipedia
penguasa.
Indonesia:
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah aqliyyah (akidah yang sampai
melalui
proses
berpikir)
Destertt
yang
de
Ideologi
adalah
Tracy
studi
aturan-aturan
(2
terhadap
Descartes
Ideologi
melahirkan
ide
inti
Machiavelli
kehidupan.
april
(5
adalah
dalam
2004)
ide/pemikiran
tertentu.
mei
dari
2004)
semua
(1
pemikiran
manusia.
agustus
2006)
(23
oktober
2004)
Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan
dan
mengatur
Francis
Ideologi
Bacon
adalah
Karl
sintesa
rakyatnya.
(5
pemikiran
Marx
januari
mendasar
dari
(1
2007)
suatu
konsep
mei
hidup.
2005)
Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam
masyarakat.
Napoleon
Ideologi
Muhammad
(22
keseluruhan
desember
pemikiran
Muhammad
Ismail
politik
2003)
dari
(24
rivalrivalnya.
april
2007)
Ideologi (Mabda) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu Fikrun Akhar,
pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas pemikiran
pemikiran yang lain. Pemikiran mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas
pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau kemana alam, manusia dan kehidupan ini
yang dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan setelahnya?
Dr.
Hafidh
Shaleh
(12
november
2008)
Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah
aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia.
Pemikiran
tersebut
harus
mempunyai
metode,
yang
meliputi
metode
untuk
ke
Taqiyuddin
seluruh
An-Nabhani
(17
dunia.
juli
2005)
Mabda adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah
adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta
tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan
Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau Mabda adalah
suatu ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta, manusia, dan hidup.
Mencakup
dua
bagian
yaitu,
fikrah
dan
Gunawan
thariqah.
Setiardjo:
Mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan
seluruh
realitas
yang
dijadikan
pedoman
dan
cita-cita
Ramlan
hidup.
Surbakti:
Mengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu Ideologi secara fungsional dan
Ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan
tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling
baik. Ideologi secara fungsional ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang
doktriner dan Ideologi yang pragmatis. Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran
yang
terkandung
di
dalam
Ideologi
itu
dirumuskan
secara
sistematis,
dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah. Sebagai
contohnya adalah komunisme. Sedangkan Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran
yang terkandung di dalam Ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan
terinci, namun dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan,
system
ekonomi,
kehidupan
agama
dan
sistem
politik.
Notonegoro:
Mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki
ciri: 1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
05NOV2010Tinggalkan komentar
by mitha20mos in pengertian ideologi Tag:pengertian ideologi
Machiavelli :
Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh
penguasa. 1 agustus 2006
Thomas H:
Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah
agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya. 23 oktober 2004
Francis Bacon:
Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep
hidup.5 januari 2007
Karl Marx:
Mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan
berdasarkan kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu dalam
bidang politik atau sosial ekonomi. Gunawan Setiardjo
mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang
manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita
hidup.
Napoleon:
Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rivalrivalnya. 22
desember 2003
Muhammad Muhammad Ismail :
Ideologi (Mabda) adalah Al-Fikru al-asasi al-ladzi hubna Qablahu
Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama sekali tidak dibangun
(disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain. Pemikiran
mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas pertanyaan dari
mana, untuk apa dan mau kemana alam, manusia dan kehidupan ini
yang dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan kehidupan
setelahnya? 24 april 2007
Dr. Hafidh Shaleh:
Ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa
konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi akidah dan solusi
atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus