Anda di halaman 1dari 13

A.

SEJARAH PANCASILA

Pancasila telah disebutkan dalam buku NEGARA KERTANEGARA yang ditulis oleh mpuh PRAPANCA.
Dan juga disebutkan dalam buku SUTASOMA karangan empu TANTULAR.

Pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 Perumusan Pancasila pada sidang BPUPKI (Badan Penyelidikkan
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Yang hadir adalah Yamin, Ki Hajar Dewantara, Ki
Bagoes, Abikoesno, Liem Koen Hian.

Tanggal 1 Juni 1945 Soekarno mengemukakan gagasan Pancasila. Ada Lima Gagasan. Lima dianggap
angka keramat.

Jika Pancasila dikerucutkan menjadi 3 maka akan: SOCIO-NATIONALISME, SOCIO-DEMOCRATIE,


KETUHANAN. Namun jika dikecurutkan menjadi satu maka akan berbentuk GOTONG ROYONG.

Pada tanggal 10 – 17 Juli 1945, Rumusan Tersebut direnungkan kembali oleh panitia delapan yang
dibentuk oleh ketua sidang BPUPKI, Radjiman Widiodiningrat. Dan Panitia Delapan tersebut diketuai
oleh Soekarno yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara. Kemudian pada sidang Chuo Sang In
di Jakarta disempat untuk melakukan sidang kecil (18 – 21 Juni 1945) membahas tentang

Diakhir pertemuan panitia kecil, soekarno mengambil inisiatif untuk membentuk panitia
beranggotakan sembilan orang. Panitia ini bertugas untuk menyelidiki asal usul mengenai konsel
rancangan Pembukaan Undang-undang Dasra Negara Repulbik Indonesia 1945. Konsep ini disetujui
pada piagam jakarta tgl 22 Juni 1945 walaupun sebelumnya telah dilakukan revisi pada alenia ke-4
atas dasar protes dari pihak kristen.

Secara umum ada tiga hal yang penting dalam perumusan dasar negara, yaitu Pancasila pada tanggal
1 Juni 1945 oleh Soekarno pada sidang BPUPKI, Rumusan oleh Panitia Sembilan pada Piagam Jakarta
yang disahkan pada tanggal 22 juni 1945, dan UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945.

Dan diresmikan pada tanggal 22 Juni 1945. Fase pengesahan Pancasila dirumuskan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 bahwa Pancasila resmi digunakan sebagai dasar dan falsafah negara.

1. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia

Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat memberi
kekuatan kepada berdirinya suatu negara. Pancasila pada fungsinya sebagai dasar negara,
adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh
unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Pandangan hidup sendiri adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari
kesatuan rangkaian dari nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan
untuk mengatur hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan
manusia dengan lingkungan.
3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada hakikatnya adalah suatu hasil perenungan atau
pemikiran Bangsa Indonesia. Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata lain pancasila merupakan
bahan yang di angkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia.

4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal tersebut melalui
penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai serta
sesuai dengan jiwa Indonesia serta karena pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya Indonesia.
Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist,
artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan
adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa kejayaan nasional.

5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum

Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum yang berlaku dan
dijalankan di Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan
Pancasila.

6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

Pancasila Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya kepribadian Negara Indonesia
yang bisa mem bedakan dengan bangsa lain, yaitu amal perbuatan, tingkah laku dan sikap mental
bangsa Indonesia.

7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia

Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan pancasila
sebagai patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai
masyarakat adil, makmur yang merata baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila.

8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan perjanjian luhur yang telah
disepakati oleh para pendiri bangsa untuk dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya
Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18-Agustus-1945 pada
sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia), PPKI ini merupakan wakil-wakil dari
seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut.

9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa Indonesia


Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena
Pancasila merupakan palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-
nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar, bijaksana, adil dan tepat
bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan Rakyat Indonesia.
10. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di dalam


segala aspek pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai nilai dari sila sila
yang ada pada pancasila.

Sejarah BPUPKI

Dokuritsu Junbii Chōsakai Dibentuk tanggal 1 Maret 1945 terdiri dari 62 anggota.

Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas, Perdana Menteri Jepang, Jenderal
Kuniaki Koiso, pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa Indonesia akan
dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya.
Dengan cara itu, Jepang berharap tentara Sekutu akan disambut oleh rakyat Indonesiasebagai
penyerbu negara mereka, sehingga pada tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan
militer Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya suatu badan
khusus yang bertugas menyelididki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang
dinamakan "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" (BPUPKI) atau
dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai. Pembentukan BPUPKI juga untuk menyelidiki,
mempelajari dan memepersiapakan hal-hal penting lainnya yang terkait dengan masalah tata
pemerintahan guna mendirikan suatu negara Indonesia merdeka.
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945, bertepatan dengan ulang
tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat, dari golongan nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKI dengan didampingi
oleh dua orang ketua muda (wakil ketua), yaitu Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase
Yosio (orang Jepang). Selain menjadi ketua muda, Raden Pandji Soeroso juga diangkat sebagai
kepala kantor tata usaha BPUPKI (semacam sekretariat) dibantu Masuda Toyohiko dan Mr.
Abdoel Gafar Pringgodigdo. BPUPKI sendiri beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: 62 orang
anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia dari semua daerah dan aliran,
serta 7 orang anggota istimewa adalah perwakilan pemerintah pendudukan militer Jepang, tetapi
wakil dari bangsa Jepang ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang
artinya mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja).
Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi BPUPKI, dan juga
adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil di bawah BPUPKI, yaitu adalah
sebagai berikut :
Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan
masa persidangan BPUPKI yang pertama di gedung "Chuo Sangi In", yang pada zaman
kolonial Belanda gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (dari bahasa Belanda, semacam
lembaga "Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda" pada masa penjajahan Belanda), dan kini
gedung itu dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila, yang berlokasi di Jalan Pejambon 6
– Jakarta. Namun masa persidangan resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI yang pertama)
diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 29
Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas
bentuk negara Indonesia, filsafat negara "Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar
negara Indonesia.
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama ini
dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang, yaitu:
Panglima Tentara Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara
Wilayah ke-16, Jenderal Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan
resminya itu sendiri, yang berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota
BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk
negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia" ("NKRI"),
kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih
dahulu yang akan menjiwai isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia itu sendiri, sebab Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka
agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah mendengarkan pidato
dari tiga orang tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang mengajukan pendapatnya
tentang dasar negara Republik Indonesia itu adalah sebagai berikut :

1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia, yaitu: “1. Peri
Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5.
Kesejahteraan Rakyat”.
2. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan
"Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu: “1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3. Mufakat dan
Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial”.
3. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan mengenai
rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Pancasila", yaitu:
“1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau
Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang dikemukakan
oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila", masih menurut dia
bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan Pancasila ini dapat diperas menjadi "Trisila"
(Tiga Sila), yaitu: “1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang
Berkebudayaan”. Bahkan masih menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas
kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: “Gotong-Royong”, ini
adalah merupakan upaya dari Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan
mengenai rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah
berada dalam kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa
persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik
lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang pertama,
setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau istirahat) selama
satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses persidangan, dibentuklah suatu panitia kecil
yang beranggotakan 9 orang, yang dinamakan "Panitia Sembilan" dengan diketuai oleh Ir.
Soekarno, yang bertugas untuk mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKI mengenai
dasar negara Republik Indonesia.
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum ditemukan titik temu
kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat,
sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan" tersebut di atas guna menggodok berbagai masukan
dari konsep-konsep sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPKI itu.
Adapun susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini adalah sebagai berikut :
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (pihak
"Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "Islam"), maka pada tanggal 22
Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar
negara Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta
Charter", yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement".
Setelah itu sebagai ketua "Panitia Sembilan", Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil
yang dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan
"Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta" itu. Menurut dokumen tersebut,
dasar negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan BPUPKI yang
kedua, yang diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli 1945.
Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan tak resmi
yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung
Karno yang membahas mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda:
"Preambule") Undang-Undang Dasar 1945", yang kemudian dilanjutkan pembahasannya pada
masa persidangan BPUPKI yang kedua (10 Juli-17 Juli 1945).

Sidang resmi kedua

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945

Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945 hingga
tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI
yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil
yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir.
Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), dan
Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai
oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya
adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu
sebagai berikut :

1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)


2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
6. Haji Agus Salim (anggota)
7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)
Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai
oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah
khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang Undang-
Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan
tersebut membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum
tiga masalah pokok yaitu :

1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka


2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai "Undang-
Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi :
 Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda dahulu,
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah Sabah dan
wilayah Serawak di negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, Timor-
Portugis (sekarang adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,
 Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
 Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
 Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
 Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.
Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun dengan
mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-Undang
Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu,
perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan
aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru. "Piagam Jakarta" atau "Jakarta
Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksion yang sedikit berbeda.

Sejarah PPKI

PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau atau dalam bahasa Jepang disebut Dookuritsu
Junbi Iinkai adalah panitia yang bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI setelah BPUPKI dibubarkan
Jepang pada 7 Agustus 1945. Selain itu, PPKI juga bertugas meresmikan pembukaan
atau preambule dan batang tubuh UUD 1945. PPKI diresmikan oleh Jendral Terauchi pada 9 Agustus
1945 di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. Peresmian ini dihadiri oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta
dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Terdiri dari 21 anggota

Pada akhirnya, Jendral Terauchi memberikan keputusan bahwa pemerintah Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh persiapan kemerdekaan
Indonesia tersebut diserahkan sepenuhnya kepada PPKI

PPKI semula berencana mengadakan sidang pada 16 Agustus 1945, tetapi tidak dapat terlaksana
karena terjadi peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok ini berhubungan dengan
menyerahnya Jepang kepada sekutu (15 Agustus 1945) sehinggga golongan muda mendesak agar
segera mempersiapkan kemerdekaan. Golongan pemuda yang termasuk di dalamnya Soekarni,
Adam Malik, Kusnaini, Sutan Sjahrir, Soedarsono, Soepomo, dan kawan-kawan mendesak Ir.
Soekarno agar segera mengumandangkan proklamasi. Namun sebaliknya, golongan tua menolak
dengan alasan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dipersiapkan secara matang.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan golongan muda, dalam hal ini
dilakukan oleh Adam Malik dan Chaerul Saleh terhadap Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Pada
pukul 04.30 WIB, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk didesak
menyegerakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka mendesak sampai tercapai
kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Mr. Achmad
Subardjo dengan golongan muda mengenai waktu pelaksanaan proklamasi.

Pembacaan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta semula
direncanakan akan dilakukan pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw
Kie Siong. Naskah teks proklamasi sudah dibuat dan bendera merah putih juga sudah dikibarkan
para pejuang Rengasdengklok pada hari sebelumnya, Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka
telah berpikir keesokan harinya Indonesia akan merdeka.

Kunto dan Achmad Soebardjo yang tidak mendapat kabar dari Jakarta, memutuskan ke
Rangasdengklok untuk menjemput Ir. Soekarno dan Moh. Hatta berangkat ke Jakarta untuk
membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan
tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, 17 Agustus 1945 dilakukan upacara pembacaan proklamasi dengan teks
proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang
diambil dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Proklamasi diperdengarkan kepada ribuan bangsa Indonesia secara rahasia melalui siaran oleh
pegawai radio menggunakan pemancar yang dikontrol Jepang.

Sidang PPKI
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan di bekas Gedung Road van Indie di
Jalan Pejambon. Dalam sidang tersebut, dalam hitungan belasan menit terjadi permusyawarahan
antara kelompok yang berbeda pendapat mengenai sila pertama Pancasila yang tertuang dalam
pembukaan Piagam Jakarta. Kelompok keagamaan non-Muslim dari Timur dan kelompok kaum
keagamaan penganut ajaran kebatinan serta golongan nasionalis keberatan terhadap tujuh kata itu,
sehingga mereka meminta kelapangan hati para tokoh dari kelompok Islam agar bersedia dilakukan
bengubahan. Pada akhirnya permusyawarahan itu berhasil membujuk pihak tokoh-tokoh golongan
Islam agar bersedia menghapuskan tujuh kata sila pertama Pancasila yang tertuang dalam Piagam
Jakarta atau Jakarta Charter dan menggantinya.

Setelah itu, Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI melakukan pembacaan
tentang empat perubahan hasil kesepakatan dan kompromi atas perbedaan pendapat para golongan
tersebut. Hasil sidang tersebut adalah:

1. Kata “Muqaddimah” yang merupakan kata bahasa Arab pada preambule Undang-Undang
Dasar diganti dengan kata “Pembukaan”.
2. Pada Pembukaan alenia keempat, berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini sekaligus
mengganti sila pertama Pancasila.
3. Pada Pembukaan alenia keempat, kalimat “Menurut Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” diganti
menjadi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Ini sekaligus mengganti sila kedua Pancasila.
4. Pasal 6 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama
Islam” diganti menjadi “Presiden adalah orang Indonesia asli”.

Sidang pertama PPKI menyepakati hasil antara lain:

1. Melakukan pengesahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Setelah sebelumnya terjadi sedikit
perubahan di dalamnya.
2. Memilih, menetapkan, dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Keputusan
akhirnya ditetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
3. Untuk sementara waktu, presiden dibantu oleh komite bernama KNIP (Komite Nasional Indonesia
Pusat) sebelum DPR dan MPR dibentuk.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan sidang kedua PPKI. Hasil sidang kedua tersebut
menghasilkan:

1. Membentuk kabinet yang terdiri atas 12 Kementrian dan 4 Mentri Negara.


2. Membentuk Pemerintah Daerah, yang tiap-tiap daerah dipimpin oleh seorang Gubernur.

elanjutnya, sidang ketiga PPKI dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1945. Hasil sidang ketiga PPKI
antara lain:

1. Pembentukan Komite Nasional di samping telah adanya Komite Nasional Indonesia Pusat.
2. Pembentukan Partai Nasional sebagai partai politik.
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Pasal-pasal penting di UUD 1945

UU No 12 Tahun 2011 tentang PEMBENTUKKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

1. UDD 1945
2. TAP MPR
3. UU/PERPU
4. PERATURAN PEMERINTAH
5. PERATURAN PRESIDEN
6. PERATURAN DAERAH PROVINSI
7. PERATURAN KAB/KOTA

Pasal 2 ayat 2

MPR Terdiri dari DPR DAN DPD

Tiga pendiri negara menyatakan konsep dasar negara pada Sidang BPUPKI

29 Mei Mr. Moh. Yamin menyatakan konsep negara

30 Mei Mr. Soepomo

31 Mei Ir. Soekarno

Sidang terjadi dua kali. BPUPKI Membahas tentang

1. Konsep dasar negara

2. Kemerdekaan Indonesia, Pembukaan UUD1945, Batang Tubuh UUD 1945

PPKI 7 Agustus 1945

Nilai Pancasila ada 3

1. nilai dasar: yang tidak bisa diganti. Sesuai dengan pancasila

2. Nilai Instrumental: nilai penjabaran dari nilai dasar. Seperti UUD 1945, UU

3. Nilai Praksis: nilai terapan dalam kehidupan sehari-hari

B. RUMUSAN PANCASILA

UUD 1945 yang telah disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dimuat dalam BERITA
REPUBLIK INDONESIA NO 7 TAHUN 1946. Tujuan Negara dan Pancasila berada pada
PEMBUKAAN UUD 1945 ALENIA 4.

1. SILA PERTAMA
KETUHANAN YANG MAHA ESA, penjabaran terdapat pada Pemb. UUD 1945 Alenia
KETIGA, “atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan yang
luhur….” (AGAMA)

a. Pasal 9 SUMPAH PRESIDEN


b. Pasal 28E KEBEBASAN BERAGAMA
c. Pasal 29 NEGARA MENJAMIN KEMERDEKAAN BERAGAMA, NEGARA BERAGAM

2. SILA KEDUA

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, penjabaran terdapat pada Pemb. UUD 1945
alenia PERTAMA. “Bahwa Sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah Hak segala bangsa, dan
penjajahan di atas dunia harus dihapus…” (KEMANUSIAAN, TOLERANSI, ADIL,
PERSAMAAN, SALING MENGHARGAI)

a. Pasal 27 PERSAMAAN KEDUDUKAN DI DEPAN HUKUM, PENGHIDUPAN YANG


LAYAK, DAN PERTAHANAN
b. Pasal 28 KEMERDEKAAN BERSERIKAT DAN BERKUMPUL, KEBEBASAN
BERPENDAPAT, DAN PENJABARAN HAK PERORANGAN
c. Pasal 30 PERTAHANAN
d. PASAL 31 PENDIDIKAN
e. Pasal 39 HAM

3. SILA KETIGA

PERSATUAN INDONESIA, dijabarkan Pembukaan UUD 1945 ALENIA KEEMPAT “dan Oleh
sebab itu untuk membentuk Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap…” (AKSI
PERSATUAN)

a. Pasal 1 BENTUK NEGARA, KEDAULATAN RAKYAT, NEGARA HUKUM


b. Pasal 18 SUSUNAN NEGARA, PROVINSI, DAN KABUPATEN KOTA
c. pasal 32 KEBUDAYAAN
d. pasal 35 BENDERA NEGARA
e. pasal 36 LAMBANG NEGARA, LAGU, BENDERA
f. Pasal 37 ayat 5 NKRI TIDAK DAPAT DIUBAH

4. SILA KEEMPAT

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN, dijabarkan pada ALENIA KEEMPAT
(HAK, KEWAJIBAN, HUKUM YANG SAMA, MUSYAWARAH MUFAKAT, KEPUTUSAN,
MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN)

a. Pasal 1 BENTUK NEGARA, KEDAULATAN RAKYAT, NEGARA HUKUM


b. Pasal 2 MPR
c. Pasal 3 TUGAS DAN WEWENANG MPR
d. Pasal 5 PRESIDEN
e. Pasal 20 PEMBENTUKKAN UU OLEH DPR DAN PRESIDEN
f. Pasal 22E PEMILIHAN UMUM
g. Pasal 28 KEBEBASAN BERSERIKAT, DAN BERPENDAPAT
h. Pasal 37 PERUBAHAN UUD DAN PASAL

5. SILA KELIMA

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA, terdapat pada UUD 1945 Alenia
KEDUA. “Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada saat yang berbahagia,
dengan selamat dan sentausa. Menghantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur” (MERATA,
HAK MILIK, GOTONG ROYONG, MENGHORMATI ORANG LAIN, ADIL DALAM
BERSOSIAL BERMASYARAKAT, HAK DAN KEWAJIBAN)

a. Pasal 23 APBN DAN KEUANGAN NEGARA


b. Pasal 27 PERSAMAAN KEDUDUKAN DI DALAM HUKUM
c. Pasal 28 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN BERKUMPUL
d. Pasal 29 KEMERDEKAAN BERAGAMA
e. Pasal 31 PENDIDIKAN
f. Pasal 33 Perkenomian, Produksi, Kekayaan Alam,
g. Pasal 34 Jaminan Sosial, Kesehatan, Pelayanan Umum,

LAMBANG NEGARA: BINTANG, RANTAI, BERINGIN, KEPALA BANTENG, PADI KAPAS.

a. Pasal 1 tentang BENTUK DASAR NEGARA, KEDAULATAN DITANGAN RAKYAT, NEGARA


HUKUM
b. Pasal 2 tentang MPR
c. pasal 3 tentang TUGAS DAN WEWENANG MPR
d. pasal 18 tentang OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN DAERAH,
e. Pasal 22E tentang PEMILIHAN UMUM
f. Pasal 23 tentang APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), KEUANGAN NEGARA
g. pasal 27 tentang HUKUM, PERSAMAAN HUKUM
h. pasal 28 tentang KEBEBASAN BERPENDAPAT
i. Pasal 28E tentang KEBEBASAN BERAGAMA, PENDIDIKAN, KEWARGANEGARAAN
j. Pasal 29 tentang NEGARA MENJAMIN BERAGAMA
k. pasal 30 tentang PERTAHANAN
l. pasal 31 tentang PENDIDIKAN
m. pasal 32 tentang BUDAYA
n. pasal 34 tentang KESEJAHTERAAN SOSIAL
o. Pasal 35 tentang WARNA BENDERA NEGARA, SANG MERAH PUTIH
p. Pasal 36 tentang LAMBANG NEGARA, BAHASA NEGARA, DAN BENDERA NEGARA
q. Pasal 37 tentang PERUBAHAN UUD DASAR DAN BENTUK NEGARA
r. Pasal 39 tentang HAM

Periode Konstitusi

1. Periode UUD 1945 (17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)

BPUPKI, PPKI, Penetapan Presiden dan Wakil Presiden. 21 Jdi 27. Sistem Pemerintahan Presidensil
2. Periode Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)

Belanda ingin merebut kembali jajahan. Memecah belah wilayah kesatuan RI. Agresi 1947 dan agresi
1948. KMB di DenHaag 23 Agustus smpai 2 Nov 1949. RIS dirumuskan oleh Delegasi RI dan Delegasi
BFO, dan diterima (sah) pd 27 Desember 1949. 14 Desember 1949 Komite Nasional Indonesia Pusat
sebagai DPR RI. Pasal 186 Konstitusi RIS, RIS hanya bersifat sementara. 16 negara bagian menjadi 3
negara bagian (NRI, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur).

PERJANJIAN LINGGARJATI (15 November 1946 - 25 Maret 1947). suatu perundingan


antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan
mengenai status kemerdekaan Indonesia :

1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth /Persemakmuran Indonesia-
Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.

PERJANJIAN RENVILLE ( Jakarta, 8 Desember 1947 - 17 Januari 1948). Renville Kapal perang US (pihak
netral). Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Belgia yang dipilih oleh Belanda, Australia yang
dipilih oleh Indonesia, dan Amerika Serikat yang disetujui kedua belah pihak. Perjanjian ini berisi
batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook. :

1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik
Indonesia.
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan
Belanda.
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat
dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta.

PERJANJIAN ROEM-ROIJEN. Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin
delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk
menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja
Bundar di Den Haag pada tahun yang sama. Perjanjian ini sangat alot sehingga memerlukan
kehadiran Bung Hatta dari pengasingan di Bangka, juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari
Yogyakarta untuk mempertegas sikap Sri Sultan HB IX terhadap Pemerintahan Republik
Indonesia di Yogyakarta (14 April 1949 - 7 Mei 1949) :

1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya.


2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar.
3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan
semua tawanan perang.

KONFERENSI MEJA BUNDAR (23 Agustus 1949 - 2 November 1949). Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa meloloskan resolusi yang mengecam serangan militer
Belanda terhadap tentara Republik di Indonesia dan menuntut dipulihkannya pemerintah
Republik. :
1. Serah terima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat,
kecuali Papua bagian barat.
2. Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai kepala
negara.
3. Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat.

3. Periode UUDS 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959

19 Mei 1950 mendirikan kembali negara kesatuan. UUDS 17 agustus 1950 Badan Pekerja Komite
Nasonal, DPR, Senat RIS. Pasal 134 UUDS 1950 memerintahkan untuk menggantikan UUDS dgn
UUD. 1955 Melaksanakan Pemilu untuk memilih anggota konstituante dan disahkan di Bandung 10
Nov 1956. 22 April 1959 penyampaikan presiden di depan sidang pleno untuk menetapkn UUD 1945.
Kesepakatan tidak mencapai 2/3 kuorum maka Presiden mengeluarkan dekrit presiden 5 juli 1959.

Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959:

a. Pembubaran Konsitutante
b. Pemberlakuan kembali UUD 1945
c. Pembentukan MPR Sementara.

Menggunakan kata “1945” yang sebelumnya (18 agustus 1945) belum digunakan (hanya “UUD”
saja).

4. Periode UUD 1945 (5 Juli 1959 – 1999)

Demokrasi terpimpin (1959-1965). Cirinya:

a. mengaburkan partai politik


b. membentuk DPR-GR (Gotong Royong) namun kekuatannya lemah
c. lebih bersifat otoriter
d. kekuatan daerah otonom terbatas.
e. anti-pers.

5. Periode 1999 – Sekarang

Turunnya Soeharto tgl 21 Mei 1998. 1999 – 2002 Perubahan UUD 1945 yang berisi:

a. amandemen UUD Republik Negara Indonesia 1945


b. Penghapusan dwifungsi ABRI
c. Kebebasan Pers
d. Desentralisasi
e. Hukum dan HAM
f. Demokrasi

Perubahan UUD 1945 dilakukan MPR 4 kali perubahan, 1999 sampai 2002.
UUD 1945 (Pembukaan, tubuh, penjelasan) => UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Pembukaan,
pasal-pasal). Prinsip Checks and Balances System. Presiden dipilih rakyat dgn ketentuan 50% + 1. Jika
tidak lebih dari 50% maka dilakukan pemilihan ulang.

Sutan Syahrir (ejaan lama: Soetan Sjahrir, lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 5
Maret 1909 – meninggal di Zürich, Swiss, 9 April 1966 pada umur 57 tahun) adalah seorang
intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.[1] Setelah Indonesia merdeka, ia
menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri
Indonesia dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947. Syahrir mendirikan Partai Sosialis
Indonesia pada tahun 1948. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan
dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Sutan Syahrir ditetapkan sebagai salah
seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76
tahun 1966

Adam Malik. Wakil Presiden Soeharto. Menteri Luar Negeri Kabinet Soekarno. Pendiri kantor
berita ANTARA

Anda mungkin juga menyukai