Anda di halaman 1dari 9

1.

Kronologi Perumusan dan Pengesahan Pembukaan UUD 1945


(Pancasila) dan UUD 1945
Perumusan dan pengesahan Pancasila tidak bisa dipisahkan dari proses perumusan
dan pengesahan UUD 1945. Berikut akan dibahas kronologis proses perumusan dan
pengesahan Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila Dasar Negara.

1. Tanggal 7 September 1944


Proses perumusan Pembukaan UUD 1945 dimulai sejak Jepang masih menguasai tanah
air Indonesia, yaitu didalam siding siding Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan
Kemerdekaan yang selanjutnya disebut Badan Penyelidik. Peristiwa tersebut untuk
menarik simpati dari bangsa Indonesia, pada tanggal 7 September 1944 Pemerintah
Balatentara Jepang mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia di kemudian hari yang
menurut rencana akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945.
2. Tanggal 29 April 1945
Sebagai realisasi janji politik, pada tanggal 29 april 1945 oleh Gunseikan (kepala
pemerintah Balatentara Jepang di Jawa) dibentuk suatu badan yang diberi nama
Dokuritsu zyunbi Coosakai atau BPUPK. Badan ini bertugas untuk menyelidiki segala
sesuatu mengenai persiapanm kemerdekaan Indonesia dan beranggotakan 60 orang.
3. Tanggal 28 Mei 1945
BPUPK dilantik oleh Gunseikan dengan susunan sebagai berikut:
Ketua

Dr. Radjiman Widjodiningrat

Ketua Muda :

Raden Panji Soeroso

Ketua Muda :

Ichibangase (anggota luar biasa orang Jepang)

Anggota

60 orang, tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda

4. Tanggal 29 Mei s.d 01 Juni 1945


BPUPK mengadakan dua masa sidang, yaitu
a. Masa Sidang I

: tanggal 29 Mei s.d 01 Juni 1945

b. Masa Sidang II

: tanggal 10 Juli s.d 16 Juli 1945

Dalam sidang I BPUPK membicarakan atau mempersiapkan atau mempersiapkan


Rancangan

Dasar

Negara

Indonesia

Merdeka.

Pada

kesempatan

ini

telah

tampil/berpidato tokoh tokoh bangsa Indonesia untuk mengajukan konsep dasar Negara
sperti :

a. Tanggal 29 Mei 1945, Prof. Mr. Moh. Yamin mengajukan prasarana/usul yang disiapkan
secara tertulis, berjudul : Azas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Lima
azas tersebut adalah sebagai berikut :
-

Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri kerakyatan
Kesjahteraan Rakyat

b. Tanggal 31 Mei 1945


1. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo di Gedung ChuooIn berpidato dan menguraikan teori Negara
secara yuridis, berdirinya Negara, bentuk Negara dan pemerintahan serta hubungan antara
Negara dengan agama.
2. Prof. Mr. Moh. Yamin berpidato dan menguraikan tentang daerah Negara kebangsaan
Indonesia, ditinjau dari segi yuridis, historis, politis, sosiologis, dan geografis serta secara
konstitusional meliputi seluruh Nusantara Raya.
3. Pada kesempatan ini, berpidato juga P.F. Dahlan yang menguraikan masalah golongan
bangsa Indonesia peranakan Tionghoa, India, Arab, dan Eropa yang telah turun temurun
tinggal di Indonesia.
4. Di samping itu, Drs. Moh. Hatta menguraikan maslah bentuk Negara persekutuan,
bentuk Negara serikat dan bentuk Negara persatuan. Pada kesempatan yang sama
diuraikan juga masalah hubungan antara Negara dengan agama serta Negara Republik
atau Monarchi.
5. Tanggal 1 Juni 1945
Pada 1 Juni 1945, sidang BPUPK I diakhiri dan dibentuk Panitia Kecil yang terdiri dari
delapan orang anggota (Panitia Delapan), yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Selengkapnya
Panitia Delapan ini adalah Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wachid Hasjim, Mr.
Moh. Yamin, Sutardjo, Oto Iskandardinata, Drs. Moh Hatta, dan AA. Maramis. Panitia ini
bertugas untuk memeriksa usul usul yang masuk, menampung dan melaporkannya
kepada sidang pleno BPUPK yang kedua. Oleh karena itu seluruh anggota BPUPK
diperintahkan untuk mengajukan usul secara tertulis selambat lambatnya tanggal 20
Juni 1945 harus sudah masuk ke Panitia Selapan.
6. Tanggal 22 Juni 1945
Pada tanggal 22 Juni 1945 bertempat di gedung kantor Besar Jawa Hookoo Kai
(Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa) rapat yang dipimpin oleh ketua panitia delapan

membicarakan usul usul dari para anggota tentang prosedur yang harus dilalui agar
upaya kita lekas mencapai Indonesia Merdeka .
7. Tanggal 10 s.d 16 Juli 1945
Pada tanggal 10 s.d 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPK yang kedua dengan acara untuk
mempersiapkan Rancangan Hukum dasar, di Jl. Pejambon Jakarta. Setelah sidang yang
kedua ini ditutup, maka tugas BPUPK dianggap selesai dan kemudian dibubarkan. Hasil
hasil yang dicapai BPUPK seharusnya segera dilaporkan kepada Pemerintah Jepang di
Tokyo, tetapi karena keadaan dan posisi Jepang semakin memburuk sehingga tidak
mungkin dilakukan. Kemudian untuk melanjutkan tugas tugas BPUPK dibentuk suatu
badan yang diberii nama Dokuritsu Zyunbi Inkai atau PPKI.
8. Tanggal 9 Agustus 1945
Setelah PPKI dibentuk pada tanggal 9 agustus 1945, maka dalam tempo yang sangat
cepat Jepang telah menyerang kepada sekutu pada tanggal 14 Agutus. PPKI merupakan
Badan Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan alat Pemerintah Jepang.
9. Tanggal 17 Agustus 1945
Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.
10. Tanggal 18 Agustus 1945
Pada jam 10.30, sidang pleno PPKI dimulai dengan acara pokok untuk membahas naskah
Rancangan Hukum Dasar dan Pengesahan Undang Undang Dasar atas kemerdekaan
yang diucapkan dalam proklamasi sehari sebelumnya.
C. Pengesahan Pembukaan UUD 1945/Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia
Pengesahan UUD Negara Republik Indonesia didahului dengan pengesahan Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia yang dipimpin langsung oleh Ketua PPKI.
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan
ditetapkan menjadi pembukaan UUD Negara Republik Indonesia, maka untuk
mengetahui perubahan perubahan yang terjadi dapat diikuti proses pengesahannya.

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia


Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, berarti Pancasila adalah sikap
mental dan tingkah laku bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas, dan yang

membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Fungsi Pancasila sebagai


kepribadian bangsa Indonesia berarti bahwa Pancasila adalah gambaran tertulis
dan pola perilaku atau gambaran tentang amal perbuatan bangsa Indonesia
yang khas yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain. Pancasila sebagai
kepribadian bangsa, yaitu Pancasila memberi ciri khas kepribadian yang
tercermin dalam sila-sila Pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa, berjiwa musyawarah mufakat untuk
mencapal hikmat kebijaksanaan, bercita-cita mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

3. revitalisasi
Menurut Abdulgani dkk, upaya revitalisasi Pancasila dapat diwujudkan oleh perseorangan
anggota masyarakat, oleh kelompok atau organisasi dalam masyarakat, oleh pemerintah dan
oleh lembagalembaga negara.
Reaktualisasi pada perseorangan berbentuk cara berpikirnya, cara merasakn sesuatu,
reaksinya atas sesuatu hal, dan cara motifnya melakukan sesuatu. Pada kelompok
masyarakat/ organisasi berbentuk alasan dan sifat dari pengelompokanpengelompokan tadi
serta tindak tanduk dari organisasi itu. Dalam tatanan Pemerintahan, reaktualisasi pancasila
dapat dilakukan melaui pembuatan perundangundangan atau kebijakan negara yang harus
senapas dengan nilainilai pancasila dan menjadikannya sebagai wacana akademik.
Upaya yang dapat dilakukan untuk merevitalisasi Pancasila yaitu dengan :
1. Reaktualisasi pada perseorangam dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan
cara :
Mempraktikkan pancasila dalam keseharian kita adalah cara jitu bagaimana hidup di
Indonesia dengan cara Indonesia pula. Pancasila tidak bersifat dogmantis, tetapi ia
harus difahami dan diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Semua sangat
universal dan bisa diterapkan, bukan hafalan.

Membiasakan memiliki sifat integritas, kesetiaan dan kejujuran yang sangat penting
dalam suatu bangsa yang beradap, adil dan makmur.

Mencintai tanah air Indonesia membangun rasa nasionalisme

Mengakrabi budaya bangsa Indonesia dengan ikut terlibat dalam kesenian, mendalami
adat atau bahasa.

Mengkritik tajam budaya yang tidak sesuai dengan zaman.

Memberikan wawasan kebangsaan untuk sesama, dengan mengingatkan kita selalu


akanpentingnya kita mengenali jati diri kita masing masing, talenta yang diberikan
Tuhan kepada kita, sehingga kita mampu memberikan kontribusi yang terbaik bagi
masyarakat.

Menghormati dan menghargai perbedaan.

2. Dalam dunia pendidikan secara umum. Pendidikan Pancasila hendaknya dilakukan secara
terus menerus sebagai upaya proses internalisasi dan pembudayaan nilainilai Pancasila
melalui aktivitas beragam, tidak terbatas pada kegiatan dikelas atau seminar, sebaiknyan
dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan diluar kegiatan belajar mengajar. Hal yang

lebih penting dari proses penanaman nilai-nilai Pancasila adalah keteladanan kalangan
pendidikan dan lingkungan peserta didik, dari aparat pemerintah hingga para pemimpin
masyarakat. Jika selama ini pengajaran Pancasila dengan berbagai atributnya. Misalnya,
pancasila sebagai filsafat, etika politik, ideologi nasional dan sebagainya, dilakukan melalui
caracara indoktrinasi sudah waktunya para pendidik menegenalkan pancasila kepada peserta
didik dan masyarakat umum dengan cara-cara pembelajaran yang menempatkan peserta didik
bukan sebagai target pembelajaran yang pasif; melainkan sebagai mitra dan subjek
pemebelajaran yang aktif, kolaboratif dan dinamis. Dengan para pendidik sebagai fasilitator
dan inspirator bagi peserta didik untuk berfikir alternatif dan terbuka untuk berfikir kritis
terhadap kandungan dan praktik sehari-hari pancasila.
3. Pembinaan akhlak dan perilaku masyarakat.
Upaya untuk memperbaiki akhlak serta perilaku masyarakat tidak cukup dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan formal seperti upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan atau
sekedar mengenalkan masa perjuangan dulu, tetapi harus lebih konkrit pada upaya untuk
memberi perhatian yang lebih dalam meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang
kehidupan. Langkah yang perlu dan harus dilakukan antara lain dimulai dengan mengurangi
konflik dalam masyarakat melalui melalui perubahan sikap, perilaku dan akhlak masyarajat
dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.
4. Kembali ke Jati Diri Bangsa
Upaya ini dilakukan melalui penelusuran sejarah, penggalian nilai-nilai serta
mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari yang dilaksanakan secara
terus menerus. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut adalah akhlak dan
perilaku positif yang apabila dapat diterapkan secara baik akan menjadi perekat kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia dalam melanjutkan kehidupannya harus
berpegang pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan
perwakilan serta keadilan sosial.
5. Peningkatan perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila.
Dalam menghalau dampak negatif berkembangnya berbagai ideologi negara lain termasuk
kuatnya pengaruh ideologi leluhur ditengah-tengah masyarakat, maka perhatian masyarakat
terhadap nilai-nilai Pancasila harus kembali dapat ditingkatkan melalui serangkaian upaya
dan kegiatan sebagai berikut :
Mengunggah dan mensosialisasikan secara terus menerus eksistensi dan keberadaan
ideologi Pancasila sebagai pemersatu untuk membangkitkan kembali rasa
nasionalisme.
Meningkatkan filter/saringan masyarakat terhadap eksistensi ideologi kapitalis dan
liberalis yang mencoba untuk memecah belah Indonesia disemua aspek politik,
ekonomi dan sosial budaya.

Meningkatkan intensitas pemberian materi pelajaran pendidikan Pendidikan Pancasila


seperti pendidikan moral pancasila pada tataran teori maupun praktek kepada para
siswa/mahasiswa pada semua jenjang pendidikan. Pengemasan materi pelajaran
tersebut harus ditampilkan semenarik mungkin dan menghindari kesan adanya
doktrinasi sebagaimana pernah terjadi pada masa lalu.

6. Penataan kelembagaan formal terstruktur sebagai pengawas dan pengembangan nilainilai Pancasila secara formal.

Kelembagaan formal terstruktur yang diterapkan secara terstruktur/melembaga, maupun


melalui sistem pendidikan nasional yang menyangkut program membudayakan dan
memasyarakatkan Pancasila di berbagai lingkungan organisasi kemasyarakatan maupun
lingkungan pendidikan dapat terbentuk, sehingga dapat terwujud lembaga yang mengawasi,
mengembangkan Pancasila secara formal.
7. Pemberdayaan fungsi Pancasila dalam proses legislasi instrumen hukum.
Agar berbagai aturan Undang-undang yang disusun akan memiliki norma-norma yang
menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam perilaku sehari-hari sehingga dapat menjamin
penegakan hukum dan keadilan dapat dilaksanakan sesuai harapan oleh masyarakat Dengan
demikian fungsi regulatif dan fungsi kontitutif Pancasila sebagai sebagai cita hukum dapat
terimplementasikan dengan baik

4. Kronologis Lahirnya Pancasila


Kronologis lahirnya pancasila
Secara kausalitas asal mula pancasila itu dibedakan menjadi asal mula langsung dan asal
mula yang tidak langsung.
1 . Asal mula langsung secara filsafati dapat dibedakan menjadi :
1. Asal mula bahan (Kausa Materialis)

Pancasila pada hakikatnya digali dari nilai-nilai yang hidup pada bangsa Indonesia yang
dapat berupa adat istiadat, tradisi kebudayaan,dll. Jadi disini dapat dikatakn asal mula bahan
pancasila itu adalah dari bangsa Indonesia itu sendiri.
1. Asal mula bentuk (Kausa Formalis)

asal mula bentuk atau bagaimana bentuk Pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat
dalam pembukaan UUD 1945. Maka asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno
bersama-sama Drs.Moh Hatta serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas
Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama Pancasila.
1. Asal mula karya (Kausa Effisien)

menjadikan Pancasila dari calon dasar Negara menjadi dasar Negara yang sah. Asal mula
karya adalah PPKI sebagai pembentuk Negara dan atas kausa pembentuk Negara yang
mengesahkan Pancasila menjadi dasar Negara yang sah, setelah dilakukan pembahasan baik
dalam sidang-sidang BPUPKI, Panitia Sembilan
1. Asal mula tujuan (Kausa Finalis)

Pancasila yang dibahas dalam sidang-sidang para pendiri Negara,tujuannya sebagai dasra
Negara. . Oleh karena itu asal mula tujuan tersebut adalah para anggota BPUPKI dan Panitia
Sembilan termasuk Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila
sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar Negara yang sah.

2. asal mula yang tidak langsung


Adalah banhwa pancasila itu terbentuk dari unsure-unsur yang ada pada bangsa Indonesia
sejak sebelum proklamasi yang ada pada kepribadian serta dalam pandangan hidup seharihari bangsa Indonesia sebelum membentuk Negara. Kronologis perumusan pancasila dilalui
dengan suatu proses sejarah yang cukup panjang, yakni sejak zaman batu hingga kemudian
timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-4, ke-5, dan kemudian dasa-dasar kebangsaan
Indonesia telah mulai tampak pada abad ke-7, yaitu saat munculnya kerajaan sriwijaya
dibawah wangsa Syailendra di Palembang, dan puncaknya psda zaman Majapahit abad ke-13
hingga awal abad ke-16.
1. a.

Zaman Sriwijaya

Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenk moyang bangsa
Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu : pertama, zaman
Sriwijaya dibawah wangsa syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan. Kedua, Negara
kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut
merupakan Negara kebangsan dIndonesia lama. Kemudian ketiga Negara kebangsaan modern
yaitu Negara Indonesia merdeka.
1. b.

Zaman Penjajahan

Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama Islam
dengan pesatnya di Indonesia.. Namum lama kelamaan bangsa Portugis mulai menunjukan
peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya
Malaka sejak 1511 dikuasai oleh Portugis. Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda dating
pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untk mengindarkan
persaingan di antara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka mendirikan suatu
perkumpulan dagang yang bernama V.O.C., (verenigde Oost Indeische Compagnie), yang
dikalangan rakyat dikenal dengan istilah Kompeni.praktek-praktek VOC mulai kelihatan
dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataran di bawah
pemerihtahan sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang
ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun
Gubernur Jenderal J.P. Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang akhirnya pun Sultan
Agung menyusul untuk mangkat, sehingga Mataram menjadi bagian kekuasaan kompeni.
Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan system monopoli melalui
tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat yan gtidak
berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli lagi
dengan ratap penderitaan tersebut, bahkan mereka semakin gigih dalam menghisap rakyat
untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.
1. c.

Zaman Penjajahan Jepang

Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940 dan jatuh pada
tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wilhelmina dengan segenap aparat pemerintahannya
mengungsi ke Inggris, sehingga pemerintahan Belanda masih dapt berkomunikasi dengan
pemerintah jajahan di Indonesia. Janji Belanda tentang Indonesia merdeka di kelak kemudian
hari dalam kenyataannya hanya suatu kebohongan belaka sehingga tidak pernah menjadi
kenyataan. Bahkan sampai akhir pendudukan pada tanggal 10 Maret 1940, kemerdekaan

bangsa Indonesia itu tidak pernah terwujud. Fasis jepang masuk ke Indonesia dengan
propaganda Jepang Pemimpin Asia, Jepang Saudara tua bangsa Indonesia, akan tetapi dalm
perang melawan sekutu barat yaitu (Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, Belanda dan Negara
sekutu lainnya) nampanknya Jepang semakin terdesak. Oleh karena itu agar mendapat
dukungan dari bangsa Indonesia, maka pemerintah Jepang bersikap bermurah hati terhadap
bansa Indonesia, yaiut menjanjikan Indonesia meredeka di kelak kemudian hari Untuk
mendapat simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut
maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI)
1. 1.

Sidang BPUPKI pertama

BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 Mei 1945, dimulai upacara pembukaan dan pada
keesokan harinya dimulai sidang-sidang (29Mei-1 Juni 1945). Yang tampil untuk berpidato
menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut : (a) tanggal 29 Mei, Mr. Muh Yamin, (b)
tanggal 31 Mei, Prof Soepomo dan (c) tangal 1 Juni Ir. Soekarno. Mr.muh yamin
menyampaikan tentang calon rumusan dasar Negara Indonesia. Prof soepomo
mengemukakan teori-teori Negara, dan Ir.soekarno mengusulkan dasar Negara yang terdiri
atas lima prinsip.
1. 2.

Piagam Jakarta

Panitia Sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilakan kesepakatan yang
menurut istilah Ir. Soekarno adalah suatu modus, kesepakatan yang dituangkan di dalam
Mukadimah (Preambule) Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan dasar Negara sebagai
berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwkilan;

Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia


1. 3.

Sidang BPUPKI Kedua

BPUPKI menyetujui bagian akhir dari rancangan Preambul Hukum Dasar. Kemudian tanggal
11 juli 1945, menghasilkan keputusan penting tentang luas wilayah Indonesia, terdapat tiga
usul yaitu a) Hindia Belanda yang dulu, b) hindia belanda ditambah Malaya,Borneo Utara,
Irian Timor,Timor-Timor, dan pulau-pulau sekitarnya, c) Hindia Belanda ditambah Malaya,
tetapi dikurangi Papua Barat. Hasil akhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945 merupakan
sidang penutupan. BPUPKI telah berhasil menyiapka rancangan mengenai suatu Naskah
Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar yang kelak akan dipergunakan sebagai konstitusi
Negara Indonesia Merdeka.
1. 4.

Sidang PPKI

PPKI sebagai tindak lanjut dari BPUPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya pada
tanggal 18 Agustus 1945, yang menghasilkan:
-

Mengesahkan UUD 1945

Mengangkat Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan Wakil Presiden

Untuk sementara pemerintahan dibantu oleh KNIP

Inilah sebagai hari disahkannya UUD 1945 yang berarti juga lahirnya pancasila karena
didalam pembukaan UUD 1945 memuat isi dari pada Pancasila yang berisi lima butir:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai