INDONESIA
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan perjuangan terbentuknya pancasila yang harus
diterapkan setiap nilainya dalam kehidupan sehari-hari dan menganalisis dampak globalisasi, peran
negara dan maknanya tentang perwujudan nilai ideologi nasional warga negara Indonesia, dengan
metode mempelajari literatur, mengamati, dan wawancara. Dari hasil data ditemukan bahwa
globalisasi memiliki nilai yang mempengaruhi pemikiran, sikap dan perilaku beberapa warga yang
didukung konsistensi, kepercayaan diri dan penguatan peran pemerintah dalam menjaga nilai kesatuan.
Selain itu, berdampak pula pada pengurangan penataran dan aktivitas yang mengarah pada perilaku
yang menekankan pada emosi asli dan berdampak meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya
ideologi nasional, meski sebenarnya tidak secara langsung mempercepat perwujudan nilai-nilai
ideologi bangsa utama.
ABSTRACT
This article aims to find out the history and struggle for the formation of Pancasila which must be
applied to each of its values in everyday life and analyze the impact of globalization, the role of the
state and its meaning regarding the embodiment of the national ideological values of Indonesian
citizens, by studying literature, observing, and interviewing methods. From the data, it is found that
globalization has a value that influences the thoughts, attitudes and behavior of some citizens which
are supported by consistency, self-confidence and strengthening the role of government in maintaining
the value of unity. In addition, it will also have an impact on reducing upgrading and activities that
lead to behaviors that emphasize genuine emotions and have an impact on increasing citizen
awareness of the importance of national ideology, although in fact it does not directly accelerate the
realization of the ideological values of the main nation.
PENDAHULUAN
Pada sejarah perjalanan bangsa Indonesia, Pancasila bukan sesuatu yang baru dan telah dikenal
sebagai bagian nilai-nilai budaya bangsa Indonesia serta Pancasila merupakan landasan dasar negara
Indonesia. Lalu dibuat rumusan dasar negara Indonesia yang diserap dari nilai-nilai tersebut. Dengan
hal ini membuktikan bahwa Pancasila diambil dan diserap berdasarkan nilai-nilai hidup warga negara
Indonesia. Pada zaman dahulu disetiap daerah di Nusantara memiliki nilai kearifan masing-masing
yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, dari nilai-nilai yang beragam itulah disatukan untuk
melengkapi setiap kekurangan yang ada pada tanah Nusantara ini.
Indonesia memiliki keberagaman karena Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga terbagi
atas pulau-pulau yang dimana setiap pulau terbagi lagi menjadi daerah-daerah atau suku-suku yang
berbeda. Karena keberagaman ini maka Indonesia harus menyatukan dasar, pedoman dan ideologi
negara agar tercipta satu kepaduan yang akhirnya terciptalah Pancasila serta terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau yang disingkat menjadi NKRI.
Pancasila merupakan imprementasi atau cerminan dari negara, rakyat, dan pribadi bangsa
Indonesia, karena hal itu sila-sila yang tercantum dalam Pancasila tidak terlepas dari nilai-nilai yang
telah disatukan dari setiap keberagaman yang ada. Satu kesatuan itu harus bulat, baik dalam fungsi
maupun kedudukannya sebagai dasar landasan falsafah hidup bangsa Indonesia. Yang dimaksud
“kesatuan bulat” ialah bahwa sila yang satu dengan yang lain saling meliputi dan melengkapi sila-sila
yang lain. Maka dari itu Pancasila bisa dijadikan pandangan dan pedoman hidup dalam berbangsa dan
bermasyarakat.
Pancasila sebagai dasar negara baru diresmikan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun
jika ditarik jauh kebelakang sebelum diresmikan, nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam kehidupan
masyarakat Indonesia dari zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia menjadi sebuah negara dimana
nilai-nilai tadi berupa nilai-nilai tata cara istiadat, kebudayaan, dan religius. Nilai-nilai yang terdapat
lalu diserap dan dirumuskan oleh para pendiri negara yang merumuskan dasar negara Indonesia. Maka
dari itu untuk memahami Pancasila secara utuh dan kaitannya menggunakan jati diri bangsa Indonesia
ini diperlukan pemahaman sejarah bangsa Indonesia terhadap pembangunan suatu negara dan
dijadikannya Pancasila menjadi dasar negara lantaran berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia (Hartianti 2017).
Seperti yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga merupakan dasar Negara Indonesia, yang
berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia atau sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Hal ini terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan Naskah Proklamasi
Indonesia.
2. Era Kemerdekaan
Dalam perjalanannya, Pancasila mengalami banyak perkembangan pasca kemerdekaan
Republik Indonesia. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945, Pancasila melewati periode-
periode percobaan demokrasi. Pada saat itu, Indonesia masuk ke dalam fase percobaan demokrasi
multi-partai dengan sistem lembaga parlementer. Partai-partai politik pada waktu itu tumbuh sangat
subur, dan taktik politik yang ada cenderung selalu berhasil bagian dalam mengusung kelima sila
sebagai dasar negara (Somantri, 2006). Pancasila saat masa ini mengalami masa kejayaannya.
Selanjutnya, akhir tahun 1959, Pancasila melewati era kelamnya dimana Presiden Soekarno
menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Pada zaman itu, presiden dalam rangka tetap memegang
kendali kebijakan terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi
paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, tata ini seakan menyimpang ideal-ideal yang ada
dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965
terjadi sebuah kejadian bersejarah di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan
pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan kewenangan untuk Jenderal
Suharto atas Indonesia. Ini menemukan kurun awal orde baru dimana kelak Pancasila mengalami
mistifikasi. Pancasila pada zaman itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada
masa negeri presiden Soeharto kemudia menjadicore-values (Somantri, 2006), akhirnya kembali
menodai ideal-ideal dasar yang sesungguhnya tertera dalam Pancasila itu sendiri. Pada 1998,
pemerintahan presiden Suharto berhenti dan Pancasila kemudian masuk ke dalam era baru yaitu era
demokrasi (Kasbal 2017).
5. Era Reformasi
Kata “reformasi” menurut etimologis berasal dari kata reform, sedangkan secara harfiah
reformasi memiliki pengertian suatu cara yang memformat ulang, membereskan ulang,
membereskan ulang hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk
awalnya sesuai nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Reformasi juga diartikan perubahan dari
paradigma pola tempo ke paradigma pola baru untuk menuju ke keadaan yang lebih baik sesuai
dengan harapan.
Yang dimaksud sebagai paradigma ketatanegaraan oleh Pancasila adalah Pancasila menjadi
kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, terutama menjadi dasar negara sebagai
landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum, setiap tindakan baik dari
warga masyarakat maupun dari tokoh-tokoh pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam perluasan hukum, Pancasila harus menjadi
landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan
sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila pancasila.
Pancasila pada Era Reformasi tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan Pancasila pada
masa Orde Lama dan Orde Baru, yaitu pasif terdapat tantangan yang harus di hadapi. Tantangan itu
adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang sampai hari ini masih saja terjadi. Selain itu,
globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia karena semakin lama ideologi
Pancasila semakin tergerus oleh liberalisme dan kapitalisme. Apalagi tantangan pada saat ini
bersifat terbuka, bebas, dan nyata.
6. Era Globalisasi
Pancasila harus diaktualisasikan mulai semenjak kesadaran subjektif dan objektif warga
negara itu sendiri. Kesadaran secara subjektif adalah penerapan pada setiap pribadi perseorangan,
setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini lebih penting karena realisasi yang subjektif merupakan
persyaratan baik realisasi Pancasila yang objektif. Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini sangat
berkaitan dengan kesadaran ketaatan, turut kesiapan individu untuk merealisasikan Pancasila.
Dalam pengetahuan inilah pelaksanaan Pancasila yang subjektif mewujudkan suatu bentuk
kegiatan dimana kesadaran wajib hukum telah berpadu menjadi kesadaran ketentuan moral.
Sehingga suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukanlah
hanya akan menimbulkan akibat hukum namun yang lebih penting lagi akan menimbulkan akibat
moral(Budimansyah, 2011:57).
Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia bukanlah pemberian dari pemerintah kolonial
Belanda atau Jepang. Kemerdekaan Indonesia dicapai melalui perjuangan panjang berbagai
golongan masyarakat Indonesia. Pada rapat BPUPKI mulai dibahas calon dasar yang diajukan
negara merdeka. Usulan Kandidat Negara Dasar mengajukan secara bergantian: Ar. Muh. Yamin,
Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Usulan calon dasar negara yang disampaikan oleh Ir. Soekarno
bernama "Pancasila". Usulan calon dasar negara yang diajukan pada sidang pertama BPUPKI
selanjutnya akan dibahas pada sidang kedua oleh panitia sembilan negara perumus Pancasila
Piagam Jakarta. Sebelum Pancasila disahkan Panitia Sembilan, disarankan agar sila pertama
diubah. Usulan itu disetujui, usulan tersebut disetujui, sehingga bunyi rumusannya menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selain itu, UUD 1945 dan Pancasila oleh PPKI disahkan sebagai
landasan negara Indonesia dan merupakan kesatuan negara multicultural (Brata and Wartha 2017).
Pengimplementasi Ideologi Pancasila masih kurang. Hal ini terilihat dari beberapa bidang
kehidupan: a) bidang sosial psikologis generasi muda memiliki beberapa permasalahan yaitu
mabuk-mabukan, bolos sekolah, trak-trakan di jalan raya. b) bidang sosial budaya memiliki
beberapa permasalahan yaitu generasi muda berpakaian yang tidak pantas dengan umur. c) bidang
sosial ekonomi memiliki beberapa permasalahan yaitu generasi muda susah mendapat pekerjaan,
banyaknya pemudayang lulusan sarjana tidak memiliki pekerjaan dan akhirnya mengangur Bidang
sosial politik memiliki permasalahan seperti dalam pemilihan umum banyak generasi muda
dijadikan sasaran money politic dan dijadikan alat untuk memenangkan pemilihan umum oleh
pihak yang besangkutan (Muttaqin and Wahyun 2019).
Pengkajian terhadap ketahanan ideologi Pancasila dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan
badan Indeks Ketahanan Ideologi Pancasila (IKIP). Badan ini secara spesifik dibentuk untuk
menghitung tingkat ketahanan ideologi Pancasila di Indonesia. Selain itu IKIP juga bisa
dimanfaatkan untuk menyadari sedini mungkin berbagai potensi pelemahan ideologi Pancasila di
suatu daerah. Ketika potensi melemah dan pelemahan ideologi Pancasila disadari secara dini maka
berbagai hal yang mengarah pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia dapat segera ditangani
dengan baik. Badan seperti ini sangat dibutuhkan Indonesia di tengah-tengah berkecamuknya
proxy war di dunia. Pada tahap selanjutnya pemangku kepentingan bisa menggunakan hasil
perhitungan IKIP untuk membuat program atau kebijakan penguatan kapasitas SDM dan
kelembagaan.
IKIP menjadi sangat penting mengingat persoalan ketahanan nasional dan ideologi semakin
mengemuka. Kenyataan tersebut sesuai dengan kajian Mugasejati (1999) yang menyimpulkan
bahwa sejak gelombang globalisasi melanda dunia, ruang lingkup permasalahan ketahanan
nasional dan ideologi memasuki periode baru. Dalam tulisannya, “Agresivitas Amerika: Agenda
Baru Ketahanan Nasional dalam Era Globalisasi”, ia menyebutkan bahwa secara politik
internasional, globalisasi tidak bekerja secara otomatis. Ada aktor yang secara sistematis berusaha
menggerakkan globalisasi, baik pada tataran ideologi melalui publikasi atau penyebaran gagasan
yang mengagungkan proses globalisasi, maupun tataran politik melalui tekanan untuk liberalisasi
ekonomi bagi negaranegara di dunia (Mugasejati, 1999: 39).
KESIMPULAN
Pancasila dalam perjalanan sejarah di setiap eranya memiliki fase-fase sulitnya tersendiri dalam
menghadapi halangan atau masalah-masalah yang mengancam keberadaan Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Dengan semangat juang rakyat Indonesia dapat melawan dan
mengantisipasi setiap ancaman-ancaman yang ingin melemahkan Pancasila bahkan ingin menjatuhkan
Pancasila dan menggantinya dengan ideologi lain. Perlawanan-perlawanan itu ada karena Pancasila
telah menjadi bagian penting dalam nilai-nilai luhur bangsa dan rakyatnya sehingga harus dijaga
dengan sekuat jiwa dan raga bahkan rela berkorban nyawa untuk menjaganya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah. 2015. “Inplementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan.” Jurnal Ilmiah IKIP
Mataram 3(1):620–24.
Hartianti, Uniqe. 2017. PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Purwanta, Hieronymus. 2018. “Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia.”
Jurnal Candi 18(2):133–36.
Kasbal, Indra Purnama. 2017. Pancasila Era Kemerdekaan.
Utama, Andrew Shandy, and Sandra Dewi. 2018. “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Era Reformasi.”