Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pendahuluan.
Pancasila yang telah ditetapkan sebagai dasar negara seperti yang tercantum dalam
Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
merupakan kepribadian dan pendangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran, kemampuan
dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila merupakan bagian dari mata kuliah
pengembangan kepribadian dalam pendidikan nasional di Indonesia, yang tak pernah lepas dari
perkembangan kondisi ketatanegaraan Republik Indonesia, khususnya pada masa reformasi ini,
dimana setiap orang memiliki kebebasan berfikir dan berpendapat namun tetap harus
bertanggung jawab.
mempelajari Pancasila pada umumnya adalah untuk memahami dan memperoleh
pengetahuan tentang Pancasila secara baik dan benar dalam arti yuridis konstitusional dan
objektif ilmiyah :

 Maksud dalam arti Yuridis Konstitusional adalah mengingat Pancasila sebagai dasar
negara yang dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan penyelenggaraan
Negara Republik Indonesia termasuk melandasi tatanan hukum yang berlaku. Artinya
dalam setiap langkah dan tindakan dari aparat pemerintahan yang ada, seperti Presiden,
Menteri dan Pejabat yang lain termasuk anggota DPR,MPR dan DPD harus selalu
mengingat dan mempertimbangkan nilai nilai luhur yang ada dalam Sila Sila Pancasila.
Hal ini karena tindakan tindakan dari aparat pemerintahan tersebut akan menjadi
panutan bagi warga negara untuk tercapainya keseimbangan antara kehidupan
berbangsa dan bernegara serta tegaknya tatanan hukum seperti yang diharapkan
bersama.
 Dalam arti objektif ilmiyah berarti diharapkan mampu menganalisis persoalan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui tanggung jawab intelektual
dengan melestarikan nilai nilai Pancasila dalam realita kehidupan.

B. Landasan Pendidikan Pancasila.


1. Landasan Historis Pendidikan Pancasila.
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman
Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah dan
menguasai Bangsa Indonesia. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang, pada akhirnya
Bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang tercermin pada satu kesatuan pedoman yang di
dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain.
Kesatuan pedoman tersebut oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan
yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (lima sila) yang kemudian diberi
nama Pancasila. Proses perumusan Pancasila secara garis besar dapat dirangkum sebagai
berikut :
1. Zaman kerajaan kerajaan kuno ( hindu budha, abad IV – XVI ).
2. Zaman kerajaan kerajaan Islam.
3. Masa penjajahan barat.
4. Masa perjuangan mengusir penjajah secara fisik.
5. Kebangkitan nasional ( berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei 1908).
6. Sumpah Pemuda ( 28 Oktober 1928 ).
7. Masa pendudukan Jepang ( 1942 – 1945 ).
8. Proklamasi kemerdekaan ( 17 Agustus 1945 ).
9. Revolusi fisik ( 1945 – 1949 ).
10. Masa demokrasi liberal ( 1945 -1949 ).
11. Masa demokrasi terpimpin ( Orde Lama 1959 – 1966 ).
12. Masa Orde Baru ( 1966 – 1998 ).
13. Masa Reformasi ( 1998 – sekarang ).
Dalam era reformasi, Bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang
kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Dengan
kata lain perkataan Bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta rasa kebangsaan yang
kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan melalui kekuasaan atau hegemoni ideologi melainkan suatu
kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah bangsa. Secara historis nilai-nilai
yang terkandung dalam setiap Sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar
negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sendiri. Sehingga
asal nilai nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari Bangsa Indonesia sendiri.
Bangsa Indonesia telah mengalami berbagai tantangan untuk menjadi sebuah negara
yang diakui oleh dunia. Di balik itu, penjajahan juga telah menjadi pelajaran bagi Bangsa
Indonesia tentang demokrasi, ilmu dan teknologi, serta ekonomi. Kita dapat mengambil contoh
dari landasan historis yaitu, Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai
bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta
filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita dirumuskan secara sederhana namun mendalam
yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila. Negara Indonesia merancang dasar
negara yang justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat dan Bangsa Indonesia dalam rancangan dasar negara yang diberi nama
Pancasila. Nama tersebut diberikan oleh salah seorang penggagasnya yaitu Ir. Soekarno dalam
pidatonya tanggal 1 Juni 1945 dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atas saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila
2. Landasan Kultural Pendidikan Pancasila.
Negara komunisme dan liberalisme meletakan dasar filsafat negaranya pada suatu
konsep ideologi tertentu. Berbeda dengan bangsa – bangsa lain, Bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural
yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja
melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai
kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara. Oleh karena itu
generasi penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami
serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan secara dinamis dalam arti
mengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.
Beberapa nilai budaya tersebut antara lain :

 Toleransi dalam kemajemukan. Bangsa Indonesia adalah masyarakat majemuk yang


terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda.
Keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan milik bangsa Indonesia yang harus kita
jaga dan lestarikan, sehingga mampu memberikan warna ketenteraman dan kedamaian
bagi rakyat Indonesia.
 Bangsa Indonesia memiliki semangat kekeluargaan, kegotong-royongan dan
kebersamaan.
 Masyarakat Indonesia menjunjung tinggi azas musyawarah untuk mufakat.
 Nilai nilai budaya lainnya.

3. Landasan Yuridis Pendidikan Pancasila

Ada beberapa landasan yuridis pendidikan Pancasila, antara lain :

 Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Di dalam Alinea IV Pembukaan UUD NRI 1945
disebutkan : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Berdasarkan penjabaran tersebut maka jelaslah
bahwa dasar negara kita adalah Pancasila.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 2 menyatakan : “ Pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 3
menyatakan : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Berdasarkan penjabaran tersebut
maka jelaslah bahwa penyelenggaraan pendidikan haruslah berdasarkan Pancasila
dan UUD NRI 1945 dan melalui Pasal 3 dapat disimpukan bahwa Pendidikan
Pancasila merupakan bagian dari mata kuliah pengembangan kepribadian dalam
pendidikan nasional di Indonesia.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundangan. Pasal 2 : “Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara”. Hal ini berarti Perundang-undangan sampai pada tingkat rendah
bersumber dari nilai nilai Pancasila. 3

 SK No 43/DKTI/Kep/2006 tentang Rambu Rambu pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
 Surat Edaran Dirjen Dikti No 2393/D/T/2009 tentang Penyelenggaraan Perkuliahan
Pancasila di Perguruan Tinggi.

4. Landasan Filosofis Pendidikan Pancasila.

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,


meyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat
pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Secara filosofis, bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan sebagai
rakyat (merupakan unsur pokok negara), sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan
berkerakyatan konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologism demokrasi, karena
rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara. Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka
dalam hidup bernegara nilai-nilai Pancasila merupakan dasar filsafat negara. Konsekuensinya
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila
termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi
kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan baik dalam pembangunan
nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Nilai-nilai
yang tertuang dalam rumusan Sila-Sila Pancasila secara filosofis dan obyektif merupakan filosofi
Bangsa Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh sebelum berdirinya negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya menjadi kewajiban moral
segenap Bangsa Indonesia untuk dapat merealisasikannya dalam kehidupan seharihari baik
kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai dasar filsafat
negara, maka Pancasila harus menjadi sumber bagi setiap tindakan para penyelenggara negara
dan menjiwai setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dapat kita
simpulkan dari nilai- nilai tersebut yaitu :

 Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, selalu berusaha mempertahankan persatuan dan mewujudkan keadilan.
 Pancasila sebagai dasar filsafat negara menjadi sumber bagi segala tindakan para
penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan.
 Pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai
pembangunan nasional dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan
keamanan.
Kita dapat mengambil contoh dari landasan filosofi Pancasila salah satunya yaitu,
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno di BPUPKI
dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat
merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan
nasionalisme. Apabila dilihat dari sisi nilai nilai Pancasila, jauh sebelum pergerakkan nasional,
nenek moyang kita sebagai bangsa, telah mengamalkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan
mereka. Atas dasar tersebut Pancasila tidak muncul dari sekedar pikiran logis rasional, tetapi
digali dari akar budaya Bangsa Indonesia sendiri Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral
untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa
manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber
pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh
karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik
dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, maupun pertahanan
keamanan Pancasila sebagai dasar negara jadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan
penyelenggaraan Negara Republik Indonesia. Artinya dalam setiap langkah dan tindakan dari
aparat pemerintahan yang ada, seperti Presiden, Menteri dan Pejabat yang lain termasuk
anggota DPR,MPR dan DPD harus selalu mengingat dan mempertimbangkan nilai nilai luhur
yang ada dalam Sila Sila Pancasila. Pancasila juga sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara, yang berarti Perundang-Undangan sampai pada tingkat rendah bersumber dari nilai
nilai Pancasila
5. Landasan Sosiologis Pancasila.
a. Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Bangsa Indonesia yang penuh
kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa yang tersebar di lebih dari 17.000
pulau, dan secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila karena nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan
fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia. Kebhinekaan atau pluralitas
masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-
budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila bisa diterima sebagai
ideologi pemersatu.
b. Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa. Jati diri bangsa adalah pandangan
hidup yang berkembang di dalam masyarakat yang menjadi kesepakatan bersama, berisi
konsep, prinsip dan nilai dasar yang diangkat menjadi dasar negara sebagai ideology
nasional dan sebagai landasan dinamis bagi bangsa yang bersangkutan dalam
menghadapi segala permasalahan menuju cita-citanya. Jadi diri bangsa Indonesia tiada
lain adalah idologi Pancasila yang bersifat khusus, otentik dan orisinil yang membedakan
Bangsa Indonesia dari bangsa lain.
c. Pancasila dikedepankan sebagai solusi. Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali ada
upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka
nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan kembali.6
d. Pelestarian nilai nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat proses pendidikan formal.
Nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan
masyarakat bangsa. Pelestarian nilai–nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat proses
pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai Pancasila tersebut
dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu.7

C. Tujuan Pendidikan Pancasila.


Proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia berarti mengumumkan kepada dunia bahwa
Bangsa Indonesia telah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. ujuan nasional Bangsa
Indonesia dituangkan secara jelas dan gamblang dalam Alinea IV pembukaan UUD 1945. Tujuan
nasional tersebut adalah : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk
merealisasikan tujuan nasional, tujuan tersebut perlu dijabarkan kedalam berbagai bidang
pembangunan termasuk dalam bidang pendidikan. Penjabaran tujuan nasional khususnya
dalam bidang pendidikan nasional tertuang pada Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 2 menyatakan Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sedangkan Pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan Pancasila sebagai salah satu komponen
mata kuliah pengembangan kepribadian (MKP) memegang peranan penting dalam membentuk
kepribadian mahasiswa di perguruan tinggi. Sikap dan prilaku tersebut diharapkan menjadi
dasar keilmuan yang dimiliki agar bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat.
1. Visi, Misi dan Kompetensi Pendidikan Pancasila.
 Visi pendidikan Pancasila di perguruan Tinggi.
Pendidikan Pancasila sebagai salah satu komponen mata kuliah pengembangan
diri. Visi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna
mengantar mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
 Misi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi.
Misi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah membantu mahasiswa
memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai nilai
dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang
hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.
 Kompetensi pendidikan Pancasila.
Mahasiswa mampu menganalisis persoalan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara melalui tanggung jawab intelektual dengan melestarikan
nilai nilai Pancasila dalam realita kehidupan.

2. Tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi .


Dengan penyelenggaraan pendidikan pancasila di perguruan tinggi diharapkan dapat
tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa secara akademik untuk mengkaji,
menganalisis dan memecahkan masalah masalah pembangunan bangsa dan negara dalam
perspective nilai nilai dasar pancasila sebagai ideology dan dasar negara Republik Indonesia.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian
konsep, program, tata cara dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan
Undang Undang Dasar Tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi Tujuan
penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari
upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik tujuan penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah untuk :
a. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui
revitalisasi nilainilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
b. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui
sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
d. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal masyarakat bangsa Indonesia.

3. Capaian Pembelajaran Pancasila.


a. Memiliki kemampuan analisis, berfikir rasional, bersikap kritis dalam menghadapi
persoalan - persoalan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Memiliki kemampuan dan tanggung jawab intelektual dalam mengenali masalah -
masalah dan memberi solusi berdasarkan nilai - nilai Pancasila.
c. Mampu menjelaskan dasar - dasar kebenaran bahwa Pancasila adalah ideologi yang
sesuai bagi bangsa Indonesia yang majemuk (Bhinneka Tunggal Ika).
d. Mampu mengimplementasikan dan melestarikan nilai – nilai Pancasila dalam realitas
kehidupan. e. Memiliki karakter ilmuwan dan profesional Pancasilais yang memiliki
komitmen atas kelangsungan hidup dan kejayaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai