Anda di halaman 1dari 10

LANDASAN HISTORIS PANCASILA

Siti Khoiriyah, Arifah Nabila N. M, Siti Arrum Apriliyani, Luthfi Acintya Kurniadewi,
Syahrul Munawar, Mutiara Indah Pratama

ABSTRAK

Pembicaraan mengenai pertumbuhan dan perkembangan unsur-unsur Pancasila dimaksudkan


untuk menjelaskan bahwa sebelum Pancasila dirumuskan dalam bentuk perkataan-perkataan
yang sudah tertentu bunyinya seperti terdapat pada pembukaan UUD 1945, dulunya sudah
terdapat di dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Secara historis Pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk dipakai sebagai Dasar Negara
Indonesia Merdeka. Pancasila yang akan dijadikan Dasar Negara tersebut, dalam proses
perumusannya digali dan/atau berasal dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pandangan hidup masyarakat, kemudian dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan
hidup bangsa. Lebih lanjut, pandangan hidup bangsa itu dituangkan dan dilembagakan
menjadi pandangan hidup negara atau Dasar Negara.

Kata Kunci : Unsur-unsur Pancasila, Dasar Negara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Landasan Historis adalah fakta-fakta sejarah yang digunakan sebagai basis untuk
mengembangkan pendidikan Pancasila, termasuk formulasi tujuan, pengembangan materi,
desain model pembelajaran, dan evaluasinya. Berdasarkan landasan historis tersebut,
Pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang menjadi dasar Negara Indonesia. Proses
perumusan Pancasila didasarkan pada nilai-nilai pandangan hidup masyarakat. Fakta historis
ini meliputi berbagai periode mulai dari kehidupan prasejarah, sejarah Indonesia kuno, masa
kejayaan nasional, perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan, proklamasi
kemerdekaan, hingga perjuangan mempertahankan dan memperkaya kemerdekaan Indonesia.
Tujuan pendidikan Pancasila adalah untuk mengembangkan kepribadian yang berkarakter,
mandiri, dan berdaya saing tinggi, serta memiliki pemahaman yang mendalam dan
pengamalan yang tulus terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, Tujuan
diharapkan dapat membangun kesadaran dan kepedulian warga negara terhadap kepentingan
bangsa dan negara serta menjaga keutuhan dan keberlangsungan bangsa Indonesia sebagai
negara yang plural, demokratis, dan berkeadilan.

Pendidikan Pancasila di Indonesia tidak hanya ditekankan pada aspek teoritis, tetapi juga
pada aspek praktis dalam kehidupan sehari-hari, sehingga setiap warga negara dapat
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai individu dan anggota
masyarakat. Dengan demikian, tujuan pendidikan Pancasila adalah untuk membentuk
manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berbudaya, berdisiplin, dan memiliki rasa tanggung
jawab terhadap bangsa dan negara. Berdasarkan landasan historis tersebut, Pancasila
dirumuskan dan memiliki tujuan yang menjadi dasar Negara Indonesia. Proses perumusan
Pancasila didasarkan pada nilai-nilai pandangan hidup masyarakat.

Berdasarkan landasan historis tersebut, Pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang
menjadi dasar Negara Indonesia. Proses perumusan Pancasila didasarkan pada nilai-nilai
pandangan hidup masyarakat.

Fakta historis ini meliputi berbagai periode mulai dari kehidupan prasejarah, sejarah
Indonesia kuno, masa kejayaan nasional, perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem
penjajahan, proklamasi kemerdekaan, hingga perjuangan mempertahankan dan memperkaya
kemerdekaan Indonesia..

PEMBAHASAN

Landasan Pendidikan Pancasila

Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia harus mempelajari, mendalami,
menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan. Pancasila sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dalam perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa
Indonesia telah mengalami persepsi dan intrepetasi sesuai dengan kepentingan rezim yang
berkuasa. Pancasila telah digunakan sebagai alat untuk memaksa rakyat setia kepada
pemerintah yang berkuasa dengan menempatkan pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat. Nampak pemerintahan Orde Baru berupaya menyeragamkan
paham dan ideologi bermasyarakat dan bernegara dalam kehidupan masyarakat Indonesia
yang bersifat pluralistik. Oleh sebab itu, MPR melalui sidang Istimewa tahun 1998 dengan
Tap. No.XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) dan menetapkan Pancasila sebagai dasar Negara. Pancasila sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar Negara dari Negara kesatuan RI harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

Pendidikan memiliki pengertian yang mendasar dan ditetapkan melalui peraturan perundang-
undangan. Undang Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 1 ayat 1
mendefinisikan Pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”. Secara definitif pengertian Pendidikan yang dirumuskan di
dalam Undang Undang sebagai usaha sadar dan terencana. Konsep usaha sadar dan terencana
ini menjadi proses sistematis untuk menyiapkan dan merumuskan arah dan tujuan Pendidikan
secara umum. Dalam konteks Pendidikan Pancasila telah dijelaskan dalam poin penjelasan
pasal 35 ayat (3) huruf b UU No. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi sebagai berikut: “Yang
dimaksud dengan “mata kuliah Pancasila” adalah Pendidikan untuk memberikan pemahaman
dan penghayatan kepada Mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia”.

Pendidikan Pancasila diarahkan sebagai upaya untuk membangun rasa kebangsaan bagi
generasi muda dan pemberian wawasan kebangsaan kepada masyarakat tentang arti
pentingnya Pancasila dalam kehidupan seharihari dan relasi antara masyarakat. Pendidikan
Pancasila menjadi hal yang pokok untuk melakukan revitalisasi nilai-nilai kebangsaan bagi
masyarakat. Untuk itu proses penanaman nilai-nilai Pancasila perlu menjadi komitmen
bersama. Pendidikan Pancasila pada era paska reformasi terbentuk dari semangat zaman yang
ingin perubahan dan berupaya membantu masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan bangsa.

Referensi :

Hastangka, & Lasiyo. (Juni 2022). PENDIDIKAN PANCASILA PADA ERA PASKA
REFORMASI: TINJAUAN HISTORIS DAN FILOSOFIS. Yogyakarta: Jurnal Inovasi
Penelitian. 3(1), 4353-4360.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Landasan Historis Pendidikan Pancasila

Pembicaraan mengenai pertumbuhan dan perkembangan unsur-unsur Pancasila dimaksudkan


untuk menjelaskan bahwa sebelum Pancasila dirumuskan dalam bentuk perkataan-perkataan
yang sudah tertentu bunyinya seperti terdapat pada pembukaan UUD 1945, dulunya sudah
terdapat di dalam kehidupan bangsa Indonesia, sudah diamalkan di dalam hidupnya
pembicaraan mengenai hal tersebut akan meliputi tiga tahap, seperti di bawah ini:

a. Unsur-unsur Pancasila sebagai sifat-sifat asli bangsa.


b. Unsur-unsur Pancasila sebagai ciri-ciri khas bangsa.
c. Unsur-unsur Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.

Secara historis Pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk dipakai sebagai Dasar Negara
Indonesia Merdeka. Pancasila yang akan dijadikan Dasar Negara tersebut, dalam proses
perumusannya digali dan/atau berasal dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pandangan hidup masyarakat, kemudian dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan
hidup bangsa. Lebih lanjut, pandangan hidup bangsa itu dituangkan dan dilembagakan
menjadi pandangan hidup negara atau Dasar Negara.

Bukti historis yang menjadi landasan bahwa Pancasila akan dijadikan Dasar Negara dapat
disimak dari peristiwa-peristiwa atau pernyataan berikut:

a. Dalam pembukaan Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan


(Dokuritsu Jumbi Choosakai) tanggal 29 Mei 1945, Dr.K.R.T Radjiman Wedyodiningrat
sebagai ketua Badan Penyelidik meminta agar sidang mengemukakan dasar Indonesia
Merdeka ( Philosofische grondslag dari Indonesia Merdeka).
b. Pada tanggal 29 Mei 1945 MR. Muhammad Yamin pada permulaan pidato dalam sidang
Badan Penyelidik mengatakan, "Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang
menjadi dasar dan susunan negara yang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan
yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat Indonesia dengan korban darah daging
sejak beratus-ratus tahun" (Naskah Persiapan UUD 1945).
c. R.P.Soeroso pada waktu memberi peringatan kepada Mr. Muhammad Yamin dalam
pidato tanggal 29 Mei 1945, antara lain mengatakan: sebagai diterangkan oleh tuan
Ketua, tuan Radjiman tadi yang dibicarakan ialah dasar-dasar Indonesia Merdeka."
d. Prof. Mr. Soepomo dalam pidato sidang pertama Badan Penyelidik tanggal 31 Mei 1945,
antara lain mengatakan: "soal yang kita bicarakan ialah bagaimanakah akan dasar-dasar
negara Indonesia Merdeka..." (Naskah Persiapan UUD 1945).
e. Ir. Soekarno dalam pidato tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik antara lain
menyebutkan bahwa yang diminta oleh ketua Badan Penyelidik adalah agar sidang
mengemukakan dasar Indonesia Merdeka yaitu philosofische Grondslag dari Indonesia
Merdeka. Selanjutnya beliau memberi nama Philosofische Grondslag atau Dasar
Falsafah Negara Indonesia Merdeka tersebut Pancasila.
f. Di dalam "Piagam Jakarta" atau " Jakarta Charter " tercantum kalimat sebagai berikut,
"......,maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" (Naskah Persiapan UUD 1945).
g. Di dalam pembukaan UUD 1945 (referensi dari blablabla) tercantum kalimat "......,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ".

Sehari setelah proklamasi Kemerdekaan negara Indonesia, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945
panitia Persiapan (referensi dari blablabla) Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) menetapkan
Undang-undang Dasar bagi Negara Republik Indonesia. Dengan menetapkan UUD 1945 itu,
maka Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1845 secara resmi menjadi Dasar
Negara Republik Indonesia.

Memperhatikan peristiwa historis proses Pancasila menjadi dasar negara, maka ada
kewajiban bagi seluruh bangsa Indonesia untuk memahami, mengamalkan dan mengamankan
Pancasila, salah satu upaya untuk itu semua adalah Pancasila harus disebarluaskan melalui
pendidikan Pancasila itu sendiri.
Referensi :

Junanto Subar. 2015. Pendidikan Pancasila dan Implementasinya. Sukoharjo: FATABA Press.

Macam-Macam Landasan

1. Landasan Pendidikan Pancasila


Dalam konteks pendidikan Pancasila, penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang
mendalam dan mengamalkannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan melakukan
hal ini, kita menunjukkan penghargaan dan penghormatan terhadap Pancasila sebagai
dasar filosofi negara Indonesia dan ideologi negara. Oleh karena itu, sangat penting bagi
kita untuk mengetahui dan menerapkan landasan dasar Pancasila dalam segala bidang
kehidupan.
2. Landasan Historis
Landasan Historis adalah fakta-fakta sejarah yang digunakan sebagai basis untuk
mengembangkan pendidikan Pancasila, termasuk formulasi tujuan, pengembangan
materi, desain model pembelajaran, dan evaluasinya. Berdasarkan landasan historis
tersebut, Pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang menjadi dasar Negara
Indonesia. Proses perumusan Pancasila didasarkan pada nilai-nilai pandangan hidup
masyarakat. Fakta historis ini meliputi berbagai periode mulai dari kehidupan prasejarah,
sejarah Indonesia kuno, masa kejayaan nasional, perjuangan bangsa Indonesia melawan
sistem penjajahan, proklamasi kemerdekaan, hingga perjuangan mempertahankan dan
memperkaya kemerdekaan Indonesia.
3. Landasan Kultural
Landasan kultural Pancasila mencerminkan keberagaman budaya dan nilai-nilai yang
terdapat di Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman sosial, budaya,
dan agama. Unsur-unsur tersebut mencakup adat istiadat, yang mencakup tradisi, norma,
dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat. Tulisan dan
bahasa merupakan bagian penting dari landasan kultural Pancasila, karena bahasa
merupakan media komunikasi dan identitas nasional yang harus dijaga dan
dikembangkan. Slogan, seperti Bhinneka Tunggal Ika, juga merupakan unsur landasan
kultural Pancasila yang menunjukkan bahwa meskipun berbeda-beda, namun kita tetap
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kesenian, seperti tari, musik, seni rupa, dan
sastra, merupakan warisan budaya yang kaya dan dapat menjadi media untuk
menyampaikan pesan dan memperkuat identitas nasional. Agama dan kepercayaan juga
merupakan unsur penting dari landasan kultural Pancasila. Meskipun Indonesia memiliki
beragam agama dan kepercayaan, namun semuanya diakui dan dihargai oleh negara
sebagai bagian dari kekayaan budaya dan spiritualitas bangsa. Terakhir, kebudayaan
mencakup nilai-nilai dan norma yang berhubungan dengan cara hidup, baik dalam hal
bermasyarakat, berbangsa, maupun beragama. Semua unsur tersebut harus dijaga,
dihargai, dan dikembangkan sebagai bagian dari landasan kultural Pancasila yang
mendasari keberagaman dan persatuan bangsa
4. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis adalah aturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan
Pendidikan Pancasila. Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara resmi menjadi
dasar negara sejak dimasukkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945.
Secara hierarkis, landasan yuridis dapat dilacak dari UUD 1945, Ketetapan MPR,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur
Jenderal, dan sumber-sumber hukum lainnya. Semua sumber hukum ini harus ditaati dan
diikuti dalam melaksanakan pendidikan Pancasila agar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pada pendidikan Pancasila menegaskan bahwa tujuan utama dari
pendidikan bukanlah semata-mata untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi dan mampu bersaing di era globalisasi, namun lebih dari itu,
pendidikan harus memberikan pemahaman yang komprehensif tentang hakikat manusia
itu sendiri, sumber nilai, dan makna kehidupan yang sebenarnya. Dalam landasan
filosofis ini, nilai-nilai Pancasila diartikan sebagai nilai-nilai yang universal dan bersifat
abadi, serta dapat menjadi dasar bagi kehidupan manusia yang bermartabat dan sejahtera.
Dalam filsafat pendidikan, pendidikan Pancasila juga menekankan pada konsep
pendidikan yang holistik dan integratif, yang tidak hanya memperhatikan aspek
intelektual, namun juga mengembangkan aspek emosional, sosial, dan spiritual
seseorang. Landasan filosofis pendidikan Pancasila juga menempatkan manusia sebagai
makhluk yang memiliki hakikat, martabat, dan derajat yang sama, sehingga setiap
individu harus diberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi dirinya.
Selain itu, pendidikan Pancasila juga menekankan pentingnya etika dan moralitas dalam
kehidupan, sehingga setiap individu diharapkan memiliki karakter dan kepribadian yang
baik dan berintegritas tinggi.
Tujuan Pendidikan Pancasila

Tujuan pendidikan Pancasila adalah untuk mengembangkan kepribadian yang berkarakter,


mandiri, dan berdaya saing tinggi, serta memiliki pemahaman yang mendalam dan
pengamalan yang tulus terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, Tujuan
diharapkan dapat membangun kesadaran dan kepedulian warga negara terhadap kepentingan
bangsa dan negara serta menjaga keutuhan dan keberlangsungan bangsa Indonesia sebagai
negara yang plural, demokratis, dan berkeadilan.

Pendidikan Pancasila di Indonesia tidak hanya ditekankan pada aspek teoritis, tetapi juga
pada aspek praktis dalam kehidupan sehari-hari, sehingga setiap warga negara dapat
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai individu dan anggota
masyarakat. Dengan demikian, tujuan pendidikan Pancasila adalah untuk membentuk
manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berbudaya, berdisiplin, dan memiliki rasa tanggung
jawab terhadap bangsa dan negara.

Referensi :

Maarif, S. (2018). Kedudukan dan Tujuan Pendidikan Pancasila dalam Pembangunan


Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Karakter, 8(2), 83-92.

Pertiwi, M. B., & Hidayat, R. (2020). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila dalam
Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Luar Biasa, 5(1), 1-14.

Sukmadinata, N. S. (2015). Pendidikan Pancasila. PT Remaja Rosdakarya.

Supriyadi, D., & Kurniawan, D. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya
Lokal pada Sekolah Dasar di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
21(1), 101-110.

Yusuf, M. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila dalam Pembentukan


Kepribadian Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter, 9(2), 118-124.

Terbentuknya Bangsa Indonesia


Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan kutai,
Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang
tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, didalamnya tersimpul ciri khas, sifat
karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain .Oleh para pendiri bangsa kita dirumuskan
secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama
Pancasila. Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup
yang kuat (nasionalisme) agar tidak teombang-ambing di tengah masyarakat internasional.
Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Secara historis nilai nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan
dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri. Dalam kenyataan landasan historis Pancasila terbentuk dari mulai
adanya zaman kerajaan pertama di Indonesia. Berikut merupakan penjelasannya :

a. Zaman kerajaan kutai


Pada zaman kerajaan Kutai berkuasa telah ada adat kenduri dan memberikan sedekah
kepada para brahmana. Kemudian para brahmana membangun yupa (tiang batu) sebagai
tanda terima kasih kepada raja Mulawarman. Fenomena ini menggambarkan adanya nilai
sosial politik dan ketuhanan pada masa itu.
b. Zaman kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya dari dulu dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat pada masa itu.
Sriwijaya merupakan kerajaan besar di wilayah Sumatera yang memiliki kekuasaan dari
mulai Sunda, Semenanjung Malaya dan kepulauan di sekitarnya sampai Sri Langka.
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat pada masa itu. Di sekitar keluarga
raja dibentuk administrasi pusat yang terdiri dari hakim raja yang menjalankan
kekuasaan raja untuk mengadili yang disebut Dandanayaka.
c. Zaman Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit dikenal dengan kerajaan nusantara. Karena wilayahnya mencapai
seluruh Indonesia bahkan sampai luar negeri seperti Filipina. Pada masa Majapahit telah
mendapat suatu sistem sosial yang menjadi tanda adanya peradaban yang lebih maju,
seperti adanya peraturan perundang undangan yang disebarluaskan kepada masyarakat
melalui pejabat pusat dan daerah. Majapahit di bawah raja Prabu Hayam Wuruk dan
Apatih Mangkubumi Gajah mada telah berhasil mengintegrasikan nusantara.

Referensi :
Francesco Miswary (27 Agustus 2016)

Kesimpulan

Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia harus mempelajari, mendalami,
menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan.

Tujuan pendidikan Pancasila adalah untuk mengembangkan kepribadian yang berkarakter,


mandiri, dan berdaya saing tinggi, serta memiliki pemahaman yang mendalam dan
pengamalan yang tulus terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, Tujuan
diharapkan dapat membangun kesadaran dan kepedulian warga negara terhadap kepentingan
bangsa dan negara serta menjaga keutuhan dan keberlangsungan bangsa Indonesia sebagai
negara yang plural, demokratis, dan berkeadilan.

Daftar Pustaka

Francesco Miswary (27 Agustus 2016)

Subar Junanto. 2015. Pendidikan Pancasila dan Implementasinya. Sukoharjo: FATABA Press.

Maarif, S. (2018). Kedudukan dan Tujuan Pendidikan Pancasila dalam Pembangunan


Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Karakter, 8(2), 83-92.

Pertiwi, M. B., & Hidayat, R. (2020). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila dalam
Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Luar Biasa, 5(1), 1-14.

Sukmadinata, N. S. (2015). Pendidikan Pancasila. PT Remaja Rosdakarya.

Supriyadi, D., & Kurniawan, D. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya
Lokal pada Sekolah Dasar di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
21(1), 101-110.

Yusuf, M. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila dalam Pembentukan


Kepribadian Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter, 9(2), 118-124.

Anda mungkin juga menyukai