Dosen Pengampuh :
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk saya ucapkan selain puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya.
Sehingga, saya mampu menyelesaikan makalah Pancasila.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca terutama kepada Bapak Drs. A. Kholik Harahap, M. Si selaku Dosen mata kuliah
Pancasila di Universitas Asahan. Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi saya
serta bagi Mahasiswa lain khususnya prodi Manajemen di Universitas Asahan.
Penyusun
2
PEMBAHASAN
1. Hakikat Pancasila
Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai:
(a) pandangan hidup bangsa,
(b) (b) dasar negara, dan
(c) (c) tujuan nasional (negara).
Sebagai pandangan hidup bangsa, hakikat Pancasila diwujudkan dalam P-4 (yang saat ini
dicabut oleh MPR hasil Sidang Istimewa 1998), yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk
Anggaran-Dasar (AD) bagi masing-masing organisasi sosial-politik (seperti Ormas, LSM, Parpol)
dan Kode-Etik (KE) bagi masing-masing organisasi profesi/keahlian (seperti IDI, PGRI, Ikahi)—
yang teknis-operasionalnya berbentuk Anggaran-Rumah-Tangga (ART). Sebagai dasar negara,
hakikat Pancasila diwujudkan dalam Batang Tubuh UUD 1945, yang lebih lanjut dilaksanakan
dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan (Tap. MPR, UU, PP, Keppres, Perda, dst.)—yang
teknis-operasionalnya berbentuk Surat-Edaran (SE) berupa Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) atau
Petunjuk Teknis (Juknis). Sebagai tujuan nasional (bangsa)/negara, hakikat Pancasila diwujudkan
dalam Garis-garis Besar daripada Haluan Negara (GBdHN) (seperti Propenas) yang lebih lanjut
dilaksanakan dalam bentuk Repetanas (seperti APBN)—yang teknis-operasionalnya berupa
Proyek (seperti DIP/DUK, DIK, DIKS).
1
mendadak, tetapi mereka ditempa oleh sejarah lahirnya Indonesia sebagai suatu
bangsa.
A. Pendidikan Pancasila sebagai Program Terpadu yang Utuh, Bulat dan Berkesinambungan
Setiap Program Pendidikan Pancasila pada berbagai jenjang sekolah dan kelas harus memiliki
kesinambungan dan sumber yang sama yakni Bahan Kajian Baku yang memang sudah ditentukan
sebagai pegangan utama. Namun tidaklah berarti bahwa guru bebas dari keharusan mengkaji
sumber lain (yang tentu selaras dan terkait), sebab tugas itu adalah tugas profesional guru untuk
memperkaya pengajarannya. Demikian halnya kajian terhadap realita kehidupan merupakan tugas
keharusan guru agar apa yang dibelajarkan fungsional (bermakna) bagi peserta didik serta
lingkungan kehidupannya.
Sebagai Program Pendidikan Nilai-Moral (afektif) maka tentunya sangat diharapkan agar program
mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral dan norma Pancasila secara benar dan selalu
Konsep- konsep Pancasila hendaknya tidak sekedar disampaikan arti, rumusan dan percontohannya
semata. Hendaknya juga dikaji isi pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya disampaikan
tatanan moralnya berikut acuan normatif/hukum keharusannya dan tata cara pelaksanaannya.
Program yang dikelola seperti inilah yang dianggap handal untuk mencapai target pembentukan
Pendidikan Pancasila berperen sebagai wahana program pendidikan politik dimana peserta didik
penerus bangsa-negara RI ini dibina kemantapan pemahaman tentang tata cara keharusan bernegara
2
menurut nilai moral Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan dan batang tubuh UUD
Dalam kaitannya terhadap isi dan misi PKN, Pendidikan Pancasila menyiapkan, membina dan
mengembangkan Pengetahuan serta kemampuan dasar peserta didik yang berkenaan dengan
Melalui program ini, peserta didik akan dibina menjadi warga Indonesia yang baik dan berjiwa
Pancasila yakni warga negara yang faham dan sadar serta mau dan mampu melaksanakan hak
kewajiban dan tugas tanggung jawab dirinya, masyarakat dan pemerintah negaranya.
3
Mr. Soepomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang BPUPKI
pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang masakah-masalah yang
berhubungan dengan dasar Negara Indonesia merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah
Negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
a. Persatuan;
b. Kekeluargaan;
c. Keseimbangan lahir dan batin;
d. Musyawarah;
e. Keadilan social;
Bahwa nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar negara secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-
nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah bangsa Indonesia sendiri atau bangsa Indonesia sebagai kausa
materialis Pancasila.
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan
4
kemasyarakatan terkandung dalam sila-sila pancasila bukan hanya merupakan hasil konseptual
seseorang saja tetapi merupakan hasil karya besar bangsa Indonesia yang diangkat dari nila-nilai
kultural yang dimiliki bangsa Indonesia melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara seperti
Ir.Soekarno, Muh. Yamin, Supomo, dan lain-lain. Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang
sejajar dengan karya besar lain di dunia adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang
mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila.
Landasan yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur dalam Pasal 39 Undang-
Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa isi kurikulum jalur
dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
kewarganegaraan.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh karena sudah
menjadi keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan. Hal ini berdasarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan YME.
Setiap aspek-aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk
dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber
nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum,
Pendidikan Pancasila tidak hanya merupakan sebuah teori yang dipelajari dari tingkat
Sekolah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi saja, melainkan diperlukan pengamalannya pada
6
kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat dan berbangsa. Banyaknya masalah yang terjadi di
Indonesia sedikit banyak berpengaruh terhadap pemahaman seseorang pada Pendidikan Pancasila
yang telah dipelajari. Berikut beberapa masalah yang seringkali terjadi di Indonesia :
1. Kasus Sara yang Merajalela
Indonesia adalah negara dengan suku bangsa, agama, dan budaya yang beragam. Dilingkungan
tempat tinggal kita, mungkit telah memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap perbedaan-
perbadaan tersebut. Tapi, dibeberapa tempat masih banyak yang tidak dapat menerima adanya
perbedaan dan melakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas. Sebut saja beberapa masalah
yang terjadi belakangan ini terkait sara seperti, penolakan pemimpin yang memiliki agama yang
berbeda dengan mayoritas penduduknya, pembakaran tempat ibadah, terorisme, pertikaian antar
suku, saling ejek agama dimedia sosial, dan masih banyak lagi. Kita sebagai bangsa Indonesia
harusnya dpat menyadari persamaan latar belakang, tujuan, dan nasib. Sehingga dapat tercipta rasa
persatuan yang kuat.
2. Korupsi
Seperti yang sudah kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal dimata
dunia karena tingginya tingkat korupsi yang terjadi. Korupsi tidak hanya dilakukan oleh pejabat
kelas atas didaerah pusat saja, tapi juga oleh pejabat didaerah kecil. Hal ini menyebabkan kerugian
negara yang amat besar yang menyengsarakan rakyat dan menimbulkan berbagai masalah sosial
seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, kualitas pendidikan yang rendah, tingkat kriminalitas yang
tinggi, pengangguran, dan banyaknya daerah tertinggal yang tidak mendapat fasilitas yang layak.
Sebenarnya, negara kita memiliki dana yang cukup untuk mensejahterakan rakyatnya, tetapi
karena ulah para koruptor, uang negara menjadi terbuang sia-sia dan menyengsarakan penduduk.
Namun, penanganan terhadap para koruptor di Indonesia kurang tegas. Jika kita melihat tindakan
yang diambil negara Arab Saudi yang memberlakukan potong tangan, ataupun negara Tiongkok
yang menghukum mati para Koruptor di negaranya, di Indonesia tidak dapat diberlakukan hal
yang demikian dikarenakan adanya HAM. Namun, apakah mencuri uang rakyat bukan merupakan
pelanggaran HAM?
3. Penegakan Hukum yang Lemah
Indonesia merupakan negara hukum. Namun, seperti kasus yang sudah-sudah, kebanyakan dari
mereka yang dihukum adalah rakyat kecil. Ini dikarenakan hukum di Indonesia yang tidak adil,
yang lancip terhadap rakyat kecil, tumpul kepada masyarakat kelas atas. Hukum seringkali
disalahgunakan oleh para praktisi hukum yang dapat disuap, sehingga rakyat kecil yang tidak
mempunyai uang, tidak dapat berbuat apa-apa, dan pasrah untuk dihukum bersalah.
4. Pengelolaan Sumber daya yang Buruk
Indonesia dengan segala kekayaan alamnya mulai dari daratan hingga lautan, merupakan
7
negara yang sangat potensial dan memiliki kekayaan yang tak terhingga. Karena itulah, banyak
dari negara asing yang melirik Indonesia, dan mulai melakukan eksploitasi terhadap alam
Indonesia. Sayangnya, banyak dari kita sebagai masyarakat Indonesia, terutama generasi muda,
yang kurang menyadari bahkan cenderung mengabaikan hal ini.
Tidak hanya sumber daya alamnya saja, dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia,
seharusnya Indonesia tak perlu lagi memikirkan masalah Sumber daya manusia lagi untuk
mengelola negara. Akan tetapi, sebagian besar perusahaan justru mempekerjakan tenaga kerja
asing, yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di Indonesia.
PENUTUP
1.
2.
3.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas pancasila sebagain hakikat pendidikan yang berarti membicarakan
tentang hal-hal yang hakiki atau mendasar. Demikian juga halnya dengan upaya memahami hakikat
pancasila dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena pancasila memiliki keluasan arti
filosofis, maka dari pengertian pokok tersebut dapat diberi arti yang bermacam-macam, antara lain
8
sebagai berikut : Pancasila sebagai Dasar Negara, Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa
Indonesia, sebagai cita-cita Pancasila dan tujuan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Link Google :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pendidikan_pancasila.pdf
Buku :
Ristekdikti, 2016
9
Makalah :
10