Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA

Hakikat dan pentingnya pendidikan pancasila

Dosen Pengampuh :

Drs. A. Kholik Harahap, M. Si

Oleh :

SEKAR NAWANG SARI (21031290)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ASAHAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hakikat dan Pentingnya Pendidikan Pancasila” ini dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Pancasila semester satu
pada program studi Manajemen. Saya berharap makalah ini dapat memberikan informasi
mengenai pentingnya pendidikan Pancasila
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
sepenuhnya sempurna baik pada penulisan maupun materi. Tapi penyusun berharap tugas
ini dapat berguna bagi para pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan.

Kisaran, 18 November 2021

Penyusun

2
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PENDIDIKAN PANCASILA


Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu, panca berarti lima dan sila berarti
prinsip atau asas. Jadi pancasila adalah prinsip pedoman yang menjadi landasan masyarakat
Indonesia, dan sumber hukum Negara. Istilah pancasila telah dikenal sejak dulu, yaitu
digunakan sebagai acuan moral atau etika dalam kehidupan bangsa Indonesia sehari hari.
Misalnya, dari karya-karya pujangga besar Indonesia semasa berdirinya kerajaan majapahit
yang dilukiskan dalam tulisan empu prapanca tentang Negara Kertagama dan empu tantular
dalam bukunya sutasoma.
Hakikat pendidikan pancasila adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela Negara, demi kelangsunagn
kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara. Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri
bangsa serta moral bangsa.
Bicara tentang hakikat berarti membicarakan tentang hal-hal yang hakiki atau
mendasar. Demikian juga halnya dengan upaya memahami hakikat pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena pancasila memiliki keluasan arti filosofis, maka
dari pengertian pokok tersebut dapat diberi arti yang bermacam-macam, antara lain sebagai
berikut:
a.         Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan proses panjang yang
didasari oleh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, serta melihat pengalaman bangsa-bangsa
lain, kedudukan pancasila sebagai dasar Negara, sebagai mana yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945, merupakan sumber tertib hokum tertinggi yang mengatur kehidupan
Negara dan masyarakat.
b.         Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Fungsi pokok pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah sebagai
pandangan hidup, pedoman hidup, dam petunjuk arah bagi semua kegiatan hidup dan
penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia.

3
c.         Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia
Kepribadian artinya gambaran tentang sikap dan perilaku atau amal perbuatan manusia,
yang khas yang membrdakan dengan bangsa-bangsa lain. Ciri khas kepribadian bangsa
Indonesia tercermin dalam sila-sila pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia bangsa yang:
1.      Berketuhanan yang maha esa.
2.      Berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3.      Berjiwa kesatuan dan persatuan bangsa.
4.      Berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapai hikmah kebijaksanaan.
5.      Bercita-cita mewujutkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

d.        Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia


Istilah pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia ini muncul dalam pidato
kenegaraan presiden Soekarno di depan siding perwakilan rakyat. Pada tanggal 16 Agustus
1967 Pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur seluruh rakyat Indonesia.

e.       Sebagai Cita-Cita Pancasila Dan Tujuan Bangsa Indonesia


Untuk lebih jelasnya, gambaran Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
akan tampak pada rincian dan tujuan bangsa dan Negara Indonesia dalam alenia keempat
pembukaan UUD 1945, yaitu :
1.      Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2.      Memajukan kesejahteraan umum.
3.      Menceraskan kehidupan bangsa.
4.      Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.

B.     DASAR PEMIKIRAN PANCASILA

Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)


Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa persidangan
pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 samapai dengan 1 Juni 1945. Pada masa
persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar Negara untuk Indonesia merdeka. Pada
persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar Negara yang akan dipakai

4
Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr.
Soepomo, dan Ir. Sukarno.
1.      Mr. Mohammad Yamin
Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar Negara Indnesia
merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pemikirannya diberi judul
“Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. Mr. Mohammad Yamin
mengusulakan dasar Negara Indonesia merdeka yang intinya sebagai berikut:
a.       Peri kebangsaan;
b.      Peri kemanusiaan;
c.       Peri ketuhanan;
d.      Peri kerakyatan;
e.       Kesejahteraan rakyat.

2.      Mr. Soepomo


Mr. Soepomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan sidang
BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan tentang masakah-
masalah yang berhubungan dengan dasar Negara Indonesia merdeka. Negara yang akan
dibentuk hendaklah Negara integralistik yang berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
a.       Persatuan;
b.      Kekeluargaan;
c.       Keseimbangan lahir dan batin;
d.      Musyawarah;
e.       Keadilan social;

3.      Ir. Soekarno


Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mendapat kesempatan untuk mengemukakan
dasar Negara Indonesia merdeka. Pemikirannya terdiri atas lima asas berikut ini:
a.       Kebangsaan Indonesia;
b.      Internasionalisme atau perikemanusiaan;
c.       Mufakat dan demokrasi;
d.      Kesejahteraan social;
e.       Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima asas tersebut diberi nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa.
Untuk selanjutnya, tanggal satu Juni kita peringati sebagai hari lahir insital pancasila.
5
C. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
1. Landasan Historis
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda satu dengan yang
lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan
bangsa yang bersangkutan. Demikianlah halnya dengan Pancasila yang merupakan ideologi
dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup dan
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri seja kelahirannya dan berkembang
menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh dua kerajaan besar tempo dulu yaitu
Kedatuan Sriwijaya dan Keprabuan Majapahit.
Setelah berproses dalam rentang perjalanan sejarah yang panjang sampai kepada tahap
pematangannya oleh para pendiri negara pada saat akan mendirikan negara Indonesia
merdeka telah berhasil merancang dasar negara yang justru bersumber pada nilai-nilai yang
telah tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia
yang kemudian diformulasikan dan disistematisasikan dalam rancangan dasar negara yang
diberi nama Pancasila. Nama tersebut untuk pertama kalinya diberikan oleh salah seorang
penggagasnya yaitu Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945 dalam persidangan
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atas saran an
petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.
Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan bangsa Indonesia
tidak dapat dilepaspisahkan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah melahirkan
keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap kebenaran dan ketepatan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia, sejak resmi disahkan
menjadi dasar negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat ini dan Insya Allah untuk selama-
lamanya.
2. Landasan Kultural
Pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaspisahkan dari
kehidupan bangsa yang bersangkutan. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup adalah
bangsa yang tidak memiliki jati diri (identitas) dan kepribadian, sehingga akan dengan mudah
terombang-ambing dalam menjalani kehidupannya, terutama pada saat-saat menghadapi

6
berbagai tantangan dan pengaruh baik yang datang dari luar maupun yang muncul dari dalam,
lebih-lebih di era globalisasi dewasa ini.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah jati diri dan kepribadian bangsa
yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam budaya
masyarakat Indonesia sendiri dengan memiliki sifat keterbukaan sehingga dapat
mengadaptasikan dirinya dengan dan terhadap perkembangan zaman di samping memiliki
dinamika internal secara selektif dalam proses adaptasi yang dilakukannya. Dengan demikian
generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai dengan tingkat
perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya terutama dalam meraih keunggulan
IPTEK tanpa kehilangan jati dirinya.
3.         Landasan Yuridis
Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan yuridis konstitusional antara lain di
dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah,
benar dan otentik sebagai berikut :
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin olrh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis konstitusional karena dasar negara
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dan rinci dalam pasal-
pasal dan ayat-ayat yang terdapat di dalam Batang Tubuh UUD 1945 tersebut.

4.         Landasan Filosofis


Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara filosofis dan obyektif
merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh
sebelum berdirinya negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi
logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa Indonesia untuk dapat merealisasikannya
dalam kehidupan sehari-hari baik kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Sebagai dasar filsafat negara, maka Pancasila harus menjadi sunber bagi setiap tindakan para
penyelenggara negara dan menjiwai setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
7
D. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan pancasila mengarah perhatian pada moral yang diharap dapat diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas golongan agama, perilaku yang
bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam
kepentingan perilaku yang mendudkung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.
1.      Tujuan Nasional
Tujuan Nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945 alnia ke-4,
menyatakan “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social “.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan usaha manusia dan masyarakat
Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatiakan tantangan
perkembangan global.

2.      Tujuan Pendidikan Nasional


Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945, berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu dan martabat manusia Indonesia
dalam rangka mewujutkan tujuan nasional. Berdasarkan UU no 2 tahun 1989 tentang sisitim
Pendidikan Nasional, menurut pasal 4 menyatakan tentang tujuan pendidikan Nasional yaitu
pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggungjawab
kemasyarakatan dan bangsa. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, sebagai
pengalaman pancasila di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan:
pertama, pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan tang tinggi
kualitasnya dan mampu bermandiri; kedua, pemberian dukungan bagi perkembangan
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang terwujut dalam ketahanan nasional yang
teguh mengandung makna terwujutnya kemampuan bangsa menagkal setiap ajaran, paham,
dan ideology yang bertentangan dengan pancasila.
8
E.PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA

“Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila” dinamakan “Ekaprasetia


Pancakarsa”. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta. Secara harfiah “eka”
berarti satu/tunggal, “prasetia” berarti janji/tekad, “panca” berarti lima dan “karsa” berarti
kehendak yang kuat. Dengan demikian “Ekaprasetia Pancakarsa” berarti tekad yang tunggal
untuk melaksanakan lima kehendak dalam kelima Sila Pancasila. Dikatakan tekad yang
tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyahkan lagi.
Ekaprasetia Pancakarsa memberi petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud
pengamalan kelima Sila dari Pancasila sebagai berikut :
A.    Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
1)      Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2)      Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3)      Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4)      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepad orang lain.

B.     Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab


1)      Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia.
2)      Saling mencintai sesama manusia.
3)      Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4)      Tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
5)      Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6)      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7)      Berani membela kebenaran dan keadilan.
8)      Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

9
C.     Sila Persatuan Indonesia
1)      Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
2)      Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3)      Cinta tanah air dan bangsa.
4)      Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5)      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal
Ika.

D.    Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan
1)      Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2)      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3)      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4)      Musayawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5)      Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
6)      Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7)      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
YME, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.

E.     Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia


1)      Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yan mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2)      Bersikap adil.
3)      Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4)      Menghormatsi hak-hak orang lain.
5)      Suka memberi pertolongan terhadap orang lain.
6)      Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain..
7)      Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
8)      Suka bekerja keras.
9)      Menghargai hasil karya orang lain.
10)  Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
10
F.Pentingnya Pngaruh Pendidikan Pancasila Terhadap Berbagai Masalah di Indonesia

Pendidikan Pancasila tidak hanya merupakan sebuah teori yang dipelajari dari
tingkat Sekolah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi saja, melainkan diperlukan
pengamalannya pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat dan berbangsa. Banyaknya
masalah yang terjadi di Indonesia sedikit banyak berpengaruh terhadap pemahaman
seseorang pada Pendidikan Pancasila yang telah dipelajari. Berikut beberapa masalah yang
seringkali terjadi di Indonesia :
1. Kasus Sara yang Merajalela
Indonesia adalah negara dengan suku bangsa, agama, dan budaya yang beragam.
Dilingkungan tempat tinggal kita, mungkit telah memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap
perbedaan-perbadaan tersebut. Tapi, dibeberapa tempat masih banyak yang tidak dapat
menerima adanya perbedaan dan melakukan diskriminasi terhadap kaum minoritas. Sebut
saja beberapa masalah yang terjadi belakangan ini terkait sara seperti, penolakan pemimpin
yang memiliki agama yang berbeda dengan mayoritas penduduknya, pembakaran tempat
ibadah, terorisme, pertikaian antar suku, saling ejek agama dimedia sosial, dan masih
banyak lagi. Kita sebagai bangsa Indonesia harusnya dpat menyadari persamaan latar
belakang, tujuan, dan nasib. Sehingga dapat tercipta rasa persatuan yang kuat.
2. Korupsi
Seperti yang sudah kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang
terkenal dimata dunia karena tingginya tingkat korupsi yang terjadi. Korupsi tidak hanya
dilakukan oleh pejabat kelas atas didaerah pusat saja, tapi juga oleh pejabat didaerah kecil.
Hal ini menyebabkan kerugian negara yang amat besar yang menyengsarakan rakyat dan
menimbulkan berbagai masalah sosial seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, kualitas
pendidikan yang rendah, tingkat kriminalitas yang tinggi, pengangguran, dan banyaknya
daerah tertinggal yang tidak mendapat fasilitas yang layak. Sebenarnya, negara kita
memiliki dana yang cukup untuk mensejahterakan rakyatnya, tetapi karena ulah para
koruptor, uang negara menjadi terbuang sia-sia dan menyengsarakan penduduk. Namun,
penanganan terhadap para koruptor di Indonesia kurang tegas. Jika kita melihat tindakan
yang diambil negara Arab Saudi yang memberlakukan potong tangan, ataupun negara
Tiongkok yang menghukum mati para Koruptor di negaranya, di Indonesia tidak dapat
diberlakukan hal yang demikian dikarenakan adanya HAM. Namun, apakah mencuri uang
rakyat bukan merupakan pelanggaran HAM?

11
3. Penegakan Hukum yang Lemah
Indonesia merupakan negara hukum. Namun, seperti kasus yang sudah-sudah,
kebanyakan dari mereka yang dihukum adalah rakyat kecil. Ini dikarenakan hukum di
Indonesia yang tidak adil, yang lancip terhadap rakyat kecil, tumpul kepada masyarakat
kelas atas. Hukum seringkali disalahgunakan oleh para praktisi hukum yang dapat disuap,
sehingga rakyat kecil yang tidak mempunyai uang, tidak dapat berbuat apa-apa, dan pasrah
untuk dihukum bersalah.
4. Pengelolaan Sumber daya yang Buruk
Indonesia dengan segala kekayaan alamnya mulai dari daratan hingga lautan,
merupakan negara yang sangat potensial dan memiliki kekayaan yang tak terhingga. Karena
itulah, banyak dari negara asing yang melirik Indonesia, dan mulai melakukan eksploitasi
terhadap alam Indonesia. Sayangnya, banyak dari kita sebagai masyarakat Indonesia,
terutama generasi muda, yang kurang menyadari bahkan cenderung mengabaikan hal ini.
Tidak hanya sumber daya alamnya saja, dengan banyaknya jumlah penduduk di
Indonesia, seharusnya Indonesia tak perlu lagi memikirkan masalah Sumber daya manusia
lagi untuk mengelola negara. Akan tetapi, sebagian besar perusahaan justru mempekerjakan
tenaga kerja asing, yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di Indonesia.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah pandangan hidup Bangsa


dan Dasar Negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber
kejiwaaan masyarakat dan Negara Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan
pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan berkembang menjadi
pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di
pusat maupun di daerah. Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus
serta terpadu demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

Demikian juga halnya dengan upaya memahami hakikat pancasila dan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Karena pancasila memiliki keluasan arti filosofis, maka dari
pengertian pokok tersebut dapat diberi arti yang bermacam-macam, antara lain sebagai
berikut : Pancasila sebagai Dasar Negara, Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa
Indonesia, sebagai cita-cita Pancasila dan tujuan bangsa Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Makalah:
Windi Septiani, 2016
Hakikat Pndidikan Pancasila, Jawa Timur.

Pipin Hanapiah, 2002

Pendidikan Pancasila, Bandung.

Link Google :

https://kangkunggenjer.blogspot.com/2015/05/makalah-tentang-pentingnya-pendidikan.html

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/20494/mod_resource/content/2/BAB%20I
%20PENGANTAR%20PENDIDIKAN%20PANCASILA.pdf

Buku :

Ristekdikti, 2016

Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Dikti.kemdikbud

14

Anda mungkin juga menyukai