Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Tafsir surah As - syura: 38, An – nisa : 58, Al – Imran : 10, Al -


Hujarat : 13

Dosen Pengampuh :

Ahmad Fauzi, S.Pd.I., M. Pd.

Oleh :

SEKAR NAWANG SARI (21031290)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ASAHAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk kami ucapkan selain puji dan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-
Nya. Sehingga, saya mampu menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam yang
berjudul “Tafsir surah As - syura: 38, An – nisa : 58, Al – Imran : 10, Al - Hujarat : 13”.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca terutama kepada Bapak Ahmad Fauzi, S.Pd.I., M. Pd. selaku Dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Asahan. Saya berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi saya serta bagi Mahasiswa lain khususnya prodi Manajemen di Universitas
Asahan.

Kisaran, 08 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i


DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.........................................................................................2
1.2  Rumusan Masalah...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Tafsir Surah Asy – Syura : 38................................................................3
2.2  Tafsir Surah An – Nisa : 58....................................................................4
2.3  Tafsir Surah Al – Imran : 104................................................................4
2.4  Tafsir Surah Al- Hujarat : 13..................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Demokrasi merupakan salah satu isu populer sampai saat ini. Indikasi
nyata dari isu populer tersebut terlihat bahwa mayoritas negara di dunia memakai demokrasi
menjadi sistem pemerintahan dengan berbagai model. Bentuk pelaksanaan demokrasi suatu
negara dipengaruhi oleh kondisi historis, ideologi politis, cultural, sosiologis yang ada di
negara tersebut.

Secara garis besar terdapat tiga kelompokkan pemikiran tentang wacana Islam
dan demokrasi: Pertama, Islam dan demokrasi adalah dua sistem yang berbeda,
karena demokrasi sebagai konsep barat tidak tepat untuk dijadikan sebagai acuan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Islam sebagai agama yang
kaffah (sempurna) tidak saja mengatur persoalan keimanan (akidah) dan ibadah, melainkan
mengatur segala aspek kehidupan umat manusia. Kedua, Islam berbeda dengan demokrasi
apabila demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti dipahami dan dipraktekkan di
negara-negara barat.

Kelompok ini menyetujui adanya prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam.


Dalam pandangan kelompok ini, demokrasi adalah konsep yang sejalan dengan Islam
setelah diadakan penyesuaian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri.
Ketiga, sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi
seperti yang dipraktikkan negara-negara maju. Islam di dalam dirinya demokratis
tidak hanya karena prinsip syura (musyawarah), tetapi juga karena adanya konsep ijtihad dan
ijma’ (konsensus).

Di Indonesia salah satu tokoh yang memaparkan tentang demokrasi adalah M.


Quraih Shihab melalui menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Ia bukanlah seorang yang
memiliki latar belakang pelaku atau pemikir politik. Ia adalah seorang ulama tafsir

4
kontemporer Indonesia. Ia tidak menulis pemikiran politiknya secara khusus dalam
sebuah buku. Salah satu pemikirannya tentang hubungan agama dan negara yang
terdapat di berbagai tulisannya, terutama dalam karya mumentalnya Tafsīr al-Misbāh, ketika
manafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan politik ketatanegaraan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Menjelaskan tafsir surah As - syura: 38, An – nisa : 58, Al – Imran : 10, Al - Hujarat :
13

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep demokrasi dalam islam melalui ayat
dalam Al – Quran.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Tafsir Surah Asy – Syura : 38

Artinya :

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan salat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”

Tafsir Quraish Shihab

“Juga bagi orang-orang yang memenuhi seruan Sang Pencipta dan Pemelihara mereka, selalu
mengerjakan salat, selalu menyelesaikan urusan mereka dengan jalan musyawarah demi
tegaknya keadilan di tengah masyarakat dan menghindari otoritas pribadi atau kelompok, dan
membelanjakan sebagian harta yang dikaruniakan oleh Allah di jalan kebaikan”.

Sehingga niat mereka adalah mencari keridhaan-Nya dan tujuan mereka adalah dekat
dengan Yakni tunduk menaati-Nya dan menyambut seruan-Nya seperti tauhid dan beribadah
kepada-Nya -Nya. Termasuk memenuhi seruan Allah adalah mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. Yang fardhu maupun yang sunat. Baik yang terkait dengan agama
maupun dunia.

Mereka tidak bertindak sendiri dan tergesa-gesa dalam masalah yang terkait orang
banyak. Oleh karena itu, apabila mereka ingin melakukan suatu perkara yang butuh
pemikiran dan ide, maka mereka berkumpul dan mengkaji bersama-sama, sehingga ketika
sudah jelas maslahatnya, maka mereka segera melakukannya. Misalnya adalah dalam

6
masalah perang dan jihad, mengangkat pegawai pemerintahan atau yang menjadi hakim,
demikian pula membahas masalah-masalah agama secara umum, karena ia termasuk masalah
yang terkait antara sesama, dan membahasnya agar jelas yang benar yang dicintai Allah.
Seperti nafkah yang wajib, misalnya zakat, menafkahi anak-istri dan kerabat, dsb. Sedangkan
nafkah yang sunat seperti bersedekah kepada semua manusia.

2.2. Tafsir Surah An – Nisa : 58

Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Tafsir Quraish Shihab

Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian, wahai orang-orang yang beriman, untuk


menyampaikan segala amanat Allah atau amanat orang lain kepada yang berhak secara adil.
Jangan berlaku curang dalam menentukan suatu keputusan hukum. Ini adalah pesan
Tuhanmu, maka jagalah dengan baik, karena merupakan pesan terbaik yang diberikan-Nya
kepada kalian. Allah selalu Maha Mendengar apa yang diucapkan dan Maha Melihat apa
yang dilakukan. Dia mengetahui orang yang melaksanakan amanat dan yang tidak
melaksanakannya, dan orang yang menentukan hukum secara adil atau zalim. Masing-masing
akan mendapatkan ganjarannya.

2.3. Tafsir Surah Al – Imran : 104

7
Artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”.

Tafsir Quraish Shihab

“Jalan terbaik untuk bersatu dalam kebenaran di bawah naungan al-Qur'ân dan Rasul-
Nya, adalah dengan menjadi umat yang menyerukan segala bentuk kebaikan dunia dan
akhirat, menyerukan kewajiban mendorong manusia pada kebaikan bersama dan mencegah
kejahatan (amar makruf nahi munkar, al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar). Mereka
yang melakukan prinsip itu adalah orang-orang yang memperoleh keberuntungan yang
sempurna”.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Kebajikan (al khair) adalah segala
sesuatu yang mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kemurkaan-Nya.
Ma'ruf: segala perintah Allah atau yang dianggap baik oleh syara' dan akal, sedangkan
munkar adalah segala yang dilarang Allah atau yang dianggap buruk oleh syara' dan akal.

Ayat ini merupakan petunjuk dari Allah kepada kaum mukmin, yakni hendaknya di
antara mereka ada segolongan orang yang mau berdakwah dan mengajak manusia ke dalam
agama-Nya. Termasuk ke dalamnya adalah para ulama yang mengajarkan agama, para
penasehat yang mengajak orang-orang non muslim ke dalam Islam, orang yang mengajak
orang-orang yang menyimpang agar dapat beristiqamah, orang-orang yang berjihad fi
sabilillah, dewan hisbah (lembaga amr ma'ruf dan nahi munkar) yang ditunjuk pemerintah
untuk memperhatikan keadaan manusia dan mengajak manusia mengikuti syara' seperti
mengajak mereka mendirikan shalat lima waktu, berzakat, berpuasa, berhaji bagi yang
mampu dan mengajak kepada syari'at Islam lainnya, demikian juga memperhatikan pasar,
bagaimana timbangan dan takaran yang mereka gunakan apakah terjadi pengurangan atau
tidak, serta melarang mereka melakukan kecurangan dalam bermu'amalah. Semua ini
hukumnya fardhu kifayah.

8
Bahkan tidak hanya itu, segala sarana yang menjadikan sempurna amr ma'ruf dan nahi
munkar, sama diperintahkan, misalnya menyediakan perlengkapan jihad untuk dapat
mengalahkan musuh, mempelajari ilmu agar dapat mengajak manusia kepada kebajikan,
menuliskan buku-buku yang berisikan ajaran Islam, membangun madrasah untuk
mengajarkan agama, membantu pihak berwenang (dewan hisbah) mewujudkan syari'at, dsb.
Mereka inilah orang-orang yang beruntung, yakni memperoleh apa yang mereka inginkan
dan selamat dari hal yang mereka khawatirkan. Pada ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa
Ta'aala melarang mereka bertasyabbuh (menyerupai) Ahli Kitab yang berpecah belah dalam
beragama, terlebih perpecahan mereka terjadi setelah datang keterangan yang jelas.

2.4. Tafsir Surah Al – Hujarat : 13

Artinya :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.

Tafsir Quraish Shihab

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari
satu asal: Adam dan Hawâ'. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong. Sesungguhnya orang
yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara
kalian. Allah sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada
suatu rahasia pun tersembunyi bagi-Nya”.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan, bahwa Dia yang menciptakan Bani


Adam dari asal yang satu dan jenis yang satu. Mereka semua dari laki-laki dan perempuan
dan jika ditelusuri, maka ujungnya kembali kepada Adam dan Hawaâ. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala menyebarkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak dan memisahkan
mereka serta menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling

9
kenal-mengenal sehingga mereka bisa saling tolong-menolong, bantu-membantu dan saling
mewarisi serta memenuhi hak kerabat.

Meskipun demikian, orang yang paling mulia di antara mereka adalah orang yang
paling takwa, yakni mereka yang paling banyak ketaatannya kepada Allah dan meninggalkan
maksiat, bukan yang paling banyak kerabat dan kaumnya dan bukan yang paling mulia
nasabnya. Oleh karena itu, janganlah saling berbangga karena tingginya nasab, bahkan yang
dapat dibanggakan adalah ketakwaan.

Dia mengetahui siapa di antara mereka yang melaksanakan ketakwaan kepada Allah
baik zahir maupun batin dengan orang yang hanya di zahir (luar) saja bertakwa kepada Allah,
sehingga Dia membalas masing-masingnya dengan balasan yang pantas.

10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Demokrasi bukanlah akhir dari sebuah sistem yang dijadikan landasan


bagi sebuah negara, karena pada dasarnya demokrasi adalah suatu cara bukan
tujuan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa demokrasi merupakan satu-
satunya cara yang paling dekat dengan Islam, tentunya dengan berladasan pada prinsip-
prinsip yang ada dalam al- Qur’an. Demokrasi juga merupakan sebuah cara untuk memahami
rakyat dalam suatu Negara, yang membutuhkan pertolongan melalui ide dan gagasan untuk
menciptakan kebijaksanaan yang tepat, berbuat adil, bermusyawarah adalah bentuk
kewajiban dan anjuran yang diajarkan al – Qur’an yang mencerminkan ajaran demokrasi.
Demokrasi memiliki prinsip yang sesuai dengan al - Qur’an syura, persamaan,
kemerdekaan, persamaan HAM dan keadilan. Demokrasi ini dapat
mengejawantahkan nilai-nilai Ilahi dalam segala kehidupan, seperti halnya yang telah
diterapkan Rasulullah pada masyarakat Madinah yang tercantum dalam piagam Madinah.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-58#diskusi . 07 November 2021 (12.24)

https://tafsirq.com/49-al-hujurat/ayat-13#diskusi. 07 November 2021 (12.24)

https://tafsirq.com/4-al-imran/ayat-104#diskusi. 07 November 2021 (12.26)

https://tafsirq.com/4-asy-syura/ayat-104#diskusi. 07 November 2021 (12.26)

https://www.tokopedia.com/s/quran/asy-syura/ayat-38. 07 November 2021 (12.29)

https://media.neliti.com/media/publications/295468-the-demokrasi-dalam-al-quran-
implementas-620ebf23.pdf 07 November 2021 (12.55)

12

Anda mungkin juga menyukai