Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Tidak ada kata lain yang lebih utama untuk kami ucapkan selain puji dan syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-

Nya. Sehingga, kami mampu menyelesaikan makalah sistem politik islam. Makalah ini

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Semester 1

pada program studi Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas

Asahan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
terutama kepada Bapak Drs. Nurul Ikhsan Sitorus, S.H., M.A selaku Dosen mata
kuliah Pendidikan Agama di Universitas Asahan tepatnya di kelas Pendidikan
Matematika B. Kami berharap semoga makalah sistem politik islam ini dapat
bermanfaat bagi kami serta bagi Mahasiswa khususnya prodi Matematika di Universitas
Asahan.

Kisaran, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang........................................................................................1

1.2  Rumusan Masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Sistem Politik Islam.............................................................3

2.2  Ciri-ciri Sistem Politik Islam...................................................................3

2.3 Prinsip dari Sistem Politik Islam.............................................................7

2.4  Kebijakan Politik Luar Negeri.................................................................9

2.5  Kontribusi Umat Islam Terhadap Kehidupan Politik di Indonesia................10

BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. .    Latar Belakang

Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda.Namun, Islam memiliki

aturan politik yang bisa membuat negara itu adil. Dalam Al-Qur’an memang aturan

politik tidak disebutkan, tetapi sistem politik pada jaman Rasullullah SAW sangatlah

baik. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mendorong masyarakatnya

menjalankan syari’at Islam.

Indonesia adalah salah satu negara Islam terbesar di dunia, namun bila dikatakan

negara Islam, dalam prakteknya islam kurang di aplikasikan dalam sistem pemerintahan

baik itu politik maupun demokrasinya. Hal itu berpengaruh besar dalam berbagai aspek

kehidupan manusia di Indonesia, terutama pada sistem yang berlaku dalam

pemerintahan Indonesia. Contoh kecil adalah banyaknya pelaku korupsi yang

dikarenakan kurang transparannya pemerintahan di indonesia. Hal tersebut di atas

membuat penulis membahas tentang sistem politik dalam islam.


Menurut Abdul Halim Mahmud (1998) bahwa islam juga memiliki politik luar negeri.

Tujuan dari politik luar negeri tersebut adalah penyebaran dakwah kepada manusia di

penjuru dunia, mengamankan batas territorial umat islam dari fitnah agama, dan

system jihad fisabilillah untuk menegakkan kalimat Allah SWT. Jadi politik bermakna

instansi dari negara untuk keamanan kedaulatan negara dan ekonomi. Disini kita akan

membahas tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di dunia saat ini,

dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-Qur’an, Al Hadits dan sejarah

sistem politik di masa Rasulullah SAW.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem politik islam?

2. Bagaimana ciri-ciri dari sistem politik islam?

3. Bagaimana prinsip dari sistem politik islam?

4. Bagaimana kebijakan politik luar negeri?


5. Bagaimana kontribusi umat islam terhadap kehidupan politik di Indonesia?

1.3. Tujuan Masalah

1. Mengetahui makna sistem politik islam


2. Mengetahui ciri-ciri sistem politik islam
3. Mengetahui prinsip dari sistem politik islam
4. Mengetahui kebijakan dari sisitem politik islam
5. Mengetahui kontribusi umat islam terhadap politik Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Sistem Politik Islam

Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya perangkat
unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau
susunan yang teratur dengan pandangan, teori, dan asas. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata politik diartikan sebagai “segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat
dan sebagainya) mengenai pemerintahan”. Kata Islam, adalah agama yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang diturunkan ke
dunia melalui wahyu Allah SWT. Sedangkan secara harfiyah, Politik Islam disebut
juga Fiqh Siyasah yang dapat diartikan sebgai mengurus, mengendali atau memimpin
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya
oleh para nabi (tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain
datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para
khalifah” (HR. Bukhari dan Muslim). Teranglah bahwa politik atau siyasah itu
makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat. Fiqh siyasah dalam konteks
terjemahan diartikan sebagai materi yang membahas mengenai ketatanegaraan islam
(politik islam). Secara bahasa, fiqh mengetahui hukum-hukum islam yang bersifat amali
melalui dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan siyasah adalah pemerintahan,
pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, pengurus, dan pengawasan.

2.2     Ciri-ciri Sitem Politik Islam

Mengenai ciri-ciri sistem politik Islam dapat dibatasi oleh tujuh ciri sebagai berikut:

1.Kekuasaan dipegang penuh oleh umat

Umat (rakyat) yang menentukan piilihan terhadap jalannya kekuasaan, dan


persetujuannya merupakan syarat bagi kelangsungan orang – orang yang menjadi
pilihannya . Mayoritais Ahlu – Sunnah, Mu’taszilah, Khowarij, dan Najariyah
mengatakan :

3
”Sesungguhnya cara penetapan Imamah atau kepemimpinan adalah melalui
pemilihan dari umat“.

Dengan demikian, umat merupakan pemilik kepemimpinan secara umum, dia berhak
memilih dab menncabut jabatan Imam (pemimpin). Dengan kata lain, umat adalah
pemilik utama kekuasaan tersebut.

2.Masyarakat ikut berperan dan bertanggung jawab

Penegkan agama, pemakmuran dunia, serta pemaliharaan atas semua kemaslahatan


umum merupakan tanggung jawab umat dan bukan hanya tanggung jawab penguasa
saja. Dalil yang memperkuat hal itu adalah bahwa Al-Qur’an telah berbicira tentang
peran atau (tugas) tersebut kepada umat manusia dalam beberapa ayat, diantaranya.

“Hai orang – orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang – orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan dalil (Qs. Al – Maidah :
8).Ayat Qur’an diatas memerintahkan pembentukan masyarakat yang anggotanya
saling memenuhi kepentingan antara yang satu dengan yang lainnya serta
mengerahkan semua kekuatannya untuk melakukan perbaikan dan reformasi, yaitu
melalui pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar. Pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar
merupakan sesuatu yang dapat membendung semua aktifitas dan gerak masyarakat
dari kemungkaran – kemungakaran yang terjadi di jalan-jalan, di pasar-pasar , sampai
kemungkaran yang dilakukan oleh penguasa dan bawahannya. Sampai-sampai Imam
Ghazali menganggapnya (amar ma’ruf nahi munkar) sebagai kutub agama yang
terbesar dalam agama.

3.Kebebasan adalah hak bagi semua orang

Diantara pengekspresian kebebasan yang terpenting adalah kebebasan memilih dan


berpendapat . Jadi, menurut Al-Qur’an tidak ada paksaan, sebagaimana tertuang
dalam beberapa ayat yang berbunyi :

“ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat.“ (Qs. Al-Baqarah : 256).

4
Dengan demikian, ketentuan islam tentang kebebasan berkeyakinan adalah larangan
bagi manusia untuk mempersempit seseorang hanya karena ia berakidah lain dan
berusaha untuk melaksanakan akidahnya kepada orang tersebut . Pemakasaan suatu
akidah merupakan suatu hal yang mustahil dan penghinaan tehadap orang lain karena
akidahnya merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima sama sekali.

Dengan demikian, kebebasan politik merupakan istilah modern , tidak lain kecuali
hanya cabang dari pokok kebebasan universal yang diberikan islam, yaitu kebebasan
manusia dalam kedudukannya sebagai manusia, yang telah ditetapkan dengan nash –
nash baik dalam Al-Qur’an maupun dalam Hadist. Sebagai dalil yang memperkuat hal
tersebut, kita dapat sebutkan sebuah Hadist Rasulullah SAW yang disampaikan kepada
para sahabatnya:

“Janganlah sekali-kali salah seorang diantara kalian tidak berpendirian, ia mengatakan


aku bersama-sama dengan banyak orang, apabila mereka baik , maka aku baik Dan
apabila mereka jelek, maka akupun jelek.“

4. Persamaan diantara semua manusia

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang kaki- laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku – suku
supaya kamu saling mengenal . Ssesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha mengenal (Qs. Al-Hujurat : 13) . Secara lahiriyah, ayat
tersebut ditujukan kepada seluruh umat manusia. Ayat tersebut diberikan komentar
oleh Ustadz Muhammad Izzah dalam bukunya Al-Dustur Al-Qur’ni. Dia mengatakan,
Ayat tersebut dimaksudkan sebagai ketetapan tidak adanya perbedaan diantara sekaian
manusia, dengan sebab apapun.

5. Kelompok yang berbeda juga memiliki legalitas

Sejak diputuskannya kesatuan dasar kemanusiaan dan ditetapkannya kehormatan bagi


setiap orang didalm Al-Qur’an, setiap orang lain (yang berbeda paham) berhak
mendapatkan perlindungan dan legalitas sebagai manusia, ketika Nabi Muhammad Saw
berdiri sebagai penghoormatan atas seorang mayat yang diusung dihadapan beliau,

5
dikatakan kepada beliau bahwa mayat yang diusun dihadapan beliau adalh orang
Yahudi, maka beliau menjawab, “ Bukankah ia manusia?” Demikian halnya ketika Ali bin
Abi Thalib r.a mengirim surat kepada gubernurnya di Mesir, Malik Al Asytar, beliau
menulis dalam surattersebut :” Tanamkanlah dalam hatimu kasih sayang, cinta, dan
kelembutan kepada rakyatmu. Sesungguhnya mereka ada dua golongan, baik meeka
sebagai saudara dalam agama, atau mitramu sesama makhluk.

6. Kezaliman mutlak tidak diperbolehkan dan usaha meluruskannya adalah wajib

Dalam islam, kezaliman tidak hanya termasuk dalam kemungkaran dan dosa terbesar
saja, juga tidak hanya merusak kemakmuran, sebagaimana yang dikatakan Ibnu
Khaldun. Tetapi lebih dari itu, kezaliman merupakan tindakan yang memperkosa hak
Allah SWT dan menghancurkan nilai-nilai keadilan yang merupakan tujuan dari
diutusnya Rasul dan Nabi. Allah SWT berfirman :” Agar memberi peringatan orang-
orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.
(Qs. Al-Ahqaf : 12). Nabi Muhammad SAW bersabda :” Seutama-utama jihad adalah
mengatakan yang hak kepada penguasa zalim”.

7. Undang-undang di atas segalanya

Legalitas kekuasaan dinegara islam tegak dan berlangsung dengan usaha


mengimplementasikan sistem undang-undang Islam secara keseluruhan, tanpa
membedakan antara hokum-hukumnya yang mengatur tingkah laku seorang muslim
dalam kedudukannya sebagai anak bangsa dan hakim dengan nilai-nilai pokok dan
tujuan -tujuannya yang mulia, yang telah disebutkan didalam Al-Qur’an dan Hadist.
Pada tingkat yang lebih tinggi, norma-norma syariat dan ketundukan semua orang
terhadapnya, baik dari pihak penegak maupun pelaku hukum itu sendiri harus
mendapatkan tempat yang lebih tinggi dari undang-undang, kemandirian referensi
syariat pada kekuasaan negara dan penegak hukum memerikan jaminan penting dalam
melawan kesewenang -wenangan kekuasaan eksekutif, khususnya di negara-negara
berkembang, dimana kekuasaan tersebut adalah pengambil keputusan parlemen serta
menjalankannya demi tercapainya keinginan – keinginan mereka sendiri .

6
2.3   Prinsip-prinsip Dasar Politik (Siyasah) Islam

Prinsip-prinsip dasar siasah dalam islam meliputi ;

1. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan
Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. (QS.Al-Mu’minun;52).

2. Keharusan musyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyah

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembutterhadap mereka.


Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itumaafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudianapabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepadaAllah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakalkepada-Nya” (QS Ali Imran : 159).

3. Selalu amanah dan menetapkan hukum secara adil

” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanatkepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabilamenetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkandengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik- baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”(QS An Nisa’:58).

4. Mentaati Allah SWT, Rasul SAW dan ulil amri (pemeggang kekuasaan)

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar berimankepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (QS.An Nisa’:59).

5.Mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat islam

7
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperangmaka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari keduagolongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itukembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali(kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya denganadil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(QS Al Hujurat:9)

6. Mempertahankan kedaulatan Negara dan larangan melakukan agresidan invasi

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,(tetapi) janganlah


kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.”(QS Al-Baqoroh :190)

7. Mementingkan perdamaian dari pada permusuhan

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglahkepadanya dan


bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya DialahYang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS Al-Anfal:61)

8. Meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yangkamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang(yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah,musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamunafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukupkepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).” (QS Al-Anfal :60)

9. Menepati janji

”Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudahmeneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagaisaksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.”(QS An-Nahl:91)

8
10. Beredarnya harta pada seluruh lapisan masyarakat

” Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul- Nya yang berasal
dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,Rasul, kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin danorang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yangdiberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yangdilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepadaAllah. Sesungguhnya Allah sangat keras
hukuman-Nya.”(QS Al-Hasyr:7)

11.Mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum, yaitu menyedikitkan beban (taqlil al


takalif), berangsur-angsur (al-tadarruj), dan tidak menyulitkan (’adam al harajangat
keras hukuman-Nya.”(QS Al-Hasyr:7)

2.4 Kebijakan Politik Luar Negeri

Beberapa kebijakan politik luar negeri dalam Islam menurut Ali Anwar dalam
(Tim Dosen PAI UGM, 2005 : 172) antara lain adalah :

a. Saling menghormati fakta-fakta dan perjanjian, sebagaimana terdapat dalam al-


Qur’an “jika kamu khawatir suatu kelompok akan mengkhiantai, batalkanlah
perjanjian itu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat
(Q.S at-Taubah : 47, An-Nahl : 91)
b. Kehormatan dan integrasi Nasional, sebagaimana firman Allah “janganlah kamu
seperti perempuan yang mengurai-urai tenunan, dengan membuat sumpahmu
sebagai tipu muslihat, agar kamu dapat menjadi lebih kuat dari pda yang lain.
Sungguh Allah mengujimu dengan sumpahmu. Pada hari qiamat akan kami
jelaskan kepadamu segala yang kamu perselisihkan (Q.S An-Nahl : 92).
c. Menjaga perdamaian abadi.
d. Menjaga ketentraman negra-negara lain, sebagiamana firman Allah Q.S An-Nisa” :
89-90).
e. Kehormatan dalam hubungan internasioanal “perbuatan yang baik dibalas dengan
baik (Q.S Ar-Rahman : 60).

9
f. Persamaan keadilan untuk para penyerang, sebagaimana termuat dalam firman
Allah “jika kamu membalas, lakukanlah dengan balasan setimpal, jika kamu sabar,
tindakan itu lebih baik (Q.S An-Najl : 126).

2.5 Kontribusi Umat Islam Terhadap Kehidupan Politik Di Indonesia

Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah

memberikan konstribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia.

Pertama ditandai dengan munculnya partai-partai berasaskan Islam serta partai

nasionalis berbasis umat islam dan kedua dengan ditandai sikap proaktifnya tokoh-

tokoh politik islam dan umat islam terhadap keutuhan negara kesatuan republik

Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan, hingga sekarang jaman reformasi. Berkaitan

dengan keutuhan negara, misalnya Muhammad Natsir pernah menyerukan umat islam

agar tidak mempertentangkan pancasila dengan islam.

Dalam pandangan islam, perumusan pancasila bukan merupakan sesuatu

yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran karena nilai-nilai yang terdapat

dalam pancasila juga merupakan bagian dari nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran.

Demi keutuhan dan persatuan kesatuan bangsa, umat Islam rela menghilangkan tujuh

kata dari sila kesatu dari pancasila yaitu kata-kata “kewajiban melaksanakan syariat

Islam bagi para pemeluknya”. Umat islam Indonesia dapat menyetujui kesepakatan

pancasila dan UUD 1945 setidak-tidaknya atas 2 pertimbangan. Pertama, nilai-nilainya

dibenarkan oleh ajaran Islam. Kedua, fungsinya sebagai noktah-noktah kesepakatan

antar berbagai golongan untuk mewujudkan kesatun politik bersamIslam merupakan

agama yang serba lengkap,

10
Selain mencakup persoalan spiritual juga politik. Oleh karena itu, umat Islam

melalui ajarannya telah memberikan konstribusi yang dapat dikatakan cukup signifikan

terhadap kehidupan politik dunia internasional maupun nasional. Islam telah

membentuk Civic Culture, yaitu budaya bernegara yang meliputi solidaritas nasional,

ideologi jihad dan kontrol sosial. Sambungan tersebut berujung pada keutuhan negara

serta terwujudnya persatuan dan kesatuan. Hal ini menghasilkan banyaknya partai

politik yang berbasis idiologi Islam yang baik langsung maupun tak langsung dan

terpengaruhinya sistem politik pemerintahan Indonesia yang dilandasi nilai nilai

keislaman.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

politik merupakan pemeliharaan (ri’ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan


(taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya :
“Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi (tasusuhumul
anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak
ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah” (HR. Bukhari dan
Muslim). Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah
mengurusi urusan masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti
memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara menghilangkan kezhaliman
penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan kejahatan musuh kafir dari
mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka
mengurusi urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasihati
pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi
kekufuran yang nyata (kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits
terkenal. Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan
persoalan ini Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa saja yang bangun pagi
dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja
yang bangun pagi namum tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia
bukan dari golongan mereka.” (HR. Al Hakim)
Rasulullah ditanya oleh sahabat tentang jihad apa yang paling utama. Ia
menjawab : “Kalimat haq yang disampaikan pada penguasa” (HR. Ahmad).
Berarti secara ringkas Politik Islam memberikan pengurusan atas urusan seluruh
uma Muslim.

Namun, realitas politik demikian menjadi pudar saat terjadi kebiasaan


umum masyarakat dewasa ini baik perkataan maupun perbuatannya

12
menyimpang dari kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang
beraqidahkan sekularisme, baik dari kalangan non muslim atau dari kalangan
umat Islam. Jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipu daya, dan penyesatan
yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa. Penyelewengan para politisi
dari kebenaran Islam, kezhaliman mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan
sembrono mereka dalam mengurusi masyarakat memalingkan makna lurus
politik tadi. Bahkan, dengan pandangan seperti itu jadilah penguasa memusuhi
rakyatnya bukan sebagai pemerintahan yang shalih dan berbuat baik. Hal ini
memicu propaganda kaum sekularis bahwa politik itu harus dijauhkan dari agama
(Islam). Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada Allah SWT
sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan dusta,
kezhaliman, pengkhianatan, dan tipu daya. Cara pandang demikian, sayangnya,
sadar atau tidak memengaruhi sebagian kaum muslimin yang juga sebenarnya
ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Padahal propaganda tadi merupakan
kebenaran yang digunakan untuk kebathilan (Samih ‘Athief Az Zain, As Siyasah wa
As Siyasah Ad Dauliyyah, hal. 31-33). Jadi secara ringkas Islam tidak bisa
dipisahkan dari politik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Woedy, jatisari. 2011. http://jatisarwoedy.blogspot.com/2011/11/nilai-nilai-dasar-


sistem-politik-dalam-Al-Qur’an.html. 15 Januari 2020. (20.49)

http://kreatif123.blogspot.com/2013/06/ruang-lingkup-fiqh-siyasah.html .
15 Januari 2020. (21.21)

Dwi, Cahyo.2011.http://cahyodwi-dc.blogspot.com/2011/03/kontribusi-umat-islam-
dalam.html. 15 Januari 2020. (21.28)

setyawati, R. 2012. Sistem Politik Islam.


http://rinnaneezt.blogspot.com/2012/05/sistem-politik-islam_09.html>
15 Januari 2020. (21.30)

Wijaya, R. 2012. Makalah Sistem Politik Islam.


http://www.scribd.com/doc/89805236/Makalah-Sistem-Politik-Islam. 15 Januari 2020.
(21. 35)

14
SISTEM POLITIK ISLAM

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Oleh :

KELOMPOK V

HELMALIA PUTRI (19051021)

KUSRIYANTO (19051028)

SEKAR NAWANG SARI (19051034)

Dosen Pengampuh :

Drs. Nurul Ikhsan Sitorus, S.H., M.A

FAKULTAS KEGURUAN DAN


ILMU PENDIDIKAN KELAS B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ASAHAN
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai