Anda di halaman 1dari 6

RESUME PANCASILA

A. PENDAHULUAN
Pancasila merupakan pedoman atau ideologi bagi bangsa Indonesia. Secara umum
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang “panca” yag berarti 5 dan “sila” yang berarti
prinsip atau asas, yang artinya Pancasila adalah 5 asas dasar atau pegangan bagi bangsa
Indonesia untuk hidup dalam kehidupan bernegara.
Pancasila secara sah telah menjadi pedoman pemerintahan di Indonesia dalam
melaksanakan pemerintahannya. Dengan menerapkan Pancasila diharapkan bukan hanya
dalah aspek pemerintahan namun juga untuk aspek yang menyeluruh seperti penanaman
nilai pancasila sejak dini sampai penerapan pancasila pada bidang-bidang tertentu, yang
diharapkan sebagai titik balik persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam menghadapi
berbagai macam halangan dan tuntutan zaman.

B. SEJARAH PANCASILA

Pancasila Era Pra Kemerdekaan

Pancasila di masa Pra Kemerdekaan merupakan masa yang cukup berat dalam
perjuangan untuk mecapai suatu dasar negara. Dasar negara sangat penting karena
merupakan suatu hal yang menentukan terbentuknya Negara Indonesia sampai saat ini,
perjuangan dan pengorbanan pada saat itu telah sampai pada suatu momentum untuk
terapainya cita-cita bangsa kita sebagai bangsa yang merdeka. BPUKI merupakan badan
yang diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat meminta kepada sidang untuk
mengusulkan dasar negara Bangsa Indonesia, kemudian figur-figur negarawan ikut serta
dalam penyusunan jati diri negaranya. Terdapat beberapa tokoh beserta usulannya dalam
pembentukan dasar negara bangsa Indonesia. Pada sidang pertama BPUPKI yang
dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945.

Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengusulkan calon rumusan dasar
negara Indonesia sebagai berikut:

1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
Prof. Dr. Soepomo pada 3 tanggal 30 Mei 1945 mengemukakan teori-teori Negara, yaitu:

1) Teori negara perseorangan (individualis)


2) Paham negara kelas
3) Paham negara integralistik.
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima dasar negara yang terdiri
dari:

1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)


2) Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3) Mufakat (demokrasi)
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan)
Dalam pidatonya sukarno secara tegas mencapaikan secara tegas filsafat dan dan
dasar negara yang Ia sampaikan bawasannya seluruh dasar yang disampaikan olehnya
merupakan dasar yang diambil dari sejarah bangsa Indonesia sendiri dari warisan dan
budaya nenek moyang bangsa ini. Pancasila merupakan dasar yang hidup dalam sejarah
bangsa Indonesia hal ini didasarkan pada sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah hidup di
Indonesia, beberapa kerajaan memiliki landasan yang hidup diantaranya kerajaan Kutai
yang merupakan pembuka bagi bangsa Indonesia. Didalam kehidupan kerajaan kutai
teradapat kebudayaan yang menampilkan nilai sosial politik, dan Ketuhanan dalam bentuk
kerajaan, kenduri dan sedekah kepada para Brahmana. Kemudian terdapat kerajaan
Sriwijaya yang menampilkan dasar kedatuan pada raja dengan menerapkan kekuatan
religus yang secara jelas menampilkan nilai ke-Tuhanan serta nilai kemasyarakatan dan
ekonomi yang berhubungan dengan nilai Internasionalisme. Pada masa kerajaan Mjapahit
yang menekankan pada persatuan nusantara dengan menciptakan wawasan kebangsaan
untuk menjalin persatuan dan kesatuan dengan dikenalinya istilah Pancasila pada zaman ini
dalam buku Negarakertagama mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dalam bahasa
Sansekerta), juga mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama),
yaitu:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras
Sebagai wujud pemersatuan dan tonggak bangsa Indonesi maka nilai-nilai Pancasila
adalah termanifestasi dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi,
“Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia;
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
Kembali dalam sidang BPUPKI 29 Mei-1 Juni 1945 Ir. Sukarno menegaskan kembali nilai-
nilai tersebut dalam 5 dasar akan tetapi beliau juga memberikan pilihan lain dikarenakan
kesadarannya akan bangsa Indonesia yang beragam sehingga memungkinkan perbedaan
pendapat dengan mengajukan alternatifnya bisa diperas menjadi Tri Sila bahkan dapat
dikerucutkan lagi menjadi Eka Sila. Tri Sila meliputi: socio-nationalisme, socio democratie
dan ke-Tuhanan. Sedangkan Eka Sila yang dijelaskan oleh Ir. Soekarno yaitu “Gotong
Royong” karena menurut Ir. Soekarno negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara
gotong royong setelah sidang pertama BPUPKI terdapat pedebatan yang Perdebatan sangat
sengit antara elit Nasionalis netral agama, elit Nasionalis Muslim dan elit Nasionalis
Kristen. Elit Nasionalis Muslim di BPUPKI mengusulkan Islam sebagai dasar Negara,
namun dengan kesadaran yang dalam akhirnya terjadi kompromi politik antara Nasionalis
netral agama dengan Nasionalis Muslim untuk menyepakati Piagam Jakarta (22 Juni 1945).
Hal ini dilakukan untuk menyatukan segala perbedaan yang ada di Indonesia sehingga
semua orang dapat hidup sejalan dengan landasan yang sama yaitu Pancasila.

Pancasila Era Pasca Kemerdekaan


Setelah dijatuhkannya bom atom di Herosima dan Nagasaki yang membuat Jepang
menyerah pada Amerika akhirnya Indonesia mempunyai kesempatan sebagai titik balik
perjuangan dalam mencapai kemerdekaan yang seutuhnya atas perjuangan bangsa
Indonesia sendiri. Golongan muda melakukan tindakan dengan menculik sukarno dan hatta
ke rengasdengklok hingga membuat teks proklamasi dirumah laksamana Tadashi Maeda.
Isi Proklamasi dibuat secara singkat namun didasari oleh Piagam Jakarta tangga 22 Juni
1945 yang berisikan garis- garis pemberontakan untuk melawan imperialisme-kapitalisme
dan fasisme serta berisikan dasar pembentukan Negara Republik Indonesia.berhubungan
dengan Pncasila, Pigam Jakarta yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi
pembentuk UUD1945, setelah dilakukan penghilangan 7 kata dari kalimat “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.” Yang diubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Terdapat 2 kubu yang memiliki prepektif yang berbeda, ada
yang menempatkan Pancasila lebih dari sekedar kompromi politik atau kontrak sosial dan
kelompok kedua yang berpandangan sebaliknya. Menjadi jelas pada zaman itu Pancasila
hanya menjadi bahan kompromi politik antar golongan yang berkepentingan.
Pancasila Era Orde Lama
Pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah dikeramatkan,
pudar untuk pertama kalinya pada akhir dua dasa warsa setelah proklamasi
kemerdekaan.Meredupnya sinar api pancasila sebagai tuntunan hidup berbangsa dan
bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak seorang kepala pemerintahan yang
terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam
bentuk membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang
dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah (nekolim,
neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa atas bangsa
dan penghisapan manusia dengan manusia
Periode 1959-1966 diwarnai dengan sistem Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa
Demokrasi Terpimpin juga menjadi akhir Orde Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30
September (G30S) 1965. Soekarno mengubah sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi
Terpimpin melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Akibatnya, sistem perpolitikan dan
pemerintahan negara bertumpu kepada Soekarno selaku presiden. Lewat Dekrit Presiden
1959 pula, Soekarno membubarkan Konstituante. Konstituante adalah dewan perwakilan
yang bertugas untuk membentuk konstitusi baru negara yakni UUD 1945 yang sebagian
masih mengadopsi undang-undang kolonial. Dekrit Presiden 1958 mengembalikan
konstitusi ke UUD 1945 dan membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) serta Dewan Pertimbangan Agung (DPAS). Demokrasi Terpimpin sejatinya
merupakan konsep untuk membentuk ulang sistem pemerintahan yang kacau. Dengan
menjadikan presiden sebagai titik sentral pemerintahan, Soekarno berharap dapat mencipta
ulang stabilitas politik Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Pada
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD 1945 dan
pemerintah cenderung menjadi sentralistik. Hal ini dikarenakan terpusat hanya kepada
presiden yang membuat kedudukan presiden sangat kuat dan berkuasa, terlebih setelah
mundurnya Hatta dari posisi wakil presiden sejak 1956. Kedudukan Pancasila pada masa
Orde Lama kembali terancam dengan terjadinya peristiwa G30S 1965 yang melibatkan
orang-orang PKI dan sebagian militer sebagai pelakunya. Tragedi G30S 1965 sekaligus
menjadi awal dari akhir rezim Orde Lama pimpinan Soekarno yang kemudian digantikan
era Orde Baru sejak 1966. Namun demikian, penerapan Pancasila semasa rezim Orde Baru
di bawah komando Soeharto sebagai Presiden RI pun tidak berjalan baik-baik saja. Kerap
terjadi penyalahgunaan yang dilakukan penguasa demi kepentingan-kepentingan politik.
Pancasila Era Orde Baru
Pemerintahan orde baru merupakan pemerintahan yang sangat memberi perubahan
secara besar-besaran terhadap Indonesia. Pmerintahan ini berlangsung dalam jangka waktu
yang paling lama dan berlangsung stabil. Periode pemerintahan berlangsung dalam kurun
waktu 30 tahun berlangsung dari tahun 1966 sampai 1998. Peran Pancasila di era ini
sungguh terasa dalam segi kehidupan masyarakat dan bernegara akan tetapi keterlenaan
masyarakat akan kenyamanan di periode ini membuat nilai- nilai dasar yang terkandung
didalam Pancasila disalahgunakan untuk kekuasaan.
Pemerintahan Orde baru melakukan program pembangunan nasional yang
dilakukan melalui tahap-tahap yang diimplementasikan melalui Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita) dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pada pemerintahan
ini kebebasan berpolitik dan pers benar-benar dibatasi dengan jumlah partai politik yang
terbatas pada tiga partai saja, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya
(Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Serta dibrendelnya media surat kabar
yang surat izinnya dicabut dan hilangnya aktivis-aktivis poltik setelah menyampaikan
pendapat dan suaranya akibat dari penentangan terhadap kekuatan pemerintah yang dirasa
melakukan praktek KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Dalam periode ini menandai
penyimpangan nilai Pancasila dan runtuhnya sistem demokrasi akibat pengaruh besar
kekuasaan.
Pancasila Era Reformasi
Panacasila di era sekarang ditandai dengan kebebasan bependapat, berorganisasi,
bebicara dalam kehidupan bermasyarakat dinegara ini. Terlepas dari segala kebebasan dan
perubahan yang menuju ke yang lebih baik ternyata masi terdapat anaman yang mengintai
bangsa Indonesia yaitu lunturnya rasa persatuan dan kesatuan.
Dalam menyikapi hal tersebut Pancasila tentu saja merupakan dasar yang di bentuk
oleh pendahulu sebagai dasar pegangan yang hakiki serta akan penerapannya akan
mengikuti perubahan zaman. Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya
dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar
setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki
persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu hukum dan kebijakan
yang semakin beragam siring dengan banyaknya masalah kompleks di era ini harus tetap
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila agar tidak menimbulkan kesalah pahaman yang
mengancam persatuan dan kesatuan. Era revormasi merupakan cerminan bagaimana
Pancasila berproses dan menjiwai kehidupan bangsa Indonesia.
C. PENUTUP
Panasila merupakan pegangan bangsa Indonesia yang akan selalu bersama melewati
berbagai masa dan tuntutan zaman. Perubahan zaman merupakan suatu hal yang tidak dapat
dihindari begitupun dengan masalahnya, oleh karena itu peran penting sebagai tonggak
dasar tercermin dalam Pancasila. Pembentukan pancasila sedari awal memang menekankan
pada beragam perbedaan yang seolah-olah sudah terlihat oleh para pendiri bangsa
bawasannya kedepan tantangan akan semakin beragam dan komlpleks sehingga diperlukan
suatu dasar yang mengayomi bangsa Indonesia untuk mengatasi segala tantangan tersebut.
Adanya sumber historis pancasila ini kita dapat mengetahui bagaimana asal muasal
pancasila dari zaman ke zaman.Sehingga dapat memperkokoh rasa kebangsaan, menjadi
dorongan pokok dan penunjuk jalan bagi calon pemegang estafet kepemimpinan bangsa di
berbagai bidang dan tingkatan.

Anda mungkin juga menyukai