PANCASILA
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan negara ingin berdiri kokoh, tidak mudah terombang-ambing oleh
kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara. Tidak terkecuali negara Indonesia.
Negara yang ingin berdiri kokoh dan kuat, perlu memiliki ideologi negara yang kokoh dan
kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh. Dan Indonesia memiliki Pancasila
sebagai fondasi atas berdirinya Negara Indonesia ini.
Pancasila adalah bangsa Indonesia itu sendiri, dengan karakter bangsa yang terkandung
didalamnya. Pancasila merupakan pilar Ideologis Negara Indonesia, dan pancasila adalah
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Pancasila sangat berperan penting dalam
membangun jiwa nasionalis dan bermoral, karena tiap butir-butir pancasila mengandung
makna mendalam dan menjadi pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan pancasila yang kita kenal sekarang ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba apalagi
kebetulan, akan tetapi pancasila merupakan hasil dari berbagai pemikiran yang mendalam,
dan tidak terlepas dari persiapan kemerdekaan yang dilakukan oleh BPUPKI, dalam sidang
pertamanya pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 yang membahas rumusan dasar
Negara.
Pancasila merupakan consensus politik yang sangat menakjubkan, para pendiri negara
mampu mendukung menampung semua kepentingan yang ada kedalam ideologi pancasila,
dan yang paling luar biasa adalah pancasila mampu mengambil jalan tengah antara dua
pilihan ekstrim, yakni bukan paham komunisme dan bukan kepahaman kapitalisme,
pancasila tidak berpaham individualisme tidak berpaham kolektivisme, bukan berpaham
teokrasi dan bukan berpaham sekuler.
Betapa hebatnya para pendiri republik ini, mereka telah memberi landasan yang kokoh
bagi suatu bangsa yang multiethnic, multi agama, ribuan pulau, dan kaya akan sumberdaya
alam (yang menjadi daya tarik bangsa asing).
Maka dari itu, kita sebagai inti dan aspek dari Negara Indonesia setidaknya harus
mengerti bagaimana perjuangan pancasila dalam mempersatukan bangsa Indonesia. Mulai
dari sejarah pancasila, perumusan, pengesahan, hingga dinamika yang dilalui oleh pancasila.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
•Zaman Kolonial
Masuknya Belanda (VOC) pada tahun 1602, saat itu perlawanan rakyat masih
bersifat kedaerahan, sehingga masyarakat lebih mudah dipatahkan oleh Belanda. Lalu pada
abad ke 20, perlawan rakyat yang semula masih bersifat kedaerahan kini mulai muncul
perubahan, yaitu ditandai dengan:
1. Munculnya paham nasionalisme, liberalism, dan demokrasi
2. Pengaruh kemenangan Bangsa Asia terhadap Eropa
3. Munculnya Pergerakan Nasional Indonesia
4. Tumbuhnya organisasi modern
5. Sumpah pemuda
6. Penjajahan Jepang, yang didalamnya muncul berbagai sidang diantaranya sidang
BPUPKI 1 dan 2 serta Pembentukan PPKI.
2. Perumusan Pancasila
Pancasila dalam sejarah, dirumuskan oleh tiga tokoh nasional Indonesia saat sidang
BPUPKI berlangsung. Ketiga tokoh tersebut berperan penting dalam perumusan Pancasila
yang hingga saat ini masih menjadi dasar negara kita. Ketiga tokoh tersebut adalah
Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.Seperti yang kita ketahui Soekarno merupakan
tokoh penting Indonesia,
Soekarno merupakan presiden pertama di Indonesia.
Sedangkan Mohammad Yamin dikenal sebagai seorang sastrawan, sejarawan,
budayawan, politikus, dan ahli hukum.
Dan yang terakhir Soepomo, ia dikenal sebagai tokoh ahli hukum dan pahlawan nasional
Indonesia.
Dan sebelum menjadi lima butir sila yang sah, dahulu ada beberapa rancangan
rumusan Pancasila, berikut rumusan Pancasila dari tiga tokoh besar Indonesia, sebagai
berikut:
Komposisi keanggotaan PPKI berbeda dari BPUPKI. Beberapa orang yang menjadi
anggota kunci BPUPKI tidak terpilih kembali menjadi anggota PPKI.. Karenanya, orang-
orang seperti Agus Salim, Abdul Kahar Muzakir, Abikusno Tjokrosujoso, A.A. Maramis
dan Muhammad Yamin tidak menjadi anggota PPKI. Dalam hal ini, anggota PPKI itu
adalah 13 orang wakil Jawa-Madura (termasuk 1 Tionghoa), 3 orang wakil dari Sumatera
dan 5 orang wakil dari Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Jumlah keseluruhannya 21 orang.
Meski resmi berdiri pada 12 Agustus 1945, sidang PPKI baru digelar pada 18
Agustus 1945, sehari setelah Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Dalam semangat kemerdekaan, atas saran Sukarno, anggota PPKI yang semula terdiri dari
21 orang bertambah menjadi 27 orang. Nama-nama lain yang diusulkan Sukarno menjadi
anggota PPKI adalah Sajoeti Malik, Ki Hadjar Dewantara, R.A.A. Wiranatakoeseoema,
Kasman Singodimedjo dan Iwa Koesoemaseomantri.
Pada 18 Agustus 1945 tersebut, PPKI menyepakati Sukarno sebagai Presiden RI dan
Mohammad Hatta sebagai wakilnya. PPKI juga mengesahkan Naskah Piagam Jakarta tanpa
“7 kata” pada sila pertama. Kemudian, Sila Pertama menjadi berbunyi: “Ketuhanan Yang
Maha Esa.” Pencoretan “7 kata” itu diikuti oleh penghapusan pasal 6ayat 1 UUD 1945:
“Presiden ialah orang Indonesia asli” (tidak ada lagi kata-kata “yang beragama Islam”).
Demikian juga dengan pasal 29 ayat 1 menjadi berbunyi: “Nergara berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa” (tanpa 7 kata sebelumnya).
Selain itu, atas usulan I Goesti Ketut Peodja dari Bali, PPKI mengubah frasa “Atas
berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa” pada alinea ketiga pembukaan UUD 1945 diubah
menjadi “Atas Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”. Namun demikian, karena kesalahan
teknis, perubahan kata “Allah” menjadi “Tuhan” ini tidak muncul dalam Berita Republik
Indonesia Tahun II no.7, yang diterbitkan pada 15 Februari 1946. Kesalahan-kesalahan
teknis seperti ini memang patut disayangkan sampai bisa terjadi pada dokumen resmi
kenegaraan. Namun, situasi zaman yang sedang berubah dengan cepat tampaknya membuat
kesalahan seperti itu bisa terjadi.
Menurut Mohamed Hatta, diperlukan dialog yang terbuka dan mendalam dengan
anggota PPKI untuk mencapai kesepakatan. Bahkan, dialog juga dilakukan di luar waktu
resmi rapat PPKI. Khususnya dalam penghapusan tujuh karakter pada amanat pertama
Pancasila, Hatta sengaja mendekati tokoh-tokoh gerakan Islam. Hada menjelaskan jika "7
kata" itu tidak dihapus, umat Katolik dan Kristen di Indonesia akan menentangnya, yang
dapat memecah persatuan negara. Hatta bersama Teku Hassan dan Kasman akhirnya
membujuk Ki bagus untuk menerima penghapusan "7 kata".
Sebagai penutup, kita bisa membuat kesimpulan dari ulasan-ulasan di atas sebagai
berikut. Sukarno memiliki peranan penting dalam perumusan Pancasila, baik pada Pidato 1
Juni 1945, sebagai Ketua Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta, maupun
sebagai Ketua PPKI yang menjadikan lima poin Pancasila termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945. Sukarno bersama para pemikir dan pemimpin bangsa saat itu telah secara
kolektif melahirkan Pancasila sebagai dasar negara melalui proses dialog, debat dan
musyawarah.
Kemudian lahirlah orde baru, namun orde baru pun juga dianggap menyimpang dari
garis politik pancasila dan UUD 1945.Ia dianggap condong ke praktik liberalisme dan
kapitalistik. Tahun 1998 munculah gerakan reformasi yang berhasil mengakhiri 32 tahun
orde baru. Setelah itu muncul empat rezim reformasi, hingga saat ini.
Tentu dengan adanya dinamika tersebut, pasti ada tantangan tersendiri bagi pancasila
yang pada hakikatnya merupakan sebuah landasan, fondasi, dan acuan hidup bangsa
Indonesia. Tantangan tersebut meliputi beberapa hal, seperti banyaknya ideology alternative
melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat seperti radikalisme,
ekstremisme, konsumerisme.
Tantangan selanjutnya, mungkin hal ini sudah umum bahkan mungkin hal itu terjadi
pada diri kita, yakni penerapan pancasila tidak lagi dihadapkan pada ancaman
pemberontakan-pemberontakan yang ingin mengganti ideology pancasila. Namun ancaman
sesungguhnya adalah fakta bahwa sejatinya pancasila masih belum difungsikan secara
maksimal. Hal itu dibuktikan dengan banyak nya masyarakat yang hafal butir-butir pancasila,
tetapi belum memahami makna pancasila itu sendiri.
Sedangkan dinamika yang dirasakan oleh pancasila itu sendiri tidak lain dan tidak bukan,
berasal dari kita selaku bagian dari Negara Indonesia. Dengan majunya zaman seperti saat ini
kita harus benar-benar bisa memilah dan memilih informasi, harus bisa memanfaatkan era digital
ini dengan sebaik-baiknya yang tentunya hal itu berlandaskan Pancasila selaku dasar dari Negara
tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA