Anda di halaman 1dari 15

Eksistensi

Pancasila Pada
Tiap Periode
Sejarah Bangsa
Indonesia
Brendan Elia
Fakultas Hukum - PPS 16
21/476835/HK/22818
Zaman Pra-
Kemerdekaan
I. Kerajaan Sriwijaya

Pada jaman Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah dikenal di Asia.
Pelajar dari universitas ini dapat melanjutkan ke India. Banyak guru-guru tamu yang mengajar di
sini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah
tercermin pada Kerajaan Sriwijaya sebagai tersebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya
Siddhayatra Subhiksa” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).(1999:27).

Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pancasila yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Tata
pemerintahan atas dasar musyawarah, dan Keadilan sosial telah terdapat sebagai asas-asas yang
menjiwai bangsa Indonesia yang dihayati serta dilaksanakan pada waktu itu hanya saja belum
dirumuskan secara kongkret. Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur
tersebut ialah prasasti-prasasti Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo, dan Kota
Kapur (Dardji Darmodihardjo.1974:22-23).
Zaman Pra-
Kemerdekaan

Pada hakekatnya, nilai-nilai budaya bangsa semasa Kejayaan Sriwijaya telah menunjukkan
nilai-nilai Pancasila, yaitu:
(1) nilai sila pertama terwujud dengan adanya umat agama Buddha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan
pengembangan agama Buddha.
(2) nilai sila kedua terwujud dengan terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha), yaitu dengan mengirim para pemuda untuk belajar di India serta telah tumbuh nilai-
nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
(3) nilai sila ketiga yaitu sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep negara
kepulauan sesuai dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
(4) nilai sila keempat yaitu Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi
(Indonesia sekarang) Siam, Semenanjung Melayu.
(5) nilai sila kelima yaitu Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.
Zaman Pra-
Kemerdekaan

II. Kerajaan Majapahit


Pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada waktu agama
Hindu dan Buddha hidup berdampingan secara damai. Empu Prapanca menulis
Negarakertagama (1365) yang di dalamnya telah terdapat istilah Pancasila. Empu
Tantular mengarang buku Sutasoma di mana dalam buku itu terdapat seloka
persatuan nasional yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika Hana Dharma Mangrua”,
artinya walaupun berbeda-beda namun satu jua dan tidak ada agama yang
memiliki tujuan yang berbeda.
Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan baik
dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Di samping itu, raja juga
mengadakan persahabatan dengan negara-negara tetangga atas dasar Mitreka
Satata.
Zaman Pra-
Kemerdekaan

Perwujudan nilai-nilai sila persatuan Indonesia telah terwujud dengan keutuhan


kerajaan, khususnya Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gadjah Mada yang
diucapkannya pada sidang ratu dan menteri-menteri pada tahun 1331 yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya yang berbunyi: “saya baru akan
berhenti berpuasa makan palapa jika seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara jika gurun, seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda,
Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan.” (Muh Yamin, 1960: 60).
Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga telah
dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit. Menurut prasasti
Brumbung (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam
penasihat kerajaan, seperti Rakryan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang berarti
memberikan nasihat kepada raja.
Zaman Awal Kemerdekaan
1945

Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar Negara mulai tanggal 1


Juni 1945 dalam siding BPUPKI oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal
18 Agustus 1945 pancasila resmi dan sah menurut hukum menjadi
dasar Negara Republik Indonesia. Kemudian, mulai dekrit
presiden 5 Juni 1959 dan ketetapan MPRS No XX /MPRS/1996
berhubungan dengan ketetapan No I /MPR/1988 No I/MPR/1993,
Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara Indonesia hingga
sekarang.
Zaman Awal Kemerdekaan
1945

Dalam penerapan Pancasila di masa awal kemerdekaan ditemui banyak


permasalahan, diantaranya:
1. pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di Madiun, pada 18 September
1948. Tujuan utamanya yaitu untuk mendirikan negara Soviet dengan ideologi
komunis.
2. pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pemberontakan ini
bertujuan untuk menggantikan Pancasila dengan syariat Islam sebagai dasar
negaranya.
3. pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pemberontakan ini bertujuan
untuk mendirikan negara sendiri.
4. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat
Semesta (Permesta) sebagai bentuk gerakan protes ke pemerintah pusat.
Zaman Orde Lama
1945-1966
Pada periode tahun 1945 sampai pakai 1950, nilai persatuan dan kesatuan
rakyat Indonesia masih tinggi karena menghadapi Belanda yang masih
ingin mengamankan daerah jajahannya di Indonesia. Namun, setelah
penjajah dapat diusir, bangsa Indonesia mulai memperoleh tantangan dari
dalam.
Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mementingkan musyawarah
dan mufakat tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan
adalah demokrasi parlementer. Presiden semata-mata berfungsi sebagai
kepala negara, sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana
menteri. Sistem ini mengakibatkan tidak adanya stabilitas pemerintahan.
Zaman Orde Lama
1945-1966

Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan


tantangan
sebagaimana munculnya upaya/cara untuk mengganti Pancasila
seperti dasar negara dengan ideologi komunis oleh PKI melalui
perjuangan di Madiun pada tahun 1948. Selain itu, terdapat juga DI/TII

yang ingin mendirikan negara berlandasan ajaran Islam.


Pada periode tahun 1950 sampai dengan 1955, penerapan Pancasila


diarahkan seperti ideologi liberal yang kenyataannya tidak dapat
menjamin kestabilan pemerintahan.
Walaupun dasar negara tetap Pancasila, rumusan sila keempat tidak
berjiwakan musyawarah mufakat melainkan suara terbanyak.
Zaman Orde Lama
1945-1966

mementingkan hak-hak
Sistem pemerintahannya yang liberal lebih
individual. Pada periode ini, persatuan dan kesatuan bangsa mendapat
tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan-pemberontakan
yang dilakukan oleh RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri
dari NKRI.
Periode tahun 1956 sampai 1965 dikenal sebagai demokrasi terpimpin. Akan
tetapi, demokrasi justru tidak berpusat pada kekuasaan rakyat yang
mewujudkan amanah nilai-nilai Pancasila. Kepemimpinan berada pada
kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit Presiden’. Oleh karena

itu, terjadilah berbagai penyimpangan definisi terhadap Pancasila dalam


konstitusi. Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden yang otoriter
yang mana mengangkat dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan
seumur hidup.
Zaman Orde Baru
1966-1988

Pemerintah Orde Baru mempunyai visi utama dengan menjalankan


nilai-nilai Pancasila dan UUD RI dalam kehidupan masyarakat serta
bernegara.
Upaya penerapan Pancasila di rezim ini salah satunya adalah
penyederhanaan partai politik. Partai politik dibatasi dan hanya
berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar.
Rezim Orde Baru mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal.
Zaman Orde Baru
1966-1998

Baik organisasi masyarakat maupun partai politik harus


menjadikan Pancasila sebagai pedoman utama dalam menjalankan
kegiatannya.
Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer
juga ikut terlibat demi menjaga keutuhan Pancasila yang
merupakan dasar negara Indonesia. Pada akhirnya, kegiatan bebas
yang seharusnya diperbolehkan menjadi lebih dibatasi.
Meskipun asas-asas Pancasila ditegakkan, penyimpangan terhadap
pancasila itu sendiri masih terjadi, misalnya pelarangan hak
beribadah bagi warga Indonesia yang beragama Konghucu yang
mana melanggar sila pertama.
Zaman Reformasi
1998-SEKARANG

Berbekal semangat Pancasila, berbagai upaya pun dilakukan untuk


memperbaiki kondisi bangsa di masa reformasi. Pengamalan sila ketiga
Pancasila, yakni Persatuan Indonesia sangat krusial untuk ketahanan
Indonesia yang saat itu berada di jurang perpecahan. Contohnya,
Presiden B.J Habibie menerbitkan Inpres No. 26/1998 yang membatalkan
aturan-aturan diskriminatif terhadap komunitas Tionghoa. Inpres
tersebut berisi penghentian penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Presiden keempat Abdurrahman Wahid mengembalikan hak warga
Indonesia keturunan Tionghoa untuk melaksanakan ritual keagamaan
secara terbuka.
Zaman Reformasi
1998-SEKARANG

Sebelumnya, Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres Nomor 16/1967


tentang Larangan Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.
Kini, Imlek dapat dirayakan secara terbuka dan menjadi Hari Libur
Nasional. Hal ini sekaligus menunjukkan pengamalan sila pertama
Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa yang salah satunya
dapat diwujudkan dengan sikap menghormati pemeluk agama lain.
Referensi
1. https://bpip.go.id/bpip/berita/991/638/penerapan-pancasila-
dari-masa-ke-masa.html
2. https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/14/152113969/p
enerapan-pancasila-dari-masa-ke-masa?page=all
3. https://kumparan.com/berita-hari-ini/bagaimana-
penerapan-pancasila-pada-masa-reformasi-1uCkxGnrjYm
4. https://kuninganmass.com/penerapan-pancasila-awal-
kemerdekaan-hingga-era-reformasi/
5. https://brainly.co.id/tugas/16805232
6. www.google.chttps://irdaaprianti.wordpress.com/2014/10/08
/materi-2-konteks-sejarah-perjuangan-bangsa-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai