3. Masa Penjajahan
Makmurnya negeri ini hingga mengundan orang asing dari Tiongkok,
India, Arab, lalu Eropa. Mereka semua berdagangan. Namun bangsa-bangsa eropa
mulai menjajah Nusantara. Hal itu dilakukan oleh Portugis, Spanyol, Inggris, dan
akhirnya Belanda menjajah sekitar 350 tahun.
Di Sumatra terjadi perlawanan oleh Iskandar Muda, Sultan Badaruddin, si
Singamaraja, Imam Bonjol dalam perang Paderi (1803-1837) dan Cut Nya’ Dhien
dalam perang Aceh (1873-1904). Di jawa terjadi perang Diponegoro (1825-1830).
Patimura di Maluku, jelantik di Bali, juga pangeran Antasari di Kalimantan.
Perang laut besar-besaran dilakukan oleh Sultan Badullah di perairan
Maluku dan Papua, Hang tuah di selat Malaka, Sultan Hasanuddin di laut
Sulawesi dan laut Jawa.
B. Kelahiran Pancasila
Perang Dunia II tahun 1942, Bangsa Indonesia belum mempunyai negara
karena masih dijajah Jepang.
Para pemuda dijadikan romusha, pekerja dipaksa. Gadis-gadis diculik lalu
dijadikan jagun ianfu atau wanita penghibur tentara Jepang. Maka pasukan
pembela Tanah Air (PETA) di bawah pimpinan Supriyadi pum emberontak
terhadap Jepang.
Tentara Sekutu adalah gabungan tentara Amerika Serikat dengan Inggris,
Belanda, dan beberapa negara lain. Tahun 1944 akhir, posisi Jepang mulai
terdesak. Jepang membentuk lembaga yang dinamai Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Tugas lembaga ini adalah membuat
rencana persiapan menyiapkan seala hal yang diperlukan untuk menjadikan
Indonesia merdeka. BPUPK inilah lembaga yang menjadi tempat kelahiran
Pancasila.
Sidang BPUPK
C. Perumusan Pancasila
Pancasila adalah lima hal yang masih akan dirumuskan Kembali.
Tentang angka lima tersebut, Soekarno menyebut bahwa, “Saya senang kepada
simbolik, terutama simbolik berupa angka”.
Sembilan orang ditunjuk untuk merumuskan kata-kata yang menjadi isi
Pancasila, yaitu:
1. Soekarno,
2. Mohammad Hatta,
3. Mohammad Yamin,
4. Ahmad Subarjo,
5. AA Marimis,
6. Abdulkahar Muzakir,
7. Agus Salim,
8. Abikunso Cokrosuyoso, dan
9. Abdul Wahid Hasyim.
Soekarno ditunjuk menjadi ketua dan Hatta sebagai wakil.
Panitia Sembilan
1. Diskusi Perumusan
Wahid Hasyim dan beberapa anggota berpendapat bahwa negara
Indonesia akan dibentuk harus berdasarkan keagamaan. Sedangkan Soekarno,
Hatta dan beberapa anggota lain mengingatkan bahwa negara Indonesia tidak
berdasarkan keagamaan.
Semua sependapat bahwa nilai ketuhanan sangat penting untuk menjadi
bagian dasar negara Indonesia. Llau disepakati Indonesia menjadi negara
kebangsaan, bukan negara agama, dengan sila ketuhanan menjadi sila yang
pertama.
Kesepakatan:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa jadi sila pertama
2. Perlu dasar keagamaan, ketuhanan sangat penting
3. Perlu dasar kebangsaan, agar diterima semua umat.
Piagam Jakarta
D. Penetapan Pancasila
BPUPK melakukan siding keduanya pada tanggal 10-14 Juli 1945, di
Pejambon, Jakarta. Sidang kali ini membahas Rancangan Dasar hukum
tertulisyang hasilnya akan dijadikan Undang-undang Dasar negara Indonesia
yang hendak didirikan.