Anda di halaman 1dari 15

Bab I

Sejarah
Kelahiran Pancasila
Garuda adalah nama burung yang ada dalam cerita wayang.
Burung itu merupakan anak dewa yang menjadi tunggangan raja dalam melawan kejahatan.
Di alam nyata, burung Garuda dalam cerita tersebut adalah burung rajawali atau burung elang besar.
Jenis burung terbesar yang dapat terbang di angkasa.
Burung rajawali atau elang bukan hanya kuat namun juga gagah. Dengan membentangkan sayapnya,
elang dapat melayang tinggi di angkasa serta menjelajahi daerah yang luas. Tidak ada burung yang
tampak segagah rajawali saat terbang.
Maka rajawali atau elang memang layak dijadikan lambang negara Indonesia.
Yang juga terkenal adalah elang jawa yang memiliki nama latin Nisaetus bartelsi. Memiliki bentangan
sayap selebar 120 cm, burung ini termasuk jenis elang berukuran sedang.
Yang istimewa dari jenis elang jenis ini adalah jambul atau bulu mahkota di kepala yang membuatnya
gagah. Bulu mahkota elang inilah yang dijadikan model bulu mahkota gambar Garuda Pancasila.
Dalam pembelajaran pertama PPKn kali ini kalian diajak lebih dahulu mengenal burung Garuda, burung yang dijadikan
lambang negara Republik Indonesia.
Lambang inilah yang dijadikan sarana untuk mengenalkan Pancasila melalui perisai di dadanya.
Kalian tahu, perisai tersebut berisi gambar bintang lambang ketuhanan, rantai lambang kemanusiaan, pohon
beringin lambang persatuan, banteng lambang kerakyatan, dan padi-kapas lambang keadilan sosial.

Kelima gambar tersebut melambangkan Pancasila yang proses kelahirannya melalui waktu yang
panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Setidaknya terdapat empat periode atau tahapan dalam proses kelahiran Pancasila tersebut.
Keempatnya adalah tahapan latar sejarahnya:
1. Proses kelahiran,
2. Perumusan
3. Penetapan akhir Pancasila sehingga
4. Menjadi dasar negara Republik Indonesia.
A. Latar Sejarah Kelahiran Pancasila
Kalian sudah sangat mengenal gambar Garuda Pancasila. Tentu kalian juga hafal lima
sila Pancasila, yaitu sila ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta
keadilan sosial.
Karena itu, tidakkah kalian ingin tahu bagaimana Pancasila dilahirkan?
Sebelum mempelajari sejarah kelahiran Pancasila, sebaiknya memahami lebih dahulu kehidupan
bangsa Indonesia di masa lampau.
Yakni kehidupan di masa sejarah awal :
zaman kerajaan Nusantara,
zaman penjajahan
zaman kebangkitan nasional sebelum merdeka.
Sejak zaman dahulu itu, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di
wilayah yang sekarang menjadi bagian dari negara Indonesia ini. Maka para ahli pun menyebut bahwa
Pancasila memang “digali dari bumi Indonesia sendiri.”
1. Masa Sejarah Awal
Beberapa peninggalan purba menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak dahulu.
Di masa pra aksara sebelum abad ke-3 Masehi, nilai ketuhanan saat itu antara lain terlihat pada sarana
upacara keagamaan, seperti nekara atau gong perunggu yang ditemukan di banyak tempat, mulai dari
Sumatra hingga Alor, Nusa Tenggara Timur.
Nilai kemanusiaan dan persatuan juga berkembang yang terlihat pada jejak-jejak peradaban lama.
Jejak peradaban di zaman pra aksara itu, antara lain adalah lukisan di dinding gua.
Banyak tempat di Indonesia terdapat lukisan gua, seperti di Wamena Papua, di Leang-leang Sulawesi Selatan, hingga di
pedalaman Kalimantan.
Jejak peradaban lama yang mencerminkan nilai kemanusiaan juga terwujud dengan
adanya patung-patung purba seperti di Lembah Bada, Sulawesi Tengah maupun di
Gunung Dempo Sumatra Selatan. Nilai kemanusiaan berupa kreativitas dan kesadaran
berpikir makin berkembang setelah ada prasasti batu bertulis.
Di sekitar abad ke-5, berdiri :
kerajaan Tarumanegara ( Jawa Barat )
kerajaan Kutai ( Kalimantan Timur )disusul
kerajaan Kalinga (Jawa Tengah )
Prasasti batu bertulis dari zaman itu menunjukkan ketenteraman yang menjadi penanda
nilai persatuan, hingga kerakyatan dan keadilan sosial. Masyarakat dalam keadaan
damai dan makmur.
2. Masa Kerajaan Nusantara
Kemakmuran bangsa Indonesia makin meningkat di akhir abad ke-7. Di Sumatra
muncul kerajaan besar Sriwijaya, disusul oleh
Wangsa Sanjaya dan Syailendra di Jawa.
Kerajaan kembar itu membangun Candi Borobudur sebagai candi umat Buddha
Candi-candi itu menunjukkan adanya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, hingga keadilan sosial
yang kuat. Kemakmuran bangsa dilanjutkan oleh Majapahit yang berdiri setelah mengalahkan pasukan Tiongkok.
Wilayah Majapahit sampai meliputi Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, Kamboja, dan selatan Vietnam.

Setelah itu hadir kerajaan Islam seperti Samudera Pasai, Demak, hingga Ternate. Agama Islam dan
Bahasa Melayu berkembang ke seluruh Nusantara.
Budayawan WS Rendra (1935-2009) menyebut zaman Demak sebagai “zaman renaisans” atau
kebangkitan Nusantara. Perdagangan dan kesenian berkembang pesat, termasuk wayang.
Di masa kerajaan-kerajaan Nusantara yang makmur tersebut, nilai ketuhanan dan keadilan sosial
sangat menonjol. Tiga nilai lain Pancasila yakni kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan juga
berkembang baik.
3. Masa Penjajahan
Makmurnya negeri ini mengundang orang asing datang dari Tiongkok, India, Arab, lalu Eropa.
Mula-mula mereka semua berdagang.
Namun bangsa-bangsa Eropa kemudian mulai menjajah Nusantara.
Hal itu dilakukan oleh bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan akhirnya Belanda yang menjajah selama
sekitar 350 tahun.
Di Sumatra terjadi perlawanan : Sultan Iskandar Muda, Sultan Badaruddin, Si Singamaraja,
Imam Bonjol dalam Perang Paderi (1803-1837)
Cut Nya’ Dhien dalam Perang Aceh (1873-1904).
Di Jawa terjadi Perang Diponegoro (1825-1830).
Pattimura di Maluku
Jelantik di Bali
Pangeran Antasari di Kalimantan juga mengangkat senjata.
Sedangkan perang laut besar-besaran dilakukan Sultan Baabullah di perairan Maluku dan Papua,
Hang Tuah di Selat Malaka
Sultan Hasanuddin di Laut Sulawesi dan Laut Jawa.
Dengan nilai ketuhanan yang kuat, para pahlawan pun berjuang untuk menegakkan nilai kemanusiaan dan nilai persatuan.
4. Masa Kebangkitan Nasional
Memasuki abad ke-20, upaya melawan penjajah tidak lagi dengan perang melainkan lewat gerakan
politik.
Budi Utomo yang diprakarsai Wahidin Sudirohusodo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908.
Disusul oleh :
Sarekat Islam pimpinan Cokroaminoto, lalu
Muhammadiyah pimpinan K.H. Ahmad Dahlan dan
Nahdlatul Ulama pimpinan K.H. Hasyim Asy’ari.
Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara muda yang mendirikan Indische
Partij diasingkan ke Belanda. Pulang ke Tanah Air, Dewantara mendirikan Taman Siswa.
Abdul Muis, Marah Rusli dan para penulis Balai Pustaka berjuang melalui karya sastra, menyadarkan
masyarakat agar terus berjuang untuk merdeka.
Puncaknya adalah adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, saat para pemuda bersumpah
untuk “bertumpah darah, berbangsa, dan berbahasa yang satu, yakni Indonesia.”
Setelah Sumpah Pemuda, nama Indonesia makin sering dipakai.
Soekarno pun mendirikan partai bernama Partai Nasional Indonesia, kemudian diasingkan ke Ende.

Anda mungkin juga menyukai