Anda di halaman 1dari 8

Makalah Tugas Kelompok PPKn

Bab 1 Sejarah Kelahiran Pancasila


Point A Latar Sejarah Kelahiran
Pancasila

Ibu Susana Bladina Mende S.Ag

Disusun Oleh Kelompok Pattimura :


1. Kimberly Benedicta Lo
2. Anastasya Ribka Tamyn
3. Keeva Milana Murari
4. Deiven Miquel Anakotta

SMP Katolik Bintang Laut Ternate


2022
Kelompok Pattimura :
Kami memberi nama kelompok kami dengan nama
Kelompok Pattimura.
Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia, dikenal
sebagai Kapitan Pattimura atau
Pattimura saja, adalah salah satu
pahlawan nasional Indonesia
yang berasal dari Haria,
Saparua, Maluku.
Pattimura berasal dari Maluku
Tengah. Pattimura lahir di Desa
Haria, Pulau Saparua, Maluku, 8
Juni 1783 dan meninggal di Kota Ambon, 16 Desember
1817. Ayahnya bernama Frans Matulessy dan ibunya
bernama Fransina Silahoi. Ia memiliki seorang adik laki-
laki yang bernama Yohannes Matulessy. Pattimura
merupakan seorang kesatria keturunan Matulessy yang
masih ada hubungan saudara dengan raja Maluku.

Atas kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan,


Kapitan  Pattimura  dikukuhkan  sebagai  “Pahlawan 
Perjuangan Kemerdekaan” oleh pemerintah Republik
Indonesia. Pattimura diangkat sebagai pahlawan nasional
pada tanggal 6 November 1973  karena jasanya dalam
perjuangan mengusir penjajah di tanah air kita, terutama
di daerah kelahirannya.
Bab 1 Sejarah Kelahiran
Pancasila
A. Latar Sejarah Kelahiran Pancasila
Kalian sudah sangat mengenal gambar Garuda
Pancasila. Terntu saja hafal lima sila pancasila, yaitu sila
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, serta keadilan sosial.
Karena itu, tidakkah kalian ingin tahu
bagaimana Pancasila dilahirkan?

Kehidupan bangsa Indonesia di


masa lampau, yakni kehidupan di
masa sejarah awal, zaman kerajaan Nusantara, zaman
penjajahan, hingga zaman kebangkitan nasional sebelum
merdeka.

Sejak zaman dahulu, nilai-nilai Pancasila sudah


menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di wilayah
yang sekaranf menjadi bagian dari negara Indonesia ini.
Maka para ahli pun menyebut bahwa Pancasila memang
“digali dari bumi Indonesia sendiri.”

1. Masa Sejarah Awal


Beberapa peniggalan purba menunjukkan bahwa nilai-
nilai Pancasila sudah ada sejak dahulu. Di masa pra
aksara sebelum abad ke-3 Masehi, nilai ketuhanan saat itu
antara lain terlihat pada sarana
upacara keagaman, seperti nekara
atau gong perunggu yang ditemukan
di banyak tempat.

Nilai kemanusiaan dan persatuan juga berkembang


yang terlihat pada jejak-jejak peradaban lama. Jejak-jejak
peradaban lama terwujud dengan lukisan di dinding gua
dan juga adanya patung-patung purba. Nilai kemanusiaan
berupa kreativitas dan kesadaran berpikir makin
berkembang setelah ada prastasi batu bertulis, yang
menunjukkan ketentraman yang menjadi penanda nilai
persatuan, hingga kerakyatan dan keadilan sosial dengan
keadaan damai dan makmur.

2. Masa Kerajaan Nusantara


Kemakmuran bangsa Indonesia makin
meningkat di akhir abad ke-7. Di Sumatra muncul
kerajaan besar Sriwijaya, disusul
oleh Wangsa Sanjaya dan
Syailendra di Jawa. Kerajaan
kembar itu membangun Candi
Borobudur sebagai candi umat
Buddha terbesar di dunia, serta Candi Prambanan
sebagai candi umat Hindu.
Candi-candi itu menunjukkan adanya nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
hingga keadilan sosial yang
kuat. Kemakmuran bangsa
dilanjutkan oleh Majapahit yang
berdiri setelah mengalahkan pasukan Tiongkok.
Wilayah Majapahit sampai meliputi Singapura,
Malaysia, Brunei, Filipina, Kamboja, dan selatan
Vietnam. Setelah itu hadir kerajaan Islam seperti
Samudera Pasai, Demak, hingga Ternate. Agama
Islam dan Bahasa Melayu berkembang ke seluruh
Nusantara. Di masa kerajaan itu, nilai yang makmur
adalah nilai ketuhanan dan keadilan sosial sangat
menonjol. Tiga nilai lain Pancasila yakni
kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan juga
berkembang baik.

3. Masa Penjajahan
Makmurnya negeri ini mengundang orang asing
datang dari Tiongkok, India, Arab,
lalu Eropa. Mula-mula mereka semua
berdagang. Eropa kemudian mulai
menjajah Nusantara. Hal itu dilakukan
oleh bangsa Portugis, Spanyol,
Inggris, dan akhirnya Belanda yang menjajah selama
sekitar 350 tahun.
Di Sumatra terjadi perlawanan oleh Sultan Iskandar
Muda, Sultan Badaruddin, Si
Singamaraja, Imam Bonjol dalam
Perang Paderi dan Cut Nya’
Dhien dalam Perang Aceh (1873-
1904). Di Jawa terjadi Perang
Diponegoro (1825-1830).
Pattimura di Maluku, Jelantik di Bali, juga Pangeran Antasari
di Kalimantan juga mengangkat senjata. Sedangkan perang
laut besar-besaran dilakukan Sultan Babullah di perairan
Maluku dan Papua, Hang Tuah di Selat Malaka, juga Sultan
Hasanuddin di Laut Sulawesi dan Laut Jawa. Dengan nilai
ketuhanan yang kuat, para pahlawan pun berjuang untuk
menegakkan nilai kemanusiaan dan nilai persatuan.

4. Masa Kebangkitan Nasional


Memasuki abad ke-20, upaya melawan penjajah tidak lagi
dengan perang
melainkan
lewat gerakan
politik. Budi
Utomo yang diprakarsai Wahidin Sudirohusodo berdiri pada tanggal
20 Mei 1908. Puncaknya adalah adanya Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928, saat para pemuda bersumpah untuk “bertumpah darah,
berbangsa, dan berbahasa yang satu, yakni Indonesia.” Setelah
Sumpah Pemuda, nama Indonesia makin sering dipakai. Soekarno
pun mendirikan partai bernama Partai Nasional Indonesia, kemudian
diasingkan ke Ende. Tahun 1942 Jepang datang dan menggantikan
Belanda sebagai penjajah. Bangsa Indonesia harus berjuang lebih
keras untuk merdeka. Berjuang untuk merdeka berarti menegakkan
nilai kemanusiaan dan persatuan. Semua itu menunjukkan bahwa
nilai-nilai Pancasila memang berasal dari nilai-nilai bangsa yang
sudah ada sejak lama. 

Anda mungkin juga menyukai