Anda di halaman 1dari 11

Tugas Resume

Pendidikan dan Pancasila


Dosen pengampu :Sri Haryanto S.PD, M.M

Disusun oleh :
Nama : Putri Nadia Husna
NIM : 201030100164
Kelas : 2F Keperawatan

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA DARMA HUSADA
TANGERANG
Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

Pancasila adalah adalah pilar ideologis negara Indonesia. Pancasila terdiri


dari dua kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu panca yang berarti lima
dan sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang tercantum pada alinea ke-4
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila banyak mengalami perubahan
isi dan urutannya tetapi pada tanggal 1 Juni 1945 diperingati bersama sebagai hari
lahirnya Pancasila.

1. Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan


Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam pancasila dalam kenyataannya
telah dimiliki oleh bangsa indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum negara
ini berdiri, proses pembentukan negara ini melalui suatu proses sejarah yang
cukup panjang diantaranya yaitu :
A. Zaman Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu) Prasasti tersebut
berisi tentang Kehidupan Sosial yang berbunyi “Ketika Raja yang tersohor
dan terkenal Mulawarman memberikan hadiah seribu ekor lembu dan
sebatang pohon kepada sang Brahmana yang menyerupai api pengorbanan
ditempat yang paling diberkati (bernama) Vaprakeswara atas budi baiknya
itulah tiang upacara peringatan ini dibuat olah para pendeta yang berkumpul
disini.” Diyakini prasasti tersebut berasal dari kerajaan yang bernama Kutai.
Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman
keturunan dari raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja
Mulawarman mengadakan kenduri dan memberikan sedekah kepada
Brahmana dan para Brahmana membangun Yupa itu sebagai tanda terima
kasih kepada Raja yang dermawan. Masyarakat kutai yang membuka zaman
sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai politik, dan
ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para
brahmana.

B. Zaman Kerajaan Sriwijaya


Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan
Sriwijaya, di bawah kekuasaaan Wangsa Syailendra yang dimuat dalam
prasasti Kedudukan Bukit di kaki bukit Siguntang dekat Palembang yang
bertarikh 605 caka atau 683 M. yang ditulis dalam bahasa melayu kuno
huruf Pallawa. Kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan Maritim yang
mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu-lintas laut di sebelah barat
dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775). Pada
zaman itu kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup
disegani di kawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An
Vatakvarah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga
rakyat mudah untuk memasarkan dagangannya. Demikian pula dalam
sistem pemerintahaannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda,
kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan
gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaan
dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai
Ketuhanan.
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu
universitas agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia.
Banyak musafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu
di universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa Sansekerta
sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-guru besar
tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya Dharmakitri. Cita-cita
tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara adalah tercemin pada
kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua criwijaya
ssiddhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).

C. Zaman Kerajaan Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit berdiri muncul suatu kerajaan yang
menerapkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di
Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada
abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun
candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha
didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII
dan IX). Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam periode-periode kerajaan-
kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha
pada abad ke IX), dan candi Prambanan (candi agama Hindhu pada abad ke
X). Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur muncul
lah kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X)
demikian juga kerajaan Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat
bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi
dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan ini adalah agama Budha,
agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara damai. Di
wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke
XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan
Majapahit.
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan mahapatih
Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin
armadanya untuk menguasai nusantara. Empu Prapanca menulis
Negarakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah
“Pancasila”. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan di dalam buku
itulah kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu Bhinneka Tunggal Ika
yang bunyi lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua,
artinya walaupun berbeda tapi tetap satu jua.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam
sidang Ratu dan Menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit pada
tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya
sebagai berikut : ‘saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa jikalau
seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun,
Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan
Tumasik telah dikalahkan.
Dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam Wuruk mengadakan
hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya,
Champa, dan Kamboja. Majapahit menjulang dalam arena sejarah
kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat
dalam nasionalisme negara kebangsaan Indonesia 17Agustus 1945.

Pada tanggal 9 mei 1945 Dr. Radjiman Wediodiningrat, selaku Ketua


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
meminta kepada sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia
merdeka, Atas permintaan Dr. Radjiman inilah, figur-figur negara bangsa
Indonesia berpikir keras untuk menemukan kembali jati diri bangsanya.
Pada sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni
1945, tampil berturut-turut untuk berpidato menyampaikan usulannya tentang
dasar negara.
1. Pada tanggal 29 mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengusulkan calon
rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut:
1)Peri Kebangsaan
2)Peri Kemanusiaan
3)Peri Ketuhanan
4)Peri Kerakyatan
5)Kesejahteraan Rakyat.
2. Pada tanggal 30 mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori
Negara, yaitu:
1. Teori negara perseorangan (individualis)
2. Paham negara kelas
3. Paham negara integralistik.

3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima dasar negara
yang terdiri dari:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan)

2. Pancasila pada Era Kemerdekaan


Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima oleh
Amerika Serikat, Kemudian pada tanggal 7 agustus 1945 BPUPKI berganti
nama menjadi PPKI yang menegaskan keinginan dan tujuannya untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia. 3 hari setelah peristiwa bom atom 1
dijatuhkan yang bertepatan pada tanggal 9 agustus 1945 Bom atom kedua
dijatuhkan di Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan
sekutunya, Peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut
golongan muda yang terdiri dari Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh
membawa soekarno dan hatta ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus
1945 dini hari kemudian terjadi perundingan antara golongan muda dan
golongan tua dalam penyusunan teks proklamasi yang berlangsung singkat.
Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr.
Ahmad Soebardjo kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh
Sayuti Melik. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Drs.
Moh Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, Isi dari teks Proklamasi
tersebut sesuai dengan semangat yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal
22 Juni 1945. Piagam Jakarta ini kemudian disahkan oleh sidang PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 menjadi pembentukan UUD 1945, kemudian pada
tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak melakukan
interpretasi ulang terhadap Pancasila.

3. Pancasila pada Era Orde lama


Pada masa orde lama, pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi,
pada saat itu kondisi politik serta keamanan dalam negeri diliputi oleh
kekacauan dan kondisi sosial budaya yang berada dalam suasana tradisional
dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa ini
merupakan pencarian dari bentuk implementasi pancasila terutama dalam
sistem kenegaraan, pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-
beda. Pada masa orde lama terdapat 3 periode implementasi pancasila yang
berbeda-beda.
A. periode 1945-1950
Pada periode ini, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dalam
penerapan Pancasila. Mulai dari upaya-upaya menggantikan Pancasila
sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia hingga
munculnya berbagai pemberontakan untuk mengganti ideologi. Pada awal-
awal kemerdekaan, terdapat beberapa oknum yang sengaja ingin mengubah
ideologi Pancasila sebagai dasar hidup bangsa Indonesia melalui beberapa
pemberontakan. Salah satunya adalah pemberontakan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DI/TIII) yang dipimpin oleh Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo, Ia membentuk NII. Tujuan utama didirikannya Negara Islam
Indonesia (NII) adalah untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara
dengan syariat islam. Namun, akhirnya usaha penggantian tersebut dapat
digagalkan.
B. Periode 1950-1959
Masa Orde baru terjadi pada tahun 1955 hingga 1960. Pada periode ini
dasar negara tetap Pancasila, akan tetapi penerapannya lebih diarahkan
kepada ideologi liberal. Hal tersebut dapat dilihat dalam penerapan sila
keempat yang tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan
menggunakan suara terbanyak (voting).
Pada periode ini persatuan dan kesatuan NKRI mendapat tantangan yang
berat dengan munculnya beberapa pemberontakan, diantaranya Republik
Maluku Selatan (RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI), dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin berusaha
melepaskan diri dari NKRI.
Penerapan pada periode ini ingin mengarahkan Pancasila seperti ideologi
liberal. Dari segi politik, demokrasi pada periode ini berjalan lebih baik
dengan adanya Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Namun,
Konstituante gagal menjalankan tugasnya hingga akhirnya Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang disetujui oleh kabinet tanggal
3 Juli 1959 dan secara resmi diumumkan tanggal 5 Juli 1959 yang isinya
membubarkan Konstituante dan kembali memakai UUD 1945.

C. periode 1959-1965
Soekarno selaku presiden mengubah sistem pemerintahan menjadi
sistem Demokrasi Terpimpin. Yang dinamakan demokrasi terpimpin yaitu
demokrasi khas indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan tetapi pada kenyataannya tidak sesuai dengan
makna yang terkandung didalamnya dimana demokrasi dipimpin oleh
kepentingan-kepentingan tertentu dan tidak berada pada kekuasaan rakyat,
melainkan kekuasaan pribadi Presiden. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan dalam penafsiran Pancasila. Pada masa ini,
Presiden Soekarno dianggap menjadi otoriter karena ingin diangkat menjadi
presiden seumur hidup. Ia pun menggabungkan paham Nasionalis, Agama,
dan Komunis (Nasakom) menjadi satu yang ternyata tidak cocok dengan
NKRI. Pada periode ini, presiden memperluas peran militer dalam unsur
politik dengan menggabungkan POLRI dan TNI menjadi ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia).
Di masa ini pun pemberontakan kembali terjadi. Pemberontakan yang
dimaksud adalah peristiwa G30S/PKI pada 30 September 1965 yang
dipimpin oleh D.N. Aidit. Tujuan pemberontakan tersebut adalah
mendirikan Negara Soviet Indonesia dan mengganti Pancasila dengan
paham komunis. Mengingat keadaan yang semakin membahayakan Ir.
Soekarno selaku presiden RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto
melalui surat perintah 11 maret 1969 (Supersemar) untuk mengambil segala
tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintah.

4. Pancasila pada Era Orde Baru


Pada masa Orde Baru dimulai dengan naiknya Soeharto menjadi presiden
menggantikan Soekarno pada tanggal 22 Februari 1967. Presiden Soeharto
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 1968 yang menjadi panduan
dalam mengucapkan Pancasila sebagai dasar negara yang mengusung konsep
Demokrasi Pancasila. Soeharto dikenal sebagai tokoh utama pada masa ini,
prestasinya mampu membubarkan PKI dari kancah politik Indonesia yang
cukup mengancam stabilitas nasional. Soeharto memberikan secercah harapan
kepada masyarakat akan penerapan Pancasila sesuai dengan semestinya.
Namun pada kenyataannya, antara masa order lama dan baru tetap sama saja.
Sistem pemerintah pun tetap bersifat diktator. Awal orde baru, Presiden
Soeharto harus mengatasi kekacauan yang ada di indonesia, Soeharto
melakukan beberapa upaya pemulihan, yaitu:
1. Rencana Pembangunan Lima Tahun (Replita).
2. Pemilu.
3. Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila.
4. Pemerataan pembangunan.
Pada tanggal 22 Maret 1978 ditetapkannya ketetapan (disingkat TAP)
MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) kemudian Pada bulan Agustus 1982 Pemerintahan Orde Baru
menjalankan “Azas Tunggal”.
Pada masa Orde Baru Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk
semakin berkuasa di Indonesia. Setelah itu Timbul kesadaran dan gerakan
masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat.
Selama menjalankan pemerintahan, beberapa masalah juga timbul dan
memicu demonstrasi yang terjadi pada tanggal 13-14 Mei 1998, di antaranya
adalah:
1. Maraknya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
2. Hak menyatakan pendapat yang dibatasi.
3. Peran ganda (dwifungsi) ABRI.
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya setelah menjabat menjadi presiden selama tiga puluh tahun.

5. Pancasila pada Era Reformasi (1998-sekarang)


Pada masa ini, keinginan untuk mengubah Ideologi Pancasila sudah
menipis. Masyarakat lebih dihadapkan dengan gaya hidup bebas mengikuti
perkembangan zaman disertai dengan munculnya globalisasi. Masyarakat
terutama generasi muda tidak terlalu memperdulikan penerapan Pancasila
dalam kehidupannya. Hal yang cukup dikhawatirkan adalah jika muncul
kehadiran ideologi lain yang berhasil disusupi oleh kemajuan teknologi saat ini
dan berhasil menaruh hati kepada generasi muda.
Era reformasi dimulai dengan pergantian presiden dari Soeharto ke B.J.
Habibie yang mulanya berperan sebagai wakil presiden. Kepemimpinan
tersebut dimanfaatkan untuk mereformasi segala tatanan pemerintahan
terdahulu. Langkah-langkah yang diambil oleh Habibie yaitu:
1. Membentuk kabinet reformasi pada tanggal 22 Mei 1998.
2. Memperbaiki sistem ekonomi dengan menaikkan nilai tukar rupiah dan
rekontruksi perekonomian nasional.
3. Mereformasi bidang politik.
4. Mengeluarkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum.
5. Menyelesaikan masalah dwi fungsi ABRI.
6. Mereformasi bidang hukum.
7. Mengadakan sidang istimewa MPR untuk membuat ketetapan-ketetapan
baru.

Anda mungkin juga menyukai