PANCASILA
“Pancasila Dalam Konteks Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia”
Disusun Oleh :
(200211501009)
FAKULTAS TEKNIK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Merupakan suatu fakta historis yang sukar dibantah, bahwa sebelum tanggal 1
Juni 1945yang disebut sebagai tanggal “lahirnya” Pancasila Ir. Soekarno yang
diakui sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak pernah berbicara
atau menulis tentang Pancasila, baik sebagai pandangan hidup maupun, atau
apalagi, sebagai dasar negara. Dalam pidato yang beliau sampaikan tanpa
konsep pada tanggal tersebut, yang mendapat berkali-kali applause dari para
anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI), beliau menjelaskan bahwa gagasan tentang Pancasila tersebut
terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam
sebelumnya. Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan Dr Radjiman Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI, tentang apa dasar
negara Indonesia yang akan dibentuk. Lima dasar atau sila yang beliau ajukan
itu beliau namakan sebagai filosofische grondslag.
Dalam memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan
suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang
berdasarkan Pancasila. Selain itu secara epistemologis sekaligus sebagai
pertanggungjawaban ilmiah, bahwa Pancasila selain sebagai dasar negara
Indonesia juga sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa
serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
BAB II PEMBAHASAN
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam
kitab tersebut telah telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu tantular
mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka
persatuan nasional, yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya
“Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun
berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki
tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang
ratu dan menteri- menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331,
yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut :
“Saya baru akan berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara
bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru,
Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan”
(Yamin, 1960 : 60).
Pada abat ini sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras untuk
memperkuat dan mengitensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia.
Melihat hal tersebut maka munculah perlawanan yang masih bersifat
kedaerahaan. Seperti di Maluku (1817), Imam Bonjol (1821-1837),
Pangeran Diponegoro dan masih banyak lainnya.
Dalam masalah ini munculah PNI (1927) yang dipelopori oleh Soekarno.
Mulailah perjuangan bangsa Indonesia menitik beratkan pada kesatuan
nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada
tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai penggerak
kebangkitan nasional.
Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas
yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan nasional diteruskan dengan adanya
gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan
satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang,
penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa
Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk
mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang
menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi Tiosakai.
Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua
I. Peri kebangsaan
II. Peri kemanusian
III. Peri Ketuhanan
IV. Peri kerakyatan (permusyawaratan, perwakilan,
kebijaksanaan)
V. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).
1. Ir. Soekarno
2. Wachid Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Soebarjo
7. Kyai Abdul Kahar Muzakir
8. Abikoesmo Tjokrosoejoso
9. Haji Agus Salim
Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna
dan mencapai suatu hasil baik yaitu suatu persetujuan antara
golongan islam dengan golongan kebangsaan. Adapun naskah
preambule yang disusun oleh panitia sembilan tersebut pada
bagian terakhir adalah sebagai berikut :
PROKLAMASI
b) Sidang PPKI
1) Sidang pertama (18 agustus 1945)
Dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan
berikut :
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan kembali UUDS ‟45 dan tidak berlakunya
kembali UUDS„50
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya
3.1. Kesimpulan
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami. Bagi para pembaca dan
teman-teman mahasiswa yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan
ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah
hati agar lebih membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul