DAN
Disusun oleh:
2020
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………...ii
BAB I :PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
BAB II :PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufiq
Dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalaah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, pentujuk maupun pedoman bagi pembaca.
penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Nilai nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses
sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada
abad ke-IV sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Nilai-Nilai Pancasila
itu sudah ada sebelum disyahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945. Nilai-nilai Pancasila
telah ada pada tertanam dalam diri kepribadian bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum bangsa Indonesia merdeka yaitu berupa nilai-nilai adat istiadat yang tertanam dan
terselenggara dalam praktek kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah ada dan
melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi
Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut adalah dari bangsa Indonesia sendiri, sehingga bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila, Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara
Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-
sidang BPUPKI pertama. Sidang panitia”9” sidang BPUPKI kedua. Serta akhirnya disyahkan
secara yuridis sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh
terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman
sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu
asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.
Selain itu msecara epistemologis sekaligus sebagai pertanggung jawaban ilmiah, bahwa
Pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan
kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan
negara.
1.3tujuan penulisan
Dalam memahami pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia, diperlukan pemahaman sejarah bangsa Indonesia
untuk membentuk suatu Negara yang berdasarkan pancasila. Selain sebagai bentuk
penghargaan, pemahaman, juga pengamalan sebagai warga Indonesia untuk pancasila
sekaligus sebagai penanggung jawaban ilmiah, bahwa pancasila selain sebagai dasar
Negara Indonesia juga sebagai penanggung hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa
serta sebagai janji seluruh bangsa Indonesia saat mendirikan ngara untuk bersatu atau
dasar pancasila.
BAB II
PEMBAHSAN
1. Zaman Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan ditemukannya prasasti
yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja
Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman
menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana, dan
para brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima kasih raja yang darmawan (Bambang
Sumadio, dkk.,1977 :33-32). Masyarakat kutaio yang membuka zaman sejarah Indonesia
pertamakalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan,
kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana. Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali
pengikat kewibawaan raja ini tampak dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa
dan Sumatra. Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai
integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia
sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
2. Zaman Kerajaan Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan negara Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa
Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu: pertama zajam
Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan. kedua, negara
kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut
merupakan negara kebagsaan Indonesia lama. Kemudian ketiga negara kebangsaan modern yaitu
negara Indonesia merdeka (sekarang negara proklamasi 17 Agustus 1945). (Sekretariat Negara
RI, 1995:11).
Pada abad ke VII muinculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Sriwijaya, dibawah
kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedukan bukit di kaki bukit
Siguntang dekat palembang yang bertarikh 605 Caka atau 683 M, dalam bahasa melayu kuno
dan hurup pallawa. Kerajaan itu adalah kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya,
kunci-kunci lalu lintas laut disebelah barat dikuasainya seperti selat sunda (686), kemudian selat
malaka (775). Pada zaman itu Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup disegani
dikawasan Asia selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan dengan pedagang
pengerajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An vatakvarah sebagai pengawas dan pengumpul
semacam koprasi sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang dagangannya (Keneth R.
Hall, 1976:75-77). Demikian pula dalam sistem pemerintahannya terdapat pegawai pengurus
pajak, harta benda kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-
gedung dan patung-patung suci sehinga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem
negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).
Agama dan kebudayaan dikembangkannya dengan mendirikan suatu Universitas agama
Budha, yang sangat terkenal dinegara lain di Asia. Banyak musyafir dari negara lain misalnya
dari Cina belajar terlebih dahulu di Universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan
bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-guru besar
tamu dari india yang mengajar di Sriwijaya misalnya Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahtraan
bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi
‘marvuat vanua Criwijaya siddhatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur)
(Sulaiman, tampa tahun:53)
Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-
nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih
berganti, kerajaan kalingga pada abad ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu
membangun candi Kalasan untuk untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha
didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti syailendra (abad ke VII dan IX). Refleksi
puncak budaya dari Jawa Tengah dalam priode-proide kerajaan-kerajaan tersebut adalah
dibangunnya candi-candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX), dan candi
Prambanan (candi agama Hindu pada abad ke X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur munculah kerajaan-
kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) Darmawangsa (abad ke X)
demikian juga kerajaan Airlangga pada abad ke IX. Raja Airlangga membuat bangunan
keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang
diakui oleh kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup
berdampingan secara damai (Toyibin 1997:26). Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah
mengadakan hubungan dagang dan berkerjasama dengan Banggala, Chola dan Champa hal ini
menunjukan nilai-nilai kemanusiaan. Demikianlah pula Airlangga mengalami pengembangan
lahir dan batin di hutan dan tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan
tradisi Istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada
tahun 1037, raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi
kesejahtraan pertanian rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima (T0yibin, 1997:28,29).Di
wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke XIII), yang kemudian
sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.
5. Zaman Kerajaan Demak
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama Islam
dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan
Islam seperti kerajaan Demak dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka
itu antara lain orang pertugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin
mencari pusat tanaman rempah-rempah. Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada
awalnya berdagang adalah orang-orang bangsa pertugis. Namun lama-kelamaan bangsa pertugis
mulai menunjukan perannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek
penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh portugis. Pada akhir abad ke XVI
bangsa belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan penuh kesulitan. Untuk
menghindarkan persaingan di antara meraka sendiri (Belanda), kemudian meraka mendirikan
suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C., (verenigde Oost Indische Compagnie) yang
dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘Kompent’ Praktek-praktek VOC mulai kelihatan
dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah
pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang
kebatavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidajk berhasil meruntuhkan namun
Gubernur Jendral J.P.Coen tewas dalam serangan sultan agung yang kedua itu.
Beberapa saat setelah sultan Agung mangkat maka Mataram menjadi bagian kekuasan
kompeni. Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politik dengan licik di Indonesia. Di
Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai oleh kompeni tahun
(1667) dan timbulah perlawanan dari rakyat Makasar dibawah Hasanudin. Menyusul pula
wilayah Baten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukan pula oleh kompeni pada tahun 1684.
Perlawanan Trunojoyo, untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII nampaknya
tidak mampu meruntuhkan kekuasaan kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu
Iskandar pimpinan armada dari Minang Kabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap
kompeni juga tidak mendapat sambutan yang hangat. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap
penjajah yang terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami
kegagalan sehingga banyak menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa. Demikianlah Belanda
pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis dan kaya akan hasil rempah-rempah pada
abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh
kekuatan militer.
Pada abad itu sejarah mencatat bahwa belanda berusaha keras untuk memperkuat dan
mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Mereka ingin membulatkan hegemoninya
sampai kepelosok-pelosok nusantara kita. Melihat praktek-praktek penjajahan belanda tersebut
maka meledaklah perlawanan rakyat diberbagai daerah nusantara, antara lain: Patimura di
Maluku (1817) Baharudindi Palembang (1819), Imam Bonjol di Minang Kabau (1821-1837).
Pangeran dipenegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Jlentik, Polim, Teuku Tiro, Teuku Umar
dalam perang Aceh (1860) anak Agung Made dalam perang Lombok (1894-1895). Dan masih
banyak perlawanan rakyat di berbagai daerah di nusantara. Dorngan akan cinta tanah air
menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda, namun sekali lagi
karena tidak adanya kesatuan dan persatuan diantara mereka dalam perlawanan melawan
penjajah, maka perlawanan tersebut senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.
Penghisapan mulai memuncak ketika belanda mulai menerapkan sistem monopoli melalui tanam
paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa.
Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli lagi dengan ratap
penderitaan tersebut, bahkan mereka semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk
memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.
6. Zaman Kebangkinan Nasional
Pada abad XX di panggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan Dunia
Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik pilipina ((1898) yang
dipelopori Joze Rizal. Kemenangan Jepang atas Rusiadi Tsunia (1905). Gerakan sun Yat Sen
dengan dengan republik Cinanya (1911). Paratai kongres di India dengan tokoh Tilak dan
Gandhi, adapun di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa yaitu
kebangsaan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan budi utomonya.
Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang
memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri. Budi Utomo yang didirikan
pada tanggal 10 Mei 1909 inilah yang merupakan pelopor pegerakan nasional, sehingga segera
setelah itu munculah organisasi-organiosasi pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi
pergerakan nasional itu antara lain: sarekat Dagang Islam (SDI) (1909), yang kemudian dengan
cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti namanya menjadi serikat
Islam (SI) tahun (1911) dibawah H.O.S Cokroaminoto.
Berikutnya munculah Indische Partiji (1913) yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu:
Douwes Dekker. Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat. (yang kemudian lebih dikenal
dengan nama Ki Hajar Dewantoro). Sejek semula partai ini menunjukan keradikalannya.
Sehingga tidak dapat berumur panjang karena pimpinannya di buang keluar negeri (1913).
Dalam situasi yang menggoncangkan itu munculah partai nasional Indonesia (PNI) (1927) yang
dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangun-kusumo, Sartono, dan tokoh lainya. Mulailah kini
perjuangan nasional Indonesia dititik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas
yaitu Indonesia merdeka. Tujaun itu diekspresikan dengan kata-kata yang jelas kemudian diikuti
dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain: Muh. Yamin,
Wongsonegoro, Kuncoro Purbopranoto, setokoh pemuda lainya. Perjuangan rintisan kesatuan
nasional kemudian di ikuti oleh Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang isinya satu
bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia raya pada saat pertama kali
dikumandangkan dan sekaligus sebagai pengerak kebangkitan kesadaran berbangsa. Kemudian
PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bantuknya dengan partai Indonesia dengan
singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir
mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyan
kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.
Enampuluh (60) orang anggota biasa Bangsa Indonesia (tidak termasuk ketua dan ketua muda),
yang kebanyakan dari pulau Jawa, tetapi terdapat beberapa dari sumatra, Maluku, Sulauwesi, dan
beberapa orang peranakan Eropa, Cina Arab. Semuanya itu bertempat tinggal di Jawa, karena
badan penyelidik itu diadakan oleh Saikoo Sikikan.
2.2 pergerakan Nasional ( 1908-1945)
A. Kebangkitan Nasional
Budi utomo didirikan 20 mei 1908 olehWashidin Sudirohusodo, sebagai kebangkitan nasional
dalam perjuangan bgs yang kemudian diikuti organisasi perjuangan lainnya
1. Kongres pemuda Indonesia II tanggal 27-28 oktober 1928, di Jakarta ialah “putusan
kongres pemuda – pemudi Indonesia”
2. W.R supratman – “Indonesia raya”
Hasil KMB dan konstitusi RIS dibentuknya suatu Negara federal yang bernama RIS
(berdirinya dari Negara-negara bagian dan kesatuan kenegaraan)
Rancangan konstitusi RIS disusun oleh delegasi RI dan wakil BFO/Bijeenkomst Voor
Federal ( Musyawarah wakil/ wakil Negara bagian) dibawah pengawasan PBB
Konstitusi RIS menetapkan :
1. Neg berbentuk serikat (federalitis)- 16 daerah bagian
2. Sifat pemerintah yang liberalitis/ demokrasi parlementer
3. Mukadimah konstitusi RIS telah menghapuskan semangat jiwa maupun isi
pembukaan UUD 1945 dan proklamasi
Tangal 17 agustus 1950 neg federal RIS kembali menjadi NKRI
Ppki (18/8/1945)
1. Merubah 7 kata dalam piagam Jakarta
2. Disahkan U pembukaan UUD 1945
3. Memilih pres & wapres
4. KNIP
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………...ii
BAB I :PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
BAB II :PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufiq
Dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalaah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, pentujuk maupun pedoman bagi pembaca.
1.2 rumusan masalah
PENDAHULUAN
Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan sudah asingdengan
pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa dan ada apa dengan kitasebagai
anak bangsa yang justru besar dan mengalami pasang surut masalah negari ini belum bisa
mengoptimalkan tentang pengamalan nilai-nilai Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat inidengan
jaman yang disepakati dengan nama Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk
mengembalikan tata negara ini dari penyelewengan-penyelewengan sebelumnya.
Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan menghilangkandengan
cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis yang berkepanjangan di segala bidang
kehidupan, serta menata kembali ke arah kondisi yang lebih baik atas systemketatanegaraan
Republik Indonesia yang telah hancur, menuju Indonesia baru. Pada masasekarang arah tujuan
reformasi kini tidak jelas juntrungnya walaupun secara birokratis, rezimorde baru telah tumbang
namun, mentalitas orde baru masih nampak disana-sini.Sedangkan pancasila adalah sebagai
ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari penggabungan dari nilai-nilai luhur yang
berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia. Sebagaisebuah ideologi politik, Pancasila bisa
bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat, tetapi bisa pula pudar dan ditinggalkan oleh
pendukungnya. Hal itu tergantung pada daya tahanideologi tersebut.
B. Permasalahan
Sejauh mana relevansi untuk pengamalan nilai-nilai pancasila di era Reformasi ini, apakah bisa
menjadi tolak ukur untuk kita kembali atau bahkan meninggalkan nilai luhur bangsaIndonesia
C. Landasan Teori
Kondisi objektif negeri besar yang bernama Indonesia ini, sesungguhnya amat rentan.Memang
Indonesia adalah negara besar, berbeda dengan negara lain yang mana pun. Ini perlu dicamkan,
bukan untuk menggalang rasa chauvinistis atau kesombongan, tetapi justru untuk membangun
kesadaran bertanggungjawab yang rendah hati bagi seluruh rakyatnya. Apabila kitamelihat
negeri ini “cuma” seperti Singapura, Taiwan, atau Korea Selatan, tanpa maksud mengecilkan
keberhasilan mereka, akibatnya bangsa ini bisa salah jalan dalam usaha mencariterapi krisis
multi dimensi yang melilitnya. Indonesia besar bukan hanya dalam angka-angkastatistik, seperti
jumlah penduduk. Tetapi, ia juga besar di dalam skala jumlah permasalahan mendasar yang
harus dihadapi setiap saat. Artinya, sewaktu-waktu bisa muncul, bahkan meletup dalam besaran
yang sulit diduga, yang mengancam persatuan-kesatuan bangsa. Indonesia, terutama para
elitenya, sangat peka terhadap masalah ideologi sehingga seringkali terpenjara dalam polemik
tak berkesudahan. Namun, meski permasalahanelementer itu begitu besarnya, sejarah telah
membuktikan bangsa ini mampu mengatasinya dengan tangan sendiri. Falsafah kita Pancasila
dan selalu ingin memelihara semangat gotong-royong serta mengedepankan mufakat dalam
musyawarah, tetapi kita seringkali suka melakukan rekayasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Reformasi menurut kamus besar bahasa Indonesia pun juga dapat di artikan sebagai sebuah
perubahan atau pembaruan yang dilakaukan secara drastis untuk perbaikan di segala bidang, baik
di bidang sosial, politik, atau agama di dalam suatu masyarakat atau negara.
Dalam memahami peranan Pancasila di era reformasi, terlebih lagi dalam konteks Pancasila
sebagai ideologi nasional dan dasar negara, merupakan sebuah keharusan agar setiap warga
negara memiliki satu pemahaman mengenai fungsi pokok Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana berikut syarat-yarat yang hendaknya dipenuhi agar dapat diberlakukannya sebuah
reformasi dan melakukan sebuah pembaruan, yaitu:
3. Gerakan reformasi bertujuan demi mengembalikan pada sebuah dasar maupun sistem dan
prisip-prinsip demokrasi.
4. Reformasi diberlakukan untuk sebuah tujuan pembaruan kondisi mupun keadaan yang
dianggap lebih baik
5. Reformasi diberlakukan dengan berdasar pada moral dan etika yang berpedoman pada
asas ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjaminn persatuan dan kesatuan bangsa.
2.2 Tujuan Reformasi
Reformasi membawa sebuah tujuan utama yang penting dan dicita-citakan dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa maupun bernegara. Sebagaimana tujuan reformasi
dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh, dapat dijabarkan sebagaimana berikut:
1. Perubahan dilakukan dengan serius dan bertahap demi menemukan nilai-nilai yang baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
3. Memulai perbaikan di segala bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya,
serta pertahanan keamanan;
4. Menghilangkan serta mengubah perilaku hidup serta kebiasaan di dalam masyarakat yang
tidak lagi sejalan dengan tuntutan reformasi. Misalnya banyaknya kasus KKN, kekuasaan
yang sewenang-wenang atau otoriter, penyimpangan undang-undang juga penyelewengan
dalam kasus yang lain.
Pokok-pokok reformasi ialah menjaga serta memelihara segala sesuatu yang memang telah baik
dari cara kerja bangsa dan negara dimasa lalu, dan memperbaiki segala sesuatu yang masih
kurang disampin terus berusaha melakukan pembaharuan guna menjawab tantangan era
globalisai.
Dalam pelaksanaannya, kehidupan berbangsa dan bernegara di masa pemerintahan yang lalu
memerlukan adanya proses identifikasi, yang mana masih perlu dipertahankan dan harus
diperbaiki demi mengrangi dampak ketimpangan sosial di masyarakat.
1. Gerakan Reformasi
Nilai-nilai luhur Pancasila yang pada dasarnya merupakan sumber nilai, dasar moral dan
pedoman etika bagi negara dan aparat sebagai pelaksana negara. Hal tersebut berguna menjadi
alat legitimasi politik guna memuluskn segala macam tindakan maupun kebijakan yang
mengatasnamakan Pancasila yang pada kenyataannya, tindakan maupun kebijakan tersebut
dikethui sangat bertentangan dengan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa.
Pada klimaksnya, keadaan tersebut ditandai dengan terpuruknya perekonomian nasional,
sehingga muncul gerakan dari masyarakat terutama oleh mahasiswa, cendekiawan yang
menuntut diberlakukannya sebuah reformasi. Pembaruan di segala segi bidang utamanya pada
bidang hukum, politik, ekonomi, dan pembangunan secara menyeluruh. Gerakan reformasi yang
terjadi di Indonesia ialah pada saat rakyat menuntut mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal
21 Mei 1998, dan pemerintahannya kemudian digantikan oleh B.J Habibie.
Dalam melakukan sebuah gerakan reformasi, masyarakat hendaknya mengetahui serta paham
mengenai pengertian dari sebuah reformasi, supaya dalam menjalankan gerakan reformasi tetap
sesuai dan sejalan dengan tujuan reformasi yang sesungguhnya. Sebab menurut Riswanda
(kaelan, 1998) reformasi secara harfiah mempunyai sebuah makna sebagai suatu gerakan untuk
memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan
rakyat.
Pancasila sebagai Dasar Reformasi
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara, yang juga menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia, pada pelaksanaannya dimasa orde lama mengalami penyimpangan makna yang
bertentangan dengan nilai nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka. Sedang pada masa orde
baru, Pancasila dijadikan sebagai hegemoni politik oleh penguasa. Yang membuat warga wajib
mematuhi setiap kebijakan yang dikeluarkan penguasa, dan dianggap bertentangan dengan
Pancasila bila warga menolaknya.
Gerakan reformasi yang mengacu pada nilai-nilai keluhuran Pancasila akan melahirkan gerakan
reformasi yang berasaskan pada nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadian Sosial. Sehingga tercipta sebuah reformasi yang tentunya tak meninggalkan adab dan
nilai nilai pendidikan karakter. Berikut penjelasannya:
Reformasi yang berdasar pada Ketuhanan. Memiliki sebuah pengertian, yakni gerakan
reformasi berdasarkan pada moral dan akhlak ketuhanan yang tentunya mengarah pada
pembaruan kehidupan yang lebih baik yang berkeyakinan sebagai makhluk ciptaan tuhan.
Reformasi yang berdasar pada perikemanusiaan yang adil dan beradab. Yang artinya,
sebuah gerakan reformasi hendaknya berlandaskan moral kemanusiaan demi sebuah
upaya penataan kembali kehidupan yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk sosial.
Reformasi yang berdasar pada nilai persatuan. Yang artinya, adanya gerakan reformasi
hendaknya memberikan jaminan tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai sebuah
upaya menjaga keutuhan NKRI sebagai sebuah kesatuan negara yang berdaulat.
Reformasi yang berasaskan pada kerakyatan. Memiliki arti, bahwa seluruh
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya memposisikan rakyat
sebagai subjek yang memegang kedaulatan.
Reformasi yang memiliki tujuan adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Memiliki sebuah pengertian, bahwa gerakan reformasi hendaknya mempunyai visi serta
misi yang jelas dalam mewujudkan sebuah keadilan sosial untuk rakyat secara
menyeluruh.
2.4 Penerapan Pancasila Di Era Reformasi
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar
negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara
Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap
yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji perkembangannya
secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga
kridibilitasnya menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun
akademis.
Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila telah
mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia
(Koento Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar
negara dalam tiga tahap yaitu :
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun
masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat
terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan
vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telah kita ketahui bersama bahwa pelaksanaan UUD 1945 dan pancasila pada masa orde
lama dan orde baru telah terjadi deviasi oleh oknum-oknum penyelenggara pemerintah,
sehingga mendorong terjadinya reformasi oleh mahasiswa dan tokoh-tokoh bangsa. Mereka
menggangap bahwa Negara kita telah dilanda krisis, baik krisis dibidang ekonomi, politik ,
maupun kepemimpinan. Reformasi lahir dengan tujuan untuk memperbaiki krisis yang
berkepanjangan, serta menata ke rah yang lebih baik.
Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan mengandung arti bahwa pancasila sebagai dasar
Negara menjadi kerangka berpikir dalam melaksankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai dasar negara, Pancasila tercantum di dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 yang
merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi Negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang
mencakup peraturan susunan pemerintah, bentuk negara dan sebagainya yang menjadi dasar
peraturan suatu negara. Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut
hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan bernegara
yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban
para warga terhadap pemerintah atau sebaliknya.
Samad Riyanto, Bibit. 2009. Orasi Ilmiah. Optimalisasi Upaya Pencegahan Korupsi alam
Praktek Administrasi Negara. (Naskah dalam wisuda Program Magister ke-7 dan
Program SarjanaS1 ke-46 STIA LAN RI). Jakarta.
Buku Kewarganegaraan. 2005. Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara. Jakarta :
Penerbit Yudhistira.
Joko Siswanto. 2006. ABC PANCASILA. Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM.
P. J. Suwarno. 2008. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Penerbit Kanisius.