Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA

INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen pengampu: Hernik Kustiawati S.Pd M.Pd

Disusun oleh:
Helmy faiz nur shiyam (2118220014)
Vina fauziyah (2118220012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH (UNIGAL)
CIAMIS – JAWA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tanpa ridha dan petunjuk darinya mustahil makalah ini dapat terselesaikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah pancasila
sehingga kami kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Pancasila Dalam
Konteks Sejarah Bangsa Indonesia”.

Besar keinginan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan
sebagai pegangan dalam bernegara dan dalam pengaplikasian dikehidupan sehari-hari. Dan
dengan makalah ini semoga dapat mempermudah proses perkuliahan pada mata kuliah
Pancasila.

Ciamis, 15 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Nilai-Nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia.....................................2
1. Zaman kerajaan Kutai..................................................................................2
2. Zaman kerajaan Sriwijaya...........................................................................
3. Zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit............................................2
4. Zaman Kerajaan Majapahit..........................................................................3
B. Zaman penjajahan..............................................................................................5
C. Kebangkitan Nasional........................................................................................6
D. Zaman penjajahan Jepang..................................................................................7
E. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI.....................................................11
F. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan............................................................12

BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................15

A. Kesimpulan........................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia, sebelum pancasila disahkan
pada tanggal 18 agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada masyarakat bangsa
Indonesia, seperti nilai adat istiadat dan kebudayaan. Nilai-nilai tersebut telah ada sejak
zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka dan telah masyarakat amalkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup.

Nilai-nilai yang ada pada masyarakat diangkat dan dirumuskan secara formal oleh
para pejuang kemerdekaan menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Proses perumusan
dasar negara tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI. Sidang BPUPKI pertama,
sidang panitia 9, sidang kedua serta disahkannya pancasila sebagai dasar filsafat negara
Indonesia.

Di masa sekarang banyak yang menganggap pancasila hanya sebagai elit politik yang
digunakan para penguasa. Untuk itu perlunya bagi kita memahami nilai-nilai pancasila
secara utuh terutama pancasila sebagai jati diri Bangsa Indonesia, diperlukan pemahaman
dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia membentuk suatu negara yang erat kaitannya
dengan perumusan Pancasila dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia.

1.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana nilai-nilai pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia?
2. Bagaimana perjuangan Bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan?
3. Bagaimana saat terjadinya kebangkitan nasional ?
4. Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Jepang?
5. Bagaimana masa setelah proklamasi kemerdekaan?

1.2 Tujuan
1. Dapat memahami nilai-nilai pancasila dalam sejarah bangsa indonesia.
2. Dapat memahami perjuangan Indonesia melawan sistem penjajahan.
3. Dapat memahami terjadinya masa kebangkitan nasional.
4. Dapat memahami perjuangan bangsa melawan penjajahan Jepang.
5. Dapat memahami masa setelah proklamasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia

Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V
kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu
ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah Wangsa Syailendra di Palembang, kemudian
kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.

1. Zaman Kutai

Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M,dengan di temukannya prsasti yang
berupa 7 yupa (tihang batu). Berdasarkan prasati tersebut dapat diketahui bahwa raja
Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman keturunan dari Kudungga . raja menurut
prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada Brahmana , dan para
Brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terimakasih raja yang dermawan. Masyarakat
kutai yang membanggun zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampil kan nilai-
nilai sosial politik, ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri serta sedekah kepada para
Brahmana.

Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan raja ini tampak dalam
kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa dan Sumatera. Dlam zaman kuno (400-
1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi
hampir separo Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang, yaitu kerajaan Sriwijaya di
Sumatera dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

2. Zaman Sriwijaya

Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatera yaitu kerajaan Sriwijaya, di bawah
kekuasaan Wangsa sailendra. Hal ini termuat dalam prasasti kedukan bukit di kaki bukit
siguntang dekat Palembang yang bertarikh 605 Caka atau 683 M, dan bahasa Melayu Kuno
dan huruf Pallawa. Termasuk kerajaan Maritim yang mengandalkan kekuatan lautannya,
kunci-kunci lalu-lintas laut sebelah barat dikuasainya seperti Selat sunda (686), kemudian
selat Malaka (775). Kerajaan Sriwijaya termasuk kerajaan besar yang disegani dikawasan
2
Asia Selatan . perdagangan dilakukan dengan memersatukan antara pedagang pengrajin dan
pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam
koperasi sehingga rakyat mudah memasarkan barang dagangannya.

Kerajaan Sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan tata pemerintahan yang
mampu menciptakan peraturan-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang berada di wilayah
kekuasaannya, serta sistem pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda
kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan
patung-patung suci sengga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem negara tidak
dapat dilepaskan dengan nilai ketuhanan.

3. Zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit muncul, telah muncul kerajaan di Jawa tengah dan Jawa
Timur secara silih berganti. Kerajaan kalingga ( VII), Sanjaya (VIII) yang menbantu
membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan Wihara untuk Pendeta Budha didirikan di
Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra ( abad ke VII dan IX). Releksi budaya dari
Jawa Tengah dalam periode kerajaan tersebut adalah dibangunnya Candi Borobudur ( candi
agama Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan (candi agama hindu pada abad ke X).
sebagaimana diketahui 2 agama itu berasal dari India, sehingga pembangunan candi tersebut
menunjukan fakta bahwa dahulu bangsa Indonesia telah mengembangkan toleransi beragama
dan sikap humanisme dalam pergaulan antar manusia.

Kemudian di Jawa Timur munculah kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX),


Darmawangsa (pada abad ke X), dan Airlangga (pada abad ke XI). Raja Airlangga membuat
bangunan keagamaan, asrama, dan memiliki sikap toleransi beragama. Agama yang diakui
oleh kerajaan adalah Budha, Wisnu dan Syiwa yang hidup berdampingan secara damai.
Menurut Prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja
sama dengan Benggala, Chola dan Champa hal ini menunjukan nilai kemanusiaan. Airlangga
mengalami penggemblengan lahir bathin dihutan pada tahun 1019 dan para pengikutnya,
rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga
menjadi Raja, menuruskan tradisi istana, sebagai nilai sila keempat. Pada tahun 1037
Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan wadukdemi kesejahteraan pertanian
rakyat, dan hal ini merupakan sila kelima.

Pada zaman itu lambang negara Indonesia yang makna di dalamnya melambangkan sila-
sila pancasila, digambarkan dengan burung garuda, dengan selogan Bhineka Tunggal Ika.
Burung garuda merupakan kekayaan satwa nusantara, sebagai salah satu jenis burung bahkan
3
terdapat secara luas ditanah bangsa serumpun dan memiliki kesamaan kebudayaan yaitu
madagaskar dan malagsi, dan satwa itu dahulu diistilahkan dengan nama Vurumahery yang
berarti burung sakti. Dan merupakan burung yang besar dan kuat dan mampu terbang tinggi,
dan hal ini melukiskan cita-cita bangsa Indonesia di tengah-tengah masyarakat Internasional.

Burung Garuda juga lambang pembangun dan pemelihara, hal ini dapat ditafsirkan dari
sejarah nenek moyang Indonesia dahulu yang menganut agama hindu dan garuda adalah
wahana dewa wisnu yaitu dewa pembangun dan pemelihara dalam cerita wayang di Jawa
terjelma dalam Bharata kresna tokoh yang bijaksana. Bahkan Airlangga menggunakan
lencana Garudamukha yang terkandung dalam kitab Marowangsa. Demikian pula kerajaan
Kedah juga menggunakan lambang Garuda Garagasi sebagai lambang pemelihara.

Dan berdiri pula kerajaan Singasari pada abad XIII di Jawa timur yang kemudian erat
hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.

4. Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdiri kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasan pada
pemerintahan Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh laksamana
Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai Nusantara. Wilayah kekuasannya
membentang dari semenanjung Melayu ( Malaysia) – Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada saat itu agama hindu dan budha berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu
Prapanca menulis Negarakertagama dalam kitab tersebut dengan istilah “Pancasila”. Empu
Tatular mengarang buku sutasoma, dan didalam bukunya terdapat selogan “Bhineka Tunggal
Ika”, yang melambangkan bangsa dan negara Indonesiayang tersusun dari berbagai unsur
rakyat yang terdiri atas berbagai macam, suku, adat istiadat, golongan, kebudayaan, dan
agama, wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau menyatu menjadi bangsa dan negara
Indonesia. Secara filologis istilah seloka itu diambil dari bahasa jawa kuno, berasal dari
keprabuan Majapahit.

Dizaman Majapahit hidup berbagai agama dan aliran antara lain hindu, budha, serta
berbagai macam tradisi yang tampak dalam Tantrayana dan upacara Crada (upacara
menghormati nenek moyang yang meninggal) kemudian tercampur yang disebut dengan
‘syncritisme’. Berbagai agama yang berbeda hidup dalam suatu kerajaan dibawah kekuasaan
Majapahit dan dibawah satu Hukum Negara (Dharma) hidup rukun dengan penuh toleransi
antar umat beragama. Sebagaimana ditemukan dalam peninggalan sejarah bahwa agama
hindu aliran Ciwa dipimpin oleh Dhamadyaksaring kasogatan (kepala urusan agama budha.

4
Seloka ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dipetik dari kitab sutasoma/ purudasanta dalam bahasa jawa
kuno gubahan Empu Tantular.

Pada ungkapan bahasa era kontemporer di Eropa, seloka Bhineka Tunggal Ika itu pada
hakikatnya merupakan suatu frase. Secara linguistik makna struktural seloka itu adalah ‘beda
itu, satu itu’. Secara morfologis kata Bhinneka berasal dari kata polimerfemis yaitu ‘Bhina’
dan ‘Ika’. Kata Bhina berasal dari bahasa Sansekerta ‘Bhid’, yang diterjemahkan menjadi
‘beda’. Dalam proses linguistik karena digabungkan dengan morfem ‘Ika’ maka jadi ‘Bhina’.
‘Ika’ artinya ‘bhinneka adalah beda sedangkan ‘tunggal ika’ adalah satu. Maka makna
‘Bhinneka Tunggal Ika’, Tan hana dharma mangrwa, ( berbeda-beda akan tapi tetap satu jua).
Sebagai suatu fakta historis bahwa kausa materialis pancasila sudah dimiliki dan diamalkan
dalam kehidupan, meskipun pada saat itu masih dalam kekuasaan kerajaan.

Sumpah palapa diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri di
paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh
nusantara raya. Dan raja Hayam wuruk senantiasa mengadakan hubungan bertetangga dengan
baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa dan Kamboja. Menurut prasastibBrumbung
(1329), dalam pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti
Rakyann I Hino, I sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini
sebagai nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan Majapahit.

Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak


meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme Negara Kebangsaan Indonesia
17/08/1945. Kemudian disebabkan oleh faktor keaadan dalam negeri sendiri seperti
perselisihan ndan perang saudara pada permulaan abad XV, maka sinar kejayaan Majapahit
berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya mengalami keruntuahan dengan “Sinar
aHilang Kertaning Bumi” pada abad XVI.

B. Zaman Penjajahan

Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama Isla
dengan pesat di Indonesia. Bersamaan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam sepert
Demak, dan muali berdatangan orang Eropa di Nusantara. Diantaranya orang Portugis,
Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah. Pada awalnya orang Portugis itu
berdagang, namun lama kelamaan bangsa Portugis mulai menunjukan perannya dalam bidang
perdagangan yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya malaka sejak tahun 1551
dikuasai oleh portugis.

5
Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia. Untuk menghindarkan
persaingan dintara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka mendirikan suatu
perkumpulan dagang yaitu V.O.C., (Verenigde Oost Indisce Compagnie), yang dikalangan
rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’. Praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan
sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan
Agung (1613-1645) mengadakan perlawanan dengan menyerang ke Batavia pada tahun1628n
dan tahun 1629, walaupun tidak berhasil meruntukan Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam
serangan Sultan Agung yang kedua.

Setelah Sultan Agung mangkat maka Mataram menjadi bagian kekuasaan kompeni.
Belanda mulai memainkan peran politik dengan licik di Indonesia. Di Makassar juga berhasil
dikuasai kompeni tahun (1667) dan timbullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah
Hasanudin. Begitupun wilayah Banten ( Sultan Ageng Tirtoyoso) pada tahun1628.
Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jwa timur pada akhir abad ke XVII tidak mampu
meruntuhkan kekuasaan kompeni pada saat itu., demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan
Armada dari minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni tidak
mendapatkan sambutan yang hangat. Demikianlah Belanda pada awalnya menguasai daerah-
daerah yang strategis dan kaya akan hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan semakin
memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.

Sejarah mencatat bahwa belanda berusaha dengan keras untuk memperkuat dan
mengintensifkan kekuasaannya di Indonesia. Mereka ingun membulatkan hegemoninya
sampai pelosok nusantara. Melihat praktek penjajahan Belanda maka meledaklah perlawanan
rakyat di berbagai nusantara, diantaranya Patimura di Maluku. Penghisapan mulai memuncak
ketika belanda mulai menerapkan sistem Monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan
memeksakan beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat
semakin menjadi-jadi dan Belanda tidak peduli dengan penderitaan tersebut, bahkan mereka
gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.

C. Kebangkitan Nasional

Pada abad ke XX di panggung politik international terjadi pergolakan kebangkitan dunia


Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898), yang
dipelopori Joze rijal, kemenangan Rusia di Tsunia (1905), gerakan Sun Yat Sen dengan
Republik cinanya (1911). Partai kongres di India dengan tokoh Tilak da Gadhi. Adapun di
Indonesia bergolak kebangkitan akan kdesadaran berbangsa yaitu kebankitan nasional (1908)
dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan ini merupakan

6
awal gerakan nasioanal untuk mewujudkan bangsa yang merdeka, memiliki kehormatan dan
martabat.

Budi Utomo dididirikan (20 mei 1908) inilah yang merupakan pelopor pergerakan
nasional, sehingga setelah itu muncullah munculah organisasi pergerakan lainyya.
Organisasinya itu antara lain Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909, yang dengan cepat
mengubah bentuknya menjadi gerakan politik dengan mengganti nama menjadi Sarekat Islam
(SI) tahun 1911 dibawah H.O.S Cokroaminoto. Berikutnyanmuncullah Indisce Partij (1913)
yang di pimpin oleh 3 serangkai. Sejak semula partai ini menunjukan keradikalannya,
sehingga tidak dapat berumur panjang karena peminpinnya dibuang keluar negeri (1913).

Dalam situasi itu muncullah Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 di pelopori oleh
Soekarno dan tokoh lainnya. Mulailah PNI di titik beratkan pada kesatuan nasional dengan
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan rintisan kesatuan nasional kemudian
diikuti dengan sumpah pemuda tanggal 28/10/1928 yang isinya satu bangsa, satu bahasa, dan
satu tanah air bangsa Indonesia. Lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan dan
sekaligus sebagai penggerak kebangkitan keasadaran berbangsa dan bernegara.

Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubbarkan akan diganti bentuknya dengan partai
Indonesia dengan singkatan Partindo (1931), kemudian golongan demokrat mendirikan PNI
baru yaitu PNI (1933) dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan
kekuatan sendiri.

D. Zaman penjajahan Jepang

Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman (05 Mei 1940), dan jatuh pada (19
Mei 1940), maka Ratu Wihelmina dengan aparat pemerintahannya mengungsi ke Inggris,
sehingga pemerintahan Belanda masih berkomunikasi dengan pemerintahan jajahan
Indonesia. Janji Belanda tentang Indonesia merdeka dikelak kemudian hari dalam
kenyataaanya hanya kebohongan sehingga tidak pernah jadi kenyataan. Bahkan sampai akhir
pendududkan pada tanggal 10 maret 1940 kemerdekaan Indonesia itu tidak pernah terwujud.

Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “ Jepang pemimpin Asia, Jepang
saudara tua Indonesia”, akan tetapi dalam perang melawan sekutu barat yaitu ( Amerika,
Inggris, Rusia, Prancis, Belanda) nampaknya Jepang semakin terdesak. Agar mendapat
dukungan dari Indonesia, maka pemerintah Jepang bermurah hati terhadap Indonesia, yaitu
menjajikan Indonesi merdeka dikemudian hari. Pada tanggal 29 April1945 bersamaan dengan

7
ulang tahun kaisar Jepang beliau memberikan hadiah kepada Indonesia yaitu janji kedua
pemerintah Jepang berupa kemerdekaan tanpa syarat.

Janji itu di sampaikan seminggu sebelum bangsa Jepang menyerah,dengan Maklumat


Gunseikan (pembesar tertinggi sipil dan pemerintah militer Jepamg diseluruh Jawa dan
Madura), No.23.dalam janji kemerdekaan yang kedua bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaan .Bahkan dianjurkan kepada Indonesia untuk berani
mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang yaitu sekutu termasuk
kaki tangannya Nica (Ntherlans Indie Civil Administra-tion) yang mengembalikan kekuasaan
kolonialnya di Indonesia. Bahkan Nice telah melancarkan serangannya di pulau Tarakan dan
Morotai.

Untuk merealisasi janji maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki
usaha -usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia/Dokuritsu Junbi Cosakai dengan ketua Dr. Radjiman
Wedyo Diningrat. Dengan adanya dua sidang.

- Sidang BPUPKI Pertama

Sidang BPUPKI pertama dilaksnakan empat hari, berturut-turt tampil berpidato


menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut:

1. Mr. Moch Yamin (29 Mei 1945)


2. Prof. Soepomo (31 Mei 1945)
3. Ir. Soekarno ( 01 Juni 1945)

 Mr. Moh. Yamin dalam pidatonya mengusulkan tentang Indonesia yang akan
dibentuk, tidak secara langsung menguraikan rincian sila-sila Pancasila. pertama
menguraikan tentang kebangsaan,Yang mencampuradukanantara dasar kemerdekaan
dan kedaulatan negara. Berikutnya membahas tentang Tujuan Kemerdekaan dengan
dasar kemanusiaan, dasar kedaulatan rakyat atau kedaulatan negara. Dalam uraian
inipun tidak menguraikan secara eksplisit bahwa kemanusiaan merupakan dasar
negara yang akan dibentuk.berikutnya membahas tentang ketuhanan, yang diuraikan
sebagai peradaban Indonesia itu mempunyai Ketuhanan Yang Maha Esa. Beliau
menguraikan dasar-dasar yang tiga: permusyawaratan ( Qur’an)-Mufakat (adat),
Perwakilan (adat), kebijaksanaan (rasionalisme). Nilai sila yang diuraikan berikutnya
adalah ‘kesejahteraan rakyat’.

8
Pidato Moh. Yamin tidak langsung menguraikan tentang rincian sila-sila
pancasila,terutama Dasar Negara Republik Indonesia. Pada akhirnya pidato Moh.
Yamin menyerahkan naskah sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usulan sementara
berisi rumusan UUD RI. Dalam pembahasan pidato Moh. Yamin, pernah terjadi
polemik, satu pendapat mengatakan bahwa penggali pancasila adalah Moh. Yamin,
namun ada lagi yang mengatakan bahwa yang menggali pancasila adalah Soekarno.
Dalam hubungan ini Moh. Hatta mengatakan “tidak benar, Bung Yamin mengatakan
pada sidang panitia kecil”.
 Prof. Dr. Soepomo dalam pidatonya mengemukakan teori negara sebagai berikut:
1) Teori negara perseorangan (Individualis), menurut paham ini, negara adalah
masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh
individu (contrac sosial). Paham negara ini banyak terdapat di Eropa dan
Amerika.
2) Paham negara kelas (Class theory) atau teori golongan. Menurut paham ini,
negara adalah alat dari suatu golongan (suatu klasse) untuk meninda klasse
lain. Negara kapilitas adalah alat dari kaum bourgeoisie, oleh karena itu kaum
Marxis menganjurkan untuk meraih kekuasaan agar kaum buruh dapat ganti
menindas kaum bourgeisie.
3) Paham negara integralistik, menurut paham ini negara bukanlah untuk
menjamin perseorangan ataun golongan akan tetapi menjamin kepentingan
masyarakat sebagai persatuan. Negara adalah sususnan masyarakat yang
integral, segala golongan, bagian atau anggotanya saling berhubungan satu
sama lain dan merupakan kesatuan organis. Yang terpenting negara adalah
penghidupan bangsa seluruhnya.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan filsafat negara Indonesia Soepomo mengusulkan hal-
hal berikut:

I. Pendirian negara nasional yang bersatu dalam arti totaliter


II. Warga takluk kepada tuhan, supaya tiap-tiap waktu ingat kepada tuhan.
III. Menjamin supaya pemimpin negara, terutama kepala negara terus menerus bersatu
jiwa dengan rakyat dalam susunan pemerintahan negara Indonesia harus dibentuk
sistem badan permusyawaratan. Kepala negara akan terus bergaul dengan badan
permusyawaratan supaya senantiasa mengetahui dan merasakan rasa keadilan dan cita-
cita rakyat.

9
IV. Lapangan ekonomi negara akan bersifat kekeluargaan, oleh karena kekeluargaan itu
sifat masyarakat timur yang harus kita peliharasebaik-baiknya.
V. Membatasi diri dan menganjurkan supaya negara Indonesia bersifatnegara Asia Timur
Raya, anggota dari kekeluargaan Asia Timur Raya

Substansi yang dikemukakan Mr. Supomo memberikan penekanan pada karateristik


negara persatuan, kebersamaan atau populer disebut sebagai paham integralistik.

 I.r Soekarno, sebagaimana dijelaskan dalam sidang BPUPKI , mengajukan suatu


permintaan fundamental yang menyangkut dasar filsafat negara Indonesia yang akan
merdeka. Meskipun uraian pidato Moh. Yamin dan Mr. Soepomo dalam perumusan
dasar dan sistem negara yang akan dibentuk , namun pidato yang fundamental
mengajukan pemikiran dasar filosofi negara adalah Ir. Soekarno. Yang
disampaikannya secara lisan tanpa teks. Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri
atas lima prinsip yang rumusannya sebagai berikut:
1. Nasionalisme ( kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat ( demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang maha esa (ketuhanan yang berkebudayaan)
Lima prinsip sebagai dasar negara kemudian oleh Soekarno diusulkan agar diberi
nama “Pancasila”, kelima sila tersebut dapat diperas menjadi “Tri Sila” yang
meliputi:
a. Sosio-nasionalisme yang merupakan sintesis dari kebangsaan (nasionalisme)
b. Sosio-demokrasi yang merupakan sintesis dari mufakat (demokrasi), dengan
kesejahteraan sosial.
c. ketuhanan
Tri sila tersebut dapat diperas menjadi Eka sila yang intinya adalah gotong royong.

Beliau mengusulkan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia juga pandangan dunia yang setingkat dengan aliran besar dunia dan diatas
dasar itulah kita dirikan negara Indonesia. Menurut Kahin, pandangan Soekarno dalam pidato
1 juni 1945 sangat penting, sebab sila yang diusulkan itu merupakan suatu filsafat sosial-
politik yang sebenarnya diyakini oleh pemimpin nasional yang berpengaruh dan oleh
pemimpin Indonesia yang berpengaruh. Dan tidak ada rumusan dasar negara yang paling jelas
daripada rumusan Soekarno yang dapat dijadikan contohsebagai suatu sintesis dari demokrasi
barat, islam modern, marxis, dan gagasan demokrasi dan komunalistik pedesaan asli yang
10
merupakan dasar umum pemikiran sosial dari sebagian besar elit politik Indonesia setelah
penjajahan.

- Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)

Sidang BPUPKI kedua bertempat di gedung Chuo Sangi In (Gedung pancasila),


Jakarta Pusat. Agenda sidang BPUPKI kedua membahas tentang:

- Rancangan UUD
- Rancangan bentuk negara, wilayah negara dan kewarnegaraan
- Susunan pemerintahan, unitarisme, dan fedelarisme.

Sidang kedua BPUPKI juga membicarakan tentang pernyataan Indonesia merdeka,


ekonomi dan keuangan, pembelaan negara serta pendidikan dan pengajaran selain membahas
kembali perihal rumusan Piagam Jakarta yang telah diumumkan sebelumnya. Dan dibuat juga
tiga panitia kecil yaitu Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (dipimpin Soekarno), Panitia
Pembelaan Tanah Air (dipimpin Abikusno Cokrosuyoso), serta Panitia Ekonomi dan
Keuanhan (dipimpin Moh. Hatta).

E. Proklamasi kemerdekaan dan Sidang PPKI

Setelah BPUPKI dibubarkan, dan sebagai gantinya pada tanggal 7 Agustus 1945
jepang mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
/Dokuritsu junbi Iinkai. Untuk keperluan membentuk PPKI tersebut, pada tanggal 8 agustus
1945tiga orang tokoh pendiri negara, yaitu I.r Soekarno, Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman
Wedyodiningrat berangkat menemui Jenderal Besar Terauchi, Saiko Sikikan di Saingon.
Dalam pertemuan itu, I.r Soekarno diangkat sebagai ketua dan Moh. Hatta sebagai wakilnya.
PPKI beanggotakan 21 orang termasuk Ketua dan wakil.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Ir. Soekarno mengumumkan bahwa Indonesia akan
merdeka secepat mungkin dan bukan merupakan pemberian Jepang melainkan hasil
perjuangan bangsa sendiri. Sebagai buktinya, atas kehendak bangsa Indonesia sendiri, anggota
PPKI ditambah 6 orang sehingga anggota seluruhnya menjadi 27 orang. Setelah Jepang

11
menyerah pada pihak sekutu tanggal 14 Agustus 1945, kesempatan tersebut digunakan
sebaik-baiknya oleh para pejuang untuk segera menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut pada tengah malam Jum’at Soekarno-Hatta


pergi ke rumah Laksamana Maeda, untuk menegaskanbahwa pemerintah Jepang tidak campur
tangan tentang Proklamasi. Beberapa anggota PPKI merumuskan redaksi naskah proklamasi ,
dan akhirnya konsep Soekarno yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik. Kemudian pagi
hari (jum’at 17 Agustus 1945) di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, pukul 10.00 WIB Bung
Karno didampingi Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi dengan khidmat dan diawali
dengan pidato sebagai berikut:

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya

Jakarta 17 Agustus 1945

Atas Nama Bangsa Indonesia

Soekarno-Hatta

Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang dan
menghasilkan keputusan sebagai berikut.

1. Menetapkan UUD 1945


2. Memilih Presiden dan wakil Presiden, yaitu Soekarno hatta.
3. Membentuk Komite Nasioanal Indonesia Pusat.

Salah satu keputusan sidang PPKI adalah mengesahkan UUD 1945. Dalam pembukaan
Uud 1945 alinea keempat tercantum rumusan sila-sila Pancasila sebagai dasar neagara.

F. Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan

Setelah Proklamasi Kemerdekaan17 agustus 1945 ternyata Indonesia masih menghadapi


kekuatan sekutu yang berupaya untuk menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia,
yaitu pemaksaan untuk mengakui Nica. Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan
kepada dunia luar bahwa negara proklamasi R.I hadiah fasis Jepang.
12
Untuk melawan Propaganda Belanda pada dunia International, maka pemerintah RI
mengeluarkan 3 Maklumat:

a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 oktober 1945


b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945
c. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945

 Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat

Sebagai hasil dari (KMB) di tandatangani suatu persetujuan (Matelresolusi) oleh Ratu
Belanda Yuliana dan Wakil Pemerintahan RI di kota Den Haag pada tanggal 27 Desember
1949, maka berlaku konstitusi RIS, antara lain:

1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (fedelaris) yaitu 16 negara bagian.
2. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan asas demokrasi liberal
dimana menteri bertanggung jawab atas kebijaksanan pemmerintah kepada parlemen
3. Mukaddimah konstitusi RIS telah menghapuskan jiwa dan semangat maupun isi
pembukaan UUD 1945.
 Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950

Berdirinya negara RIS dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah suatu taktik secara
politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam
alinea IV. Maka terjadilah gerakan Unitaristis dan rakyat membentuk negara kesatuan yaitu
dengan menggabungkan diri dengan negara Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta itu
yang hanya berstatus sebagai neara bagian RIS saja. Dan negara bagian RIS tinggal 2 negara
bagian saja yaitu: Negara bagian RI proklamasi, NIT, NST, tapi seluruh negara bersatu dalam
negara kesatuan dengan konstitusi semantara yang berlaku sejak 17 agustus 1950.

 Dekrit presiden 5 juli 1959

Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak memenuhi harapan masyarakat, bahkan
mengakibatkan ketidakstabilan bidang politik, ekonomi, maupun hankam, dikarenakan
berbagai sebab. Atas dasar inilah maka presiden akhirnya mengeluarkan dekrit atau
pernyataan pada tanggal 5 juli 1959, yang isinya:

- Membubarkan konsituante
- Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, tidak berlakunya UUDS 1950

13
- Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya

Berdasarkan dekrit presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di Indonesia hingga
saat ini.

 Masa orde baru

Munculnya orde baru diawali dengan munculnya aksi aksi dan seluruh masyarakat anatara
lain, Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPI), (KAMI), (KAGI), dan lain
sebagainya. Gelombang aksi muncul dengan suatu tuntutan yang terkenal dengan ‘Tritura’
atau Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat, sebagai perwujudan dari tuntutan keadilan dan
kebenaran dan isinya adalah: Pembubaran PKI dan ormasnya; Pembersihan kabinet dan unsur
G30SPKI; penurunan harga

Karena orde lama tidak mampu menguasai pimpinan negara maka presiden memberikan
kekuasaan kepada panglima angkatan darat, dalam bentuk surat perintah 11 maret 1966
(Super Semar). Tugas cukup berat, untuk memulihkan keamanan. Sidang MPRS IV /1966.
Semenjak itu super semar tidak bersumberkan hukum tatanegara darurat akan tetapi
bersumber pada kedaulatan rakyat (Pasal 1 ayat 2 UUD 1945) pemenrintahan orde baru
kemudian melaksanakan pemilu pada tahun 1973 dan terbentuknya MPR (1973).

Demikianlah orde baru berangsur-angsur melaksanakan program dalam upaya untuk


merealisasikan pembangunan nasional sebagai perwujudan pelaksanaan pancasila dan UUD
1945 secara murni.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukan beberapa hal,
betapapun lemahnya pemerintahan suatu rezim tetapi Pancasila tetap bertahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara betapapun ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagi
ideologi bangsa, tapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa
Indonesia, serta bersumber dan digali dari nilai agama, budaya, dab adat istiadat yang hidup
dan berkembang dibumi indonesia. Begitupun pancasial jadi dasar dan motivasi dalam sikap
dan perbuatan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila tidak dapat
dilaksanakan secar terpisah karena merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan yang berhubungan dengan makalah ini.

Kami berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kami demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi kami khusunya para pembaca pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bahar,Safroedin,dkk.,ed. (1955). Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekan Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan Haryono Rinardi
(Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia) 150 Indonesia. Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia. Hatta, Mohammad(1970).

Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2016.

Laurensius Arlien, Pendidikan Kewarganaan, Deepublish, Yogyakarta, 2020.

Saputra Lukman Surya, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan,


Kemendikbud, Klaten, 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai