DISUSUN OLEH:
1. ALFIAN HIDAYATULLAH (19TI025)
2. FARIDA KOMALA SARI (19TI005)
3. FAHRUL ANAS (19TI035)
4. M. RIO AGUS SASMITO (19TI045)
5. RABI’ATUL ADAWIYAH (19TI015)
PRODI
TEKNIK INFORMATIKA (A)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PANCASILA DALAM
KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan
oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran
dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Amin Ya Rabbal’alamin.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanggal 1 Juni 1945 disebut sebagai tanggal lahirnya Pancasila dari pidato
Ir.Soekarno di hadapan para anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Lima dasar/sila yang beliau ajukan beliau namakan sebagai filosofische
grondslag. Pancasila yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan
dasar flsafat Negara Republik Indnesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, Dalam kenyataannya secara objektif Pancasila telah
dimiliki oleh Bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak
zaman kerajaan, yaitu ketika munculnya kerajan Kutai di Kalimantan, Sriwijaya di
Palembang, kerajaan Majapahit d Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Menurut Mr. Muh. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang
bangsa Indonesia. Negara kebangsaaan Indonesia terbentuk melalui tahapan berikut:
a. Zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan dan
Negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan. Kedua
tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia lama.
b. Kebangsaan modern yaitu negara bangsa Indonesia merdeka (sekarang Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945) (sekretariat Negara RI 1995:11).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa sebelum kemerdekaan?
2. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa orde lama?
3. Bagaimanakah Perumusan Pancasila dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
4. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa orde baru?
5. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa reformasi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas
agamaBudha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Banyak musyafir dari
negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu di universitas tersebut terutama
tentang agama Buddha dan bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan studinya
ke India. Malahan banyak guru-guru besar tamu dari India yang mengajar
di Sriwijaya misalnya Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam
suatu negara adalah tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu
berbunyi “marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa” (suatu cita-cita negara yang
adil dan makmur) (Sulaiman, tanpa tahun:53).
c. Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan
di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad
ke VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan
untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Buddha didirikan di Jawa Tengah
bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX). Refleksi puncak
dari Jawa Tengah dalam periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah
dibangunnya candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX), dan
candi Prambanan (candi agama Hindhu pada abad ke X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur muncullah
kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) demikian juga
kerajaan Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan
dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang
diakui oleh kerajaan adalah agama Buddha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang
hidup berdampingan secara damai (Toyyibin, 1997:26). Menurut prasasti Kelagen,
Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerjasama dengan
Benggala, Chola dan Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian
pula Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019
para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan untuk
memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-
nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja
Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan
rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima (Toyyibin, 1997:28-29).
Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke
XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya
kerajaan Majapahit.
3
d. Kerjaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada
yang di bantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung Melayu (Malaysia) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab
tersebut telah telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu tantular mengarang
buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional, yaitu
“Bhineka Tunggal Ika”, atau bunyi lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab tidak
ada agama yang memiliki tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang
ratu dan menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang
berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut: “Saya baru
akan berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang,
Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan” (Yamin, 1960:60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
seperti Rakryan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat
kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh
sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.
4
dibawah pimpinan demak untuk menghadapi portugis dan menghalau kembali ke
Malaka.
b. Perlawana Aceh melawan Portugis
Dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda rakyat Aceh berjuang
mempertahankan kedaulatan Aceh dan mengusir kekuasaan Portugis dari semenajung
Malaka pada tahun 1607 sampai 1636. Pada tahun 1629 armada besar Aceh
menyerang Malaka yang dikuasi portugis. Berkat persatuan dan kesatuan, aceh dapat
menggagalkan usaha penjajahan portugis di wilayahnya.
c. Perlawanan Rakyat Ternate melawan Portugis
Dibawah pimpinan Sultan Hairun rakyat Ternate menentang kekuasaan
Portugis. Portugis terdesak lalu menawarkan perdamian dan mengajak Sultan Hairun
berunding di benteng Portugis. Dalam perundingan tersebut Sultan Hairun itu
dihianati dan dibunuh kemarahan rakyat Maluku pun berkobar. Dibawah Sulatan
Baabullah, putra sultan Hairun, rakyat Maluku menghantam Portugis. Benteng
portugis di kepung dan akhirnya mereka menyerah dan diusir dari ternate.
Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang ke Indonesia dengan mendirikan
suatu perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compaignie).
Tujuan pendirian VOC adalah:
a. Menghilangkan persaingan yang akan merugikan para pedagang Belanda.
b. Menyatukan tenaga untuk menghadapi saingan dari bangsa Portugis dan pedagang-
pedagang lainnya di Nusantara.
c. Mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.
Adapun hak-hak khusus yang diberikan kepada VOC, yaitu:
a. Hak monopoli dalam perdagangan,
b. Hak mengadakan perjanjian dengan raja atau penguasa setempat atas nama
pemerintahan Belanda, dan
c. Hak membentuk pasukan militer, mendirikan benteng, dan mengumumkan perang.
Karena praktek VOC penuh dengan paksaan sehingga mendapatkan perlawanan
dari rakyat dan kerajaan-kerajaan. Penghisapan mulai memuncak ketika belanda
menerapkan system monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan
beban kewajiban terhadap rakyat.
5
gerakan awal gerakan kemerdekaan dan kekuatan sendiri. Lalu mulailah bermunculan
Indische Partij dan sebagainya.
Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas yaitu
Indonesia merdeka. Perjuangan diteruskan dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air
yaitu Indonesia Raya.
6
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat Negara Indonesia,
Soepomo mengusulkan hal-hal mengenai:
I. Kesatuan
II. Kekeluargaan
III. Keseimbanagan lahir dan batin
IV. Musyawarah
V. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno (1Juni 1945)
Dalam hal ini Ir.Soekarno menyampaikan dasar Negara yang terdiri atas lima
prinsip yang rumusannya yaitu:
I. Nasonalisme (kebangsaan Indonesia)
II. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
III. Mufakat atau demokarasi
IV. Kesejahteraan sosial
V. Ketuhanan yang Maha Esa
Beliau juga mengusulkan bahwa Pancasila adalah sebagai dasar filsafat
Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Soekarno mengubah nama Panca
Dharma untuk kelima dasar tersebut menjadi Pancasila.
Pada akhir Sidang Pertama, Ketua Sidang BPUPKI membentuk sebuah panitia
kecil yang terdiri dari delapan orang (Panitia Delapan) dan diketuai oleh Ir. Soekarno
yang mempunyai tugas antara lain, mengumpulkan dan menggolongkan usul yang
diajukan peserta sidang.
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Delapan mengadakan pertemuan dengan 38
orang anggota BPUPKI untuk mencari titik temu antara golongan paham kebangsaan dan
golongan Islam. Rapat tersebut membentuk pula suatu panitia kecil yang terdiri atas
sembilan orang.
Panitia Sembilan itu mencapai hasil, yaitu dicapainya persetujuan antara pihak
Islam dan kebangsaan. Persetujuan tersebut termasuk dalam suatu naskah rancangan
pembukaan hukum dasar (rancangan preambul hukum dasar) yang berbunyi:
‘‘ …….. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesa itu dalam suatu
hukum dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’’.
7
Konsensus antara golongan kebangsaan dan golongan Islam pada tanggal 22 Juni
1945 itu dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Dalam rancangan preambul hukum dasar terdapat rancangan dasar negara yaitu:
I. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya
II. Kemanusiaan yang adil dan beradab
III. Persatuan Indonesia
IV. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/perwakilan
V. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
8
mengambil keputusan sendiri atau secara sepihak dengan cara memproklamasikan
kemerdekaan.
Putusan sepihak yang diambil bangsa Indonesia ini membuktikan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia bukan sebagai hadiah dari Jepang, melainkan
kemerdekaan atas dasar perjuangan dengan kekuatan sendiri. Rancangan pernyataan
Indonesia merdeka yang disusun oleh BPUPKI tidak digunakan dan diganti dengan
naskah proklamasi yang baru.
Teks Proklamasi dirumuskan dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Dr. Moh.
Hatta atas nama Indonesia setelah disetujui oleh anggota-anggota PPKI dan para pemuda
yang hadir di jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta menjelang dini hari tanggal 17 Agustus
1945.
Teks tersebut dibacakan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul
10.00 waktu setempat di halaman rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta,
dengan didahului oleh suatu pidato singkat.
PPKI menetapkan:
a. Menetapkan Undang-Undang Dasar dengan perubahan-perubahan dasar negara
dirumuskan menjadi: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila yang sah dan autentik.
b. Mengangkat Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
c. Tugas-tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional.
9
c. Setelah proklamasi kiemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia masih menghadapi tentara
sekutu yang berupaya menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu
pemaksaan untuk mengakui pemerintahan NICA (Netherlands Indies Civil
Administration).
Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan kepada dunia luar bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari Jepang. Untuk melawan propaganda tersebut,
pemerintah Indonesia mengeluarkan tiga buah maklumat sebagai berikut:
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan
luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya selama 6 bulan). Kemudian
maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang oleh
Presiden kepada KNIP.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan partai politik
sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan bahwa salah satu
ciri demokrasi adalah multi partai. Maklumat ini juga sebagai upaya agar dunia luar
menilai bahwa negara Indonesia sebagai negara yang demokratis.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, intinya maklumat ini mengubah
sistem kabinet Presidensial menjadi sistem kabinet Parlementer berdasarkan asas
demokrasi liberal.
Keluarnya tiga maklumat tersebut mengakibatkan ketidakstabilan di bidang politik
karena sistem demokrasi liberal bertentangan dengan UUD 1945, serta secara ideologis
bertentangan dengan Pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet parlementer maka
pemerintahan Negara Indonesia mengalami jatuh bangun sehingga membawa konsekuensi
serius terhadap kedaulatan Negara Indonesia.
10
2. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
Berdirinya Negara RIS dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia adalah sebagai
satu taktik secara politis, untuk tetap konsisten terhadap deklarasi proklamasi yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu Negara persatuan dan kesatuan
sebagaimana dalam alinea keempat, bahwa pemerintah negara “………., yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia……….” , yang
berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Maka terjadilah gerakan unitaristis secara spontan
dan rakyat membentuk negara kesatuan menggabungkan diri dengan negara proklamasi
RI yang berpusat di Yogyakarta.
Pada suatu ketika negara bagian RIS tinggal tiga buah saja yaitu Negara Bagian
RI Proklamasi, Negara Indonesia Timur (NIT), dan Negara Sumatra Timur (NST).
Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan Negara RI tanggal 19 Mei 1950 seluruh
Negara bersatu dalam Negara Kesatuan dengan konstitusi sementara yang berlaku sejak
17 Agustus 1950 dengan nama UUD Sementara 1950.
11
pemerintahan Orde Baru yang berkuasa sampai tahun 1998, kemudian digantikan
dengan pemerintahan Reformasi sampai sekarang.
12
Oleh karena itu, “kembali pada Pancasila” sangatlah penting. “Kembali pada
Pancasila” berarti kembali memurnikan jiwa bernegara sehingga nantinya dapat membawa
rakyat pada kesejahteraan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai Pancasila dalam Kejayaan Nasional:
I. Nilai Ketuhanan
Telah terbukti agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.
II. Nilai Kemanusiaan
Mengadakan hubungan dagang dan bekerjasama satu sama lain.
III. Nilai Persatuan
Adanya cita-cita membangun persatuan dan kesatuan nusantara raya.
IV. Nilai Kerakyatan
Adanya pelaksanakan musyawarah dan mufakat dalam sistem kerajaan.
V. Nilai Keadilan
Telah terbukti ketika pemimmpin atau raja yang membuat rakyatnya sejahtera.
B. Saran
Adapun saran dari kami tentang makalah “PANCASILA DALAM KONTEK SEJARAH
PEJUANGAN BANGSA INDONESIA” ini bisa menumbuhkan kesadaran pada diri kita bahwa
pentingnya kita mempelajari sejarah pancasila karena dapat menumbuhkan jiwa patriotik, rasa
cinta tanah air, menikatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah
bangsa serta sikap menghargai jasa para pahlawan, dan berorientasi ke masa depan berdasarkan
jati diri bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
14
DAFTAR PUSTAKA
15