PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA
Lokal : 1 B Reguler
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Pancasila Dalam Konteks Sejarah Bangsa".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.3 Manfaat mempelajari sejarah Pancasila.........................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Sejarah Pancasila Pada Masa Kerajaan......................................................3
2.2 PANCASILA PADA MASA KERAJAAN...................................................4
2.2.1 Kerajaan Kutai........................................................................................4
2.2.2 Kerajaan Sriwijaya..................................................................................4
2.2.3 Kerajaan Majapahit.................................................................................6
2.3 Masa Kolonial Belanda Dan Jepang..............................................................6
2.3.1 Masa Penjajahan Belanda.......................................................................6
2.3.2 Masa Penjajahan Jepang.........................................................................8
2.4 Masa Kebangkitan Nasional (Semangat Nasional)......................................13
2.4.1 Kebangkitan Nasional...........................................................................13
BAB III..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami sejarah Pancasila pada masa kerajaan (Kutai, Sriwijaya,
dan Majapahit).
2. Untuk memahami sejarah Pancasila pada masa kolonial (Belanda dan
Jepang).
3. Untuk memahami sejarah Pancasila pada masa Kebangkitan Nasiaonal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
seloka persatuan nasional Bhinneka Tunggal Eka yang artinya walaupun
berbeda-beda namun satu jua. Pada tahun 1331 Majapahit Gajah Mada
mengucapkan sumpah palapa yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh
nusantara raya.
Setelah masa kerajaan dan penjajah lahirlah masa orde lama, masa
orde baru, dan reformasi, sebab itu Pancasila saat ini masih menjadi filsafat
Negara Republik Indonesia.
4
Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu: pertama, zaman Sriwijaya di
bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedatuan. Kedua,
negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan
keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia
lama. Kemudian ketiga, kebangsaan modern yaitu negara bangsa
Indonesia
merdeka (sekarang negara proklamasi 17 agustus 1945) (sekretariat
negara RI 1995:11), Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra
yaitu kerajaan Wijaya, dibawah kekuasaan bangsa Syatiendra. Hal ini
termuat dalam prasasti Kedudukan Bukitdi kaki bukit Sguntang dekat
Palembang yang bertarikh 605 caka atau 683 M., dalam bahasa melayu
kuno huruf Pallawa Kerajaan itu adalah kerajaan Maritim yang
mengandalkan kekuatan lautnya, kunci-kunci lalu-lintas laut di sebelah
barat dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775).
Pada zaman itu kerjaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup
disegani di kawasan asia selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuhan
An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi
sehingga rakat mudah untuk memasarkan dagangannya (Keneth R. Hall,
1976: 75-77). Demikian pula dalam sistem pemerintahaannya terdapat
pegawai pengurus pajak, harta benda, kerajaan, rokhaniawan yang menjadi
pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci
sehingga pada saat itu kerajaan dalam menjalankan sistem negaranya tidak
dapat dilepaskan dengan nilai Ketuhanan(Suwarno, 1993, 19).
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu
universitas agamaBudha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia.
Banyak musyafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih
dahulu di universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa
Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India, Malahan banyak guru-
guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara
5
adalah tercemin pada kerajaanSriwijaya tersebut yaitu berbunyi 'marvaat
vanua criwijaya dhayatra subhiksa' (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur) (Sulaiman, tanpa tahun :53).
6
samudera dan dua benua. Selain itu Indonesia juga terletak di jalur
perdagangan dunia. Di samping tanahnya sangat subur, Indonesia juga
mempunyai kandungan alam yang banyak, seperti minyak. emas, dan
tembaga. Di antara bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia,
Belandalah yang paling bernafsu menguasai Indonesia. Untuk
melaksanakan tekadnya itu Belanda mendirikan VOC. VOC adalah kongsi
dagang Belanda yang mencari keuntungan yang sebesar- besarnya di
Indonesia. Oleh karena itu, mereka tidak menghiraukan kemajuan
Indonesia. Setelah satu abad malang melintang di Indonesia, pada tahun
1799 VOC dibubarkan.
Adapun sebab-sebab jatuhnya VOC antara lain karena korupsi
yang merajalela di kalangan para pegawainya. Selain itu, banyak
pegawainya yang tidak cakap. Hal ini menyebabkan pengendalian
monopoli perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sebab lain
adalah VOC banyak menanggung hutang. Hutang tersebut akibat
peperangan yang dilakukan baik dengan rakyat Indonesia maupun dengan
Inggris dalam memperebutkan kekuasaan di bidang perdagangan.
Selain itu terjadi kemerosotan moral di kalangan para pegawai
akibat sistem keungan yang dinilai kurang transparan. Keserakahan VOC
membuat penguasa lokal tidak bersungguh-sungguh membantu VOC
dalam perdagangan. Akibatnya, rempah-rempah yang diperoleh VOC
tidak seperti yang diharapkan.
Penyebab terakhir adalah tidak jalannya Verplichte leverantien
penyerahan paksa dan Preangerstelsel aturan Priangan karena korupsi dan
biaya pengeluaran yang terlalu besar. Kedua aturan itu dimaksudkan untuk
mengisi kas VOC yang kosong. Verplichte leverentien mewajibkan
penduduk menyerahkan hasil bumi berupa lada, kayu, kapas, beras, nila,
dan gula kepada VOC dengan tarif yang ditentukan VOC. Preangerstelsel
mewajibkan rakyat menanam kopi lalu menyerahkannya kepada VOC
dengan tarif yang ditentukan VOC. Setelah VOC bubar, Indonesia
diserahkan kepada pemerintah Belanda Republik Bataaf. Pegawai-pegawai
VOC menjadi pegawai pemerintah Belanda.
Hutang VOC juga menjadi tanggungan negeri Belanda. Dengan
demikian sejak tanggal 1 Januari 1800 Indonesia dijajah langsung oleh
negeri Belanda. Sejak saat itu Indonesia disebut Hindia Belanda. Sejak itu
di Indonesia berlangsung masa kolonialisme
Kolonialisme adalah sistem di mana suatu negara menjalankan
politik pendudukan atau penjajahan Setelah Indonesia menjadi Hindia
Belanda, ternyata nasibnya juga tidak lebih baik dibanding masa VOC.
Hal ini disebabkan karena karakter pimpinan kolonial di Indonesia yang
7
kurang bersahabat dengan rakyat dan tujuan Belanda menguasai Indonesia
juga tidak berubah.
Indonesia yang sejak dahulu telah dikenal sebagai penghasil
rempah-rempah, selalu menjadi incaran banyak bangsa untuk menguasai
Indonesia. Tidak heran banyak terjadi perang antarbangsa untuk
memperebutkan Indonesia.
Seiring dengan uraian di atas, maka pada bagian berikut ini akan
diuraikan tentang masa politik kolonial liberal 1800-1811, masa
penjajahan liberal di Indonesia atau masa pemerintahan Raffles 1811-
1816, masa Komisi Jenderal 1816-1819, sampai dengan masa
pemerintahan Van der Capellen 1819-1825. B. Masa Politik Kolonial
Liberal 1800-1811 Politik kolonial liberal digelar sejak 1 Januari 1800,
dijalankan oleh gubernur Jenderal van Straten dan Gubernur Jenderal
Daendels. Pada tahun 1800, Negeri Belanda berada di bawah penjajahan
Perancis. Perancis di bawah Napoleon berhasil merebut Belanda, sehingga
secara tidak langsung Indonesia dijajah Perancis
Ada banyak Perlawanan dari bangsa Indonesia terhadap Kolonial
Belanda, rakyat Indonesia bersatu untuk bebas dari penjajahan Belanda,
setiap daerah melawan Infansi yang dilakukan Oleh belanda seperti
Perang Padri, Perang Patimura, Perang Diponogoro, Perang Jagaraga Bali,
Perang Banjar, Perang Aceh. Perlawanan Rakyat Batak, semua perlawanan
tersebut mencerminkan Pancasila pada sila ketiga yaitu KESATUAN
INDONESIA.
8
peran melawan Sekutu Barat yaitu (Amerika, Inggris, Rusia, Perancis,
Belanda da negara Sekutu lainnya) nampaknya Jepang semakin terdesak.
Oleh karena it agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia, maka
pemerintah Jepan bersikap bermurah hati terhadap bangsa Indonesia, yaitu
menjanjikan Indone sia merdeka di kelak kemudian hari.
Pada tanggal 29 april 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun
Kaisa Jepang beliau memberikan hadiah 'ulang tahun' kepada bangsa
Indonesia yaitu janji kedua pemerintah Jepang berupa 'kemerdekaan tanpa
syarat'. Janji itu disampaikan kepada bangsa Indonesia seminggu sebelum
bangsa Jepang menyerah, dengan Maklumat Gunseikan (Pembesar
Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di seluruh Jawa dan
Madura), No. 23. dalam janji kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa
Indonesia diperkenankan untuk memperjuangkan kemerdekaannya.
Bahkan dianjurkan kepada bangsa Indo- nesia untuk berani mendirikan
negara Indonesia merdeka di hadapan musuh- musuh Jepang yaitu Sekutu
termasuk kaki tangannya Nica (Ntherlands Indie Civil Administration),
yang ingin mengembalikan kekuasaan kolonialnya di Indonesia. Bahkan
Nica telah melancarkan serangannya di pulau Tarakan dan Morotai.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia
maka sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang
bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Dokuritu Zyunbi Tioosakai.
A. BPUPKI
pembentukan BPUPKI sendiri diumumkan oleh Letnan Jendral
Kumakici Harada selaku pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di
Indonesia pada 1 Maret 1945 dan mengumumkan pengurusannya pada 29
April 1945.
Hal ini dilakukan karena pada awal tahun 1945, Jepang mulai
terdesak dalam Perang Pasifik, dan bayang-bayang kekalahan mulai
9
muncul karena garis pertahanan Jepang di Pasifik telah hancur oleh
serangan Sekutu.
BPUPKI diketuai oleh Dr. Rajiman Widyioningrat dan wakil-
wakilnya, yakni Ichibangase dari Jepang sekaligus Kepala Bidang
Perundingan, dan RP. Soeroso yang merangkap sebagai Kepala Sekretariat
dengan dibantu oleh Toyohito Masuda dan Mr. AG Pringgodigdo.
Selain untuk membantu Jepang, maksud maupun tujuan dari
pembentukan BPUPKI ini adalah untuk menyelidiki serta mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan negara Indonesia. Termasuk
merumuskan dasar-dasar negara.
1. Sidang Perama BPUPKI
Pada sidang BPUPKI pertama, tiga tokoh Indonesia mengusulkan
dasar negara, yakni M. Yamin pada 29 Mei 1945, Prof. Dr. Mr.
Soepomo pada 31 Mei 1945, dan Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945.
1) Mr. Moh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya, Moh Yamin mengusulkan lima dasar negara
kebangsaan Indonesia;
a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan
c) Peri Ketuhanan
d) Peri Kerakyatan
e) Kesejahteraan Rakyat
2) Mr. Supomo (31 Mei 1945)
Sementara itu, Mr. Soepomo mengajukan dasar-dasar negara,
yakni;
a) Persatuan
b) Kekeluargaan
c) Keseimbangan Lahir dan Batin
d) Musyawarah,
e) Keadilan Rakyat
10
3) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Dalam pidatonya, Soekarno turut menyampaikan
pandangannya terkait dasar negara hingga tercetuslah istilah
Pancasila yang berarti lima dasar. Berikut merupakan lima
dasar yang diusulkan Soekarno
a) Kebangsaan Indonesia
b) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c) Mufakat atau Demokrasi
d) Kesejahteraan Sosial
e) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Sidang Kedua BPUPKI
Sidang BPUPKI kedua menghasilkan rumusan dasar negara dan
rancangan Undang-Undang Dasar (UUD). Panitia ini menyetujui
Rancangan Preambul, yakni Piagam Jakarta yang sudah ditandatangani
pada 22 Juni 1945.
Panitia ini juga membentuk Panitia Kecil pada 11 Juli 1945 yang
bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali UUD yang sudah
disepakati. Pada 13 Juli 1945, Panitia Perancang UUD membahas hasil
kerja Panitia Kecil atau Panitia Sembilan.
Panitia Perancang UUD dari BPUPKI pada 14 Juli 1945
melaporkan hasil kerja berupa rancangan penyataan Indonesia merdeka
atau Declaration of Independence.
Kemudian dihasilkan juga rancangan pembukaan UUD yang
konsepnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta yang memuat
dasar negara.
Pada sidang kedua, BPUPKI juga menerima hasil kerja 23 anggota
Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai Abokoesno Tjokrosoejoso
dan 23 anggota Panitia Soal Keuangan dan Ekonomi yang
11
B. PPKI
Berbeda dengan Badan Penyelidik (Dokuritu Zyunbi Tioosakai),
dalam susunan kepanitiaan Panitia Persiapan kemerdekaan indonesia
(Dokuritu Zyunbi linkai) tidak duduk seorangpun bangsa Jepang,
demikian pula dalam kantor tata usahanya.
Sekembalinya dari Saigon pada tanggal 14 Agustus 1945 di Kema-
yoran Ir. Soekarno mengumumkan di muka orang banyak bahwa bangsa
Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin), dan
kemerdekaan bangsa Indonesia bukan merupakan hadiah dari Jepang
melainkan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Oleh
kare na itulah maka ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
kemudian menambahkan sejumlah anggota atas tanggungjawabnya
sendiri. Agar dengan demikian sifat Panitia Persiapan Kemedekaan itu
berubah menjadi badan pendahuluan bagi Komite Nasional. Dalam
bathinnya sebagai Komite Nasional, Panitia Persiapan Kemerdekaan itu
menyelenggarakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dan kemudian memilih Presiden dan Wakil Presiden. Dalam hal ini untuk
tidak dilupakan bahwa anggota- anggotanya datang dari seluruh kepulauan
Indonesia sebagai wakil-wakil daerah masing-masing, kemudian ditambah
dengan enam orang lagi sebagai wakil golongan yang terpenting dalam
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang pada hakikatnya juga sebagai Komite Nasional memiliki
sifat representatif, sifat perwakilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan fakta sejarah tersebut ternyata bahwa Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang semula adalah merupakan badan
bentukan Pemerintah Tentara Jepang, kemudian sejak Jepang jatuh dan
kemudian ditambahnya enam anggota baru atas tanggungan sendiri maka
berubahlah sifatnya dari badan Jepang menjadi badan nasional sebagai
badan pendahu- luan bagi Komite Nasional. Adapun enam anggota baru
tambahan tersebut adalah (1) Wiranatakusuma, (2) Ki Hadjar Dewantara,
12
(3) Kasman Singo- dimejo, (4) Sajuti Melik, (5) Mr. Iwa Kusuma
Sumantri, dan (6) Mr. Achmad Sochardio
1. Sidang PPKI Pertama
Hasil Sidang Pertama PPKI Tanggal 18 Agustus 1945.
Berikut hasil sidang pertama PPKI.
1. Menetapkan UUD 1945.
2. Memilih presiden dan wakil presiden Indonesia
3. Membentuk KNIP
2. Sidang PPKI Kedua
Hasil Sidang Kedua PPKI Tanggal 19 Agustus 1945
Berikut hasil sidang kedua PPKI.
1. Menetapkan susunan kementerian
2. Menetapkan pembagian wilayah provinsi di Indonesia
3. Sidang PPKI Ketiga
Hasil Sidang Ketiga PPKI Tanggal 22 Agustus 1945
Berikut hasil sidang ketiga PPKI.
1. Membentuk komite nasional
2. Membentuk PNI
3. Membentuk BKR
13
Sudirohusodo dengan Budi wan Utomonya. Gerakan inilah yang
merupakan awal gerakan nasional untuk mila mewujudkan suatu bangsa
yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang
p merupakan pelopor pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu
munculah organisasi-organisasi pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi
pergerakan nasional itu antara lain: Sarekat Dagang Islam (SDI) (1909),
yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan
politik dengan mengganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI) tahun
(1911) di bawah H.O.S.Cokroaminoto. Berikutnya munculah Indische
Partij (1913), yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Dekker,
Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (yang kemudian lebih dikenal
dengan nama Ki Hajar Dewantoro).
Sejak semula partai ini menunjukkan keradikalannya, sehingga
tidak dapat berumur panjang karena pemimpinnya dibuang ke luar negeri
(1913).Dalam situasi yang menggoncangkan itu munculah Partai Nasiona
ya Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangun
kusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah kini perjuangan nasional
Indonesia dititik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas
yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu diekspresikannya dengan kata-kata
yang jelas ke kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang
tokoh-tokohnya antara lain: Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro
Purbopranoto, tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan
nasional kemudian diikuti dengan Sumpah pemuda tanggal 28 Oktober
1928, yang isinya satu Bahasa, satu Bangsa dan satu tanah air Indonesia.
Lagu Indonesia raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan
dan sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bentuk nya
dengan Partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudia
golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir mendirikan PN
14
baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyan
kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.
15
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pancasila dalam bahasa Sanksekerta memiliki dua macam arti
secara Leksikal. Pertama, "Panca" artinya Lima dan "Syila" artinya batu
sendi, alas, atau dasar. Kedua, "Syiila" yang artinya peraturan tingkah laku
yang baik. M. Yamin kemudian menegaskan bahwa Pancasila secara
etimologis yang dimaksud adalah Panca dengan Syila yang pertama yang
memiliki makna leksikal "berbatu sendi lima" atau dimaknakan dengan
"dasar yang memiliki lima unsur".
Dalam sejarah, nilai-nilai yang ada pada Pancasila sejatinya sudah
lama ada dan melekat dalam bangsa Indonesia seperti nilai percaya akan
adanya tuhan, gotong royong dan musyawarah. Nilai-nilai Pancasila itu
sendiri sudah ada sejak zaman Kerajaan Kutai, Kerajaan Sriwijaya,
kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit, Kerajaan Majapahit, zaman
penjajahan, era kebangkitan Nasional, dan bahkan sampai saat ini. Nilai-
nilai adat istiadat dan nilai religius yang sudah ada sejak zaman dahulu
tersebut sudah melekat dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia zaman dahulu dan menjadi pandangan hidup,
sehingga dengan demikian apabila ada pertanyaan tentang Kausa Materialis
Pancasila maka Kausa Materialis Pancasila adalah bangsa Indonesia itu
sendiri.
Nilai-nilai yang ada sejak zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia itu
kemudian dituangkan dan dirumuskan dalam Pancasila dan disahkan secara
formal sebagai dasar falsafah bangsa Indonesia. Pancasila dalam sejarah
bangsa Indonesia telah menempuh jalan yang panjang dan penuh
perjuangan sehingga apabila memahaminya hanya sepenggal dan tidak
komprehensif maka tidak jarang menim- bulkan perbedaan persepsi.
Bahkan tidak jarang yang berpikir bahwa Pancasila sudah ada sejak dahulu,
sejak zaman nenek moyang dan Indonesia masih asri karena sumber daya
alam belum tereksploitasi seperti sekarang.
16
Semua momen tersebut memiliki kaitan dalam sejarah Pancasila
ditetapkan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu,
bangsa yang kuat adalah bangsa yang belajar dari pengalaman bersejarah
pada masa lalu.
III.2 Saran
Saran kami dalam makalah ini adalah untuk menmbah lagi wawasan
bagi para pembahca agar kita sebagai bangsa Indonesia mampu menjunjung
tinggi dan mengamalkan setiap sila-sila Pancasila, untuk terus
memperhatikan lingkungan sekitar akan organisasi-organisasi kepemudaan
yang membawa dampak baik bagi kehidupan masyarakat karena organisasi
tersebut dapat berpengaruh bagi para pemuda sebagai generasi penerus
bangsa yang menjadi harapan dimasa yang akan datang, untuk lebih
meningkatkan kesadaran akan menerapkan nila-nilai Pancasila agar sikap
yang dilakukan para anggota pemuda Pancasila dapat sesuai dengan visi dan
misi dari organisasi pemuda Pancasila tersebut, yaitu menciptakan manusia
yang berjiwa pancasila dansenantiasa menjadi pemuda-pemuda yang
berguna bagi bangsa dan Negara Indonesia.
17
DAFTAR PUSTAKA
18