Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya sebagai penulis telah berhasil menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa
selalu dipanjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW beserta
keluarganya, para sahabatnya, para tabi'in, para tabi'ut, serta kita semua umatnya hingga akhir
zaman.
Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata kuliah umum yang wajib ditempuh
di Universitas Al - Azhar. Salah satu bab dari bahan ajar mata kuliah Pendidikan Pancasila
yaitu “Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia” yang akan diuraikan
dalam bentuk makalah oleh kelompok 5 selaku penulis. Penulisan makalah ini dalam rangka
memenuhi penugasan yang telah diamanatkan kepada masing-masing kelompok dalam mata
kuliah Pendidikan Pancasila.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberi masukan-masukan kepada kami selaku penulis. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Muhammad Fauzi S.H., M.H selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila, serta seluruh pihak yang telah memandu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan
laporan ini. maka Kami mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengenai nilai-nilai apa yang telah tumbuh dan menjadi jati diri bangsa sehingga
menjadikan negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Selain itu, Pancasila juga
berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta
perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
Untuk menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaaan, kesadaran pada sejarah bangsa serta sikap
menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi ke masa depan, disinilah
dibutuhkannya pengetahuan mengenai Pancasila.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pentingnya untuk mengetahui implementasi Pancasila di era kerajaan
2. Mengetahui Pentingnya untuk mengetahui penerapan Pancasila pada masa
penjajahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri,
serta sedekah kepada para Brahmana.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai
integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah
Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di
Jawa.
4
agam Budha dan bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan
banyak guru-guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara adalah
tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua criwijaya
dhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur) (Sulaiman, tanpa
tahun : 53).
5
Zaman Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada
yang di bantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan
Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut
telah telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu tantular mengarang buku Sutasoma, dan
didalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional, yaitu “Bhineka Tunggal
Ika”, yang bunyi lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”,
artinya walaupun berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang
memiliki tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu
dan menteri- menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan
berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda,
Palembang dan Tumasik telah dikalahkan” (Yamin, 1960 : 60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
seperti Rakryan I Hino , I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat
kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem
pemerintahan kerajaan Majapahit.
6
tanaman rempah-rempah. Keuntungan Portugis yang luar biasa atas monopoli rempah-
rempah yang amat berharga di Eropa, mendorong pula tetangganya berdagang di
daerah surga rempah-rempah itu. Demikianlah orang Belanda pada abad XVI sampai
ke Indonesia. Untuk menghindarkan persaingan di antara mereka sendiri (Belanda),
didirikanlah suatu perkumpulan dagang yang bernama Verenigde Oost Indische
Compagnie (VOC) yang kemudian dikenal oleh rakyat dengan nama singkatnya
Kompeni. Mereka menyingkirkan saingannya (Portugis).
Kompeni mulai berhasil menanamkan kekuasaan politiknya di Indonesia.
Tujuan dagang selalu diikuti dengan kekuasaan politik, seperti penguasaan daerah-
daerah (Maluku, Jayakarta, Malaka, Mataram, Makasar, Banten dll) dan sebagainya.
Pada abad XVII, kompeni telah memperluas daerah kekuasaannya sampai ke daerah
yang vital artinya bagi dunia perniagaan dan politik Indonesia pada waktu itu.
Pada permulaan abad XIX penjajah Belanda mengubah sistem kolonialismenya
dari VOC menjadi badan pemerintahan resmi, yakni pemerintahan Hindia Belanda.
Inggris sempat berkuasa, namun tidak lama kemudian Belanda menguasai lagi. Usaha
Belanda memperkuat kolonialismenya tetap mendapat perlawanan dari bangsa
Indonesia, seperti: Patimura di Maluku (1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-
1837), Diponegoro di Mataram (1825-1830), Jelantik di Bali (1850), Anang Agung
Made di Lombok (1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di Aceh
(1873-1940), Sisingamangaraja di tanah Batak (1900). Perjuangan mereka melawan
penjajahan Belanda tersebut tidak membuahkan hasil, karena belum ada persatuan dan
koordinasi secara bersama di antara mereka. Mereka gagal dan kolonialisme semakin
memperkukuh kedudukannya di Indonesia.
Penghisapan makin memuncak ketika Belanda melakukan sistem ekonomi
Tanam Paksa (1830-1870), Belanda memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat
untuk mengumpulkan kekayaan demi penuhnya kas negeri Belanda sendiri. Di tengah
kerakusan pemerintah Belanda tersebut, bangakitlah kaum liberal di negeri Belanda
yang menentang sistem Tanam Paksa yang kejam itu dan mengusulkan sistem ekonomi
liberal, sehingga membuka jalan bagi modal-modal partikulir yang sedang kehausan
tampat berusaha mencari keuntungan. Hal inilah yang semakin memberi peluang
luasnya ladang penghisapan penjajah, yang bukan hanya di bidang pertanian,
melainkan juga di bidang pertambangan seperti minyak, timah, batu bara, dll. Rakyat
Indonesia menjadi abdi dan kuli pemodal-pemodal asing itu untuk sesuap nasi. Rakyat
menderita kemiskinan di tengah-tengah kekayaan alamnya sendiri.
7
Penderitaan rakyat memukul hati nurani beberapa humanis Belanda, sehingga
mereka menganjurkan adanya politik etika di Indonesia. Politik ini sejenis politik
“Hutang Budi” dengan memberi irigasi, emigrasi dan edukasi. Politik yang
kedengarannya manis ini, tetap menguntungkan kaum kapitalis yang sedang berkiprah
di Indonesia.
Penjajah Belanda membuat kedaulatan negara hilang, persatuan dihancurkan,
kemakmuran lenyap, dan wilayah diinjak-injak oleh penjajah. Semua yang telah dicapai
oleh bangsa Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi lenyap.
Penjajahan Eropa yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia tersebut
mendapat perlawanan secara fisik dari bangsa Indonesia. Mereka dengan semangat
patriotik berjuang menentang penjajahan Belanda, tetapi perjuangan pada waktu itu
sifatnya masih kedaerahan, sehingga mereka tidak berhasil. Beberapa nama pahlawan
yang berjuang melawan penjajahan pada saat itu, yakni Sultan Agung di Mataram abad
XVII dan XVIII (1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki
Tapa di Banten (1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo
di Jatim (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680), dll.
Berhasilnya Belanda berkuasa di Indonesia disebabkan antara lain oleh karena
adanya politik devide et impera yang memecah belah bangsa menjadi kepingan-
kepingan kekuasaan yang berupa kerajaan-kerajaan kecil, yang terisolasi satu dengan
yang lain.
1. Kebangkitan Nasional
Dengan kebangkitan dunia timur pada abad XX di panggung politik
internasional tumbuh kesadaran akan kekuatan sendiri, seperti Philipina (1839) yang
dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), adapun
Indonesia diawali dengan berdirinya Budi Utomo yang dipelopori oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo pada 20 Mei 1908.
Kemudian berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909, Partai Nasional
Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono dan
tokoh lainnya. Sejak itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas
yaitu Indonesia merdeka.
Kemudian Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak yang penting dalam
perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai persatuan nasional.
Pernyataan lahirnya bangsa Indonesia diambil dari ikrar para pemuda Indonesia, dalam
8
sidang pleno ke-3 Kongres Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928, di gedung
Indonesisch Clubgebouw di jalan Keramat Raya 106 Jakarta. Kongres pemuda II, yang
dipelopori oleh Muh. Yamin, Kuntjoro Purbopranoto, dan Wongsonegoro,
diselenggarakan oleh organisasi-organisasi pemuda Indonesia: Jong Java, Jong
Soematra (Pemuda Sumatera), Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond,
Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia.
Dari kongres itu, para pemuda Indonesia mengumandangkan sumpah yang
berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air dan bahasa yang satu, yaitu Indonesia.
Sumpah Pemuda menunjukkan tekad pemuda Indonesia untuk bersatu dan tidak mau
terpecah-pecah. Tali pengikat persatuan itu adalah bahasa Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, sebagai wujud persatuan, para pemuda indonesia
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama komponisnya, Wage Rudolf
Soepratman. Selain itu, sebagai pengungkapan keinginan membentuk suatu bangsa
yang merdeka, bendera kebangsaan, Merah Putih dikibarkan untuk pertama kalinya.
Dari ikrar Sumpah Pemuda tercermin nilai-nilai yang nantinya terdapat dalam
Pancasila. Nilai- nilai itu adalah: kemanusiaan (menghargai bahwa mereka saling
menghormati), persatuan (ikrar bahwa mereka satu nusa dan satu bangsa), demokrasi
(mengakui bahwa mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama, memikirkan nasib
tanah air dan bangsanya), dan keadilan (menuntut haknya untuk mendirikan negara
merdeka yang telah direbut Belanda). Nilai-nilai itu harus dimengerti dalam konteks
waktu itu, yakni keinginan membentuk suatu bangsa yang merdeka.
2. Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan
belaka, sehingga tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda
tanggal 10 Maret 1940. Kemudian penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan
propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang,
penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, janji ini
diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan
memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan
bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang
bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi
9
Tioosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Rajiman
Widyodiningrat, yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada siding BPUPKI
adalah membahas tentang dasar negara.
10
merdeka. Tokoh pemuda terdiri : Sukarni, Winoto Danu Asmoro,
Abdulrochman dan Yusuf Kunto. Rombongan yang terdiri dari Mr.
A.Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto tiba di Rengasdengklok dengan tujuan
untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
7. Rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta langsung menuju rumah
Laksamana Maeda di jln. Imam Bonjol no. 1. Di tempat ini tokoh-tokoh bangsa
Indonesia berkumpul untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Teks versi terakhir proklamasi yang telah diketik ditandatangani oleh Ir.
Soekarno dan Drs.Moh Hatta.
8. Pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur no. 56
(sekarang gedung Pola). Sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan
keputusan sebagai berikut :
a. mengesahkan berlakunya UUD 1945
b. memilih Presiden dan Wakil Presiden
c. menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
sebagai badan musyawarah darurat. Pembentukan KNIP dalam masa
transisi dari pemerintah jajahan kepada pemerintah nasional seperti yang
diatur dalam pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945.
11
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). KMB diadakan di Den Hag pada tanggal 23
Agustus 1949 sampai 2 November 1949. Kesepakatan yang dicapai dalam KMB
adalah:
1. Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
2. Pengakuan kedaulatan oleh pemerintah kerajaan Belanda kepada pemerintah
negara RIS.
3. Didirikan uni antara RIS dan kerajaan Belanda.
Pada tanggal 27 Desember 1945, Ratu Yuliana menandatangani piagam
pengakuan kedaulatan RIS dan menyerahkan kedaulatan RIS. Sejak saat itu Konstitusi
RIS diberlakukan untuk menggantikan UUD 1945. UUD 1945 hanya berlaku di negara
bagian RI. Konstitusi RIS menetapkan bentuk negara serikat yang terdiri dari 16 negara
bagian. Konstitusi ini juga menetapkan sifat pemerintahan berdasarkan demokrasi
liberal. Dalam pemerintahan diberlakukan kabinet parlementer. Para menteri
bertanggungjawab langsung kepada parlemen. Dalam alinea IV Mukadimah Konstitusi
RIS, Pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara.
Negara RIS tidak sampai berumur satu tahun. Pergolakan timbul di negara-
negara bagian RIS. Rakyat menuntut pembubaran RIS dan kembali ke negara kesatuan
RI. Tanggal 17 Agustus 1950, Presiden Sukarno memproklamasikan kembalinya
negara kesatuan RI dan membubarkan RIS. Sejak itu berlaku UUDS 1950. Walaupun
UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila
dan UUD 1945, namun masih berorientasi pada pemerintahan yang berasas
demokrasi liberal. Dengan demikian jiwa UUDS 1950 merupakan penyimpangan
terhadap Pancasila. Penyimpangan tersebut antara lain:
• Sistem kabinet parlementer mengakibatkan silih bergantinya kabinet. Hal ini
berdampak pada ketidakmampuan pemerintah menyusun program dalam jangka
waktu tertentu. Pemerintah tidak mampu melaksanakan pembangunan sehingga
timbul pertentangan politik, gangguan keamanan serta penyelewengan lain
dalam masyarakat.
• Secara ideologis Mukadimah UUDS 1950 tidak berhasil mendekati rumusan
asli dari Pembukaan 1945. Bahkan perumusan kelima sila Pancasila jauh
menyimpang dari yang ada dalam Pembukaan UUD 1945.
UUDS 1950 bersifat sementara dan harus diganti dengan suatu UUD yang tetap.
Oleh karena itu dikeluarkan Undang-undang N0. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan
Umum untuk memilih anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru.
12
Pada akhir tahun 1955 diadakan Pemilihan Umum dan terbentuklah konstituante.
Konstituante hasil Pemilihan Umum tersebut mulai bersidang pada tanggal 10
November 1956. Namun, Konstituante gagal menetapkan suatu UUD yang baru
menggantikan UUDS 1950.
Pada tanggal 5 Juli 1959, karena kegagalan Konstituante, Presiden mengeluarkan
Dekrit yang isinya:
• Membubarkan konstituante,
• Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950,
dan dibentuknya MPRS dan DPRS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Berdasarkan dekrit tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di Negara Republik
Indonesia hingga saat ini. Dalam kurun waktu 18 Agustus 1945 hingga 5 Juli 1959
kehidupan politik kita belum stabil. Bentuk negara dan pemerintahan silih berganti.
Konstitusi yang digunakan pun belum tetap. Dalam kondisi yang demikian cita-cita
Pancasila belum terwujud dalam kehidupan bangsa Indonesia.
13
6. Masa orde lama
Penerapan Pancasila pada masa orde lama, terjadi pada 1959 hingga 1966.
Periode ini dikenal dengan demokrasi terpimpin. Selain itu, pada masa ini, bangsa
Indonesia masih mengalami peralihan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang
sepenuhnya merdeka. Maka dari itu, dalam penerapannya masih diperlukan proses
adaptasi. Sebagian masyarakat ada yang merasa setuju dan sebagian lagi merasa
keberatan. Namun, dalam penerapannya ditemui beberapa tindakan penyimpangan
terhadap Pancasila. Salah satunya ialah pemberontakan PKI yang dilakukan oleh D.N.
Aidit pada 30 September 1965. Pemberontakan ini bertujuan untuk mengubah ideologi
menjadi komunis.
14
semisal dengan munculnya kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga
beberapa sisi negatifnya. Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara
interaksi yang tak beretika, penyalagunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-
vandalisme, konflik horizontal, serta hal- hal lain yang dapat mengancam keutuhan
bangsa.
1. Tantangan dari Dalam Masyarakat
Adanya kebebasan masyarakat di satu sisi bisa menimbulkan sisi positif dengan
munculnya berbagai kreatifitas dari masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain juga
bisa menimbulkan dampak negatif yang merugikan bangsa. Berbagai dampak
negatif dari kebebasan masyarakat itu bisa berupa muncuknya pola komunikasi
yang kurang beretika yang bisa menimbulkan perpecahan. Selain itu juga bisa
menurunkan rasa persatuan dan kesatuan antarsesama warga negara.
Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan ini bisa ditandai dengan munculnya
berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah, tawuran antarpelajar, dan
tindak kekerasan lainnya. Berbagai hal tersebut bisa berdampak negatif dengan
banyaknya korban jiwa antarsesama warga masyarakat Indonesia. Hal ini
membuat seolah-olah wawasan kebangsaan yang telah dilandasi nilai-nilai
Pancasila telah hilang dalam masyarakat. Padahal nilai-nilai Pancasila lebih
mengutamakan hidup yang rukun antarsesama bangsa Indonesia.
2. Tantangan dari Luar Masyarakat
Selain tantangan yang hadir dari dalam masyarakat Indonesia sendiri, bangsa
Indonesia juga dihadapkan dengan perkembangan zaman yang sangat cepat.
Saat ini dunia sedang bergerak terus dalam mencari suatu tata hubungan yang
baru, baik dari ekonomi, pertahanan keamanan, dan juga politik. Meskipun
bangsa-bangsa lain juga menyadari pentingnya kerja sama antarnegara, tetapi
persaingan kekuatan besar dunia masih terjadi.
Salah satu cara yang dilakukan untuk menanamkan pengaruh terhadap negara
lain yaitu melaui penyusupan ideologi, baik yang langsung atau tidak. Maka
dari itu, sebagai bangsa Indonesia kita harus waspada untuk menanggulangi
penyusupan ideologi yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila. Hal ini
penting untuk kita lakukan karena bangsa kita masih termasuk sebagai bangsa
yang berkembang. Bangsa yang berkembang sangat terbuka kemungkinan untuk
berpaling dari Pancasila, apalagi cita-cita masyarakat belum sepenuhnya
terwujud.
15
3. Tantangan dari Pengaruh Globalisasi
Selain tantangan berupa penyusupan ideologi lain selain Pancasila, juga ada
tantangan dari pengaruh globalisasi. Adanya globalisasi ini bisa mengakibatkan
adanya kebebasan dengan meniru kebudayaan luar. Peniruan dari kebudayaan
luar ini bisa menjadi dampak negatif jika bertolak belakang dengan nilai-nilai
luhur bangsa.
Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang
"Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi"
pada 9 Maret 2020, seperti dikutip dari laman resmi Lembaga Ketahanan
Nasional RI, mengatakan, Pancasila merupakan ideologi terbuka. Sebagai
ideologi terbuka, Pancasila bisa memadukan beberapa nilai baru dalam
kehidupan bernegara. Namun, kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga
kemurniannya agar tidak terancam oleh ideologi-ideologi lain. Kedatangan
ideologi lain tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi, seperti
berbagai platform sosial media (sosmed), merebaknya media online, dan lain-
lain.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwasanya jauh sebelum Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan
disahkan tanggal 18 Agustus 2018, nilai-nilai luhurnya sudah muncul dimasa kerajaan-
kerajaan berdaulat pada masa dahulu. Diantaranya Kerajaan Kutai, Sriwijaya, dan
Majapahit. Mereka menjalankan kehidupan kerajaan dengan mengamalkan nilai-nilai
dalam pancasila. Sejarah lahirnya pancasila ini terus berlanjut bertahun-tahun ketika
Indonesia dijajah oleh belanda dan jepang, yang kemudian pada akhirnya sila-sila
penting dituliskan di bagian akhir naskah preambule :
“...Maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya, Menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3.2. Saran
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jati diri bangsa
mengandung nilai ketuhanan , kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan.
Dalam kenyataannya nilai-nilai ini telah dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman dahulu
kala.
17
Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan dan pandangan hidup,
diharapkan Tujuan pendidikan Pancasila akan dapat terwujud. Masyarakat Indonesia
yang memahami Pancasila dengan baik, mereka tidak hanya mengetahui makna
Pancasila, mereka juga harus mengamalkannya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
diary-mybustanoel.blogspot.com/2012/02/makalah-pancasila-dalam-konteks-
sejarah.html?m=1
https://aztaryuan.wordpress.com/2014/10/08/pancasila-dalam-konteks-sejarah-bangsa-
indonesia/
https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/05/makalah-pancasila-dalam-konteks-
zaman-penjajahan/
http://www.blogbarabai.com/2014/10/makalah-pancasila-dalam-konteks-sejarah.html?
m=1
18
19
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun Oleh :