Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
saya sebagai penulis telah berhasil menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa
selalu dipanjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW beserta
keluarganya, para sahabatnya, para tabi'in, para tabi'ut, serta kita semua umatnya hingga akhir
zaman.
Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata kuliah umum yang wajib ditempuh
di Universitas Al - Azhar. Salah satu bab dari bahan ajar mata kuliah Pendidikan Pancasila
yaitu “Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia” yang akan diuraikan
dalam bentuk makalah oleh kelompok 5 selaku penulis. Penulisan makalah ini dalam rangka
memenuhi penugasan yang telah diamanatkan kepada masing-masing kelompok dalam mata
kuliah Pendidikan Pancasila.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberi masukan-masukan kepada kami selaku penulis. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Muhammad Fauzi S.H., M.H selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila, serta seluruh pihak yang telah memandu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan
laporan ini. maka Kami mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3


2.1 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa .............................................. 3
1. Sejarah Pancasila Dalam Konteks Sejarah Bangsa Indonesia era Kerajaan ............ 3
2.2 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Perjuangan Sebelum Abad XX ..................... 6
1. Kebangkitan Nasional ............................................................................................... 8
2. Penjajahan Jepang ..................................................................................................... 9
3. Kronologis Perumusan Pancasila ............................................................................. 9
4. Masa Awal Kemerdekaan (1945-1959) .................................................................... 11
5. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa-Masa Awal Kemerdekaan ................................... 13
6. Masa orde lama ......................................................................................................... 13
7. Masa orde baru ......................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 17
3.2. Saran .......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengajarkan kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,
yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara dalam mengatur penyelenggaraan negara
disegala bidang, baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun
pertahanan-keamanan. Berdasar pada latar belakang historis yang sulit dibantah, bahwa
1 juni 1945 disebut sebagai lahirnya Pancasila. Ir. Soekarno sebagai tokoh nasional
yang mengemukakan lima dasar yang dinamakan filosofische grondslag yaitu nilai-nilai
esensial yang terkandung dalam pancasila, diantaranya : Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki
oleh bangsa indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum Republik Indonesia berdiri.
Proses terbentuknya negara dan bangsa indonesia melalui suatu proses sejarah
yang cukup panjang. Kebangsaaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII,
yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Syailendra di Palembang,
kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan
lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern pun dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda
pada tahun 1928.
Sebagai bangsa Indonesia, penting bagi kita untuk memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Karena sejatinya jati diri bangsa Indonesia terletak pada
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Perlu bagi kita memiliki pemahaman
mengenai sejarah perjuangan bangsa indonesia sehingga negara kita akan paham betul

1
mengenai nilai-nilai apa yang telah tumbuh dan menjadi jati diri bangsa sehingga
menjadikan negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Selain itu, Pancasila juga
berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta
perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara.
Untuk menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaaan, kesadaran pada sejarah bangsa serta sikap
menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi ke masa depan, disinilah
dibutuhkannya pengetahuan mengenai Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


2. Bagaimana implementasi Pancasila di era kerajaan?
3. Kerajaan apa saja yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila?
4. Bagaimana implementasi Pancasila pada masa penjajahan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pentingnya untuk mengetahui implementasi Pancasila di era kerajaan
2. Mengetahui Pentingnya untuk mengetahui penerapan Pancasila pada masa
penjajahan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa


Nilai–nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala
sebelumbangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia
melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya
kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV sampai pada zaman merebut kemerdekaan Republik
Indonesia.

1. Sejarah Pancasila Dalam Konteks Sejarah Bangsa Indonesia era Kerajaan


Sejarahnya pancasila terbentuk melalui suatu proses yang panjang mulai dari zaman
kerajaan kerjaan hinga datangnya masa penjajahan pada bangsa Indonesia. Berikut
adalah sejarah Pancasila :.

Zaman Kerajaan Kutai


Pada tahun 400 M indonesia memasuki sejarah, dimana ditemukannya prasasti
yang berupa 7 yupa (tiang batu). Raja Mulawarman menurut prasasti merupakan
keturunan dari raja Aswawarman yang membuka zaman kerajaan pertama kali di
Indonesia yaitu kerajaan kutai. Pada zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan
yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra
dan Majapahit yang berpusat di Jawa.
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan ditemukannya
prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan prasasti tersebut dapat diketahui
bahwa raja Mulawarman keturunan dari raja Aswawarman ketrurunan dari Kudungga.
Raja Mulawarman menurut prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi
sedekah kepada para Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu sebagai
tanda terimakasih raja yang dermawan (Bambang Sumadio, dkk.,1977 : 33-32).
Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini

3
menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri,
serta sedekah kepada para Brahmana.
Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai
integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separoh Indonesia dan seluruh wilayah
Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di
Jawa.

Zaman Kerajaan Sriwijaya


Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap
yaitu : pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang
bercirikan kedatuan. Kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang
bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia
lama. Kemudian ketiga, kebangsaan modern yaitu negara bangsa Indonesia merdeka
(sekarang negara proklamasi 17 agustus 1945) (sekretariat negara RI 1995 :11).
Pada abad ke VII munculah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan Wijaya, di
bawah kekuasaaan bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam prasasti Kedudukan Bukit
di kaki bukit Sguntang dekat Palembang yang bertarikh 605 caka atau 683 M., dalam
bahasa melayu kuno huruf Pallawa. Kerajaan itu adalah kerajaan Maritim yang
mengandalkan kekuatan lautnya, kunci- kunci lalu-lintas laut di sebelah barat
dikuasainya seperti selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775). Pada zaman itu
kerjaan Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan asia
selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan pedagang pengrajin dan
pegawai raja yang disebut Tuhan An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul
semacam koperasi sehingga rakat mudah untuk memasarkan dagangannya (Keneth R.
Hall, 1976 : 75-77). Demikian pula dalam sistem pemerintahaannya terdapat pegawai
pengurus pajak, harta benda, kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis
pembangunan gedung-gedung dan patung- patung suci sehingga pada saat itu kerajaan
dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai Ketuhanan
(Suwarno, 1993, 19).
Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas
agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Banyak musyafir dari negara
lain misalnya dari Cina belajar terlebih dahulu di universitas tersebut terutama tentang

4
agam Budha dan bahasa Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan
banyak guru-guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara adalah
tercemin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua criwijaya
dhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur) (Sulaiman, tanpa
tahun : 53).

Zaman kerajaan sebelum Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
memancangkan nilai- nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa
Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII,
Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun candi Kalasan untuk
Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha didirikan di Jawa Tengah bersama
dengan dinasti Syailendra (abad ke VII dan IX). Refleksi puncak dari Jawa Tengah
dalam periode-periode kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur
(candi agama Budha pada abad ke IX), dan candi Prambanan (candi agama Hindhu
pada abad ke X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur muncullah
kerajaan-kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X) demikian juga
kerajaan Airlanga pada abad ke XI. Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan
asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh
kerajaan adalah agama Budha , agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup
berdampingan secara damai (Toyyibin, 1997 : 26). Menurut prasasti Kelagen, Raja
Airlangga teelah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala,
Chola dan Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula
Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019 para
pengikutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan untuk
memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-
nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, raja
Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan
rakyat yang merupakan nilai-nilai sila kelima (Toyyibin, 1997 : 28-29).
Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerajaan Singasari (pada abad ke
XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya kerajaan Majapahit.

5
Zaman Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada
yang di bantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari
semenanjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan
Utara.
Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama. Dalam kitab tersebut
telah telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu tantular mengarang buku Sutasoma, dan
didalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional, yaitu “Bhineka Tunggal
Ika”, yang bunyi lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”,
artinya walaupun berbeda , namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang
memiliki tuhan yang berbeda.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gaja Mada dalam sidang ratu
dan menteri- menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan
berhentui berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah
kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda,
Palembang dan Tumasik telah dikalahkan” (Yamin, 1960 : 60).
Dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat
seperti Rakryan I Hino , I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat
kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem
pemerintahan kerajaan Majapahit.

2.2 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Perjuangan Sebelum Abad XX


Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI, berkembanglah agama
Islam. Bersamaan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, seperti Demak,
mulailah berdatangan orang Eropa di perairan Nusantara. Masuknya bangsa Eropa ke
Indonesia disebabkan faktor kelemahan di dalam negeri sendiri dengan pudarnya nilai-
nilai nasionalisme akibat perselisihan dan perang saudara.
Tujuan bangsa Eropa masuk ke Indonesia untuk menguasai hasil bumi,
khususnya rempah- rempah (cengkeh, nilam, tembakau, tebu, kopi, dll). Mereka adalah
orang-orang Portugis diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat

6
tanaman rempah-rempah. Keuntungan Portugis yang luar biasa atas monopoli rempah-
rempah yang amat berharga di Eropa, mendorong pula tetangganya berdagang di
daerah surga rempah-rempah itu. Demikianlah orang Belanda pada abad XVI sampai
ke Indonesia. Untuk menghindarkan persaingan di antara mereka sendiri (Belanda),
didirikanlah suatu perkumpulan dagang yang bernama Verenigde Oost Indische
Compagnie (VOC) yang kemudian dikenal oleh rakyat dengan nama singkatnya
Kompeni. Mereka menyingkirkan saingannya (Portugis).
Kompeni mulai berhasil menanamkan kekuasaan politiknya di Indonesia.
Tujuan dagang selalu diikuti dengan kekuasaan politik, seperti penguasaan daerah-
daerah (Maluku, Jayakarta, Malaka, Mataram, Makasar, Banten dll) dan sebagainya.
Pada abad XVII, kompeni telah memperluas daerah kekuasaannya sampai ke daerah
yang vital artinya bagi dunia perniagaan dan politik Indonesia pada waktu itu.
Pada permulaan abad XIX penjajah Belanda mengubah sistem kolonialismenya
dari VOC menjadi badan pemerintahan resmi, yakni pemerintahan Hindia Belanda.
Inggris sempat berkuasa, namun tidak lama kemudian Belanda menguasai lagi. Usaha
Belanda memperkuat kolonialismenya tetap mendapat perlawanan dari bangsa
Indonesia, seperti: Patimura di Maluku (1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-
1837), Diponegoro di Mataram (1825-1830), Jelantik di Bali (1850), Anang Agung
Made di Lombok (1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di Aceh
(1873-1940), Sisingamangaraja di tanah Batak (1900). Perjuangan mereka melawan
penjajahan Belanda tersebut tidak membuahkan hasil, karena belum ada persatuan dan
koordinasi secara bersama di antara mereka. Mereka gagal dan kolonialisme semakin
memperkukuh kedudukannya di Indonesia.
Penghisapan makin memuncak ketika Belanda melakukan sistem ekonomi
Tanam Paksa (1830-1870), Belanda memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat
untuk mengumpulkan kekayaan demi penuhnya kas negeri Belanda sendiri. Di tengah
kerakusan pemerintah Belanda tersebut, bangakitlah kaum liberal di negeri Belanda
yang menentang sistem Tanam Paksa yang kejam itu dan mengusulkan sistem ekonomi
liberal, sehingga membuka jalan bagi modal-modal partikulir yang sedang kehausan
tampat berusaha mencari keuntungan. Hal inilah yang semakin memberi peluang
luasnya ladang penghisapan penjajah, yang bukan hanya di bidang pertanian,
melainkan juga di bidang pertambangan seperti minyak, timah, batu bara, dll. Rakyat
Indonesia menjadi abdi dan kuli pemodal-pemodal asing itu untuk sesuap nasi. Rakyat
menderita kemiskinan di tengah-tengah kekayaan alamnya sendiri.

7
Penderitaan rakyat memukul hati nurani beberapa humanis Belanda, sehingga
mereka menganjurkan adanya politik etika di Indonesia. Politik ini sejenis politik
“Hutang Budi” dengan memberi irigasi, emigrasi dan edukasi. Politik yang
kedengarannya manis ini, tetap menguntungkan kaum kapitalis yang sedang berkiprah
di Indonesia.
Penjajah Belanda membuat kedaulatan negara hilang, persatuan dihancurkan,
kemakmuran lenyap, dan wilayah diinjak-injak oleh penjajah. Semua yang telah dicapai
oleh bangsa Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi lenyap.
Penjajahan Eropa yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia tersebut
mendapat perlawanan secara fisik dari bangsa Indonesia. Mereka dengan semangat
patriotik berjuang menentang penjajahan Belanda, tetapi perjuangan pada waktu itu
sifatnya masih kedaerahan, sehingga mereka tidak berhasil. Beberapa nama pahlawan
yang berjuang melawan penjajahan pada saat itu, yakni Sultan Agung di Mataram abad
XVII dan XVIII (1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki
Tapa di Banten (1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo
di Jatim (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680), dll.
Berhasilnya Belanda berkuasa di Indonesia disebabkan antara lain oleh karena
adanya politik devide et impera yang memecah belah bangsa menjadi kepingan-
kepingan kekuasaan yang berupa kerajaan-kerajaan kecil, yang terisolasi satu dengan
yang lain.

1. Kebangkitan Nasional
Dengan kebangkitan dunia timur pada abad XX di panggung politik
internasional tumbuh kesadaran akan kekuatan sendiri, seperti Philipina (1839) yang
dipelopori Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), adapun
Indonesia diawali dengan berdirinya Budi Utomo yang dipelopori oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo pada 20 Mei 1908.
Kemudian berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909, Partai Nasional
Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono dan
tokoh lainnya. Sejak itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas
yaitu Indonesia merdeka.
Kemudian Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak yang penting dalam
perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai persatuan nasional.
Pernyataan lahirnya bangsa Indonesia diambil dari ikrar para pemuda Indonesia, dalam

8
sidang pleno ke-3 Kongres Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928, di gedung
Indonesisch Clubgebouw di jalan Keramat Raya 106 Jakarta. Kongres pemuda II, yang
dipelopori oleh Muh. Yamin, Kuntjoro Purbopranoto, dan Wongsonegoro,
diselenggarakan oleh organisasi-organisasi pemuda Indonesia: Jong Java, Jong
Soematra (Pemuda Sumatera), Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond,
Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia.
Dari kongres itu, para pemuda Indonesia mengumandangkan sumpah yang
berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air dan bahasa yang satu, yaitu Indonesia.
Sumpah Pemuda menunjukkan tekad pemuda Indonesia untuk bersatu dan tidak mau
terpecah-pecah. Tali pengikat persatuan itu adalah bahasa Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, sebagai wujud persatuan, para pemuda indonesia
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama komponisnya, Wage Rudolf
Soepratman. Selain itu, sebagai pengungkapan keinginan membentuk suatu bangsa
yang merdeka, bendera kebangsaan, Merah Putih dikibarkan untuk pertama kalinya.
Dari ikrar Sumpah Pemuda tercermin nilai-nilai yang nantinya terdapat dalam
Pancasila. Nilai- nilai itu adalah: kemanusiaan (menghargai bahwa mereka saling
menghormati), persatuan (ikrar bahwa mereka satu nusa dan satu bangsa), demokrasi
(mengakui bahwa mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama, memikirkan nasib
tanah air dan bangsanya), dan keadilan (menuntut haknya untuk mendirikan negara
merdeka yang telah direbut Belanda). Nilai-nilai itu harus dimengerti dalam konteks
waktu itu, yakni keinginan membentuk suatu bangsa yang merdeka.

2. Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan
belaka, sehingga tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda
tanggal 10 Maret 1940. Kemudian penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan
propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang,
penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, janji ini
diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan
memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan
bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang
bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi

9
Tioosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Rajiman
Widyodiningrat, yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada siding BPUPKI
adalah membahas tentang dasar negara.

3. Kronologis Perumusan Pancasila


Kronologi Perumusan Pancasila, Naskah Proklamasi dan Pembacaan Teks Proklamasi
1. Tanggal Peristiwa 29 Mei 1945 Perumusan materi Pancasila oleh Mr. M. Yamin
(sidang I BPUPKI).
2. 31 Mei 1945 (sidang I BPUPKI)
3. 1 Juni 1945 (sidang I BPUPKI)
4. 22 Juni 1945 10 - 16 Juni 1945 (sidang II PUPKI) 16 Agustus 1945 Jam 04.30
Perumusan materi Pancasila oleh Mr. Supomo Ir. Soekarno pertama kali mengusulkan
nama/istilah Pancasila untuk dasar Negara Indonesia. Beliau mengatakan bahwa nama
Pancasila itu atas petunjuk teman kita ahli bahasa.
1. Piagam Jakarta disusun oleh Panitia Kecil yang terdiri 9 orang yaitu : M.Hatta,
A.Soebardjo, A.A.Maramis, Soekarno, Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasjim,
Abikusno Tjokrosujoso, A.Salim, M. Yamin.
2. Dibentuk Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Soekarno dan
beranggotakan 19 orang yaitu: Soekarno, AA. Maramis, Otto Iskandardinata,
Purbojo, A. Salim, A. Soebardjo, Soepomo, Maria Ulfah Santoso, Wachid
Hasjim, Parada Harahap, J.Latuharary, Susanto Tirtoprodjo, Sartono,
Wongsonegoro, Wuryaningrat, RP. Singgih, Tan Eng Hoat, Hoesein
Djajadiningrat, Sukiman.
3. Panitia Perancang UUD kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD
yang beranggotakan 7 orang yaitu : Soepomo, Wongsonegoro, Soebardjo, AA.
Maramis, RP.Singgih, A.Salim, Sukiman.
4. Dibentuk Panitia Penghalus Bahasa, terdiri dari Soepomo dan Hosein
Djajadiningrat.
5. Perumusan terakhir materi Pancasila disahkan Jam 18.00 Jam 23.30 17 Agustus
1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai bagian dari
Pembukaan UUD 1945.
6. Pengamanan (“penculikan”) Ir. Soekarno dan Drs.Moh. Hatta ke
Rengasdengklok oleh tokoh- tokoh pemuda dengan tujuan menghindari
pengaruh dan siasat Jepang dan mendesak bangsa Indonesia harus segera

10
merdeka. Tokoh pemuda terdiri : Sukarni, Winoto Danu Asmoro,
Abdulrochman dan Yusuf Kunto. Rombongan yang terdiri dari Mr.
A.Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto tiba di Rengasdengklok dengan tujuan
untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
7. Rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta langsung menuju rumah
Laksamana Maeda di jln. Imam Bonjol no. 1. Di tempat ini tokoh-tokoh bangsa
Indonesia berkumpul untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Teks versi terakhir proklamasi yang telah diketik ditandatangani oleh Ir.
Soekarno dan Drs.Moh Hatta.
8. Pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur no. 56
(sekarang gedung Pola). Sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan
keputusan sebagai berikut :
a. mengesahkan berlakunya UUD 1945
b. memilih Presiden dan Wakil Presiden
c. menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
sebagai badan musyawarah darurat. Pembentukan KNIP dalam masa
transisi dari pemerintah jajahan kepada pemerintah nasional seperti yang
diatur dalam pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945.

4. Masa Awal Kemerdekaan (1945-1959).


Setelah mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka, Belanda tidak mau tinggal
diam. Mereka ingin menjajah kembali Indonesia. Dengan membonceng sekutu, pada
tanggal 29 September 1945, tentara Belanda tiba di Jakarta. Belanda
mempropagandakan pada dunia internasional bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
hadiah dari Jepang. Pada tanggal 10 Oktober 1945 Inggris mengakui kekuasaan
Belanda. Belanda berupaya membentuk Republik Indonesia Serikat dengan RI sebagai
salah satu negara bagiannya. Untuk mewujudkan maksudnya itu Belanda membentuk
negara-negara kecil. Wilayah negara RI hanya meliputi Jawa dan Sumatera dikurangi
Sumatera Timur dan Sumatera Selatan. Hingga 23 Februari 1949, Belanda berhasil
membentuk 15 negara bagian. Kelimabelas negara bagian itu disebut Bijeenkoms
Federal Overlag (BFO). Belanda juga melakukan agresi militer. Oleh karena itu, terjadi
sengketa antara RI dan Belanda.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) turun tangan untuk menyelesaikan sengketa
tersebut. PBB mengundang kedua belah pihak untuk berunding dan hal ini terealisasi

11
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB). KMB diadakan di Den Hag pada tanggal 23
Agustus 1949 sampai 2 November 1949. Kesepakatan yang dicapai dalam KMB
adalah:
1. Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
2. Pengakuan kedaulatan oleh pemerintah kerajaan Belanda kepada pemerintah
negara RIS.
3. Didirikan uni antara RIS dan kerajaan Belanda.
Pada tanggal 27 Desember 1945, Ratu Yuliana menandatangani piagam
pengakuan kedaulatan RIS dan menyerahkan kedaulatan RIS. Sejak saat itu Konstitusi
RIS diberlakukan untuk menggantikan UUD 1945. UUD 1945 hanya berlaku di negara
bagian RI. Konstitusi RIS menetapkan bentuk negara serikat yang terdiri dari 16 negara
bagian. Konstitusi ini juga menetapkan sifat pemerintahan berdasarkan demokrasi
liberal. Dalam pemerintahan diberlakukan kabinet parlementer. Para menteri
bertanggungjawab langsung kepada parlemen. Dalam alinea IV Mukadimah Konstitusi
RIS, Pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara.
Negara RIS tidak sampai berumur satu tahun. Pergolakan timbul di negara-
negara bagian RIS. Rakyat menuntut pembubaran RIS dan kembali ke negara kesatuan
RI. Tanggal 17 Agustus 1950, Presiden Sukarno memproklamasikan kembalinya
negara kesatuan RI dan membubarkan RIS. Sejak itu berlaku UUDS 1950. Walaupun
UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila
dan UUD 1945, namun masih berorientasi pada pemerintahan yang berasas
demokrasi liberal. Dengan demikian jiwa UUDS 1950 merupakan penyimpangan
terhadap Pancasila. Penyimpangan tersebut antara lain:
• Sistem kabinet parlementer mengakibatkan silih bergantinya kabinet. Hal ini
berdampak pada ketidakmampuan pemerintah menyusun program dalam jangka
waktu tertentu. Pemerintah tidak mampu melaksanakan pembangunan sehingga
timbul pertentangan politik, gangguan keamanan serta penyelewengan lain
dalam masyarakat.
• Secara ideologis Mukadimah UUDS 1950 tidak berhasil mendekati rumusan
asli dari Pembukaan 1945. Bahkan perumusan kelima sila Pancasila jauh
menyimpang dari yang ada dalam Pembukaan UUD 1945.
UUDS 1950 bersifat sementara dan harus diganti dengan suatu UUD yang tetap.
Oleh karena itu dikeluarkan Undang-undang N0. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan
Umum untuk memilih anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru.

12
Pada akhir tahun 1955 diadakan Pemilihan Umum dan terbentuklah konstituante.
Konstituante hasil Pemilihan Umum tersebut mulai bersidang pada tanggal 10
November 1956. Namun, Konstituante gagal menetapkan suatu UUD yang baru
menggantikan UUDS 1950.
Pada tanggal 5 Juli 1959, karena kegagalan Konstituante, Presiden mengeluarkan
Dekrit yang isinya:
• Membubarkan konstituante,
• Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950,
dan dibentuknya MPRS dan DPRS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Berdasarkan dekrit tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di Negara Republik
Indonesia hingga saat ini. Dalam kurun waktu 18 Agustus 1945 hingga 5 Juli 1959
kehidupan politik kita belum stabil. Bentuk negara dan pemerintahan silih berganti.
Konstitusi yang digunakan pun belum tetap. Dalam kondisi yang demikian cita-cita
Pancasila belum terwujud dalam kehidupan bangsa Indonesia.

5. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa-Masa Awal Kemerdekaan.


Sejak saat itu, Pancasila sudah dijadikan falsafah hidup bangsa dan dasar negara
Indonesia. Maka pada saat itu pula, warga Indonesia sudah bertekad untuk melepaskan
diri dari segala bentuk penjajahan dan menjadi bangsa yang mandiri. Artinya warga
Indonesia ingin menentukan nasib bangsanya sendiri tanpa adanya campur tangan dari
penjajah dan terlepas dari bentuk ancaman apapun, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam penerapan Pancasila di masa awal kemerdekaan ditemui banyak
permasalahan, diantaranya:
• Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di Madiun, pada 18
September 1948. Tujuan utamanya untuk mendirikan negara Soviet
dengan ideologi komunis.
• Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pemberontakan ini
bertujuan untuk menggantikan Pancasila dengan syariat Islam sebagai
dasar negaranya.
• Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pemberontakan ini
bertujuan untuk mendirikan negara sendiri.
• Permerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan
Rakyat Semesta (Permesta) sebagai bentuk gerakan protes ke
pemerintah pusat.

13
6. Masa orde lama
Penerapan Pancasila pada masa orde lama, terjadi pada 1959 hingga 1966.
Periode ini dikenal dengan demokrasi terpimpin. Selain itu, pada masa ini, bangsa
Indonesia masih mengalami peralihan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang
sepenuhnya merdeka. Maka dari itu, dalam penerapannya masih diperlukan proses
adaptasi. Sebagian masyarakat ada yang merasa setuju dan sebagian lagi merasa
keberatan. Namun, dalam penerapannya ditemui beberapa tindakan penyimpangan
terhadap Pancasila. Salah satunya ialah pemberontakan PKI yang dilakukan oleh D.N.
Aidit pada 30 September 1965. Pemberontakan ini bertujuan untuk mengubah ideologi
menjadi komunis.

7. Masa orde baru


Masa orde baru dimulai saat Soeharto resmi ditetapkan menjadi presiden.
Dalam masa pemerintahannya, Soeharto berusaha untuk memulihkan kembali beberapa
kekacauan yang sebelumnya pernah terjadi di Indonesia. Upaya pemulihan kembali ini
ditandai dengan dibuatnya Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun,
diadakannya PEMILU, pendidikan pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila, serta pemerataan pembangunan. Tentunya upaya pemulihan oleh Soeharto
ini mengacu pada nilai yang terkandung dalam Pancasila. Contohnya pemerataan
pembangunan ini bisa dikaitkan dengan sila kelima Pancasila, yakni Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pemerintahan Soeharto, juga ditemui beberapa
masalah, seperti kasus KKN atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Selain itu, hak
berpendapat juga dibatasi dan adanya dwifungsi ABRI.
Masa reformasi
Masa reformasi dimulai saat Soeharto mundur dari jabatannya dan digantikan
oleh B.J. Habibie. Dalam pemerintahannya, B.J. Habibie berusaha untuk memperbaiki
sistem ekonomi, mereformasi bidang politik dan hukum, mengeluarkan UU Nomor 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum, dan lain-
lain. Mulai pada masa reformasi, penerapan Pancasila sebagai ideologi negara terus
digaungkan hingga saat ini. Tidak hanya itu, upaya penggantian ideologi Pancasila
dengan ideologi lainnya juga makin marak.
Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi masyarakat Indonesia yang benar-
benar mendapat kebebasan. Di satu sisi, adanya kebebasan merupakan hal yang positif,

14
semisal dengan munculnya kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga
beberapa sisi negatifnya. Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara
interaksi yang tak beretika, penyalagunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-
vandalisme, konflik horizontal, serta hal- hal lain yang dapat mengancam keutuhan
bangsa.
1. Tantangan dari Dalam Masyarakat
Adanya kebebasan masyarakat di satu sisi bisa menimbulkan sisi positif dengan
munculnya berbagai kreatifitas dari masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain juga
bisa menimbulkan dampak negatif yang merugikan bangsa. Berbagai dampak
negatif dari kebebasan masyarakat itu bisa berupa muncuknya pola komunikasi
yang kurang beretika yang bisa menimbulkan perpecahan. Selain itu juga bisa
menurunkan rasa persatuan dan kesatuan antarsesama warga negara.
Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan ini bisa ditandai dengan munculnya
berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah, tawuran antarpelajar, dan
tindak kekerasan lainnya. Berbagai hal tersebut bisa berdampak negatif dengan
banyaknya korban jiwa antarsesama warga masyarakat Indonesia. Hal ini
membuat seolah-olah wawasan kebangsaan yang telah dilandasi nilai-nilai
Pancasila telah hilang dalam masyarakat. Padahal nilai-nilai Pancasila lebih
mengutamakan hidup yang rukun antarsesama bangsa Indonesia.
2. Tantangan dari Luar Masyarakat
Selain tantangan yang hadir dari dalam masyarakat Indonesia sendiri, bangsa
Indonesia juga dihadapkan dengan perkembangan zaman yang sangat cepat.
Saat ini dunia sedang bergerak terus dalam mencari suatu tata hubungan yang
baru, baik dari ekonomi, pertahanan keamanan, dan juga politik. Meskipun
bangsa-bangsa lain juga menyadari pentingnya kerja sama antarnegara, tetapi
persaingan kekuatan besar dunia masih terjadi.
Salah satu cara yang dilakukan untuk menanamkan pengaruh terhadap negara
lain yaitu melaui penyusupan ideologi, baik yang langsung atau tidak. Maka
dari itu, sebagai bangsa Indonesia kita harus waspada untuk menanggulangi
penyusupan ideologi yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila. Hal ini
penting untuk kita lakukan karena bangsa kita masih termasuk sebagai bangsa
yang berkembang. Bangsa yang berkembang sangat terbuka kemungkinan untuk
berpaling dari Pancasila, apalagi cita-cita masyarakat belum sepenuhnya
terwujud.

15
3. Tantangan dari Pengaruh Globalisasi
Selain tantangan berupa penyusupan ideologi lain selain Pancasila, juga ada
tantangan dari pengaruh globalisasi. Adanya globalisasi ini bisa mengakibatkan
adanya kebebasan dengan meniru kebudayaan luar. Peniruan dari kebudayaan
luar ini bisa menjadi dampak negatif jika bertolak belakang dengan nilai-nilai
luhur bangsa.
Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang
"Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi"
pada 9 Maret 2020, seperti dikutip dari laman resmi Lembaga Ketahanan
Nasional RI, mengatakan, Pancasila merupakan ideologi terbuka. Sebagai
ideologi terbuka, Pancasila bisa memadukan beberapa nilai baru dalam
kehidupan bernegara. Namun, kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga
kemurniannya agar tidak terancam oleh ideologi-ideologi lain. Kedatangan
ideologi lain tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi, seperti
berbagai platform sosial media (sosmed), merebaknya media online, dan lain-
lain.

Oleh karena itu, penerapan Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar


menarik perhatian generasi muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan
mengamalkannya. Rektor UIN Antasari, Mujiburrahman, melalui tulisan "Pembinaan
Nilai-Nilai Pancasila Zaman Now" dalam situs resmi Universitas Islam Negeri Antasari
Banjarmasin, menyebutkan, media sosial, misalnya, tidak boleh disia-siakan dan
selayaknya dimanfaatkan untuk menginformasikan ideologi Pancasila.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwasanya jauh sebelum Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan
disahkan tanggal 18 Agustus 2018, nilai-nilai luhurnya sudah muncul dimasa kerajaan-
kerajaan berdaulat pada masa dahulu. Diantaranya Kerajaan Kutai, Sriwijaya, dan
Majapahit. Mereka menjalankan kehidupan kerajaan dengan mengamalkan nilai-nilai
dalam pancasila. Sejarah lahirnya pancasila ini terus berlanjut bertahun-tahun ketika
Indonesia dijajah oleh belanda dan jepang, yang kemudian pada akhirnya sila-sila
penting dituliskan di bagian akhir naskah preambule :
“...Maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya, Menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3.2. Saran
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jati diri bangsa
mengandung nilai ketuhanan , kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan.
Dalam kenyataannya nilai-nilai ini telah dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman dahulu
kala.

17
Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan dan pandangan hidup,
diharapkan Tujuan pendidikan Pancasila akan dapat terwujud. Masyarakat Indonesia
yang memahami Pancasila dengan baik, mereka tidak hanya mengetahui makna
Pancasila, mereka juga harus mengamalkannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

diary-mybustanoel.blogspot.com/2012/02/makalah-pancasila-dalam-konteks-
sejarah.html?m=1
https://aztaryuan.wordpress.com/2014/10/08/pancasila-dalam-konteks-sejarah-bangsa-
indonesia/
https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/05/makalah-pancasila-dalam-konteks-
zaman-penjajahan/
http://www.blogbarabai.com/2014/10/makalah-pancasila-dalam-konteks-sejarah.html?
m=1

18
19
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pancasila Dalam Kontek Sejarah Perjuangan Bangsa

Dosen : Muhammad Fauzi S.H., M.H


MANAJEMEN A2

Disusun Oleh :

TRI AYU ISMAINI ( 23010260 )


PUTRI ANGRAINI ( 23010257 )
SELVI SANTIKA ( 23010311 )

UNIVERSITAS AL – AZHAR MEDAN


2023

Anda mungkin juga menyukai