Anda di halaman 1dari 14

KISAH NABI NUH & NABI ISMAIL

A. KISAH NABI NUH AS


Nuh ( Arab: ‫( )نوح‬sekitar 3993-3043 SM) adalah seorang rasul pertama yang diceritakan
dalam Al-Quran. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia
tinggal di wilayah Selatan Irak modern. Namanya disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-
Quran. Nuh mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Nabi Allah dan Abdussyakur yang
artinya “hamba (Allah) yang banyak bersyukur”.
Dalam agama Islam, Nuh adalah nabi ketiga sesudah Adam, dan Idris. Ia merupakan
keturunan kesembilan dari Adam. Ayahnya adalah Lamik (Lamaka) bin Metusyalih|
Mutawasylah (Matu Salij) bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusyi bin Syits
bin Adam. Antara Adam dan Nuh ada rentang 10 generasi dan selama periode kurang lebih
1642 tahun.

Hampir semua orang pasti sudah mengetahui kisah Nabi yang terselamtkan dari banjir
bandang yang cukup besar dengan membuat perahu. Bukan hanya dirinya saja yang
diselematkam, tetapi para umatnya dan hewan-hewan juga diselamatkan oleh Nabi Nuh
AS.

Namun, bagi mereka yang tidak mengikuti perintah dari Nabi Nuh AS akan tenggelam
bersama banjir bandang yang telah direncanakan oleh Allah S.W.T. Anak dari Nabi Nuh
AS juga tak mempercayai akan datangnya musibah banjir bandang, hingga akhirnya
dirinya harus tenggelam bersama banjir bandang itu.

Nabi Nuh AS sangat dikenal dengan kesabarannya walaupun sudah dibenci oleh banyak
orang, Keteguhan, ketabahan, dan kesabaran hati dari Nabi Nuh AS sudah sangat teruji
karena beliau sudah berdakwah selama 950 tahun untuk mengenal Allah lebih dalam lagi.

Berkat kesabaran dan keteguhan hatinya dalam mengenal Allah walaupun sudah tertimpa
berbagai macam musibah, Nabi Nuh AS memperoleh gelar ulul azmi. Gelar ulul
azmi  adalah gelar yang diberikan kepada Nabi dan Rasul yang memiliki kesabaran dan
ketabahan yang luar biasa.
Kisah Nabi Nuh AS sudah dijelaskan dala Al-Quran Surat Al-Ankabut ayat 14:
Artinya:

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan
mereka adalah orang-orang yang zalim.

Kisah Nabi Nuh AS saat Berdakwah 

Diutusnya Nabi Nuh AS oleh Allah pada saat terjadi kekosongan di antara dua rasul
(fatrah) yang jika dibiarkan begitu saja ajaran-ajaran agama yang sudah dibawa Nabi
sebelumnya akan dilupakan oleh para manusia. Apabila ajaran agama itu sudah
ditinggalkan, maka para manusia kembali melakukan berbagai macam dosa, seperti
melakukan maksiat, melakukan kemungkaran, dan meninggalkan amalan kebaikan.

Pada masa fatrah itu, Nabi Nuh AS mendapatkan wahyu kenabian dari Allah untk
memberikan ajaran agama Islam. Pada saat itu, kaum Nabi Nuh AS tidak menyembah
Allah melainkan yang disembah adalah patung berhala yang dibuat oleh tangan para
manusia atau para kaum Nabi Nuh AS.

Patung-patung yang telah dibuat dan disembah itu dipercaya oleh mereka akan
memberikan banyak sekali kebaikan dan manfaat, dan mereka juga percaya bahwa patung
berhala dapat menolak segala macam hal-hal buruk di kemudian hari.

Berdasarkan kepercayaan kaum Nabi Nuh AS pada saat itu, patung berhala yang telah
dibuat dan nama patung-patung itu berasal dari nama para ulama yang hidup di masa
sebelumnya. Mereka membuat dan memberikan nama berdasarkan nama ulama terdahulu
dengan alasan untuk mengenang jasa para ulama tersebut dan semangat ibadah umat
terdahulu.

Nama patung berhala yang dibuat oleh kaum Nabi Nuh AS yang belum mengenal Allah,
seperti Wadd, dan Suda, Yatuq dan Nasr.
Pada masa-masa kondisi suatu kaum sedang mempercayai patung berhala itu Nabi Nuh AS
diutus oleh Allah untuk meyakinkan para kaum itu agar mengikuti ajaran Allah dan tidak
menyembah patung berhala. Nabi Nuh AS memiliki kemampuan yangcukup luar biasa
ketika beragumentasi dengan orang lain. Hal ini dikarenakan Nabi Nuh AS memiliki akal
yang cerdas dan kemampuan bicara yang santun, baik, dan sabar dalam beradu
argumentasi.

Nabi Nuh AS yang sudah diutus oleh Allah selalu berusaha untuk meyakinkan kaumnya
agar tidak lagi menyembah patung berhala dan menagajak kaumnya untuk kembali kepada
ajaran Allah. Nabi Nuh AS tidak pernah menyerah untuk menyadarkan kaumnya dan ia
selalu mencari berbagai macam cara seperti melakukan dakwah. Namun, kaumnya yang
tidak taat itu menolak ajakan Nabi Nuh AS. Hal ini terkandung di dalam Al-Quran Surat
Al-A’raf ayat 59:

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: “Wahai
kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya
(kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang
besar (kiamat).

Dakwah-dakwah Nabi Nuh AS berupa ajakan kaumnya untuk melihat dan merasakan
segala hal yang ada di muka bumi ini merupakan ciptaan Allah, mulai dari matahari,
bulang, dan bintang-bintang.

Tak hanya itu, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan air yang mengalir yang dapat dinikmati dan
dirasakan oleh manusia termasuk ciptaan Allah. Perubahan siang dan malam serta hal-hal
yang ada di muka bumi adalah bukti nyata bahwa Allah itu benar-benar ada dan Tuhan
yang harus disembah bukan patung berhala yang disembah.

Bukan hanya memberikan bukti akan tanda kebesaran Allah, Nabi Nuh AS juga
memberikan dakwah bahwa setiap amalan perbuatan yang dilakukan oleh manusia akan
ada ganjarannya dari Allah. Apabila amalan perbuatan yang dilakukan berupa kebaikan
dan menaati perintah Allah, maka manusia akan mendapatkan surga. Sementara itu, jika
amalan perbuatan yang dilakukan berupa keburukan atau tidak menjalan perintah Allah,
maka ganjarannya adalah neraka.

Kesabaran, ketabahan, dan keteguhan hati Nabi Nuh AS dalam menyebarkan ajaran agama
Allah melalui dakwah selalu ditolak oleh sebagian besar dari kaum Nabi Nuh AS.
Meskipun, banyak yang menolak ajaran Allah, tetapi masih ada manusia yang menerima
ajakan Nabi Nuh AS untuk mengikuti ajaran Allah.

Selama 950 tahun, Nabi Nuh AS selalu melakukan dakwah agar kaumnya tidak berjalan di
jalan yang sesat yang bisa merugikan diri sendiri karena diberikan azab oleh Allah.
Ajakan-ajakan beliau dalam dakwahnya selalu berhubungan dengan tidak menyembah
patung berhala dan kembali menyembah Allah Yang Maha Esa. Dengan mengajak
kaumnya untuk menyembah Allah, maka Nabi Nuh AS sangat berharap agar kaumnya
kembali ke jalan yang benar dan terang.
Selain itu, Nabi Nuh AS juga mengajarkan kepada kaumnya untuk selalu saling
menyayangi dan saling tolong menolong. Beliau juga sangat berjuang dengan keras agar
sifat sombong yang dimiliki oleh manusia dengan kedudukan yang cukup tinggi itu agar
menghilangkan sifat-sifat buruk itu dan digantinya dengan memberikan kasih sayang.

Namun, perjuangan yang telah dilakukan dengan kesabaran dan ketabahan yang telah
dilakukan Nabi Nuh AS untuk menyadarkan kaumnya kembali ke jalan yang benar dan
terang ternyata tetap tidak berhasil. Mayoritas kaumnya tidak percaya dengan ajakan dari
Nabi Nuh AS untuk menyembah Allah dan beriman kepada Allah. Hanya ada beberapa
manusia saja yang ingin menerima ajakan dari Nabi Nuh AS dan itupun tidak sampai
seratus manusia.

Nabi Nuh AS Membuat Kapal

Setelah berjuang untuk menyadarkan kaumnya agar tidak lagi menyembah patung berhala
selama ratusan tahun, bahkan hampir seribu tahun, Nabi Nuh AS mendapatkan perintah
dari Allah agar segera membuat kapal yang sangat besar yang bisa menampung manusia
(para pengikutnya) dan hewan. Mereka yang menerima ajakan Nabi Nuh AS mulai
membuat kapal besar yang telah diperintahkan oleh Allah dengan mengumpulkan bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal.

Mereka yang membuat kapal memilih tempat yang jauh dari keramaian masyarakat dan
jauh dari kota. Mereka sangat bersemangat dalam membuat kapal ini, sehingga siang dan
malam digunakan untuk menyelesaikan kapal besar yang telah diperintahkan oleh Allah.
Alasan Nabi Nuh AS untuk membuat kapal jauh dari kota dan keramaian agar para
mansyarakat tidak banyak yang tahu dan Nabi Nuh AS bersama manusia yang menerima
ajakannya dapat mengerjakan pembuatan kapal dengan tenang.

Meskipun Nabi Nuh AS sudah berusaha untuk menjauh dari keramaian dan berharap tak
ada gangguan dari orang lain, tetapi pembuatan kapal akhirnya terlihat oleh para manusia
yang tidak menerima ajakan Nabi Nuh AS. Mereka menghina dan mengejek pembuatan
kapal besar yang telah diperintahkan oleh Allah. Kalimat-kalimat ejekan dan hinaan yang
diungkapkan oleh kaum yang tidak taat kepada ajaran Allah hanya dibalas dengan santai
oleh Nabi Nuh AS, “Untuk kalian yang menghina dan mengejek kami akan tiba waktunya
jika kalian akan diberikan azab oleh Allah atas amalan perbuatan yang telah kalian buat.”

Meskipun Nabi Nuh AS mendapatkan hinaan dan ejekan dari mereka, tetapi beliau tetap
melanjutkan pembuatan kapal besar yang sudah diperintahkan Allah. Nabi Nuh AS dan
para pengikutnya tetap semangat dalam mengerjakan kapal besar, hingga pada akhirnya
kapal besar itu berhasil dibuat dan mereka pun sangat senang karena sudah berhasil
menjalankan perintah Allah.

Banjir Bandang 
Ketika mereka yang menghina Nabi Nuh AS dan pengikutnya membuat kapal, sebenarnya
Nabi Nuh AS sudah memberitahu kepada mereka kaum kafir bahwa akan ada banjir
bandang yang sangat besar yang bisa menenggelamkan seluruh manusia. Namun, kaum
kafir itu tetap tidak percaya apa yang dikatakan oleh Nabi Nuh AS. Bahkan, anak dari
beliau juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya dan lebih memilih
untuk menjadi kaum kafir karena bisikan syaitan dan hasutan dari kaum kafir itu.

Kapal yang sudah selesai dibuat oleh Nabi Nuh AS dan para pengikutnya, kemudian Nabi
Nuh AS menerima wahyu dari Allah, “Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba
perintah-Ku dan terlihat tangda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di
dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada
di atas bumi dan berlayarlah dengan izin-Ku.

Setelah mendapatkan wahyu dari Allah, Nabi Nuh AS menunggu suatu hari akan tiba yaitu
hari di mana hujan akan turun dengan sangat lebat dan banjir bandang akan tiba. Sebelum
hari banjir bandang itu tiba, Nabi Nuh AS mengajak pengikutnya untuk bersiap-siap agar
segera naik ke kapal. Hingga tibalah waktunya hujan turun dengan sangat deras dan air pun
mulai menggenangi daratan yang rendah terlebih dahulu.

Perlahan-lahan air yang sudah menggenangi dataran rendah mulai meninggi dan menuju ke
dataran tinggi. Hingga pada akhirnya air bah itu sudah mulai menggenangi seluruh daratan
dan hanya orang-orang mukmin dan pasangan makhluk hidup saja yang ada di kapal Nabi
Nuh AS saja yang berhasil selamat dari air bah yang menenggelamkan seluruh daratan.
Kapal Nabi Nuh AS mulai berlayar yang diiringi dengan “Bismillahi Majraha wa mursaha”
melewatia air bah itu dan saat berlayar terlihat para orang-orang kafir yang berusaha untuk
menyelematkan diri agar tidak terbawa air lebih jauh.

Ketika sedang berlayar di tengah-tengah air bah, Nabi Nuh AS melihat puteranya yang
bernama Kan’an timbul tenggelam karena menerima azab dari Allah atas amalan perbuatan
yang sudah dilakukan. Nabi Nuh AS sangat bersedih dengan kepergian anaknya yang
meninggal dalam keadaa kafir, tidak beriman, dan belum mengenal Allah.

Banjir bandang yang sudah membinasakan kaum kafir dan zalim kepada hukum Allah,
mulai mengalami surut, air yang tadinya banyak, tiba-tiba sudah surut dengan cepat karena
diserap oleh bumi. Setelah air bah atau banjir bandang yang sudah surut, kapal Nabi Nuh
AS mulai berhenti di atas bukit “Judie”. Kemudian para orang-orang mukmin dan makhluk
hidup lainnya mulai turun dari kapal yang besar itu dan mereka selamat dari air bah.
Kisah Nabi Nuh AS yang di mana air bah membinasakan seluruh kaum kafir terkandung di
dalam Al-Quran Surat Yunus ayat 73:

Artinya:

Kemudian mereka mendustakannya (Nuh), lalu Kami selamatkan dia dan orang yang
bersamanya di dalam kapal, dan Kami jadikan mereka itu khalifah dan Kami tenggelamkan
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang diberi peringatan itu.

Nilai-Nilai Kehidupan dari Kisah Nabi Nuh AS

Dari kisah Nabi Nuh AS ini terdapat beberapa nilai-nilai ang bisa dijadikan pedoman
dalam hidup kita. Berikut ini nilai-nilai kehidupan dari kisah Nabi Nuh AS:

1. Kesabaran dan Ketabahan di Jalan Allah


Nabi Nuh AS yang sudah melakukan dakwah kepada kaum kafir dan zalim selama 950
tahun ini menunjukkan kesabaran dan ketabahan untuk menyebarkan ajaran agama Allah.
Berkat kesabaran dan ketabahan itu Nabi Nuh AS diberi gelar ulul azmi. Sifat kesabaran
dan ketabahan dalam menyebarkan kebaikan walaupun sering diejek dan dihina oleh orang
lain, sangat baik untuk dimiliki oleh diri kita. Dengan kesabaran dan ketabahan, kita akan
kuat dalam menghadapi segala macam cobaan atau ujian kehidupan.

2. Bijaksana
Setiap keputusan yang diambil oleh Nabi Nuh AS selalu penuh dengan pertimbangan.
Beliau selalu meminta petunjuk kepada Allah sebelum menentukan sebuah keputusan agar
keputusan yang diambil tidak salah dan berada di jalan yang benar. Begitu juga dengan diri
kita, sebaiknya setiap ingin mengambil keputusan selalu memohon kepada Allah agar
diberikan petunjuk, sehingga keputusan yang diambil dapat membuat diri kita tenang.

3. Membela Mereka yang Miskin, Tertindas, dan Lemah


Nabi Nuh AS selalu memberikan bantuan kepada mereka yang miskin, lemah, dan
tertindas. Amalan kebaikan ini perlu dimiliki oleh diri kita agar banyak orang yang
terbantu dan terhindar dari hal-hal yang dapat menindas dirinya, sehingga suatu kehidupan
semakin bahagia. Selain itu, membantu orang lain bisa menambah pahala untuk diri kita.

4. Selalu Bersyukur
Nabi Nuh AS selalu bersyukur terhadap keadaan yang diterima oleh dirinya yang selalu
dihina dan diejek oleh kaum kafir. Dari kisah Nabi Nuh AS kita dapat belajar bahwa hidup
itu harus penuh dengan rasa syukur agar kehidupan menjadi lebih tenang dan lebih
mementingkan untuk melakukan hal-hal yang sudah diperintahkan oleh Allah.

Itulah kisah dari Nabi Nuh AS dan para pengkutnya untuk membuat kapal besar agar
terhindar air bah yang membinasakan orang-orang kafir dan zalim. Dari kisah itu juga
terdapat nilai-nilai kehidupan yang dapat kita ambil. Jadi, tanamkan nilai-nilai kehidupan
dari kisah Nabi Nuh AS agar hidup menjadi lebih tenang.

Mukjizat Nabi Nuh

1. Umur panjang hingga 950 tahun


2. Mampu membuat bahtera yang besar dan kokoh
3. Selamat dari Azab dan Menjadi Nenek Moyang dari Umat Manusia
B. KISAH NABI ISMAIL
 Bagi setiap umat muslim setiap satu tahun sekali pasti akan merayakan hari kurban atau
dikenal dengan Idul Adha. Pada hari ini, umat muslim akan menyembeli hewan kurban
berupa sapi atau kambing atau unta.  Dibalik terjadinya Idul Adha terdapat kisah dari dua
orang Nabi yang di mana mereka berdua memiliki hubungan pertalian darah, yaitu ayah
dan anak. Dalam kisah Nabi dan Rasul ini, Nabi Ibrahim AS adalah ayah dari Nabi Ismail
AS, hubungan mereka berdua patut dicontoh oleh umat muslim terutama saat menjalankan
perintah Allah.

Kisah tentang terjadinya idul adha ini selalu menarik untuk dibahas setiap tahunnya
terutama pada saat perayaan kurban. Selain itu, kisah dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi
Ismail AS juga memiliki banyak sekali nilai-nilai atau pelajaran hidup yang bisa kita ambil
dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga amalan baik kita bisa bertambah.

Berbicara tentang kisah Nabi Ismail AS tak bisa dilepaskan dari Nabi Ibrahim AS yang
merupakan ayah kandungnya terutama kisah yang berkaitan dengan munculnya Hari Raya
Kurban (idul adha). Adanya kisah dari Nabi Ismail AS dan Nabi Ibrahim AS menunjukkan
bahwa betapa besarnya rasa cinta rasa cinta anak kepada anakanya. Nabi Ismail AS yang
merupakan anak dari Nabi Ibrahim sudah siap menerima agar dirinya disembelih seperti
apa yang diperintahkan oleh Allah.

Kisah Nabi Ismail : Hijrah Menuju ke Mekkah


Nabi Ismai'l 'alaihis salam (sekitar 1911-1779 SM) adalah seorang nabi dan rasul putera
dari Nabi Ibrahim 'alaihis salam dan Siti Hajar, kakak tiri dari Ishaq. Ia menjadi nabi pada
tahun 1850 SM. Ia tinggal di Amaliq dan berdakwah untuk penduduk Al-Amaliq, bani
Jurhum dan Qabilah Yaman. Bersama ayahnya Nabi Ibrahim as ia membangun kembali
Ka'bah.

Sebelum Nabi Ismail 'alaihis salam lahir, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah s.w.t: "Ya
Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
soleh" (QS. ash-Shaffat: 100)
Allah s.w.t menjawab: "Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang
amat sabar." (QS. ash-Shaffat: 101)
Selanjutnya, Hajar pun hamil dan melahirkan Nabi Ismail yang akan menjadi seorang nabi.
Setelah beberapa waktu dari kelahiran Ismail, Allah Subhaanahu wa Ta’ala
memerintahkan Ibrahim pergi membawa Hajar dan Ismail ke Mekah, maka Nabi Ibrahim
memenuhi perintah itu dan ia pun pergi membawa keduanya ke Mekah di dekat tempat
yang nantinya akan dibangunkan ka’bah.
Siti Sarah adalah istri pertama dari Nabi Ibrahim AS, tetapi pernikahan mereka berdua
belum dikaruniai buah hati. Pada saat itu, usia dari Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah sudah
terbilang memasuki usia lanjut. Siti Sarah yang menyadari akan hal itu, kemudian
memberikan izin kepada Nabi Ibrahim AS untuk menikah lagi bersama dengan siti Hajar.

Nabi Ibrahim AS selalu memohon kepada Allah agar diberikan sang buah hati. Doa dari
beliau pun dikabulkan oleh Allah. Pernikahan bersama dengan Siti Hajar dikaruniai satu
buah hati laki-laki yang diberi nama Ismail. Nama yang diberikan itu mengandung arti
yang sangat dalam (menurut bahasa Ibrani), yaitu Isma berarti mendengar dan El berarti
Allah, jadi Ismail adalah Allah Maha Mendengar. Nabi Ibrahim AS memberikan nama
Ismail karena Allah sudah mendengar dan mengabulkan permohonannya.
Nabi Ibrahim AS melakukan hijrah ke Mekah atas dasar perintah Allah. Beliau melakukan
hijrah bersama dengan istri kedua yang bernama Siti Hajar dan anaknya Nabi Ismail AS.
Perintah dari Allah ini muncul karena Nabi Ibrahim mengambil keputusan setelah melihat
istri pertamanya kurang senang dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh Nabi Ibrahim AS
dan Siti Hajar.

Hijrah ke Mekah ini dilakukan dengan menaiki unta dan setelah sampai di Mekah mereka
mulai mencari tempat untuk berteduh. Ditemukanlah sebuah pohon yang bisa digunakan
untuk tempat berteduh, pohon itu adalah pohon dauhah dan mereka pun segera turun dari
unta.

Nabi Ibrahim AS mulai meninggalkan istri beserta anaknya di bawah pohon dauhah.
Sebenarnya Nabi Ibrahim AS tidak tega untuk meninggalkan istri dan anaknya di tempat
yang sangat sunyi dan sepi itu, tetapi semua ini karena perintah Allah, sehingga Nabi
Ibrahim AS tidak ingin melanggarnya.

Sebelum pergi meninggalkan istri dan anaknya, nabi Ibrahim berpesan kepada istrinya,
“Tetap Bertakwalah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-kehendak-Nya.
Percayalah kepada kekuasaan dan rahmat-Nya. Dialah yang memberikan perintah
kepadaku untuk membawamu (istri) ke sini.

Dialah yang akan memberikan perlindungan di tempat yang sunyi ini. Seandainya bukan
karena perintah dan Wahyu dari Allah, aku sama tidak tega untuk meninggalkan kamu
bersama anakku yang aku cintai. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah tidak akan
menelantarkan kalian berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan berkah-Nya akan selalu
turun untuk selamanya, insya Allah.”
Siti Hajar hanya membawa bekal air minum seadanya dan beberapa biji buah kurma. Hati
Siti Hajar merasa tenang setelah mendengarkan pesan dari Nabi Ibrahim AS. Di tempat
sunyi itu, Siti Hajar mulai berdoa kepada Allah agar selalu diberikan perlindungan agar
mampu bertahan di tempat yang gersang dan tandus itu.

Kisah Nabi Ismail : Menemukan Air Zamzam


Di tempat yang sunyi dan tidak ada orang selain Siti Hajar dan anaknya, Ismail harus
merasa kesepian, hingga Ismail selalu menangis ketika sedang merasakan haus. Dengan
penuh kasih sayang, Siti Hajar menyusui putranya ketika sedang haus. Namun, setelah satu
hari berada di tempat sunyi itu, Siti Hajar mulai merasakan kesedihan karena melihat
ketersediaan buah kurma dan perbekalan air sudah mulai habis. Ketika sedih, Siti Hajar
selalu berharap agar ada orang lain yang melintas di tempat sunyi itu dan membantu
dirinya dan putranya.

Hingga pada suatu waktu, putranya Ismail tak berhenti-hentinya menangis karena air susu
Siti Hajar tidak bisa keluar, sehingga rasa haus dari Ismail tak segera hilang. Semakin
kencang tangisan dari Ismail, Siti Hajar semakin bingung harus melakukan apalagi agar
rasa haus Ismail segera hilang dan tangisannya mulai menghilang.

Untuk menenangkan Ismail, Siti Hajar mulai pergi ke Bukit Safa dan terpaksa
meninggalkan Ismail di atas pasir. Siti Hajar berharap ketika sampai di Bukit Safa
menemukan air agar rasa haus putranya hilang. Ketika sampai di Bukit Safa, Siti Hajar
tidak menemukan air yang bisa diminum untuk putranya.

Kemudian, beliau berlari untuk pergi ke Bukit Marwah dan di bukit itu, tetap tidak ada air
yang bisa diminum. Bukan hanya sekali, Siti Hajar bolak-balik ke Bukit Safa terus ke
Bukit Marwah sebanyak tujuh kali, tetapi tetap tidak ditemukan air yang bisa diminum dan
Siti Hajar merasa sia-sia karena tidak menemukan air.

Siti hajar kembali menuju Ismail dengan penuh rasa bingung dan cemas karena tidak
menemukan air. Namun, Allah berkehendak lain dan menolong Siti Hajar melalui malaikat
Jibril yang mengubah wujudnya menjadi manusia, kemudian Malaikat Jibril
menghentakkan kaki dengan mengucapkan “Zamzam! Zamzam!” hingga keluarlah air
yang cukup banyak dan menyebar dan membentuk seperti telaga kecil.

Setelah malaikat Jibril pergi, Siti Hajar langsung meminum air zamzam untuk
menghilangkan rasa hausnya. Tak hanya itu, Siti Hajar merasa kenyang setelah meminum
air zamzam itu dan kemudian beliau menyusui putranya, Ismail. Setelah mendapatkan
semua kenikmatan yang bisa dirasakan oleh Siti Hajar dan putranya, Siti Hajar tak henti-
hentinya berterima kasih kepada Allah.
Air zamzam itu memberikan banyak sekali manfaat bukan hanya untuk Siti Hajar dan
Ismail saja, tetapi kepada banya orang, seperti rombongan suku Jurhum yang pada saat itu
merasakan rasa haus dan bingung mencari sumber air. Seiring dengan berjalannya waktu,
semakin banyak orang yang mulai tinggal di dekat air zamzam itu, sehingga tempat yang
tadinya sepi dan sunyi perlahan-lahan mulai ramai dan Siti Hajar tidak merasakan
kesepian.

Ismail putra dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar mulai bertambah umur dan ia membantu
ibunya untuk menggembalakan kambing dan biri-biri ke Padang Arafah. Hingga akhirnya
Siti Hajar dan Ismail kehidupannya semakin baik, sejahtera, dan aman. Siti Hajar, Ismail
dan orang-orang Mekah menjaga kesucian air zamzam yang sangat suci dan dengan air
zamzam kehidupan masyarakat mekah semakin menuju kebahagiaan. Adanya air zamzam
menunjukkan akan kasih sayang Allah kepada Siti Hajar dan Ismail.

Kisah Nabi Ismail : Perintah Untuk Menyembelih Ismail


Pada sautu waktu, Nabi Ibrahim AS sangat ingin bertemu Siti Hajar dan Ismail dan beliau
meminta izin kepada Siti Sarah untuk pergi menemui Siti Hajar dan Ismail. Setelah
mendapatkan izin dari Siti Sarah, Nabi Ibarahim AS mulai beranjak pergi ke tempat di
mana beliau meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang sunyi dan sepi.

Sesampainya di tempat yang dituju, Nabi Ibrahim AS terkejut karena tempat yang dulunya
sepi, kini sudah ramai dan dihuni oleh banyak orang serta kehidupan dari istri dan putranya
semakin baik dan sejahtera. Siti Hajar yang melihat kedatangan dari Nabi Ibrahim AS
sangat senang dan bahagia sekali karena setelah sekian lama tak bertemu.

Begitu juga dengan Nabi Ibrahim AS sangat senang ketika bertemu dengan putra dan
istrinya dan beliau pun langsung memohon maaf karena harus meninggalkan istri dan
putranya, “Wahai, istri dan anakku, maafkanlah aku. Selama ini, aku tidak pernah melihat
keadan kalian karena harus berdakwah untuk menyebarluaskan kebenaran kepada
penduduk di sana.”

Nabi Ibrahim yang terlalu lelah setelah melakukan perjalanan jauh mulai mengistirahatkan
dirinya di Masy’aril Haram (sekarang Musdalifah). Nabi Ibrahim AS yang tertidur pulas
mendapatkan mimpi berupa perintah untuk menyembelih putranya, Ismail sebagai kurban
kepada Allah.

Setelah mendapatkan mimpi itu, Nabi Ibrahim AS segera terbangun dari tidurnya dan
berpikir sangat lama sambil berusaha mengartikan maksud dari mimpi menyembeli
putranya. Hingga sampai pagi hari, Nabi Ibrahim AS tidak bisa memejamkan matanya dan
terus berusaha untuk mengartikan mimpinya itu, kemudian beliau ingin sekali bercerita
kepada istrinya dan putranya, tetapi takut menambah rasa cemas dan khawatir kepada
istrinya dan putranya.

Setelah selesai melakukan aktivitas di pagi hari dan malam pun tiba, Nabi Ibrahim AS
segera tidur untuk mengistrirahatkan tubuhnya. Saat tidur itu, Nabi Ibrahim AS mulai
bermimpi mendapatkan perintah untuk menyembelih putranya, “wahai, Ibrahim.
Sembelihlah Ismail untuk berkurban kepada Allah S.W.T. Sembelihlah Ismail sebagai
kurban untuk Allah S.W.T!” Perintah untuk menyembelih itu membuat Nabi Ibrahim AS
sangat bingung hingga keringat membasahi keningnya. Hati Nabi Ibrahim AS pun mulai
merasa resah dan gelisah, sehingga beliau mengambil air wudhu dan salat.

Setelah dua kali bermimpi berupa perintah untuk menyembelih, Nabi Ibrahim AS masih
menerima untuk menyembelih putranya yang ketiga kali. Pada mimpi ketiga itu, Nabi
Ibrahim AS mulai yakin bahwa perintah untuk menyembelih itu merupakan perintah dari
Allah. Setelah berpikir panjang dan penuh dengan keyakinan, Nabi Ibrahim AS tetap akan
menyembeli putranya, Ismail walaupun setan sudah menggodanya bahwa perintah itu
adalah salah.

Nabi Ibrahim pun memaggil putranya dan mulai berbicara, “anakku, Ismai, ayah sangat
berharap agar engkau selalu sabar dan tabah menerima perintah Allah.” Ismail pun sanga
ikhlas dan sabar untuk menerima semua perintah itu, “ayah, apa pun perintah Allah,
katakan saja! Saya akan tetap sabar dan tabah dan sebagai hamba Allah semua perintahnya
harus dilaksanakan. Jelaskanlah, perintah itu dan saya akan sabar untuk
mendengarkannya.”

Setelah mendengar semua penjelasan dari ayahnya, Ismail tetap mempelihatkan kesabaran
dan ketabahan. Namun, istrinya, Siti Hajar sangat terkejut setelah mendengar semua
perintah Allah yang diberitahukan lewat mimpi Nabi Ibrahim AS. Siti Hajar pun menangis
mengeluarkan air mata hingga membasahi pipinya dan hanya bisa memeluk erat putra
tercintanya sebelum disembelih.

Siti Hajar  hanya bisa menangis karena jika perintah dari Allah, ia tidak akan bisa
menolaknya dan akan tetap melaksanakan segala perintah Allah. Keesokan harinya, Siti
Hajar harus melepaskan putranya untuk dibawa Nabi Ibrahim AS ke suatu tempat untuk
melaksanakan perintah Allah.

Di perjalanan menuju tempat yang dituju, Nabi Ibrahim AS dan Ismail mendapatkan
banyak godaan dari iblis agar tidak melaksanakan perintah Allah. Namun, dengan penuh
keyakinan mereka berdua tetap melanjutkan ke tempat untuk menyembeli Ismail. Setelah
sampai di tempat tujuan, Bukit Malaikat Nabi Ibrahim AS tidak tega untuk menyembelih
anaknya, sehingga beliau menutup wajah Ismail.
Ketika Nabi Ibrahim AS ingin melaksanakan perintah Allah, kemudian datanglah malaikat
Jibril yang diutus oleh Allah untuk mencegah agar proses penyembelihan itu tidak terjadi.
Setelah itu, malaikat Jibril mengganti Ismail dengan seekor kambing dan memerintahkan
kepada Nabi Ibrahim AS, “untuk menjadikan hari ini sebagai hari raya bagi kalian berdua
dan sedekahkanlah sebagian dari daging kambing itu kepada fakir miskin..”

Kisah tentang perintah untuk menyembelih Ismail ini terkandung di dalam Al-Quran Surat
As-Shaffat ayat 102-107:

Artinya:

Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab, Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis
(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

Nilai-Nilai Kehidupan dari Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang Taat Menjalankan
Perintah Allah
Dalam suatu kisah nabi dan rasul pasti selalu terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat
menambah amalan baik manusia. Begitu juga dari kisah tentang anak saleh Nabi Ismail AS
dan ayahnya yang tegar, Nabi Ibrahim AS.
1. Selalu menjalankan segala perintah Allah walaupun perintah itu sulit untuk
diterima oleh akal manusia.
2. Selalu percaya bahwa Allah selalu memberikan cobaan kepada hambanya sesuai
dengan kemampuan hamba itu sendiri.
3. Percaya bahwa setiap ujian atau cobaan dari Allah menandakan bahwa Allah itu
sangat cinta terhadap diri kita.
4. Dalam keluarga, setiap mengambil keputusan untuk menjalankan perintah Allah
harus dilakukan musyawarah terelebih dahulu.
5. Selalu Berbakti Kepada Orang Tua, seperti Nabi Ismail AS yang selalu taat kepada
ayah dan ibunya untuk menjalankan segala perintah Allah.
6. Selalu percaya bahwa kesabaran dan ketabahan akan membawa diri kita ke arah
bahagia.
7. Jangan mudah tergoda rayuan-rayuan syaitan.

Mukjizat Nabi Ismail


 Ketabahan saat Allah memerintahkan Nabi Brahim untuk menyembelih Nabi Ismail,
dan akhirnya diganti dengan domba
 Mata Air Zam Zam

Anda mungkin juga menyukai