Anda di halaman 1dari 17

NABI NUH A.S.

Nabi Nuh adalah Nabi Keempat sesudah Nabi Adam, la keturunan kesembilan
dari Nabi Adam AS. Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dalam masa kekosongan
antara dua rasul. Dalam masa kekosongan itu biasanya manusia secara berangsur-
angsur melupakan ajaran agama Allah. Mereka kembali menjadi Musyrik,
meninggalkan kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh diutus ke tengah-tengah masyarakat yang sedang menyembah
berhala. Berhala itu sebenarnya adalah patung-patung buatan mereka sendiri.
Menurut mereka berhala itu mempunyai kekuatan gaib di atas manusia. Dan mereka
menamakannya sesuai dengan selera mereka sendiri. Kadang-kadang mereka
namakan Wadd dan Suwa kadang Yaguts dan kadang Ya'uq dan Nasr.
Nabi Nuh adalah orang cerdas dan sabar. la mengajak kaumnya untuk berpikir.
la mengajak kaumnya melihat alam semesta ciptaan Allah. Langit dengan bulan,
bintang dan mataharinya. Bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di
bawahnya, berupa hewan tumbuhan dan air yang mengalir. Pergantian siang dan
malam. Semua itu menjadi bukti dan tanda kekuasaan dan keesaan Allah.
Nabi Nuh juga memberikan kabar akan adanya ganjaran berupa sorga dan
kenikmatannya bagi mereka yang beramal shaleh, dan balasan siksa neraka bagi
mereka yang membangkang atas perintah Allah, yaitu mereka yang mungkar dan
bergelimang dalam dosa dan kemaksiatan.
Dakwah Nabi Nuh dilakukan dengan giat siang dan malam. Baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Beliau termasuk orang yang cerdas,
fasih berbicara, tajam pemikirannya, pandai berdiskusi, bersifat sabar dan tenang.
Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul ketika berusia450tahun dan wafat pada usia 950
tahun, dengan demikian Nabi Nuh berdakwah kepada umatnya selama lima abad
atau 500 tahun. Meski demikian pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu
kurang dari seratus orang,
Umat Nabi Nuh banyak yang ingkar. Jika Nabi Nuh mengajak beribadah
kepada Allah dan menegakkan Tauhid umatnya selalu menentang dan
mengejeknya.
Para pengikut Nabi Nuh kebanyakan hanya para fakir miskin, atau golongan
ekonomi lemah. Para bangsawan, orang-orang kaya dan terpandang di masyarakat
malah memusuhinya.
Pada suatu ketika orang-orang kafir hendak menipu Nabi Nuh. Mereka
mengatakan bersedia mengikuti Nabi Nuh asalkan Nabi Nuh mau mengusir para
pengikutnya yang terdiri dari orang-orang miskin. Namun Nabi Nuh dengan tegas
menolak permintaan orang-orang kaya itu.
Kecerdasan dan kefasihan Nabi Nuh mengalahkan segala hujah orang- orang
kafir. Akhirnya orang-orang kafir itu jengkel dan menantang Nabi Nuh.
Mereka berkata : "Hai Nuh ! Sesungguhnya kamu telah membantah dengan
kami, dan kamu telah memperpanjang, bantahanmu terhadap kami, maka
datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu
termasuk orang-orang yang benar."
Nabi Nuh menjawab : "Hanya Allah yang akan mendatangkan adzab itu
kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali kali tidak akan dapat melepaskan
diri. Tidaklah bermanfaat nasihatku kepadamu jika Allah ternyata hendak
menyesatkanmu. Dia adalah Tuhanmu, Dan kepada Nyalah kamu dikembalikan".
Demikian keterlaluan nya kaum Nabi Nuh itu mengingkari ajaran Tuhan.
Mereka bahkan mengejek dan menghina Nabi Nuh sebagai orang bodoh dan gila.
Namun Nabi Nuh sebagai utusan Allah tetap melaksanakan tugasnya. Dan
orang-orang kafir makin keras menentangnya. Mereka bahkan mengancam Nabi
Nuh.
"Sungguh jika kamu tidak mau berhenti berdakwah, "kata mereka: "Maka kami
akan merajamu beramai-ramai."

NABI NUH BERPUTUS ASA DARI KAUMNYA


Setelah dakwah yang disampaikan menemui jalan buntu. Dan pengikutnya
tidak bertambah maka Nabi Nuh mengadukan kaumnya itu kepada Tuhan:
Berdoa Nabi Nuh : "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di
antara orang-orang kafir itu tinggal di atas permukaan bumi. Sesungguhnya jika
Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-
Mu, dan mereka tidak akan melahirkan, selain anak yang berbuat maksiat lagi
sangat kafir."
Allah mengabulkan doa Nabi Nuh. Allah memberi petunjuk agar Nabi Nuh
membuat kapal yang sangat besar. Dengan perahu itu Nabi Nuh dan kaumnya yang
beriman akan selamat. Sedang kaumnya yang ingkar akan ditenggelamkan dengan
banjir yang sangat besar, sehingga tak seorang pun dari mereka ada yang selamat.
Semua akan binasa.
Selagi Nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal di atas bukit kaumnya yang
ingkar mengolok-olok dan mengejeknya.
Lihat! Nuh semakin gila saja, masak kemarau panas begini membuat perahu.
Di atas bukit lagi. Sungguh dia sudah miring otaknya."
Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang
belum selesai dibuat itu. Tentu hal itu mereka lakukan ketika Nabi Nuh dan
pengikutnya sedang tidak ada di tempat pembuatan kapal. Namun akibatnya perut
mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorangpun bisa
menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka minta Nabi Nuh untuk
mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang
mereka kotori. Sesudah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.

BANJIR BESAR MEMUSNAHKAN ORANG- ORANG KAFIR

Sesuai dengan wahyu Allah. Nabi Nuh mengajak kaumnya memasuki kapal
yang telah selesai dibuat. Nabi Nuh juga membawa berbagai pasang binatang
dalam kapalnya itu.
Tidak berapa lama sesudah Nabi Nuh dan pengikutnya yang beriman
memasuki kapal maka langit yang tadinya cerah berubah menjadi hitam. Mendung
tampak tebal sekali diiringi angin kencang yang mulai berhembusan. Bersamaan
dengan turunnya hujan lebat, air dari dalam bumi memancar pula ke permukaan.
Hujan turun dengan lebatnya. Belum pernah ada hujan turun selebat itu.
Bagaikan dicurahkan dari atas langit. Rumah-rumah mulai terendam air, angin
kencang dan badai menambah kepanikan semua orang..
Dari kejauhan Nabi Nuh melihat salah seorang putranya yaitu Kan'an sedang
berlari-lari menuju puncak gunung. Nabi Nuh memanggil anaknya itu.
"Hai anakku, kemarilah. Naiklah ke kapalku maka kau akan selamat
"Tidak! Aku akan berlari ke atas bukit sana, aku pasti akan selamat!"
"Anakku! Pada hari ini tidak seorang pun dapat menyelamatkan diri dari azab
Allah!"
Tapi Kan'an dengan sombongnya terus berlari. la tak menghiraukan panggilan
ayahnya. la mengira banjir itu hanya bencana alam biasa yang segera reda, maka ia
terus berlari mendaki puncak gunung.
Memang Kan'an tidak mau mengikuti ajaran Nabi Nuh. la lebih suka hidup
bersama orang-orang kafir, karena itu ia tak mau menumpang kapal Nabi Nuh.!
Nabi Nuh merasa trenyuh, sedih dan berduka. Bagaimanapun Kan'an adalah
putranya sendiri. Maka ia berdo'a kepada Allah agar Kan'an diselamatkan.
Namun Allah menolak permintaan Nabi Nuh. Sebab Kan'an itu walaupun putra
Nabi Nuh sendiri, ia anak yang durhaka, tidak mau beriman.
Berdasarkan suatu riwayat Kapal yang membawa Nabi Nuh dan para
pengikutnya itu berlayar selama 40 hari, sesudah itu banjir mereda. Kapal Nabi Nuh
terdampar di sebuah puncak gunung yang dahulu disebut gunung Jody. Ternyata di
zaman sekarang yang dimaksud gunung Jody itu ada di wilayah Turki. Para ilmuwan
telah menemukan fosil kapal Nabi Nuh tersebut, dengan demikian agama bukanlah
dongeng belaka, agama adalah keyakinan yang benar, cerita tentang para nabi dan
rasul adalah benar.
Nabi Nuh dan pengikutnya diperintahkan turun dari kapalnya. Demikian pula
beraneka pasang binatang yang ada di dalam kapal.
Dengan demikian binasalah orang-orang kafir yang menentang Nabi Nuh.
Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hidup dan menempati bumi sebagai
penghuninya.
Nabi Nuh dan Kapal Nabi Nuh memang telah dikisahkan di dalam Al- Qur'an,
dimana dijelaskan bahwa sekitar 4.800 tahun lalu, banjir bandang menerjang Bumi.
kala itu Nabi Nuh di beri Wahyu untuk membuat kapal besar demi menyelamatkan
umat manusia dan makhluk Bumi lainnya.
Sejarah tentang Nabi Nuh dan kapalnya tersebut membuat peneliti dari China
dan Turki yang tergabung dalam 'Noah's Ark Ministries International' ingin
membuktikannya sehingga mereka selama bertahun-tahun mencari sisa-sisa perahu
legendaris tersebut.
Setelah bertahun-tahun mencari sisa-sisa kapal Nabi Nuh, tepatnya 26 April
2010 mereka mengumumkan telah menemukan. perahu Nabi Nuh di Turki. mereka
menemukan sisa-sisa kapal nabi Nuh di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau
Gunung Ararat, di Turki Timur.
Bahkan mereka mengklaim telah masuk dan mengambil foto- foto dari sisa-sisa
kapal Nabi Nuh. Menurut para peneliti, specimen yang mereka ambil memiliki usia
karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah, yang jelas
jika kapal yang mereka temukan adalah kapal Nabi Nuh asli maka mereka telah
menemukan kapal paling bersejarah di dunia. kapal Nabi Nuh.
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW

Di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya,


lahirlah ke dunia dari keluarga yang sederhana, di kota Mekah, seorang bayi yang
kelak membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia. Bayi itu yatim,
bapaknya yang bernama Abdullah meninggal ± 7 bulan sebelum dia lahir. Kehadiran
bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Muththalib dengan penuh kasih sayang dan
kemudian bayi itu di bawanya ke kaki ka'bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi
nama Muhammad suatu nama yang belum pernah ada sebelumnya. Menurut
penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad itu pada tanggal 12 Rabiulawal tahun
Gajah atautanggal20April tahun 571 M.
Adapun sebab dinamakan tahun kelahiran Nabi itu dengan tahun Gajah,
karena pada tahun itu, kota Mekah diserang oleh suatu pasukan tentara orang
Nasrani yang kuat di bawah pimpinan Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani
Abessinia, yang memerintah di Yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan
Ka'bah. Pada waktu itu Abrahah berkendaraan gajah. Belum lagi maksud mereka
tercapai, mereka sudah dihancurkan oleh Allah S.W.T. dengan mengirimkan burung
ababil. Oleh karena pasukan itu mempergunakan gajah, maka orang Arab
menamakan bala tentara itu pasukan bergajah, sedang tahun terjadinya peristiwa ini
disebut Tahun Gajah.
Nabi Muhammad S.A.W. adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy
yang telah berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza'ah atas kota Mekah. Ayahnya
bernama Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdulmanaf bin Qushai bin
Kilab bin Murrah dari golongan Arab Banu Ismail. Ibunya bernama Aminah binti
Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah.
Sudah menjadi kebiasaan pada orang-orang Arab kota Mekah, terutama pada
orang-orang yang tergolong bangsawan, menyusukan dan menitipkan bayi-bayi
mereka kepada wanita badiyah (dusun di padang pasir) agar bayi-bayi itu dapat
menghirup hawa yang bersih, terhindar dari penyakit-penyakit kota dan supaya bayi-
bayi itu dapat berbicara dengan bahasa yang murni dan fasih. Demikianlah halnya
Nabi Muhammad S.A.W. Beliau diserahkan oleh ibunya kepada seorang perempuan
yang baik Halimah Sa'diyah dari Bani Sa'ad kabilah Hawazin, tempatnya tidak jauh
dari kota Mekah. Di perkampungan Bani Sa'ad inilah Nabi Muhammad S.A.W.
diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun.
KEMATIAN IBU DAN KAKEK

Sesudah berusia lima tahun, Muhammad S.A.W. di antarkannya ke Mekah


kembali kepada ibunya, Sitti Aminah. Setahun kemudian yaitu sesudah ia berusia
kira-kira enam tahun, beliau dibawah oleh ibunya ke Madinah, bersama-sama
dengan Ummu Aiman, sahaya Peninggalan ayahnya. Maksud membawa Nabi ke
Madinah, pertama untuk memperkenalkan ia kepada keluarga neneknya Bani Najjar
dan kedua untuk menziarahi makam ayahnya. Mereka tinggal di situ kira-kira satu
bulan, kemudian pulang kembali ke Mekah. Dalam perjalanan mereka pulang, pada
suatu termpat, Abwa' namanya, tiba-tiba Aminah jatuh sakit sehingga meninggal dan
dimakamkan di situ juga. (Abwa' ialah nama sebu-ah desa yang terletak antara
Madinah dan Juhfah, kira-kira sejauh 23 mil di sebelah selatan kota Madinah).
Betapa sedih hati Muhammad, dari kecil tak mengenal ayahnya kini harus pula
berpisah dengan ibunya.
Setelah selesai pemakaman ibundanya, Nabi Muhammad S.A.W. segera
meninggalkan kampung Abwa' itu kembali ke Mekah dan tinggal bersama-sama
dengan neneknya Abdul Muththalib.
Di sinilah Nabi Muhammad S.A.W. diasuh sendiri oleh neneknya dengan penuh
kecintaan. Usia Abdul Muththalib pada waktu itu mendekati 80 tahun.
Disebabkan kasih sayang neneknya, Abdul Muththalib, Muhammad S.A.W.
dapat hiburan dan dapat melupakan kemalangan nasibnya karena kematian ibunya.
Tetapi, keadaan ini tidak lama berjalan, sebab barn saja berselang dua tahun ia
merasa terhibur di bawah asuhan neneknya, orang tua yang baik hati itu meninggal
pula, dalam usia delapan puluh tahun. Muhammad S.A.W. ketika itu baru berusia
delapan tahun.
Sesuai dengan wasiat Abdul Muththalib, maka Nabi Muhammad S.A.W. diasuh
oleh pamannya Abu Thalib. Kesungguhan dia mengasuh Nabi serta kasih sayang
yang dicurahkan kepada keponakannya ini tidaklah kurang dari apa yang
diberikannya kepada anaknya sendiri. Selama dalam asuhan nenek dan paman,
Nabi Muhammad menunjukkan sikap yang terpuji dan selalu membantu
meringankan kehidupan mereka.
PENGALAMAN PENTING NABI MUHAMMAD S.A.W.

Ketika berumur 12 tahun, Nabi Muhammad S.A.W. mengikuti pamannya Abu


Thalib membawa barang dagangan ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru
sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib dengan seorang pendeta Nasrani
yang alim, "Buhaira" namanya. Pendeta itu melihat ada tanda-tanda kenabian pada
diri Muhammad S.A.W. Maka dinasihatilah Abu Thalib agar segera membawa
keponakannya itu pulang ke Mekah, sebab dia khawatir kalau-kalau Muhammad
S.A.W. ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya (dalam
riwayat lain kaum Yahudi akan membunuhnya) Abu Thalib segera menyelesaikan
dagangannya dan kembali ke Mekah.
Nabi Muhammad S.A.W. sebagaimana biasanya pada masa kanak-kanak itu,
dia kembali ke pekerjaannya menggembala kambing, kambing keluarga dan
kambing penduduk Mekah yang lain yang dipercayakan kepadanya. Pekerjaan
menggembala kambing ini membuahkan didikan yang amat baik pada diri Nabi,
karena pekerjaan ini memerlukan keuletan, kesabaran dan ketenangan serta
ketrampilan dalam tindakan,
Di waktu Nabi Muhammad S.A.W. berumur ± 15 tahun terjadilah peristiwa yang
bersejarah bagi penduduk Mekah, yaitu kejadian peperangan antara suku Quraisy
dan Kinanah di satu pihak, dengan suku Qais 'Ailan di lain pihak. Nabi Muhammad
S.A.W. ikut aktif dalam peperangan ini memberikan bantuan kepada paman-
pamannya dengan menyediakan keperluan peperangan.
Peperangan ini terjadi di daerah suci pada bulan-bulan suci pula yaitu pada
bulan Zulqaedah. Menurut pandangan bangsa Arab peristiwa itu adalah pelanggaran
terhadap kesucian, karena melanggar kesucian bulan Zulqaedah, sebenarnya
dilarang berkelahi berperang menumpahkan darah. Oleh karena demikian, perang
tersebut dinamakan Harbul Fijar yang artinya perang yang memecahkan kesucian.
Meningkat masa dewasa, Nabi Muhammad S.A.W. mulai berusaha sendiri
dalam penghidupannya. Karena dia terkenal orang yang jujur, maka seorang janda
kaya bernama Siti Khadijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangan
ke Syam. Dalam perjalanan ke Syam ini, beliau ditemani oleh seorang Pembantu Siti
Khadijah yang bernama Maisarah. Setelah selesai menjual belikan barang
dagangan di Syam, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, mereka pun
kembali ke Mekah.
Sesudah Nabi Muhammad S.A.W. pulang dari perjalanan ke Syam itu,
datanglah lamaran dari pihak Sitti Khadijah kepada beliau, lalu beliau
menyampaikan hal itu kepada pamannya. Setelah tercapai kata sepakat pernikahan
pun dilangsungkan, pada waktu itu umur Nabi ± 25 tahun sedang Sitti Khadijah ± 40
tahun.
Nama Nabi Muhammad S.A.W. tambah populer di kalangan penduduk Mekah,
sesudah beliau mendamaikan pemuka-pemuka Quraisy dalam sengketa mereka
memperbaharui bentuk Ka'bah. Pada permulaannya mereka nampak bersatu dan
bergotong-royong mengerjakan pembaharuan Ka'bah itu. Tetapi ketika sampai
kepada peletakan Batu Hitam (Al Hajarul Aswad) ke tempat asalnya, terjadilah
perselisihan sengit antara pemuka- pemuka Quraisy. Mereka masing-masing
merasa berhak untuk mengembalikan batu suci itu ke tempat asal-nya semula.
Akhirnya disepakati yang akan menjadi hakim adalah orang yang pertama datang
dan pada saat yang kritis ini, datanglah Muhammad S.A.W yang disambut dan
segera disetujui mereka, maka dimintanyalah sehelai kain, lalu dihamparkannya dan
Al-Hajarul Aswad diletakkannya di tengah-tengah kain itu. Kemudian disuruhnya
tiap-tiap pemuka golongan Quraisy bersama-sama mengangkat tepi kain ke tempat
asal Hajarul Aswad itu. Ketika sampai ke tempatnya, maka batu suci itu diletakkan
dengan tangannya sendiri ke tempatnya. Dengan demikian selesailah
persengketaan itu dengan membawa kepuasan pada masing-masing golongan.
Pada waktu kejadian ini usia Nabi sudah 35 tahun dan dikenal dengan nama "Al-
Amin" yang sempat dipercaya

AHHLAK NABI MUHAMMAD SAW


Dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan
sampai diangkat menjadi Rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi
luhur, dan mempunyai kepribadian yang tinggi. Tak ada sesuatu perbuatan dan
tingkah lakunya yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali
dengan tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda- pemuda dan penduduk
kota Mekah pada umumnya yang gemar berfoya-foya dan bermabuk-mabukan.
Karena demikian jujurnya dalam perkataan dan perbuatan, maka beliau diberi
julukan "Al- Amin" , artinya: orang yang dapat. dipercayai.
Ahli sejarah menuturkan, bahwa Muhammad S.A.W. sejak kecil hingga dewasa
tidak pernah menyembah berhala, dan tidak pernah pula makan daging hewan yang
disembelih untuk korban berhala-berhala seperti lazimnya orang Arab jahiliyah pada
waktu itu. la sangat benci kepada berhala itu dan menjauhkan diri dari keramaian
dan upacara-upacara pemujaan kepada berhala itu.
Untuk menutupi keperluan hidupnya sehari-hari, dia berusaha sendiri mencari
nafkah, karena orang tuanya tidak meninggalkan harta warisan yang cukup.
Sesudah dia menikah dengan Sitti Khadijah, dia berdagang bersama dengan istrinya
dan kadang-kadang berserikat pula dengan orang lain.
Sebagai seorang manusia yang bakal menjadi pembimbing umat manusia,
Muhammad S.A.W. memiliki bakat-bakat dan kemampuan jiwa besar kecerdasan
pikirannya, ketajaman otaknya, kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya,
kecepatan tanggapannya, kekerasan kemauannya. Segala pengalaman hidupnya,
mendapat pengolahan yang sempurna dalam jiwanya. Dia mengetahui babak-babak
sejarah negerinya, kesedihan masyarakat dan keruntuhan agama bangsanya.
Pemandangan itu tidak dapat hilang dari pikirannya.
la mulai "menyiapkan dirinya" (bertahannuts) untuk mendapatkan pemusatan
jiwa yang lebih sempurna. Untuk bertahannuts ini dipilihnya tempat di sebuah gua
kecil yang bernama "Hira" yang terdapat pada sebuah bukit yang bernama "Jabal
Nur" (Bukit Cahaya) yang terletak kira-kira dua atau tiga mil sebelah utara kota
Mekah.

NABI MUHAMMAD MENJADI RASUL


Ketika menginjak usia empat puluh tahun, Muhammad S.A.W. lebih banyak
mengerjakan tahanuts daripada waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan
dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih
lama daripada waktu-waktu sebelumnya. Dalam melakukan tahanuts kadang-
kadang beliau bermimpi, mimpi yang benar. (' Arru' yaa ashshaadiqah).
Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi,
di waktu Nabi Muhammad S.A.W. sedang bertahannuts di gua Hira, datanglah
Malaikat Jibril A.S. membawa tulisan dan menyuruh Muhammad S.A.W. untuk
membacanya, katanya : "Bacalah ". Dengan terperanjat Muhammad S.A.W.
menjawab : "Aku tidak dapat membaca." Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh
Malaikat Jibril A.S., sehingga nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya
disuruhnya membaca sekali lagi : "Bacalah ". Tetapi Muhammad S.A.W. masih tetap
menjawab : "Aku tidak dapat membaca. " Begitulah keadaan berulang sampai tiga
kali, dan akhirnya Muhammad S.A.W. berkata : "Apa yang kubaca." Kata Jibril:
Artinya: Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan dengan
pena (tulis baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Surat
(85) AI'Alaqayat1-5).
Inilah wahyu yang pertama yang diturunkan oleh Allah S.W.T. kepada Nabi
Muhammad S.A.W. Dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah, atau
utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampai- kan risalah-Nya.

TUGAS NABI MUHAMMAD S.A.W


Menurut riwayat, selama lebih kurang dua setengah tahun lamanya sesudah
menerima wahyu yang pertama, barulah Rasulullah menerima wahyu yang kedua.
Dikaia menunggu- nunggu kedatangan wahyu kedua itu, Rasulullah diliputi perasaan
cemas, dan khawatir kalau-kalau wahyu itu putus malahan hampir saja beliau
berputus asa, akan tetapi ditetapkannya hatinya dan beliau terus bertahannuts
sebagai-mana biasa di Gua Hira. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit, beliau
menengadah, tampaklah Malaikat Jibril A.S. sehingga beliau menggigil ketakutan
dan segera pulang ke rumah, kemudian minta kepada Sitti Khadijah supaya
menyelimutinya. Dalam keadaan berselimut itu, datanglah Jibril A.S. menyampaikan
wahyu Allah yang kedua kepada beliau yang berbunyi:
"Hai orang yang berselimut. Bangun dan berilah peringatan! Besarkanlah (nama)
Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu, jauhilah perbuatan maksiat, janganlah kamu
memberi, karena hendak memperoleh vang lebih banyak. Dan hendaklah kamu
bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu."(Surat(74)Muddatstsirayat 1-7).

DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI


Sesudah Rasullah S.A.W. menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan
tugas atas dirinya, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi menyeru keluarganya
yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat, seorang
demi seorang, agar mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah
Allah Yang Maha Esa. Maka yang mula-mula iman kepadanya ialah isteri beliau
sendiri Sitti Khadijah, disusul oleh putera pamannya yang masih amat muda Ali bin
Abi Thalib dan Zaid bin Naritsah, budak beliau yang kemudian menjadi anak angkat
beliau.
Setelah itu lalu beliau menyeru Abu Bakar Siddiq, seorang sahabat karib yang
telah lama bergaul dan Abu Bakar pun segera beriman dan memeluk agama Islam
Dengan perantaraan Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama Islam,
antara lain ialah : Utsman bin 'Affan, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash,
Abdurahman bin 'Auf, Thalhah bin 'Ubaidillah, Abu 'Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin
Abil ,Arqam, Fatimah binti Khaththab adik Umar bin Khaththab r.a) beserta suaminya
Said bin Zaid, Al 'Adawi dan beberapa orang penduduk Mekah lainnya dari kabilah
Quraisy, mereka itu diberi gelar "Ass Saabiquunal awwaluun" Artinya : Orang-orang
yang terdahulu yang pertama-tama masuk agama Islam.
Mereka ini dapat gemblengan dan pelajaran tentang agama Islam oleh Rasul
sendiri di tempat yang tersembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam dalam kota
Mekah.

MENYIARKAN AGAMA ISLAM SECARA TERANG-TERANGAN.


Tiga tahun lamanya Rasulullah S.A.W. melakukan da'watul afrad ini yaitu :
ajakan masuk Islam seorang demi seorang secara diam-diam atau secara sembunyi
sembunyi dari satu rumah ke rumah yang lain.
Kemudian sesudah ini, turunlah firman Allah surat (15) A1 Hijr ayat 94 yang
artinya : "Maka jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik.
Ayat ini memerintahkan kepada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-
terangan dan meninggalkan cara sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi
Muhammad S.A.W. menyeru kaumnya secara umum di tempat-tempat terbuka
untuk menyembah Allah dan mengesakan-Nya. Pertama kali seruan (da'wah) yang
bersifat umum ini beliau tujukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk
Mekah pada umumnya yang terdiri dari bermacam-macam lapisan masyarakat, baik
golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya, kemudian kepada kabilah-
kabilah Arab dari pelbagai daerah yang datang ke Mekah untuk mengerjakan haji.

NABI MUHAMMAD S.A.W. MENJALANI ISRA' DAN MI'RAJ.


Di saat-saat menghadapi ujian yang sangat berat dan tingkat perjuangan sudah
pada puncaknya ini, gangguan dan hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau
dengan pengikut-pengikut beliau semakin hebat, maka Nabi Muhammad S.A.W.
diperintahkan oleh Allah S.W.T.
menjalani isra' dan Mi'raj dari Mekah ke Baitul Maqdis di Palestina, terus naik
ke langit ketujuh dan Sidratul muntaha. Di situlah beliau menerima perintah langsung
dari Allah tentang shalat lima waktu. Hikmah Allah memerintahkan Isra' dan Mi'raj
kepada Nabi dalam perjalanan satu malam itu, adalah untuk lebih menambah
kekuatan iman dan keyakinan beliau sebagai Rasul, yang diutus Allah ke tengah-
tengah umat manusia, untuk membawa risalah-Nya. Dengan demikian akan
bertambahlah kekuatan batin sewaktu menerima cobaan dan musibah serta siksaan
yang bagaimanapun juga besarnya, dalam memperjuangkan cita-cita luhur,
mengajak seluruh umat manusia kepada agama Islam.
Peristiwa Isra' dan Mi'raj ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke 11 sesudah
beliau diangkat menjadi Rasul. Kejadian Isra' Mi'raj ini, di samping memberikan
kekuatan batin kepada Nabi Muhammad S.A.W. dalam perjuangan menegakkan
agama Allah, juga menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri, apakah mereka
beriman dan percaya kepada kejadian yang mentakjubkan dan di luar akal manusia
itu, yaitu perjalanan yang beratus-ratus mil serta menembus tujuh lapis Langit dan
hanya ditempuh dalam satu malam saja.

ORANG YATSRIB MASUK ISLAM


Pada waktu musim haji tiba, datanglah ke Mekah kabilah- kabilah Arah dari
segala penjuru tanah Arab. Di antara mereka itu, jemaah Khazraj dari Yatsrib.
Sebagaimana biasanya setiap musim haji, Nabi Muhammad menyampaikan seruan
Islam kepada kabilah-kabilah yang sedang melakukan haji. Kali ini beliau menjumpai
orang-orang Khazraj. Mereka sudah mempunyai pengertian tentang agama
ketuhanan, dan kerap kali mendengar dari orang Yahudi di negeri mereka, tentang
akan lahirnya seorang Nabi pada waktu dekat. Segeralah mereka mencurahkan
perhatian kepada da'wah yang disampaikan Nabi kepada Mereka itu. Pada waktu itu
juga mereka langsung beriman setelah mereka yakin bahwa Muhammad itu Nabi
yang dinanti-nantikan. Peristiwa ini merupakan titik terang bagi perjalanan risalah
Muhammad S.A.W. Orang Khazraj yang masuk Islam ini tidak lebih dari enam orang
tapi merekalah yang membuka lembaran baru sejarah perjuangan Nabi Muhammad
S.A.W. Setibanya mereka di Yatsrib dari Mekah, mulailah mereka menyiarkan
kepada kaum kerabat mereka, tentang kebangkitan Nabi akhir zaman, Muhammad
S.A.W. yang berada di Mekah. Berkat kegiatan mereka, hampir setiap rumah di
Madinah, sudah mendengar dan membicarakan tentang Nabi Muhammad S.A.W.
Pada tahun kedua belas sesudah kenabian, datanglah ke Mekah di musim haji
12 orang laki-laki dan seorang wanita penduduk Yatsrib. Mereka menemui
Rasulullah secara rahasia di Aqabah. Di tempat inilah mereka mengadakan bai’at
(perjanjian) atas dasar Islam dengan Nabi. Bahwa mereka tidak akan
mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri, berzina, membunuh anak-anak, fitnah
memfitnah dan tidak akan mendurhakai Muhammad S.A.W. Perjanjian ini dalam
sejarah dinamakan Bai'aitul Aqabatil Ula (Perjanjian Aqabah yang pertama), karena
dilangsungkan di 'Aqabah untuk pertama kalinya. Dinamakan pula Bai atun Nisaa'
(Perjanjian wanita) karena dalam bai'at itu ikut seorang wanita bernama 'Afra binti
'Abid bin Tsa'labah. Sesudah selesai pembaiatan ini, Rasulullah mengirim Mush'ab
bin Umair bersama mereka ke Yatsrib untuk mengajarkan Al Qur'an dan agama
Islam. Maka, agama Islam pun tersebar ke setiap rumah dan keluarga penduduk
Yatsrib, kecuali beberapa keluarga kecil orang Aus.
Pada tahun ke tiga belas dari kenabian, berangkatlah serombongan kaum
Muslimin dari Yatsrib ke Mekah untuk mengerjakan haji. Orang-orang Islam itu
mengundang Rasul agar mengadakan pertemuan dengan mereka di 'Aqabah pada
hari tasyriq. Sesudah selesai melakukan upacara haji, keluarlah orang-orang Islam
dari perkemahan mereka menuju 'Aqabah secara sembunyi-sembunyi pada waktu
tengah malam. Di tempat itulah mereka berkumpul menunggu Nabi. Jumlah mereka
73 orang laki-laki dan 2 orang wanita, Rasulullah pun datang didampingi oleh Abbas,
paman beliau, yang di masa itu masih belum menganut agama Islam.

HIJRAH KE YATSRIB
Tatkala Nabi Muhammad S.A.W. melihat tanda-tanda baik pada perkembangan
Islam di Yatsrib itu, disuruhnyalah para sahabat-sahabatnya berpindah kesana.
Berkata Rasul kepada sahabat-sahabatnya itu: "Sesungguhnya Allah Azza Wajalla
telah menjadikan orang-orang Yatsrib sebagai saudara-saudara bagimu dan negeri
itu sebagai tempat yang aman bagimu".
Orang-orang Quraisy sangat terperanjat setelah mengetahui perkembangan
Islam di Yatsrib itu. Mereka merasa khawatir jika Nabi Muhammad S.A.W. berkuasa
di Yatsrib itu. Maka bersidanglah pemuka-pemuka Quraisy di Daarun Nadwah untuk
merencanakan tindakan apakah yang akan diambil terhadap Nabi, Akhirnya mereka
memutuskan bahwa Nabi Muhammad harus dibunuh, demi keselamatan masa
depan mereka. Untuk melaksanakan pembunuhan ini, setiap suku Quraisy
mengirimkan seorang pemuda pilihan. Dengan demikian, bilamana Nabi Muhammad
S.A.W. berhasil dibunuh, keluarganya tidak akan mampu menuntut bela kepada
seluruh suku.
Rencana keji kaum Quraisy ini telah diketahui oleh Nabi Muhammad S.A.W.
dan beliau diperintahkan oleh Allah S.W.T. agar segera pindah ke Yatsrib, Hal ini,
beliau beritahukan kepada sahabatnya Abu Bakar. Abu Bakar minta kepada Nabi
supaya diizinkan menemani beliau dalam perjalanan yang bersejarah ini. Nabi
setuju, lalu Abu Bakar menyediakan persiapan untuk perjalanan ini.
Pada malam hari waktu pemuda-pemuda Quraisy sedang mengepung rumah
Nabi dan siap akan membunuh beliau. Rasulullah berkemas-kemas untuk
meninggalkan rumah. Ali bin Abi Thalib, disuruh menempati tempat tidur beliau
supaya orang-orang Quraisy mengira bahwa beliau masih tidur. Kepada Ali
diperintahkan juga, supaya mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada
beliau kepada pemiliknya masing-masing. Kemudian dengan diam-diam beliau
keluar dari rumah. Dilihatnya pemuda-pemuda yang mengepung rumah beliau
sedang tertidur, tak sadarkan diri. "Alangkah kejinya mukamu" kata Rasulullah
S.A.W. seraya meletakkan pasir di atas kepala mereka. Dengan sembunyi-
sembunyi beliau pergi menuju rumah Abu Bakar. Kemudian mereka berdua keluar
dari pintu kecil di belakang rumah, dengan menaiki unta yang sudah disiapkan oleh
Abu Bakar, menuju sebuah gua di bukit Tsuur sebelah selatan kota Mekah, lalu
mereka bersembunyi dalam gua itu.
Setelah algojo-algojo itu mengetahui, bahwa Nabi tidak ada di rumah dan
terlepas dari kepungan mereka, maka mereka menjelajahi seluruh kota untuk
mencari Nabi, tetapi tidak juga bertemu. Akhirnya mereka sampai juga di gua Tsuur,
tempat Nabi dan Abu Bakar bersembunyi. Tetapi dengan perlindungan Allah, di
muka gua itu terdapat sarang labah-labah berlapis-lapis, seolah-olah terjadinya,
telah lama sebelum Nabi dan Abu Bakar masuk ke dalamnya. Melihat keadaan yang
demikian, pemuda Quraisy itu sedikitpun tidak menaruh curiga. Setelah tiga hari
lamanya mereka bersembunyi dalam gua itu dan keadaan sudah dirasakan aman,
maka Nabi dan Abu Bakar (dengan petunjuk jalan Abdullah bin Uraiqit) barulah
meneruskan perjalanan menyusur pantai Laut Merah, dan Ali bin Abi Thalib
menyusul kemudian.
YATSRIB MENJADI MADINATUN NABSY
Setelah mengarungi padang pasir yang sangat luas dan amat panas, akhirnya
pada hari Senin tanggal 8 Rabi'ulawal tahun 1 Hijrah, tibalah Nabi Munammad
S.A.W. di Quba, sebuah tempat kira-kira sepuluh kilo meter jauhnya dari Yatsrib.
Selama empat hari beristirahat. Nabi mendirikan sebuah Mesjid, yaitu Mesjd Quba'.
Inilah mesjid yang pertama kali didirikan dalam sejarah Islam,
Pada hari Jum'at tanggal 12 Rabi'ulawal tahun I Hijrah, bertepatan dengan
tanggal 24 September tahun 622 M, Nabi, Abu Bakar dan Ali bin Abi Tahlib
memasuki kota Yatsrib, dengan mendapat sambutan yang hangat, penuh kerinduan
dan rasa hormat dari penduduknya. Pada hari itu juga. Nabi mengadakan shalat
Jum'at yang pertama kali dalam sejarah Islam, dan beliaupun berkhutbah di
hadapan kaum Muslimin (Muhajirin dan Anshar). Sejak ini Yatsrib beroleh namanya
menjadi Madinatun Nabiy artinya: "Kota Nabi" selanjutnya disebut Madinah.
Setelah menetap di Madinah, barulah Nabi memulai rencana mengatur siasat
dan membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman dan tekanan,
mempertalikan hubungan kekeluargaan antara Anshar dan Muhajirin, mengadakan
perjanjian saling membantu, antara kaum Muslimin dengan orang-orang yang bukan
Islam, dan menyusun siasat, ekonomi, sosial serta dasar- dasar Daulah Islamiyah.
Dalam usaha membentuk masyarakat Islam di Madinah ini, sekaligus beliau
berjuang pula memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam yang dibina itu
dari rongrongan musuh, baik dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian gerak
perjuangan Nabi di Madinah ini bersifat dua segi. Pertama, membina masyarakat
Islam. Kedua, memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam itu. Terbukti
kemudian dari Madinah inilah Islam memperoleh kemenangan di seluruh jazirah
Arab.

TUGAS NABI MUHAMMAD SAW SELESAI


Ketika para utusan kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi untuk
menjadi pemeluk agama Islam kemudian disusul dengan turun-nya surat (110) An
Nashr yang menggambarkan kedatangan utusan-utusan itu serta menyuruh Nabi
memohonkan ampun untuk mereka, maka terasalah oleh beliau bahwa tugasnya
hampir selesai. Karena merasa bahwa pekerjaan-nya telah hampir pada akhirnya,
beliau berniat untuk melakukan Haji wada' (Haji penghabisan) ke Mekah.
Pada tanggal 2 Zulqaedah tahun ke 10 H, Rasulullah meninggalkan Madinah
menuju Mekah dengan kaum Muslimin yang ikut mengerjakan haji kira-kira 100.000
orang.
Sebelum menyelesaikan upacara haji, Rasulullah S.A.W. mengucapkan
sebuah pidato amanat yang bernilai di hadapan kaum Muslimin di bukit 'Arafah pada
tanggal 8 Zulhiijah 10 H, bersamaan dengan 7 Maret 632 masehi. Setelah selesai
mengerjakan ibadah haji, Nabi pun kembali ke Madinah.
Kira-kira tiga bulan sesudah mengerjakan haji wada' itu, Nabi menderita
demam beberapa hari, sehingga tak dapat mengimami shalat jamaah, maka
disuruhnyalah Abu Bakar menggantikan beliau menjadi imam.
Pada tanggal 12 Rabi'ul awwal tahun 11 Hijryah bertepatan dengan 9 Juni 632
Masehi. Nabi Muhammad S.A.W. kembali ke hadirat Allah s.w.t dalam usia 63 tahun.
Inna lillahi wainna ilaihi raaji'un. Dua puluh tiga tahun lamanya, sejak beliau diangkat
menjadi Rasul Allah, berjuang tak mengenal lelah dan derita untuk menegak- kan
agama Islam. Nabi Muhammad S.A.W. telah wafat, telah meninggalkan umatnya;
tak ada harta benda yang berarti yang akan diwariskan kepada anak isterinya, tetapi
beliau meninggalkan dua buah pusaka yang diwariskannya kepada seluruh
umatnya. Sabdanya:
"Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), tidaklah kamu akan tersesat
selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu kita bullah
dan Sunnah Rasul-Nya".
Demikianlah selintas kisah manusia pilihan yang termasuk tokoh nomor satu di
antara seratus tokoh dunia paling berpengaruh.
Kharismanya hingga detik ini tetap berkibar. Miliaran orang setiap hari dengan
tak'zim bersalawat kepada beliau dalam setiap do'a dan shalat mereka.
Allahumma shalli ala syayyidina Muhammad wa ala alihi sayyidina Muhammad.

Anda mungkin juga menyukai