Anda di halaman 1dari 4

NABI NUH

Nabi Nuh memiliki nama asli Abdul Ghaffar atau Yasykur yang merupakan
putra dari Lamik bin Matta bin Idris AS. Sehingga, Nabi Nuh merupakan
cucu dari Nabi Idris atau turunan ke 3 dari Nabi Idris. Dikisahkan, Nabi Nuh
hidup di dunia selama 950 tahun sesuai dengan surat Al-Ankabut ayat 14. 

Pada usia 480 tahun, ia diutus menjadi Rasul melalui malaikat Jibril
dengan menyamar sebagai seorang dengan wajah yang sangat tampan
sehingga Nabi Nuh takjub dan lantas bertanya. Kemudian malaikat Jibril
menjawab bahwa ia adalah utusan Allah yang membawa risalah dan
menyatakan bahwa Allah mengutus Nuh untuk meluruskan umatnya yang
membangkang dan zalim.

Saat itu, Jibril kemudian memakaikan sebuah baju kebesaran yang disebut
baju Mujahidin, kemudian melilitkan sorban kemenangan serta memberi
Nabi Nuh ikat pinggang yang disebut Saiful Azmi kemudian seraya
memberi pesan kepadanya: “Berilah peringatan kepada musuh Allah yang
bernama Darmasyil bin Fumail bin Jij bin Qabil bin Adam”. Nabi Nuh
kemudian mematuhi perintah malaikat Jibril.

Darmasyil merupakan keturunan nabi Adam yang ke 4 sekaligus


merupakan raja dan pemimpin yang zalim pada saat itu. Darmasyil
merupakan manusia pertama yang membuat arak dan meminumnya, dia
juga merupakan manusia pertama yang berjudi, dan membuat baju
hiasan emas di mana emas merupakan material yang tidak seharusnya
digunakan oleh lelaki.

Raja Darmasyil juga merupakan Raja yang menyembah dan


menganggung-agungkan 5 berhala, yaitu Wad, Siwa’, Ya’uq, Yaghuts, dan
Nasr. Perbuatan Darmasyil sudah sangat zalim dan ingkar sehingga Allah
memberikan peringatan sangat keras yang disampaikan kepada malaikat
Jibril untuk diteruskan kepada Nabi Nuh.

Mukjizat Bahtera Nabi Nuh


Umat Nabi Nuh yang sudah keterlaluan membuat Allah SWT mengirimkan
azab yang amat pedih dan berat, yakni berupa banjir bandang. Namun
sebelumnya, Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat sebuah bahtera yang
sangat besar dan kuat untuk menampung pengikutnya yang taat dan
beriman kepada Allah SWT. 

Pembuatan bahtera tersebut memerlukan waktu sekitar 40 tahun. Selama


proses pembuatan bahtera itu pula kesabaran Nabi Nuh terus diuji berupa
cemoohan dan hinaan dari kaumnya yang zalim. Pekerjaan Nabi Nuh itu
dianggap sebagai upaya yang sia-sia dan pekerjaan orang gila karena
membangun bahtera di atas bukit gurun pasir yang tandus. 

Air banjir mula-mula keluar dari sebuah oven atau tannur di dalam dapur
Nabi Nuh yang kemudian terus mengucur hingga membesar. Nabi Nuh
mengumpulkan umatnya yang beriman untuk segera melindungi diri dan
masuk ke dalam bahtera. Nabi Nuh juga membawa segala jenis binatang
berpasang-pasangan mulai dari bintang buas, burung, gajah, sapi, hingga
semut.

Istri dan putra Nabi Nuh Kan’an membangkang dan ikut mencemooh
bahtera Nabi Nuh sehingga mereka tidak ikut menaiki bahtera. Hanya ada
sekitar 80 orang mukmin yang masuk ke dalam bahtera beserta hewan-
hewan lainnya. Allah SWT dengan kuasanya telah mengatur segalanya
sehingga agar hewan ternak tidak dimangsa oleh hewan buas, Allah
menurunkan demam kepada hewan buas tersebut hingga naluri buasnya
turun.

Setelah semua pengikut Nabi Nuh dan hewan-hewan masuk ke dalam


bahtera, lalu pintu masuk dan seluruh pintu bahtera ditutup. Maka dengan
demikian, air hijan mulai mengalir dari berbagai penjuru bumi dengan deras
tanpa henti. Ini merupakan air hujan yang belum pernah terjadi selama
bumi diciptakan dan sampai sekarang tidak pernah terjadi hujan deras
dengan begitu hebatnya. Dalam sekejap debit air semakin meninggi dan
terjadilah air bah yang begitu dahsyatnya yang membanjiri bumi.

Istri dan Putra Nabi Nuh Tenggelam Banjir


Nabi Nuh dikaruniai 4 orang putra, yaitu Kan’an, Yafith, Sam, dan Ham.
Putra tertua Nabi Nuh merupakan anak yang zalim dan durhaka. Mula-
mula ia menyembunyikan rasa benci pada ayahnya sendiri dan berpura-
pura beriman. Ketika Nabi Nuh mengumpulkan seluruh umatnya, beliau
teringat akan putra tertuanya yaitu Kan’an. 
Kan’an diminta untuk naik ke bahtera bersama pengikutnya yang lain,
namun dengan angkuhnya Kan’an menolak. Ketika air bah sudah mulai
meninggi, Nabi Nuh terus membujuk sang anak agar menaiki bahtera dan
berkata, “Hai anakku, naiklah ke kapal ini agar engkau selamat dari azab
Allah dan janganlah engkau masuk ke dalam golongan orang kafir” (Q.S.
Hud: 43).

Kan’an kemudian menjawab: “Aku akan mencari perlindungan


ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah” dan di jawab pula oleh
Nabi Nuh: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah
(saja) yang Maha Penyayang.” Percakapan Nabi Nuh dan Kan’an tersebut
termuat dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 43.

Banjir kemudian semakin meninggi dan Kan’an tetap tidak mau masuk ke
dalam kapal dan ingin menyelamatkan diri dengan cara berlari menuju
puncak gunung yang belum tersentuh air. Namun upayanya sia-sia karena
air banjir juga menenggelamkan puncak gunung tertinggi sekalipun.

Melihat putranya tenggelam dan lenyap, sebagai seorang ayah Nabi Nuh
merasa sangat sedih karena Kan'an yang amat disayanginya tenggelam
oleh azab Allah. Nabi Nuh sempat memohon kepada Allah agar putranya
diselamatkan karena Allah telah menjanjikan keselamatan bagi seluruh
keluarganya. Namun Allah menjawab bahwa putranya telah durhaka dan
bukan termasuk keluarga yang dijanjikan Allah untuk selamat.

Percakapan antara Nabi Nuh dan Allah SWT diabadikan dalam surah Hud
yang artinya, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku,
dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah
Hakim yang seadil-adilnya” (QS. Hud :45). 

Kemudian Allah menjawab: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah


termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan selamat) sesungguhnya
perbuatannya, perbuatan yang tidak baik. sebab itu, janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya.
Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan” (QS. Hud: 46).

Bahtera Nabi Nuh berlayar selama 150 hari di lautan tanpa batas sampai
air banjir reda bersama umat yang beriman di dalamnya. Kapal terus
berlayar hingga kaum Nuh yang zalim tidak tersisa. Setelah seluruh kaum
Nuh yang zalim tenggelam, kemudian Allah memerintahkan bumi
menghisap seluruh air dan memerintahkan langit menghentikan hujan
deras tersebut. 

Setelah air banjir surut, bahtera terdampar di Gunung Judi yang kemudian
dijadikan untuk beristirahat dan memulai kehidupan baru yang damai dan
bertakwa kepada Allah SWT. Namun, untuk letak Gunung Judi ini, banyak
perselisihan pendapat, ada yang menyatakan berada di Armenia, ada yang
mengatakan di Irak atau di Turki.

Menurut riwayat, bahwa seluruh pengikut Nabi Nuh yang selamat dalam
bahtera Nuh tersebut akan wafat dan tidak menyisakan keturunan satupun.
Hanya putra-putra Nabi Nuh yakni Yafith, Sam, dan Ham yang memiliki
keturunan. Dengan kata lain, bahwa seluruh umat manusia di muka bumi
sekarang ini merupakan keturunan anak Nabi Nuh yang terbagi menjadi 3
turunan.

Yafith melahirkan keturunan bangsa Rum (Romawi) dan kini berkembang


pesat menjadi bangsa Eropa. Sam dan keturanannya yang merupakan
asal usul lahirnya bangsa Arab yang kini mendiami wilayah Arab dan Timur
Tengah di benua Asia Barat. Serta putra terakhir yaitu Ham menghasilkan
keturunan bangsa Habasyah yang kini merupakan keturunan bangsa Afrika
yang mendiami wilayah benua Afrika.

Anda mungkin juga menyukai