s
Sekian lama Nabi Nuh berdakwah, namun hanya sebagian kecil saja dari kaumnya yang
mau mendengarkan dan mengimani ajaran beliau. Pengikut Nabi Nuh Alaihissalam hanya terdiri dari
orang-orang biasa, bukan orang terpandang dan kaya raya. Sedangkan kaum Nuh yang kafir itu
tidak suka bila berdekatan dan bersama-sama dengan orang-orang tersebut. Mereka menganggap
bahwa derajat mereka lebih baik daripada Nabi Nuh dan para pengikutnya.
Bagi kaum yang durhaka itu, Nabi Nuh Alaihissalam manusia biasa yang tidak mempunyai
kelebihan apa pun. Alasan itulah yang mereka gunakan untuk tidak menaati ajaran yang dibawa
Nabi Nuh Alaihissalam. Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir itu kemudian berkata akan dengan
rela mengikuti Nabi Nuh Alaihissalam dengan syarat pengikut-pengikutnya yang terdiri dari orang-
orang hina ditinggalkan atau dibiarkan dan diusir. Tentu saja Nabi Nuh menolak hal tersebut
Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir merasa kesal kemudian menantang Nabi Nuh Alaihissalam.
Bila memang kedurhakaan mereka kepada Allah akan mendatangkan azab yang besar, maka
mereka meminta Nabi Nuh agar menyegerakan datangnya azab tersebut.
Nabi Nuh kemudian mendapat petunjuk Allah yang memerintahkan agar membangun
bahtera yang besar di puncak bukit. Bahtera tersebut kemudian dikerjakan bersama dengan para
pengikutnya. Pembuatan bahtera tersebut ternyata memakan waktu yang lama. Nabi Nuh
Alaihissalam diuji kesabarannya menghadapi kaumnya yang memandang pekerjaannya itu sebagai
pekerjaan orang gila.
Nabi Nuh Alaihissalam kemudian berdoa Kepada Allah. Beliau berdoa agar Allah jangan
membiarkan seorang pun dari kaum dan pemimpin yang kafir itu tetap tinggal di muka Bumi. Jika
dibiarkan hidup, nantinya mereka akan menyebabkan banyak orang menjadi tersesat dan selalu
berbuat maksiat.
Dengan bimbingan Allah, Nabí Nuh dan pengikutnya telah merampungkan pembuatan
bahtera tersebut. Ketika itu, umur Nabi Nuh Alaihissalam telah menginjak usia 600 tahun. Allah
kemudian memerintahkan Nabi Nuh Alaihissalam agar bersiap-siap.
Bumi kemudian diperintahkan memancarkan air dari dalam perutnya. Sedang dari langit
turunlah hujan. Mulailah Nabi Nuh Alaihissalam mengisi bahtera dengan para binatang dan burung-
burung. Kaum Nuh yang memperhatikan itu, terheran-heran. Berbagai macam jenis hewan
mendatangi bahtera Nabi Nuh Alaihissalam dan semua binatang tersebut masuk dengan
berpasangan. Tiada seekor jenis pun yang terlewat. Bahtera yang besar itu ternyata muat dengan
segala isi yang telah masuk kedalamnya.
Sementara itu, hujan terus turun dengan deras.Tiada henti bumi dan langit mengeluarkan
air yang melimpah. Kaum Nabi Nuh pun sadar, tempat tinggal mereka pasti akan segera dipenuhi
dengan air. Karena keangkuhan mereka, kejadian tersebut bukanlah azab seperti yang diancamkan
Nabi Nuh Alaihissalam. Mereka hanya menyingkir mencari tempat yang tinggi. Seperti yang
dilakukan oleh putra Nabí Nuh Alahissalam yang bernama Kan’aan. Dia yang sudah kafir tidak juga
mau beriman dan mendengarkan peringatan ayahnya.
Hingga ketika air telah tinggi, terangkatlah bahtera Nabi Nuh Alaihissalam. Mereka semua
yang berada dalam bahtera lalu berdoa memuji kepada Allah karena telah menyelamatkan mereka
dari orang-orang yang zalim. Mereka juga memohon agar Allah memberikan mereka tempat yang
diberkati karena Allah sebaik-baik yang memberi tempat.
Nabi Nuh Alaihissalam melihat Kan’aan, putranya itu sedang terombang-ambing di lautan
banjir. Sebagai ayah, ia merasa kasihan dan iba, Ia ingin anaknya termasuk pengikut yang
diselamatkan. Nabi Nuh Alaihissalam sendiri lalu diberi teguran atas sikapnya, dan kemudian ia
menyadari itu lalu memohon ampun kepada Allah. Siapa saja hari itu, tidak ada yang mampu
menyelamatkan diri dari air bah dan banjir besar yang melanda. Hanya Nabi Nuh Alaihissalam dan
pengikutnya saja yang selamat karena mereka semua telah beriman dan taat kepada Allah. Kaum
Nuh termasuk isteri Nabi Nuh Alaihissalam dan putranya Kan’an telah mendapat balasan karena
kekafiran mereka.
Nabi Nuh Alaihssalam bersama pengikutnya serta segenap makhluk hidup yang berada di
dalam bahtera lalu keluar. Mereka lalu memilih sebuah tempat dan membangun tempat tinggal yang
baru. Nabi Nuh Alaihissalam bersama istrinya yang lain dan tiga orang anaknya yang beriman
bernama Sam, Yafith, dan Ham, juga bersama-sama membangun tempat kediaman yang baru.
Nabi Nuh Alaihissalam tetap menanamkan ajaran tauhid dan mengingatkan untuk selalu
menaati Allah. Kepada yang tidak beriman dan mendurhakai Allah telah tetap keputusan bahwa
kepada mereka pasti akan ditimpakan azab. Terhitung Nabi Nuh Alaihissalam berdakwah 5 abad
lamanya kepada generasi umat manusia saat itu. Usianya pun mencapai seribu tahun kurang lima
puluh tahun. Keturunan anak-anak Nabi Nuh Alaihissalam telah pula menyebar mencari tempat
tinggal yang baru. Dari ‘Ibnu Abbas diceritakan, Sam menurunkan golongan bangsa berkulit putih,
Yafith menurunkan golongan bangsa berkulit merah dan coklat, sedang Ham menurunkan golongan
bangsa berkulit hitam dan sebagian kecil berkulit putih.