Anda di halaman 1dari 15

KISAH NABI NUH AS.

Silsilah Nabi Nuh as


Nabi Nuh merupakan Nabi ketiga setelah Nabi Adam, Syits dan Idris serta
keturunan kesembilan dari Nabi Adam as. Beliau juga merupakan nabi pertama yang
diutus Allah ke muka bumi, karena nabi Adam, Syits dan Idris hanya sebagai nabi saja
bukan sebagai Rasul dan tidak memiliki kaum/umat. Nuh diangkat menjadi Nabi sekitar
tahun 3650 SM, yang tinggal di sekitar wilayah Irak. Nabi Nuh diangkat sebagai Rasul
pada usia 450 tahun dan wafat pada diusia 950 tahun. Dengan demikian Nabi Nuh
menyiarkan dakwah pada umatnya sekitar 500 tahun. Meskipun demikian hanya sedikit
umatnya yang selamat dari bencana air bah, yakni kurang dari seratus orang.
Dalam Al-Quran disebutkan bahwa nabi Nuh memiliki empat orang putra bernama :
Kanan, Yafet, Sam, dan. Dalam penulisan sejarah lainnya, hanya ketiga Putra Nabi Nuh
yang disebutkan yakni, Sam, Ham dan Yafet.
Kanan Bin Nuh
Dari keempat putranya, hanya tiga orang yang disebutkan dalam sejarah keislaman,
karena ketiga putranya tersebut taat pada ajaran yang dibawa oleh Ayahnya. Sedangkan
Kanan tidak taat terhadap ajaran agama Allah. Sehingga Kanan tewas diterjang air Bah
yang juga menewaskan kaum kafir lainnya. Hasan Al-Basri menyebutkan bahwa Kanan
merupakan anak tiri nabi Nuh dari istrinya yang durhaka.
Yafet Bin Nuh
Menurut Ibnu Thabrani Yafet Bin Nuh memiliki istri Yafith bernama Arbasisah
binti Marazil bin Al Darmasil bin bin Mehujael bin Akhnukh bin Qayin bin Adam dan
darinya Yafet memiliki tujuh orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan, yaitu
Gomer, Marihu, Wail, Hawwan, Tubal, Hawshil dan Thiras. Anak perempuan dari Yafet
adalah Shabokah.
Sam Bin Nuh
Menurut Ibnu Thabrani Sam Bin Nuh memiliki istri bernama Shalib binti Batawil
bin Mehujael bin Akhnukh bin Qayin bin Adam dan darinya Sam menurunkan Arfaqsyad,
Asshur, Lud, Elam, dan Aram.
Ham Bin Nuh
Menurut Ibnu Thabrani Ham Bin Nuh memiliki istri bernama Nahlab binti Marib
bin al Darmasil bin Mehujael bin Akhnukh bin Qayin bin Adam. Darinya Ham memiliki
keturunan 4 putra yaitu, Kush, Put, Kanaan dan Qitbhy atau Misraim.
Ajaran dan Permintaan Nabi Nuh as
Nabi Nuh diutus dalam sebuah masyarakat yang menyembah berhala yang mereka
buat sendiri seperti patung dan dianggap sebagai patung yang memiliki kekuatan ghaib.
Mereka menamakan patung tersebut dengan beraneka nama, seperti : Wadd, Suwa, Yaguts,
Yaqud dan Nasr. Dalam menyebarkan dakwahnya Nabi Nuh merupakan pribadi yang

sabar dan pandai. Nabi Nuh mengajak umatnya agar melihat alam semesta yang diciptakan
oleh Allah SWT. Nabi nuh juga menyampaikan kabar mengenai adanya jaminan surga bagi
umatnya yang taat pada ajaran agama Allah, dan jaminan neraka bagi mereka yang
melanggar perintah Allah.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa nabi Nuh menjadi nabi selama
kurang lebih 500 tahun. Dalam waktu selama itu, nabi Nuh belum mampu menyadarkan
kaumnya dari sifat sombong, congkak, durhaka dan menyembah berhala, kecuali bagi
sekelompok kecil kaumnya. Dalam dakwahnya, Nabi Nuh mendapatkan hinaan,
cemoohan, penghinaan dari kaum kafir. Kaum nabi Nuh yang sebagian besar berasal dari
fakir miskin, sehingga nabi Nuh menghadapi banyak rintangan dalam menyebarkan ajaran
agama Allah. Kesulitan yang dihadapi oleh Nabi nuh, menyebabkan turunnya firman Allah
SWT : sesungguuhnya tidak akan ada seorangpun dari suatu kaum yang mengikutimu dan
beriman kecuali mereka telah mengikutimu dan beriman terlebih dahulu, maka janganlah
engkau bersedih hati terhadap apa yang telah mereka telah perbuat.
Setelah dakwahnya menghadapi jalan buntu, maka Nabi Nuh meminta kepada Allah
SWT : Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun diantara orang-orang itu tinggal
diatas permukaan bumi. Sesungguhnya Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka
akan menyesastka hamba-hamba-MU, dan mereka tidak akan melahirkan, selain anak
yang akan berbuat maksiat kepadaMU. Doa dari nabi Nuh ini dikabulkan oleh ALLAH
SWT, permintaannya dipenuhi dan akan diturunkan sebuah bencana air bah yang akan
menewaskan semua kaum kafir.
Bencana Air Bah dan Kapal Nabi Nuh as
Setelah nabi Nuh berdoa untuk kaumnya, Allah memberikan petunjuk agar nabi
Nuh membuat kapal besar agar dapat memuat umat yang mengikuti ajaran-NYA.
Sedangkan mereka yang ingkar dan kafir akan diterpa bencana banjir yang luar biasa
besar, sehingga tidak akan ada satupun yang akan selamat.
Nabi nuh bersama pengikutnya dan mulai membuat kapal besar dengan mengumpulkan
bahan-bahan dari pohon yang telah ditanam selama empat puluh tahun lamanya. Melalui
wahyu ALLAH menuntun nabi Nuh membuat kapal besar yang tahan dari angin topan dan
banjir. Kapal yang dibuat nabi Nuh ini dianggap sebagai angkutan laut pertama dan terkuat
di dunia. Nabi Nuh membuat kapal tersebut di luar kota yang jaraknya jauh dari
keramaian, agar bisa dengan tenang membuat kapal.
Meskipun sudah memilih tempat jauh dari keramaian, tetap saja kaum kafir masih
menghina dan mengejek apa yang dilakukan nabi Nuh as. Kaum kafir mengatakan :
Wahai Nuh, sejak kapan kamu menjadi pembuat kapal dan tukang kayu?, Bukankah
awalnya Kau mengaku sebagai nabi dan Rasul, mengapa sekarang menjadi Tukang
Kayu?. Sambil tersenyum nabi Nuh menjawab Baiklah, tunggu saja saatnya, jika kalian
mengejek kami maka tibalah masamu akan untuk mengetahui untuk apa kapal ini dibuat.
Tunggulah azab Allah akan menimpamu.

Nabi Nuh dan pengikutnya sangat rajin membuat kapal tidak mengenal siang dan
malam mereka terus bekerja. Setelah selesai membuat kapal, nabi nuh menerima Wahyu
dari Allah : Bersiap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintahKU dan terlihat
tanda-tanda dariKU, maka segeralah bawa bersama kapalmu dan kerabatmu dan bawalah
dua pasang dari setiap makhluk hidup yang ada diatas bumi dan berlayarlah atas
seizinKU. Setelah menerima wahyu tersebut, beberapa lama kemudian nabi nuh bersama
pengikutnya yang beriman memasuki kapal, maka langit berubah menjadi gelap. Mendung
hitam tebal sekali menyelimuti langit, angin kencang mulai muncul. Bersamaan dengan itu
turunlah hujan lebat, air dari dalam bumi mencuat ke permukaan.
Hujan turun sedemikian lebatnya mengakibatkan seluruh kota tergenang air dan
membuat daratan rendah dan tinggi bahkan gunung-gunung tinggipun tenggelam. Tidak
ada tempat berlindung dari air bah yang besar itu, kecuali kapal nabi Nuh yang telah terisi
penuh dengan orang-orang beriman dan pasangan makhluk hidup (binatang) yang
diselamatkan oleh nabi Nuh atas perintah dari Allah SWT.
Pada saat air bah menerjang seisi kota, nabi Nuh melihat seorang putranya yakni
Kanan sedang berlari-lari menuju puncak gunung. Nabi Nuh memanggil putranya untuk
ikut kedalam kapal. Nabi Nuh berkata : Hai anakku, kemarilah. Naiklah ke kapalku, maka
kau akan selamat. Kanan menjawab : Tidak, aku akan berlari ke atas bukit sana, pasti
aku akan selamat. Kanan dengan kesombongannya tidak memperdulikan panggilan
ayahnya dan terus berlari ke arah bukit. Dia menganggap bahwa banjir akan reda dan
semua akan kembali seperti semula. Kanan lebih memilih hidup bersama orang-orang
kafir dan menolak ajaran ayahnya. Tidak lama setelah itu, Kanan tersambar ombak dan
tenggelam ke dasar air bah yang dahsyat tersebut.
Setelah melihat peristiwa itu, nabi Nuh merasa sedih karena putranya sendiri tidak
selamat dari bencana maha besar itu. Maka nabi Nuh meminta kepada Allah SWT : Ya
Tuhanku, sesunggunya putraku itu adalah darah dagingku dan bagian dari keluargaku, dan
sesungguhnya janji-Mu adalah benar dan Engkaulah yang Maha berkuasa. Kemudian
Allah menjawab permintaan nabi nuh : Wahai Nuh sesungguhnya dia adalah putramu itu
tidaklah masuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu , melanggar
peritahmu, menolak dakwahmu, dan mengikuti jejak orang-orang kafir dari kaummu,
maka hapuslah dia dari silsilah keluargamu. Hanya mereka yang menerima ajaran dan
dakwahmu, mengikuti jalanmu dan beriman kepadaKU dapat engkau masukkan dalam
golongan keluargamu yang telah aku janjikan perlindungan dan keselamatan jiwanya.
Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan dakwahmu dan telah
mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani
hubungan yang telah aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka
janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum engkau
ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang
yang bodoh..

Nabi nuh berlayar bersama pengikutnya selama 40 hari, setelah itu banjir mereda
dan nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya. Setelah peristiwa tersebut, maka
binasalah kaum kafir yang mengingkari ajaran agama Allah.
Dari kisah nabi Nuh ini dapat diambil pelajaran bahwa dalam kehidupan ini
haruslah memiliki keyakinan yang benar dan sesuai dengan ajaran agama Allah. Dan
janganlah bersifat sombong dan merasa lebih kuat dari kekuatan Allah, seperti yang terjadi
pada putra nabi Nuh Kanan.

KISAH NABI MUSA AS

Nama: Musa bin Imran


Garis Keturunan:
Adam as Syits Anusy Qainan Mahlail Yarid Idris as Mutawasylah
Lamak Nuh as Sam Arfakhsyadz Syalih Abir Falij Ra'u Saruj
Nahur Azar Ibrahim as Ishaq as Ya'qub as Lawi Azar Qahats Imran
Musa as
Usia: 120 tahun
Periode sejarah: 1527 - 1407 SM
Tempat diutus (lokasi): Sinai di Mesir
Jumlah keturunannya (anak): 2 anak (namanya Azir dan Jarsyun), dari istrinya yang
bernama Shafura
Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu') di Jordania (sekarang)
Sebutan kaumnya: Bani Israil dan Fir'aun (gelar raja Mesir)
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 136 kali
Musa (Mose, Musse, Moses) adalah seorang nabi yang menerima Kitab Taurat. Nama
Musa diberi keluarga Firaun, "Mu" berarti air dan "sa" adalah tempat penemuannya di tepi
sungai Nil. Musa mendapat julukan Kalimullah yang artinya orang yang diajak bicara oleh
Allah.
Pengutusan Nabi Musa
Pada masa Nabi Yusuf, sekelompok bani Israil telah menetap di daerah Mesir setelah
bermigrasi dari negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama tauhid yang berpegang
teguh pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para fir'aun yang menyembah patung dan
berhala. Seiring kemajuan zaman, petumbuhan bani Israil pun berkembang pesat.
Para fir'aun khawatir jika mereka mencampuri urusan politik dan agama kehidupan
masyarakat Mesir. Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil dengan siksaan yang pedih. Hal
ini terekam dalam firman Allah, "(ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun)
dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya.
Mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu
yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari
Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Ditengah kesulitan yang dialami bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran Musa. Sang
ibu pun menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana firman Allah, "Dan kami ilhamkan
kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula)
bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya (salah seorang) dari para rasul," (QS. Al-Qashash [28]: 7).

Janji Allah untuk untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir'aun memperbolehkan istrinya
mencari seorang ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun menemukan ibu Musa dan
menyuruhnya agar menyusui sang bayi.
Musa dibesarkan di lingkungan istana Fir'aun, di tangan para dukun dan pemuka-pemuka
agama mereka. Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan hikmah. Pada suatu hari, ada
orang Mesir yang mengejek dan memaksa seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan
untuknya. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun
menolongnya dan memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada hari berikutnya, orang bani Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir yang lain.
Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan lagi kepada Nabi Musa. Akan tetapi Nabi
Musa malah membentak dan memarahi orang Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk.
Orang Israil itu mengira Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah
engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Mendengar cerita pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan
menceritakan apa yang terjadi. Fir'aun pun segera mengirim pasukan mencari Musa untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, salah seorang yang menyayangi Musa
segera memberi tahunya setelah mendengar sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia
menyuruh Musa pergi meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi
meninggalkan Mesir menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.
Di Madyan, Musa tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi Syuaib. Setelah
orang tua itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan tanggung jawab Musa yang
sangat tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan salah satu putri beliau. Musa kemudian
ingin kembali ke mesir setelah beberapa lama tinggal di Madyan.
Ketika sampai di Bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah hendak
memberikan tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu, malam terasa dingin dan
Musa melihat cahaya api dari kejauhan. Dia lantas menyuruh keluarganya agar tidak
meninggalkan tempat mereka karena dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan.
Tatkala dia sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini
Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Hal itu kemudian menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai Kalimullah. Permintaan
Musa pun dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun sebagai
pendampingnya.
Allah memerintahkan mereka berdua (Musa dan Harun) agar bertutur lemah lembut saat
memperingatkan Fir'aun. Selain itu, mereka juga diperintahkan untuk mengatakan kepada
Fir'aun, "Kami adalah utusan Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan
jangan siksa mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk."

Pada saat itulah kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa,
"Bukanlah kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?" Dia pun menyebutkan berbagai
kebaikannya terhadap Musa, bahkan mulai mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi
Harun melakukan sihir. Fir'aun lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi
mereka berdua. Ahli sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan
menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas melemparkan
tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan ular-ular mereka atas
pertolongan Allah.
Melihat mukjizat itu, para ahli sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan syariat Allah yang
dia bawa. Mereka juga tidak memedulikan berbagai ancaman Fir'aun. Mereka semua
berkata seperti yang diabadikan al-Qur'an, "Sesungguhnya kami telah beriman kepada
Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu
paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).
Fir'aun lalu berencana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa bani
Israil. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan bersabar. Dia
kemudian berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab yang pedih kepada Fir'aun dan
kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu,
katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi
mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. )," (QS. AlA'raf [7]: 133).
Ketika Fir'aun dan kaumnya sudah tidak berdaya dengan adzab dengan adzab yang
menimpa mereka, dia pun meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah untuk
menghentikan siksaan itu. Fir'aun kemudian berjanji tidak akan lagi menyiksa bani Israil.
Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar menghentikan siksaan itu dan Allah pun
mengakhirinya. Namun, Fir'aun ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk
kedua kalinya.
Sementara itu, bani Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun agar
dia membawa mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun membawa
kaumnya dan berangkat ke arah negeri Kan'an melewati Sinai. Fir'aun beserta bala
tentaranya mengejar mereka. Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat
menyeberangi laut dengan mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan
pasukannya juga ikut menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan
Fir'aun beserta seluruh tentaranya.
Nabi Musa dan Nabi Harun serta bani Israil tiba di padang pasir negeri Sinai. Setelah
melihat banyak perbedaan antara daerah itu dan negeri sungai Nil yang subur (Mesir),
mereka mengajukan berbagai permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah menerima
Taurat. Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng,
terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu. As-Samiri telah

mempengaruhi bani Israil untuk menyembah anak sapi sehingga mereka meminta kepada
Musa agar dibuatkan patung untuk disembah.
Nabi Musa lantas marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan sebuah
pusat pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota Ariha (Jericho),
tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub dalam al-Qur'an, "Mereka
berkata, 'wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan berperanglah kalian
berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' " (QS. Al-Ma'idah [5]: 24).
Di saat mereka menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah membalasnya
dengan adzab. Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40 tahun. Beberapa tahun setelah
itu, Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil baru
merasakan buruk dan bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada Nabi Musa.
Karena itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun sebagai Raja. Dialah yang kemudian
membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari'ah) menuju kota Ariha dan
tinggal di sana.
Jasad Fir'aun (Mineptah bin Ramses II)
Prof. Afifuddin Thabbarah menyebutkan bahwa Mineptah bin Ramses II menggantikan
kepemimpinan ayahnya. Dialah Fir'aun yang kepadanya Musa diutus Allah untuk
mengeluarkan bani Israil dari Mesir. Dia pula yang mengejar Musa ke laut hingga dia
tenggelam bersama pasukannya. Jasadnya masih utuh hingga saat ini. Allah berfirman,
"Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang setelahmu," (QS. Yunus [10]: 92).
Mayatnya ditemukan pada galian-galian di makam Amenhotep II. Saat ini, jasadnya berada
di museum Mesir. Penulis berhenti sejenak untuk melihat jasadnya dan memohon kepada
Allah agar terhindar dari akhir kehidupan yang buruk. Pantas disebutkan bahwa
peninggalan makam Mineptah tidak dipersiapkan layaknya pemakaman untuk raja seperti
dia. Sebab, kematiannya tidak diperkirakan hingga tidak disediakn kuburan khusus.
Piramid
Para fir'aun Mesir meyakini kekekalan jiwa dan kehidupan kedua setelah kematian. Karena
itu, mereka sangat memerhatikan pembangunan makam dengan beragam bentuk.
Contohnya, mashtabah (makam yang digali berbentuk kursi teras dari batu); bangunan
bertangga seperti Piramida Saqqarah, makam berbentuk seperti Piramida di Giza.
Piramida selalu terdiri dari beberapa lorong dan ruangan yang tidak berjendela. Di salah
satu ruangan rahasianya terdapat makam Fir'aun. Selain itu, ada juga pemakaman yang
dipahat di batu. Bagian pertama piramida berbentuk ruang bawah tanah dengan banyak
tikungan, turunan, dan tangga lalu bercabang ke berbagai tempat. Pada salah satu ruangan,
secara rahasia diletakkan jasad. Setelah para arkeolog mengungkap berbagai penemuan

yang terus berkembang, mereka telah mampu menemukan semakin banyak mumi
berbalsem. Namun, ilmu modern masih kesulitan untuk memecahkan rahasia ilmiahnya.
Ringkasan Kisah Musa
Nabi Musa dan Nabi Harun diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar.
Beliau merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat, dan bersaudara dengan Nabi
Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Ramses Akbar sang Firaun.
Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh setiap bayi lakilaki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah terpengaruh oleh paranormal
kerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya
mati, kecuali kaum Israel, sedangkan paranormalnya mengatakan kekuasaan Fir'aun akan
jatuh ke tangan seorang laki-laki dari bangsa Israel. Karena cemas, dia memerintahkan
setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu dirahasiakan. Karena
risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia
3 bulan. Kemudian Musa ditemukan oleh Asiyah istri Firaun, yang sedang mandi dan
kemudian membawanya ke istana. Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki,
Firaun ingin membunuh Musa. Istrinyapun berkata: "Jangan membunuh anak ini karena
aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak kita sendiri karena aku
tidak mempunyai anak." Dengan kata-kata dari istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati
untuk membunuh Musa.
Kemudian istri Firaun mencari pengasuh, tetapi tidak seorang pun yang dapat menyusui
Musa dengan baik, dia menangis dan tidak mau disusui. Selepas itu, ibunya sendiri
mengajukan diri untuk mengasuh dan membesarkannya di istana Firaun. Diceritakan
dalam Al-Quran: "Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya
dan tidak berduka cita dan supaya dia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya."
Pada suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi tiba-tiba
janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata: "Wahai istriku, mungkin anak
inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku." Istrinya berkata: "Sabarlah, dia masih anakanak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun." Sejak berusia tiga bulan hingga
dewasa Musa tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama
Musa sendiri diberi keluarga Firaun. "Mu" berarti air dan "sa" adalah tempat penemuannya
di tepi sungai Nil.
Musa mendapat julukan Kalimullah yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah.
Bahkan tidak jarang dia berdialog dengan Allah, dialog antara seorang hamba yang sangat
dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih. Namun, melihat julukan yang diberikan
oleh Allah pada diri Musa, tampaknya Musa memang satu-satunya Nabi yang memperoleh
keistimewaan itu.

Pada satu peristiwa Musa meninjau sekitar kota dan kemudian beliau melihat dua laki-laki
sedang berkelahi, yang seorang dari kalangan Bani Israel bernama Samiri dan seorang lagi
bangsa Mesir, bernama Fatun. Melihat perkelahian itu, Musa mau melerai mereka, tetapi
ditepis Fatun. Tanpa sengaja Musa lalu mengayunkan satu batu ke atas Fatun, dan Fatun
tersungkur kemudian meninggal dunia.
Ketika laki-laki itu meninggal dunia karena tindakannya, Musa memohon ampun kepada
Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: "Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya
aku telah menganiayai diriku sendiri karena itu ampunilah aku. Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Tetapi, tidak lama kemudian orang banyak mengetahui kematian Fatun disebabkan Musa
dan berita itu disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya mereka akan
menangkap Musa. Karena terdesak, Musa mengambil keputusan keluar dari Mesir. Beliau
berjalan tanpa arah dan tujuan, akhirnya, beliau sampai di kota Madyan, yaitu kota Nabi
Syu'aib di timur Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Musa tinggal di rumah Nabi Syuaib beberapa lama, kemudian menikah dengan anak
gadisnya bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan suami istri di Madyan, Musa
meminta izin Syuaib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, akhirnya Musa dan
isterinya tiba di Bukit Sinai. Dari jauh, beliau melihat api, lalu terpikir ingin
mendapatkannya untuk dijadikan obor penerang jalan. Musa meninggalkan istrinya
sebentar untuk mendapatkan api itu. Sampai di tempat api menyala itu, beliau menemukan
api menyala pada sebatang pohon, tetapi tidak membakar pohon tersebut. Ini
membingungkannya dan ketika itu beliau mendengar suara wahyu daripada Tuhan:
"....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam."
Kemudian Allah berfirman lagi: "Dan lemparkan tongkatmu, kemudian tongkat itu
menjadi ular, Musa mundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku, janganlah
kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman." Tongkat menjadi ular dan tangan
putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang dikurniakan Allah kepada Musa.
Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran lain,
sehingga Firaun memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua mukjizat Musa. Ahli
sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali lalu
menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal
dari tongkat Musa.
Firman Allah: "Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan
menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya
tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang."
Semua keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua mukjizat tersebut. Hal
ini menyebabkan sebagian pengikut Firaun, termasuk istrinya mengikuti ajaran yang
dibawa Musa. Hal ini membuat Firaun marah, sehingga menghukum mereka semua.

Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka sampai di
Laut Merah. Namun, Firaun dan tentaranya yang sudah marah, mengejar mereka dari
belakang, akhirnya Firaun dan pengukitnya (tentaranya) mati tenggelam di dasar Laut
Merah.
Al-Quran menceritakan: "Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami
selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri
menyaksikan."
Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebagian pengikutnya dari kalangan Bani
Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab Allah. Namun, sebelum itu Musa
disyaratkan berpuasa. Sewaktu bermunajat, Musa berkata: "Ya Tuhanku, nampakkanlah
zat-Mu kepadaku supaya aku dapat melihatMu." Allah berfirman: "Engkau tidak akan
sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya
seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku." Musa terus memandang ke
arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur. Musa terperanjat
dan gementar seluruh tubuhnya lalu pingsan.
Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata: "Maha besarlah
Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan aku akan menjadi orang
pertama beriman kepadaMu." Sewaktu bermunajat, Allah menurunkan kepadanya kitab
Taurat. Menurut ahli tafsir, kitab itu berbentuk kepingan batu atau kayu, namun padanya
terperinci segala panduan ke jalan yang diredhai Allah.
Sebelum Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak akan
meninggalkan mereka lebih dari 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10 hari, karena
terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel kecewa karena Musa tidak segera
kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa membuat mereka seolah-olah dalam kegelapan
dan ada antara mereka berpikir keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali
lagi. Dalam keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka bernama
Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia juga mengatakan Musa
tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat
sapi betina dari emas. Dia memasukkan segumpal tanah, dan patung itu dijadikan Samiri
bersuara. Kemudian Samiri berseru: "Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak
ada lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang, mari kita
sembah anak sapi yang terbuat dari emas ini. Ia dapat bersuara dan inilah tuhan kita
yang patut disembah."
Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak sapi. Beliau
marah dengan tindakan Samiri. Firman Allah: "Kemudian Musa kembali kepada kaumnya
dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: wahai kaumku, bukankah Tuhanmu
menjanjikan kepada kamu suatu janji yang baik. Apakah sudah lama masa berlalu itu
bagimu atau kamu menghendaki supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, karena itu
kamu melanggar perjanjianmu dengan aku."

Musa bertanya kepada Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran: "Berkata Musa; apakah
yang mendorongmu berbuat demikian Samiri, Samiri menjawab: Aku mengetahui sesuatu
yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam tanah (bekas tapak Jibril)
lalu aku masukkan dalam patung anak sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan
nafsuku."
Kemudian Musa berkata: "Pergilah kamu dan pengikutmu dariku, patung anak sapi itu
akan aku bakar dan lemparkannya ke laut, sesungguhnya engkau akan mendapat siksa."
Bertemu dengan Khidir
Ditengah-tengah kutbah Musa dihadapan Bani Israil, ada salah seorang yang bertanya
kepada Musa, dengan pertanyaannya, apakah ada manusia yang paling pandai saat ini.
Musa hanya menjawab dialah orang yang pandai dimuka bumi ini. Dengan pernyataan
Musa inilah Allah Maha Mendengar siapa yang berkata baik dengan diucapkan maupun
tidak. Allah langsung menegur Musa dengan firmanNya," Wahai Musa, Aku mempunyai
hamba yang lebih pandai dari kamu" Setelah Musa mendapat teguran Allah, dia sangat
terkejut dan dengan tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu hambaMu yang
lebih pandai dari aku". Kemudian Allah menjawab," Hamba-Ku bisa ditemui disuatu
tempat yang disebut Majma Al Bahrain". Dari sinilah awal pencarian Musa untuk bertemu
hamba Allah yang lebih pandai darinya yang kita kenal dengan Nabi Khidir.

SEJARAH SINGKAT NABI MUHAMMAD SAW


Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus ke muka bumi untuk membawa
umatnya ke jalan yang benar. Beliau terlahir dari seorang ibu yang bernama Siti
Aminah dan Ayah yang bernama Abdullah, yang dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabiul
Awal atau 22 April 571 M di kota Mekkah pada tahun Fiil (gajah) dan wafat pada
tanggal 8 Juni 632 M di Madinah dalam usia 63 tahun. Nabi Muhammad dilahirkan dalam
keadaan yatim, karena ketika nabi Muhammad masih dalam kandungan, Abdullah telah
meninggal dunia. Nabi terlahir dari keluarga bangsawan Bani Quraisy. Nama lengkap
Muhammad bin Abdullh ini merupakan seorang yang terlahir dari keluarga Bani Quraisy
yang membawa ajaran agama Islam. Nama Muhammad artinya orang yang terpuji. Nama
ini diberikan oleh kakek tercintanya yaitu Abdul Muthalib.
Masa Kelahiran Nabi Muhammad
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad, ada banyak hal yang terlihat jauh berbeda jika
dibandingkan dengan pasca kelahirannya dan ditandai dengan perisitiwa yang terjadi
sangat luar biasa pada saat itu.
Masa Jahiliyah
Zaman jahiliyah yaitu zaman kebodohan, sebelum kelahiran nabi. Dimana umat nabi
ketika itu terbiasa menyembah patung-patung berhala. Mereka terbiasa juga dengan
mabuk-mabukan, main judi, maksiat dan merendahkan derajat kaum wanita. Hidupnya
berpindah-pindah dan terpecah kedalam beberapa suku yang disebut dengan kabilah.
Hidup yang penuh dengan kebebasan dan tidak memiliki aturan dalam bermasyarakat,
Sehingga kehidupannya pada saat itu sangat kacau.
Peristiwa Tahun Gajah
Peristiwa Tahun Gajah merupakan peristiwa terjadinya penyerbuan kota Makkah oleh
Pasukan Abrahah, pada masa kelahiran Nabi Muhammad. Tahun Gajah ini ialah tahun
terjadinya penyerangan Kabah oleh pasukan atau tentara Raja Abrahah yaitu Gubernur
Habsyi di Yaman. Serombongan pasukan Gajah yang dipimpinnya ini hendak
menghancurkan Kabah karena bangsa Quraisy akan semakin terhormat dan pada setiap
tahunnya selalu ramai umat manusia untuk melakukan ibadah haji. Ini yang membuat
Abrahah ingin membelokkan umat manusia agar tidak lagi datang ke Makkah. Lalu
Abrahah mendirikan gereja besar di Shana yang bernama Al-Qulles. Namun usahanya itu
tak berhasil , tak seorang pun mau datang ke gereja Al Qulles itu. Abrahah sangat marah
besar dan pada akhirnya mengerahkan tentara bergajah untuk menyerang Kabah.
Didekat Makkah pasukan bergajah merampas harta benda penduduk termasuk 100 ekor
Unta milik Abdul Muthalib kakek nabi Muhamad. Ketika kabah hendak
dihancurkan, Allah SWT mengutus burung Ababil untuk membawa kerikil Sijjil dengan
paruhnya. Kerikil-kerkil itu dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan

bergajah tersebut hingga tembus ke badan mereka sampai mati. Peristiwa ini diabadikan
dalam Al-Quran surat Al Fiil ayat 1-5. (QS 105 :1-5). Pasukan bergajah ini hancur lebur
mendapat adzab dari Allah SWT. Dimasa inilah kemudian lahir seorang nabi akhiruzzaman
yaitu Muhammad dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah. Peristiwa inilah yang
menandai tahun kelahiran Muhammad dan pada akhirnya disebut Tahun Gajah.
Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad sejak kecilnya telah diberikan kehidupan layaknya manusia biasa,
padahal beliau sangat dimuliakan oleh Allah SWT, bahkan sejak dikandunganpun beliau
telah ditinggalkan oleh Ayahnya. Beliau terlahir dalam keadaan yatim, dan pada usia 6
tahun beliau ditinggal oleh ibunya. Sehingga beliau menjadi seorang yatim piatu, beliau
merasakan apa yang dialami oleh manusia pada umumnya. Dan di usianya yang ke 8
tahun, beliau ditinggal oleh kakeknya Abdul Muthalib. Kehidupan yang beliau jalani dapat
menjadi panutan seluruh umat manusia.
Nabi Muhammad disusui oleh Tsuaibah selama 3 hari dan oleh kakeknya beliau disusukan
juga kepada Halimah As-Sadiyah dan berada dalam asuhannya kurang lebih 6 tahun.
Dalam usia 5 bulan beliau sudah bisa berjalan dan pada usia 9 bulan sudah lancar
berbicara. Semasa kecilnya beliau juga telah menggembalakan kambing. Abu Thalib
(paman nabi) mengajak berdagang ketika usianya 12 tahun ke negri Syam. Beliau diasuh
pamannya setekllah ditinggal wafat kakeknya, dan mengasuh serta menjaga nabi sampai
pada usia lebih dari 40 tahun.
Dibelahnya Dada Muhammad
Malaikat Jibril menelentangkan nabi Muhammad di usianya ke 4 tahun, lalu membelah
dadanya dan mengeluarkan hati serta segumpal darah dari dada nabi Muhammad SAW
kemudian malaikat Jibril mencucinya dan menatanya kembali ke tempatnya dan nabi
Muhammad tetap dalam keadaan sehat bugar.
Dakwah Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW menerima wahyu untuk menyampaikan dan menyiarkan ajaran agama
Islam & mengajak umat manusia untuk menyembah Allah SWT. Beliau menyampaikan
dakwahnya secara sembunyi-sembunyi. Adapun orang-orang yang pertama masuk Agama
Islam atau disebut dengan Assabiqunal Awwwalun yaitu keluarga dan para sahabatnya,
yaitu: istrinya Siti Khadijah, sahabatnya Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq, anak
angkatnya Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair dan masih banyak lagi keluarga
dan para sahabat Rasul yang lainnya.
Selama 3 tahun lamanya Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi sembunyi dari satu
rumah ke rumah lainnya. Kemudian turunlah surat Al Hijr: 94 (QS 15 ayat 94). Yang
artinya Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik (QS Al Hijr : 15). Dengan

turunnya ayat ini maka Rasulullah SAW menyiarkan dakwahnya secara terang-terangan.
Tanggapan orang-orang Quraisy pada saat itu sangat marah dan melarang penyiaran islam
yang dibawa oleh nabi bahkan nyawa nabi Muhammad sangat terancam. Namun Nabi dan
para sahabatnya semakin kuat dan tangguh menghadapi tantangan dan hambatan yang
dihadapi dengan ketabahan serta sabar walau ejekan, caci maki, olok-olokan dan
menentang seluruh ajaran Nabi.
Masa Kerasulan Nabi
Pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW tahun ke 10 pada saat Amul Huzni yaitu
tahun duka cita dimana pamannya Abu Thalib dan istrinya Siti Khadijah wafat serta umat
Islam dalam keadaan sengsara. Ditengah-tengah kesedihannya, beliau dijemput Malaikat
Jibril untuk Isra Miraj yaitu melakukan perjalanan dari masjidil Aqsha ke Masjidil Haram
sampai ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT dan untuk menerima perintah
shalat lima waktu. Pada tahun 10 H nabi melakukan haji wada atau haji terakhir. Dalam
wukufnya di Arafah, beliau menyampaikan khutbahnya yang berisi kan tentang larangan
melakukan penumpahan darah kecuali dengan cara yang benar, larangan mengambil harta
orang lain dengan cara yang tidak benar, larangan memakan harta riba, hamba sahaya
harus diperlakukan dengan cara yang baik, dan agar umatnya selalu berpegang teguh
kepada Al Quran dan Sunah Nabi SAW. Setelah berdakwah selama 23 tahun, beliau wafat
pada usia 63 tahun.

Anda mungkin juga menyukai