Anda di halaman 1dari 15

Jin Dalam pandangan Al-Quran dan Hadits Bagian 1

Allah menciptakan makhluk yang esensial hanya 3 macam yakni manusia, jin dan malaikat.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bersumber dari Muhammad ibn Rafi dari Abd
Razak.

:

()
Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya,
jin diciptakan dari api yang menyala, dan Adam diciptakan dari apa yang kalian sifati (tanah)"
(HR. Muslim).
Namun dalam fenomena kehidupan, seolah-oleh ada dua pemain tambahan dalam catur
kehidupan dunia ini yakni setan dan Iblis. Sehingga seolah-olah mahluk yang esensial itu ada 5
yaitu; manusia, jin, malaikat, setan dan iblis. Jadi siapakah dua pemain tambahan itu ? apakah
memang mereka mahluk esensial lain selain yang tiga yang Allah ciptakan?. Sekali-kali tidak,
mereka adalah oknum dari manusia dan jin, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Anam
6:12 dan Al-Kahfi 18 :50







Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki,
niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka adaadakan. (QS: Al-Anam 6:112)

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam",
maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah

Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain
daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti
(Allah) bagi orang-orang yang dzalim. (QS:Al-Kahfi 18:50)
Jadi istilah setan atau iblis dalam tulisan ini konotasinya adalah sekelompok jin atau kalau
dengan istilah lain kelompok jin kafir. Ayat-ayat diatas, merupakan dasar teologis dan filosofis
perlunya manusia (muslim) menjelajah (mentadaburi) alam jin dan alam malaikat, atau dalam
istilah lain perlunya seorang muslim untuk berhubungan dengan jin terlebih berhubungan
dengan malaikat sebagaimana seorang muslim berhubungan dengan sesamanya.
Bukti lain bahwa seorang muslim perlu menjelajah kedalam kedua dunia tersebut, ketiga mahluk
esensial itu dijadikan sebagai nama surat dalam al-Quran yakni al-insan (manusia) surat ke 76,
surat al-Jin (jin) surat ke 72 dan Al-Mursalat (malaikat-malaikat yang diutus) surat ke 77.
Menjelajah atau berhubungan yang dimaksud tentunya bukan berarti seorang muslim masuk
kedalam alam mereka, namun perlu memahami karakter dan lingkungan mereka yang nota
benenya adalah dunia gaib (kasat mata). Berhubungan dengan dunia jin pada dasarnya
disebabkan jin (setan/Iblis) adalah musuh besar mereka yang melakukan tipu daya kepada
manusia, sedangkan berhubungan dengan dunia malaikat karena sebagian malaikat (rahmat)
menjadi teman dekat manusia sebagaimana salah satunya disebutkan dalam riwayat imam
Muslim.



..
"Tidak ada sekelompok orang yang berkumpul di rumah Allah, mereka membaca dan mengkaji
serta mempelajari kandungan al-Qur'an, kecuali mereka akan diberikan ketenangan, mereka akan
dicurahkan rahmat dan kasih sayang serta mereka akan dikelilingi oleh malaikat juga Allah akan
mengingat (memberikan kasih sayang) kepada orang yang disebut dan dimilikinya", (HR.
Muslim).
Pembahasan mengenai alam jin merupakan bahasan yang harus hati-hati karena terkadang lebih
banyak tahayul dan khurafatnya ketimbang informasi yang sebenarnya. Terlebih apabila bahasan
ini didasarkan kepada hadits-hadits yang tidak jelas validitasnya. Maka tidak heran kalau
disebagian kalangan menganggap bahwa membicarakan dunia jin adalah perkara yang terlarang

atau disebut perkara syirik. Tentu saja pendapat ini menurut hemat penulis tidak sejalan dengan
semangat al-Quran, yakni senantiasa mentadaburi apa yang terdapat dalam al-Quran ,
fenomena jin sangat jelas dalam al-Quran selain dari surat Jin itu sendiri,sehingga orang yang
tidak mentadaburi Al-Quran (dunia jin) dikatakan manusia yang tidak berakal.


Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci?
(QS:Muhammad 47:24) Karena pembahasan ini termasuk pembahasan yang khathir, maka
dengan bismillah, penulis mencoba mengetengahkannya. Tentu, semua informasi sengaja
diketengahkan dengan berdasar kepada hadits-hadits yang shahih meski untuk hal yang ringan,
dikutipkan juga hadits dlaifnya, hanya tidak banyak. Karena persoalan ini sangat pelik dan
dharuri untuk membahasnya secara gamblang dengan tentunya berpedoman kepada al-Qur'an
dan Hadits yang shahih.
Dengan tulisan ini diharapkan, dapat meluruskan pemahaman keliru selama ini tentang jin.
Misalnya, pemahaman bahwa jin dapat dilihat bentuk aslinya atau ketakutan yang berlebihan
terhadap jin. Pada pembahasan nanti akan nampak, bahwa tidak ada alasan manusia harus takut
berlebihan kepada jin, karena jin juga jauh lebih takut oleh manusia. Manusia harus takut
hanyalah oleh Allah. Dengan Tulisan ini juga diharapkan, para pembaca akan lebih bersemangat
dan sungguh- sungguh melaksanakan ibadahnya, karena ternyata ibadahnya itulah yang
membentengi dari gangguan jin jahat. Juga agar pembaca mengetahui apa saja perbuatan dan
tujuan serta target setan, apa kelemahan dan apa senjata yang harus dipersiapkan dalam
menghadapinya.
Harapannya dapat mempertebal keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Taala yang telah
menciptakan jin, bahkan yang menjaga orang-orang mukmin dari gangguan jin jahat (setan).
Dalam tulisan ini apabila ada istilah setan (syaitan) maka yang dimaksud adalah jin kafir atau
jahat. Pengertian Jin, Syaitan dan Iblis Alam jin adalah alam yang berdiri sendiri, ia terpisah dan
berbeda dengan alam manusia namun keduanya hidup dalam dunia yang sama, kadang tinggal
dalam rumah yang dibangun atau di diami manusia. Keduanya pun mempunyai kesamaan yakni
berkewajiban untuk beribadah kepada Allah: "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali
hanyalah untuk beribadah kepadaKu" (QS. Adz-Dzariyat 51:56).
Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam alJann, mengatakan bahwa makhluk ini disebut dengan jin karena secara bahasa jin artinya yang

tersembunyi, terhalang, tertutup. Disebut jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat)
dengan kasat mata manusia. Oleh karena itu, bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut
janin (kata janin dan jin memiliki kata dasar yang sama yakni jann) karena ia tidak dapat dilihat
dengan mata. Demikian juga orang gila dalam bahasa Arab disebut dengan majnun (dari kata
jann juga) karena akal sehatnya sudah tertutup dan terhalang. Sedangkan kata syaithan, dalam
bahasa Arab berasal dari kata syathona yang berarti ba'uda (jauh, yakni yang selalu menjauhkan
manusia dari kebenaran). Kemudian kata syaithan ini digunakan untuk setiap mahluk berakal
yang durhaka dan membangkang (kullu 'aat wa mutamarrid).
Pada awalnya istilah setan (syaitan) ini diberikan kepada salah satu golongan jin (Iblis) yang
beribadah kepada Allah dan tinggal bersama dengan malaikat di dalam surga. Akan tetapi ketika
mereka menolak untuk sujud kepada Adam karena membangkang kepada perintah Allah, maka
diusirnya dari surga dan sejak itu ia menjadi makhluk yang terkutuk sampai hari kiamat kelak.
Tidak semua jin adalah Setan (syaitan). Karena, jin juga ada yang shaleh, ada yang mukmin. Jadi
setan hanyalah ditujukkan untuk jin yang membangkang (kafir, munafik, musyrik dst). Demikian
juga tidak semua setan adalah jin. Karena dalam surat an-Nas ditegaskan, bahwa setan juga ada
dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka dan selalu menjauhkan
manusia lainnya dari petunjuk Allah, mereka dinamakan syaithan.



Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shaleh dan di antara kami ada (pula)
yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.(al-Jin 72:11)
Dilihat dari struktur kalimat, atau dalam tinjauan kaidah sharfiyah, setan (syaitan) merupakan
bentuk kalimat isim alam (nama sesuatu) dia adalah laqab (gelar) yang diberikan Allah kepada
setiap mahluk yang berakal (jin dan manusia) yang membangkang terhadap perintah Allah. Oleh
karenanya penyebutan syaitan (setan) dapat dikenakan kepada jin dan manusia sebagaimana
tersurat dalam ayat-ayat diatas. Merujuk kepada kisah Adam dan Iblis dari ayat 12-20 surat
al-Araf, gelar setan diberikan Allah untuk pertama kalinya kepada Iblis tatkala dia menyatakan
alasan penolakan untuk sujud kepada Adam. Dan pada surat Thaha 20:117 , Allah memberi
peringatan kepada Adam bahwa mahluk yang terkutuk itu akan menjadi musuh Adam dan
Istrinya. Dan pada surat Yasin 36:60 , Allah menegaskan kembali gelar setan diberikan kepada
musuh Adam tersebut dan dijadikan peringatan bagi anak cucu Adam.

Berikut runtut ayat-ayat dimaksud yang artinya;


1. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu;
karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah,
sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya
sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka
yang diberi tangguh." Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah
berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya
barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka
Jahanam dengan kamu semuanya". (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah
kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang
kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua
termasuk orang-orang yang dzalim". Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada
keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya
dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam
surga)". (Al-Araf 7:12-20)
2. Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi
istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117)
3. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (Yasin
36: 60)
Adapun Iblis terambil dari kata al-balas yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan
sedikitpun (man la khaira 'indah), atau terambil dari kata ablasa yang berarti putus asa dan
bingung (yaisa wa tahayyara). Disebut iblis (putus asa) karena mereka merasa putus asa
dengan rahmat Allah, juga disebut iblis lantaran mereka tidak pernah berbuat kebaikan

sedikitpun. Menurut satu riwayat, dahulunya iblis ini bernama Naail, akan tetapi sejak ia
membangkang dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia dirubah nama
menjadi syaithan. Keadaan dan Sifat-sifat Jin Nama dan Jenis Jin Ibnu Abdil Bar sebagaimana
dikutip oleh Imam asy-Syibli dalam bukunya, Akamul Marjan fi Ahkamil Jan, menuturkan
bahwa jin menurut ahli kalam dan bahasa Arab, mempunyai beberapa tingkatan: Apabila
dimaksudkan jin secara umum, namanya jinny. Jin yang suka tinggal bersama manusia disebut
dengan Aamir dan bentuk jamak (pluralnya) adalah 'Ammar. Jin yang seringkali
menampakkan wujudnya atau mengganggu anak-anak kecil disebut dengan Arwah Jin yang
selalu berbuat jahat dan seringkali muncul menjelma dalam berbagai bentuknya adalah
Syaithan. Apabila jin tersebut disamping berbuat jahat, menjelma, juga berbuat hal lain yang
lebih berat dari itu, seperti membunuh dan lainnya disebut dengan Marid Jin yang lebih jahat
dari Marid dan memiliki kemampuan dan kekuatan yang lebih dahsyat lagi disebut dengan
Ifrit, bentul jamaknya (pluralnya) Afariit.
Sedangkan Iblis adalah nenek moyangnya jin kafir (syaithan). Menurut Abul Mutsanna dan
Ibnu Abbas, pada awalnya, Iblis ini bernama Naail. Ketika mereka membangkang perintah
Allah, Allah kemudian melaknatnya, dan diganti nama dengan Syaithan. Iblis ini mempunyai
nama kunyah (samaran) Abu Kadus (Bapak Penimbun, maksudnya menimbun manusia agar
selalu dalam perbuatan dosa). Selain nama-nama di atas, nama-nama syaithan (jin kafir)
lainnya adalah Hubab, Syihab, Ajda' dan Asyhab, hal ini sebagaimana dikatakan dalam haditshadits berikut ini, namun umumnya hadits- haditsnya lemah (dhaif):



Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Abdullah bin
Ubay bin Salul yang namanya dahulu adalah Hubab: "Nama kamu sekarang adalah Abdullah
karena Hubab itu adalah nama setan" (HR. Ibn Sa'ad dan haditsnya Gharib).

: : :
: :
Artinya: "Masruq pernah bertutur bahwasannya ia pernah bertemu dengan Umar bin Khatab,
lalu Umar bertanya: "Siapa nama kamu?" saya menjawab: "Masruq bin al-Ajda'" Umar lalu
berkata kembali: "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda: "Al-Ajda' itu adalah nama setan" (HR. Ibn Abi Syaibah).

: :

Artinya: "Dari Aisyah berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendengar seorang
laki-laki yang bernama Syihab. Rasulullah lalu berkata kepadanya: "Nama kamu sekarang
adalah Hisyam, karena Syihab itu adalah nama setan" (HR. Baihaqi).

: : :

Artinya: "Suatu hari seorang laki-laki bersin di samping Ibnu Umar, lalu ia berkata: "Asyhab".
Ibnu Umar kemudian berkata: "Asyhab adalah nama setan yang sengaja ditempatkan oleh
Iblis di antara bersin dan mengucapkan alhamdulillah, agar namanya selalu diingat" (HR. Ibn
Abi Syaibah).
Sedangkan menyangkut jenis dan kelompok jin, Rasulullah pernah bersabda bahwa jin itu
terbagi tiga golongan: pertama, jin yang selalu beterbangan di udara, kedua, jin yang
berwujud dalam bentuk ular dan anjing, dan ketiga, jenis jin yang selalu berdiam diri (punya
rumah dan tempat) dan senang bepergian. Dalam sebuah hadits dikatakan:

*


Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami
bahwasannya jin itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan
(melayang) di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin yang
mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki dengan sanad
yang shahih).
Wujud Jin Jin (setan) adalah makhluk Allah yang berbeda alam dan unsur penciptaannya,
sehingga jelas manusia tidak akan mungkin dapat melihat dalam wujud aslinya.
Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Araf 7:27

Artinya: "Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat mereka" (QS. Al-Araf 7: 27).
Kecuali dalam kondisi tertentu yang itu pun sangat jarang terjadi. Kondisi dimaksud misalnya
ketika seseorang meminum air sihir dari dukun, atau karena jin telah berubah wujud misalnya

menyerupai hewan. Tapi sekali lagi hal itu sangatlah jarang. Tidak dapat dilihatnya jin dalam
bentuk aslinya, tentu ini merupakan rahmat bagi manusia, karena dengan demikian manusia
bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Sedangkan keadaan wujud jin itu sendiri
menurut beberapa ayat dan hadits sebagai berikut;
1. Sebagian hewan dapat melihat wujud jin misalnya anjing dan keledai

:


Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila kalian mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka mintalah
karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan apabila kalian
mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah dari godaan dan tipu daya
syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan". (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits lain dikatakan:



:
:


Artinya: "Dari Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila kalian mendengar anjing menggonggong dan himar meringkik, maka
berlindunglah kepada Allah karena sesungguhnya mereka itu melihat sesuatu yang kalian
tidak dapat melihatnya" (HR. Abu Dawud dalam shahih sunannya).
2. Jin memiliki wujud yang sangat jelek Jin (setan), memiliki bentuk yang sangat jelek. Hal
ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an ketika Allah menyamakan pohon Zaqum yang
tumbuh di dasar neraka, dengan kepala setan dalam hal sama-sama buruk bentuk dan
rupanya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah surat ash-Shafat ayat: 64-65:

Artinya: "Sesungguhnya dia (pohon Zaqum) adalah sebatang pohon yang ke luar dan
dasar neraka yang menyala. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan" (QS. As-Shafat 37:
64-65).
3. Jin mempunyai dua tanduk dan sayap

: :

()
Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian
bermaksud untuk shalat pada waktu matahari terbit juga pada waktu matahari terbenam,
karena pada kedua waktu itu saat dimana dua tanduk setan muncul" (HR. Muslim).


*

Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami
bahwasannya jin itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan
(melayang) di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin
yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki
dengan sanad yang shahih).
Dalam riwayat lain dikatakan:

: :

Artinya: "Ubaidullah berkata: Imam adh-Dhahhak pernah ditanya: "Apakah setan
mempunyai sayap?" ia menjawab: "Bagaimana mereka dapat terbang menuju langit kalau
mereka tidak memiliki sayap" (HR. Ibnu Jarir).
Tempat Tinggal Jin Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa
di antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut:
1. Di tempat-tempat kotor seperti Toilet dan tempat sampah.

- - :



Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di
antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma inni audzubika minal khubutsi

wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin
perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad).
Kata muhtadhirah dalam hadits di atas maksudnya adalah dihadiri atau ditempati oleh
jin (yahdiruhal jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti WC

itu hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat bersih dan
wangi.Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki toilet atau
WC untuk berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal
khubutsi wal khabaits", karena dengan berdoa demikian, jin kafir itu tidak akan
mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat aurat kita ketika mandi. Hal ini
sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya:


:
:

Artinya: "Dari Ali, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila


seseorang masuk WC kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim ", maka mata jin
akan tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR. Ahmad,
Turmudzi dan Ibnu Majah).
2. Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir.

- -

- -
- -

.
.

- .
- .

Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: "Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul
bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau,
lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak
mendapatkannya). Kami lalu berkata: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah
diculik dan disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan.
Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari arah

sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: "Ya Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu
kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur
dengan sangat tidak menyenangkan". Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
kemudian bersabda: "Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia
membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu Mas'ud
kemudian berkata kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekasbekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu kemudian bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai
golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di
tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi
(kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian
melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja
(membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan
batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang),
karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).
3. Di lobang-lobang.

- : - -
: -
: :

Artinya: "Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam


bersabda: "Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka bertanya
kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?" Qatadah menjawab:
"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan karena lobang itu adalah
tempat tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad).
4. Di rumah-rumah Jin juga tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang
tingal di atas atap rumah orang-orang beriman hanyalah jin muslim. Dalilnya adalah
hadits berikut ini:




Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada satu rumah
orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia
menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka.
Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orangorang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu
dari gangguan jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari).
5. Di pasar-pasar (Mall) Selain di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar atau Mall.
Hal ini sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah
berwasiat kepada para sahabat yang lain:

"Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau
menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat
berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya" (HR.
Muslim).
6. Di kandang unta



Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat
di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang
domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Waktu berkeliarannya Jin Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan
Muslim, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda bahwasannya waktu
berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni

sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan,
apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke
dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:






Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila sore hari
menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada
saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak
kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih
dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci
dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab
adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa
diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah,
tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun
hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau
mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal
ketika sore hari menjelang malam tiba. menyuruh masuk dan diam anak-anak, menutup
pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan
tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama
Allah sebelumnya, mengikat tempat air, menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan
juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah
sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang tidur. matikan lampu sebelum tidur
karena dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali
dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya
dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api
bisa menjalar.

Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

*



Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang
dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar
persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Kemudian
bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali
berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke
lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad
shahih).
Dalam hadits lain juga dikatakan:

: - -




Artinya: "Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah
kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam
sehingga hitam legammnya sore hari (sunda=layung) betul- betul hilang, karena setansetan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore
hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim).
Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena
gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang.
Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu yang lebih fresh dan lebih menguatkannya,
di samping memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah,

dalam salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan".
(lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).

Anda mungkin juga menyukai