Anda di halaman 1dari 40

JIN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS

(Kajian Tematik)

Oleh: Agus Junaedi,M.Ag Bagian Pertama A. PENDAHULUAN Allah menciptakan makhluk yang esensial hanya 3 macam yakni manusia, jin dan malaikat. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bersumber dari Muhammad ibn Rafi dari Abd Razak.

: ) (
Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala, dan Adam diciptakan dari apa yang kalian sifati (tanah)" (HR. Muslim). Namun dalam fenomena kehidupan, seolah-oleh ada dua pemain tambahan dalam catur kehidupan dunia ini yakni setan dan Iblis. Sehingga seolah-olah mahluk yang esensial itu ada 5 yaitu; manusia, jin, malaikat, setan dan iblis. Jadi siapakah dua pemain tambahan itu ? apakah memang mereka mahluk esensial lain selain yang tiga yang Allah ciptakan?. Sekalikali tidak, mereka adalah oknum dari manusia dan jin, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Anam 6:12 dan Al-Kahfi 18 :50

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS: Al-Anam 6:112)


Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim. (QS:Al-Kahfi 18:50) Jadi istilah setan atau iblis dalam tulisan ini konotasinya adalah sekelompok jin atau kalau dengan istilah lain kelompok jin kafir. Ayat-ayat diatas, merupakan dasar teologis dan filosofis perlunya manusia (muslim) menjelajah (mentadaburi) alam jin dan alam malaikat, atau dalam istilah lain perlunya seorang muslim untuk berhubungan dengan jin terlebih berhubungan dengan malaikat sebagaimana seorang muslim berhubungan dengan sesamanya. Bukti lain bahwa seorang muslim perlu menjelajah kedalam kedua dunia tersebut, ketiga mahluk esensial itu dijadikan sebagai nama surat dalam al-Quran yakni al-insan (manusia) surat ke 76, surat al-Jin (jin) surat ke 72 dan Al-Mursalat (malaikat-malaikat yang diutus) surat ke 77. Menjelajah atau berhubungan yang dimaksud tentunya bukan berarti seorang muslim masuk kedalam alam mereka, namun perlu memahami karakter dan lingkungan mereka yang nota benenya adalah dunia gaib (kasat mata). Berhubungan dengan dunia jin pada dasarnya disebabkan jin (setan/Iblis) adalah musuh besar mereka yang melakukan tipu daya kepada manusia, sedangkan berhubungan dengan dunia malaikat karena sebagian malaikat (rahmat) menjadi teman dekat manusia sebagaimana salah satunya disebutkan dalam riwayat imam Muslim.

. .
"Tidak ada sekelompok orang yang berkumpul di rumah Allah, mereka membaca dan mengkaji serta mempelajari kandungan al-Qur'an, kecuali mereka akan diberikan ketenangan, mereka akan dicurahkan rahmat dan kasih sayang serta mereka akan dikelilingi oleh malaikat juga Allah akan mengingat (memberikan kasih sayang) kepada orang yang disebut dan dimilikinya", (HR. Muslim). Pembahasan mengenai alam jin merupakan bahasan yang harus hati-hati karena terkadang lebih banyak tahayul dan khurafatnya ketimbang informasi yang sebenarnya. Terlebih

apabila bahasan ini didasarkan kepada hadits-hadits yang tidak jelas validitasnya. Maka tidak heran kalau disebagian kalangan menganggap bahwa membicarakan dunia jin adalah perkara yang terlarang atau disebut perkara syirik. Tentu saja pendapat ini menurut hemat penulis tidak sejalan dengan semangat al-Quran, yakni senantiasa mentadaburi apa yang terdapat dalam al-Quran , fenomena jin sangat jelas dalam al-Quran selain dari surat Jin itu sendiri,sehingga orang yang tidak mentadaburi Al-Quran (dunia jin) dikatakan manusia yang tidak berakal.


Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS:Muhammad 47:24) Karena pembahasan ini termasuk pembahasan yang khathir, maka dengan bismillah, penulis mencoba mengetengahkannya. Tentu, semua informasi sengaja diketengahkan dengan berdasar kepada hadits-hadits yang shahih meski untuk hal yang ringan, dikutipkan juga hadits dlaifnya, hanya tidak banyak. Karena persoalan ini sangat pelik dan dharuri untuk membahasnya secara gamblang dengan tentunya berpedoman kepada al-Qur'an dan Hadits yang shahih. Dengan tulisan ini diharapkan, dapat meluruskan pemahaman keliru selama ini tentang jin. Misalnya, pemahaman bahwa jin dapat dilihat bentuk aslinya atau ketakutan yang berlebihan terhadap jin. Pada pembahasan nanti akan nampak, bahwa tidak ada alasan manusia harus takut berlebihan kepada jin, karena jin juga jauh lebih takut oleh manusia. Manusia harus takut hanyalah oleh Allah. Di samping itu,dengan tulisan ini juga diharapkan, para pembaca akan lebih bersemangat dan sungguh- sungguh melaksanakan ibadahnya, karena ternyata ibadahnya itulah yang membentengi dari gangguan jin jahat. Juga agar pembaca mengetahui apa saja perbuatan dan tujuan serta target setan, apa kelemahan dan apa senjata yang harus dipersiapkan dalam menghadapinya. Di atas semua itu, tulisan ini diharapkan dapat mempertebal keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Taala yang telah menciptakan jin, bahkan yang menjaga orang-orang mukmin dari gangguan jin jahat (setan). Dalam tulisan ini apabila ada istilah setan (syaitan) maka yang dimaksud adalah jin kafir atau jahat. Berikut kajian deskriptifnya. B. PENGERTIAN JIN, SYAITAN DAN IBLIS Alam jin adalah alam yang berdiri sendiri, ia terpisah dan berbeda dengan alam manusia namun keduanya hidup dalam dunia yang sama, kadang tinggal dalam rumah yang dibangun atau di diami manusia. Keduanya pun mempunyai kesamaan yakni berkewajiban untuk beribadah kepada Allah: "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaKu" (QS. Adz-Dzariyat 51:56). Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam al- Jann, mengatakan bahwa makhluk ini disebut dengan jin karena secara bahasa jin artinya yang tersembunyi, terhalang, tertutup. Disebut jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata manusia. Oleh karena itu, bayi yang masih berada di dalam

perut ibu, disebut janin (kata janin dan jin memiliki kata dasar yang sama yakni jann) karena ia tidak dapat dilihat dengan mata. Demikian juga orang gila dalam bahasa Arab disebut dengan majnun (dari kata jann juga) karena akal sehatnya sudah tertutup dan terhalang. Sedangkan kata syaithan, dalam bahasa Arab berasal dari kata syathona yang berarti ba'uda (jauh, yakni yang selalu menjauhkan manusia dari kebenaran). Kemudian kata syaithan ini digunakan untuk setiap mahluk berakal yang durhaka dan membangkang (kullu 'aat wa mutamarrid). Pada awalnya istilah setan (syaitan) ini diberikan kepada salah satu golongan jin (Iblis) yang beribadah kepada Allah dan tinggal bersama dengan malaikat di dalam surga. Akan tetapi ketika mereka menolak untuk sujud kepada Adam karena membangkang kepada perintah Allah, maka diusirnya dari surga dan sejak itu ia menjadi makhluk yang terkutuk sampai hari kiamat kelak. Tidak semua jin adalah Setan (syaitan). Karena, jin juga ada yang shaleh, ada yang mukmin. Jadi setan hanyalah ditujukkan untuk jin yang membangkang (kafir, munafik, musyrik dst). Demikian juga tidak semua setan adalah jin. Karena dalam surat an-Nas ditegaskan, bahwa setan juga ada dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka dan selalu menjauhkan manusia lainnya dari petunjuk Allah, mereka dinamakan syaithan.


Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shaleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.(al-Jin 72:11) Dilihat dari struktur kalimat, atau dalam tinjauan kaidah sharfiyah, setan (syaitan) merupakan bentuk kalimat isim alam (nama sesuatu) dia adalah laqab (gelar) yang diberikan Allah kepada setiap mahluk yang berakal (jin dan manusia) yang membangkang terhadap perintah Allah. Oleh karenanya penyebutan syaitan (setan) dapat dikenakan kepada jin dan manusia sebagaimana tersurat dalam ayat-ayat diatas. Merujuk kepada kisah Adam dan Iblis dari ayat 12-20 surat al-Araf, gelar setan diberikan Allah untuk pertama kalinya kepada Iblis tatkala dia menyatakan alasan penolakan untuk sujud kepada Adam. Dan pada surat Thaha 20:117 , Allah memberi peringatan kepada Adam bahwa mahluk yang terkutuk itu akan menjadi musuh Adam dan Istrinya. Dan pada surat Yasin 36:60 , Allah menegaskan kembali gelar setan diberikan kepada musuh Adam tersebut dan dijadikan peringatan bagi anak cucu Adam. Berikut runtut ayat-ayat dimaksud yang artinya; 1. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur

(taat). Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya". (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buahbuahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim". Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". (Al-Araf 7:12-20) 2. Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117) 3. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (Yasin 36: 60) Adapun Iblis terambil dari kata al-balas yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan sedikitpun (man la khaira 'indah), atau terambil dari kata ablasa yang berarti putus asa dan bingung (yaisa wa tahayyara). Disebut iblis (putus asa) karena mereka merasa putus asa dengan rahmat Allah, juga disebut iblis lantaran mereka tidak pernah berbuat kebaikan sedikitpun. Menurut satu riwayat, dahulunya iblis ini bernama Naail, akan tetapi sejak ia membangkang dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia dirubah nama menjadi syaithan. C. KEADAAN DAN SIFAT-SIFAT JIN Nama dan Jenis Jin Ibnu Abdil Bar sebagaimana dikutip oleh Imam asy-Syibli dalam bukunya, Akamul Marjan fi Ahkamil Jan, menuturkan bahwa jin menurut ahli kalam dan bahasa Arab, mempunyai beberapa tingkatan: 1. Apabila dimaksudkan jin secara umum, namanya jinny. 2. Jin yang suka tinggal bersama manusia disebut dengan Aamir dan bentuk jamak (pluralnya) adalah 'Ammar. 3. Jin yang seringkali menampakkan wujudnya atau mengganggu anak-anak kecil disebut dengan Arwah 4. Jin yang selalu berbuat jahat dan seringkali muncul menjelma dalam berbagai bentuknya adalah Syaithan. 5. Apabila jin tersebut disamping berbuat jahat, menjelma, juga berbuat hal lain yang lebih berat dari itu, seperti membunuh dan lainnya disebut dengan Marid 6. Jin yang lebih jahat dari Marid dan memiliki kemampuan dan kekuatan yang lebih dahsyat lagi disebut dengan Ifrit, bentul jamaknya (pluralnya) Afariit. 7. Sedangkan Iblis adalah nenek moyangnya jin kafir (syaithan). Menurut Abul Mutsanna dan Ibnu Abbas, pada awalnya, Iblis ini bernama Naail. Ketika mereka membangkang perintah Allah, Allah kemudian melaknatnya, dan diganti nama

dengan Syaithan. Iblis ini mempunyai nama kunyah (samaran) Abu Kadus (Bapak Penimbun, maksudnya menimbun manusia agar selalu dalam perbuatan dosa). 8. Selain nama-nama di atas, nama-nama syaithan (jin kafir) lainnya adalah Hubab, Syihab, Ajda' dan Asyhab, hal ini sebagaimana dikatakan dalam hadits-hadits berikut ini, namun umumnya hadits- haditsnya lemah (dhaif):


Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul yang namanya dahulu adalah Hubab: "Nama kamu sekarang adalah Abdullah karena Hubab itu adalah nama setan" (HR. Ibn Sa'ad dan haditsnya Gharib).

: : : : :
Artinya: "Masruq pernah bertutur bahwasannya ia pernah bertemu dengan Umar bin Khatab, lalu Umar bertanya: "Siapa nama kamu?" saya menjawab: "Masruq bin al-Ajda'" Umar lalu berkata kembali: "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Al-Ajda' itu adalah nama setan" (HR. Ibn Abi Syaibah).

: :
Artinya: "Dari Aisyah berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendengar seorang laki-laki yang bernama Syihab. Rasulullah lalu berkata kepadanya: "Nama kamu sekarang adalah Hisyam, karena Syihab itu adalah nama setan" (HR. Baihaqi).

: : :
Artinya: "Suatu hari seorang laki-laki bersin di samping Ibnu Umar, lalu ia berkata: "Asyhab". Ibnu Umar kemudian berkata: "Asyhab adalah nama setan yang sengaja ditempatkan oleh Iblis di antara bersin dan mengucapkan alhamdulillah, agar namanya selalu diingat" (HR. Ibn Abi Syaibah). Sedangkan menyangkut jenis dan kelompok jin, Rasulullah pernah bersabda bahwa jin itu terbagi tiga golongan: pertama, jin yang selalu beterbangan di udara, kedua, jin yang berwujud dalam bentuk ular dan anjing, dan ketiga, jenis jin yang selalu berdiam diri (punya rumah dan tempat) dan senang bepergian. Dalam sebuah hadits dikatakan:

*
Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang) di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki dengan sanad yang shahih). Wujud Jin Jin (setan) adalah makhluk Allah yang berbeda alam dan unsur penciptaannya, sehingga jelas manusia tidak akan mungkin dapat melihat dalam wujud aslinya. Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Araf 7:27


Artinya: "Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka" (QS. Al-Araf 7: 27). Kecuali dalam kondisi tertentu yang itu pun sangat jarang terjadi. Kondisi dimaksud misalnya ketika seseorang meminum air sihir dari dukun, atau karena jin telah berubah wujud misalnya menyerupai hewan. Tapi sekali lagi hal itu sangatlah jarang. Tidak dapat dilihatnya jin dalam bentuk aslinya, tentu ini merupakan rahmat bagi manusia, karena dengan demikian manusia bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut sedikitpun. Sedangkan keadaan wujud jin itu sendiri menurut beberapa ayat dan hadits sebagai berikut; 1. Sebagian hewan dapat melihat wujud jin misalnya anjing dan keledai

:
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kalian mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah dari godaan dan tipu daya syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan". (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain dikatakan:

: :
Artinya: "Dari Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kalian mendengar anjing menggonggong dan himar meringkik, maka berlindunglah kepada Allah karena sesungguhnya mereka itu melihat sesuatu yang kalian tidak dapat melihatnya" (HR. Abu Dawud dalam shahih sunannya). 2. Jin memiliki wujud yang sangat jelek Jin (setan), memiliki bentuk yang sangat jelek. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam alQur'an ketika Allah menyamakan pohon Zaqum yang tumbuh di dasar neraka, dengan kepala setan dalam hal sama-sama buruk bentuk dan rupanya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah surat ash-Shafat ayat: 64-65:


Artinya: "Sesungguhnya dia (pohon Zaqum) adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan" (QS. As-Shafat 37: 64-65). 3. Jin mempunyai dua tanduk dan sayap

( : : )
Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian bermaksud untuk shalat pada waktu matahari terbit juga pada waktu matahari terbenam, karena pada kedua waktu itu saat dimana dua tanduk setan muncul" (HR. Muslim).

*
Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang) di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki dengan sanad yang shahih). Dalam riwayat lain dikatakan:

: : .
Artinya: "Ubaidullah berkata: Imam adh-Dhahhak pernah ditanya: "Apakah setan mempunyai sayap?" ia menjawab: "Bagaimana mereka dapat terbang menuju langit kalau mereka tidak memiliki sayap" (HR. Ibnu Jarir). Tempat Tinggal Jin Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa di antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut: 1. Di tempat-tempat kotor seperti Toilet dan tempat sampah.

- - :
Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad). Kata muhtadhirah dalam hadits di atas maksudnya adalah dihadiri atau ditempati oleh jin (yahdiruhal jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti WC itu hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat bersih dan wangi.Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki toilet atau WC untuk berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits", karena dengan berdoa demikian, jin kafir itu tidak akan mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat aurat kita ketika mandi. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya:

: :
Artinya: "Dari Ali, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk WC kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim ", maka mata jin akan tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah). 2. Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir.

- - - - - - - .
Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: "Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami caricari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah diculik dan disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: "Ya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan". Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian bersabda: "Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan alQur'an". Ibnu Mas'ud kemudian berkata kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu kemudian bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim). 3. Di lobang-lobang.

- - : - - : : . :
Artinya: "Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka bertanya kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?" Qatadah menjawab: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan karena lobang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad).

4. Di rumah-rumah Jin juga tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang tingal di atas atap rumah orang-orang beriman hanyalah jin muslim. Dalilnya adalah hadits berikut ini:


Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari). 5. Di pasar-pasar (Mall) Selain di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar atau Mall. Hal ini sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain:

*
"Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya" (HR. Muslim). 6. Di kandang unta


Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Waktu berkeliarannya Jin Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah anakanak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:


Artinya: "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba. 1. menyuruh masuk dan diam anak-anak, 2. menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, 3. mengikat tempat air, 4. menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang tidur. 5. matikan lampu sebelum tidur karena dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api bisa menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

*
Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Kemudian bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).

Dalam hadits lain juga dikatakan:

: - -
Artinya: "Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sehingga hitam legammnya sore hari (sunda=layung) betul- betul hilang, karena setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim). Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu yang lebih fresh dan lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan". (lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342).

JIN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS (Kajian Tematik)

Oleh: Agus Junaedi,M.Ag Bagian Kedua Makanan dan Minuman Jin Jin sebagaimana manusia memiliki kebutuhan makan dan minum adapun makanannya adalah Tulang dan tinja (kotoran hewan/binatang) dengan tangan kiri, sebagaimana hadits berikut:


Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).

- - :
Artinya: "Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum, maka minumlah dengan tangan kanannya, karena syaithan makan dan minum dengan tangan kirinya" (HR. Muslim).

:
Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR. Muslim). Jin menikah dan berketurunan Sebagaimana halnya manusia, jin pun melakukan pernikahan dan berketurunan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat dan hadits berikut;

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim " (QS. Al-Kahfi 18: 50). Dalam ayat ini Allah berfirman: ".Patutkah kamu mengambil dia dan turananturunannya,". Kata turunan-turunannya dalam ayat ini menunjukkan bahwa memang jin itu melahirkan dan berketurunan. Sekaligus juga menunjukkan bahwa jin itu juga menikah, karena tidak mungkin adanya keturunan kalau tidak menikah (jima) sebelumnya. Dalil lain yang mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini:


Artinya: "Tidak pernah "disentuh" oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin" (QS. Ar-Rahman 55:56). Kata thamts yang terdapat pada kata yathmitshunna dalam ayat di atas, dalam bahasa Arab artinya adalah jima'. Ini menunjukkan bahwa jin itu juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat dikatakan:

:
Artinya: "Abdullah bin Umar berkata: "Sesungguhnya Allah membagi manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian: sembilan bagian adalah jin dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun manusia yang melahirkan seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak" (HR. Ibnu Abdil Barr, Ibnu Jarir, Hakim dan Ibn Abi Hatim). Dan khusus untuk Iblis setiap lahir anak Adam maka iblis berketurunan sepuluh anak iblis, sebagaimana hadits berikut;

: ( : : : . : ) : : ] 46 : ( [
Dari tsabit berkata, Telah sambai berita pada kami bahwa iblis bertanya kepada Allah, Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menciptakan Adam dan Engkau menjadikannya antara aku dengan dia sebagai musuh, maka berilah aku bagian untuk bisa menguasai keturunannya? Allah menjawab : Dada-dada mereka tempat tinggal kamu, Iblis berkata:

Tambahlah buatku ? Allah menjawab: Tidaklah lahir seorang manusia kecuali bersamaan dengannya sepuluh anak kamu, Iblis berkata : Tambahlagi ya Tuhanku ? kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka (Al-Isra 17:64) Hadits di atas di samping mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang melahirkan dan menikah, juga menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia. Karena setiap kali manusia melahirkan satu orang anak, maka jin dapat melahirkan sembilan anak. Kematian Jin Jin adalah mahluk yang berjiwa, maka sama saja halnya dengan manusia, jin pun akan mengalami kematian. Namun dari sebagian golongan jin hanya Iblis lah yang diberi tangguh kematiannya sampai hari manusia dibangkitkan. Sedangkan yang lainnya kematiannya sama dengan manusia tetapi usianya jauh lebih panjang dari umur manusia.


artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (QS. Ar-Rahman 55: 26-27). Di samping ayat ini, ada hadits yang mengatakan bahwa jin atau syaithan juga akan mati. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:


Artinya: "Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Aku berlindung dengan kegagahanMu, yang tidak ada Tuhan selain Engkau, yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia semuanya akan mati" (HR. Bukhari). Kemampuan dan kelebihan Jin Allah memberikan kelebihan dan kemampuan khusus kepada jin yang tidak diberikan kepada manusia. Di antara kemampuan dan kelebihan jin tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dapat bergerak dan berpindah dengan cepat Artinya: "Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka

sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia" (QS.an-Naml: 39-40). 2. Dapat mengetahui masalah-masalah yang belum terjadi sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sebelum Rasulullah diutus, jin seringkali naik ke atas langit untuk mendengarkan kabarkabar yang akan terjadi di dunia. Begitu mendengar kabar tersebut, mereka langsung menginformasikannya kepada para dukun dan tukang ramal. Oleh karena itu, sebelum Rasulullah Saw diutus, tukang ramal dan dukun seringkali tepat dalam memberikan jawaban dan ramalannya. Akan tetapi begitu Rasulullah Saw diutus, penjagaan di langit diperketat sehingga jin tidak lagi dapat mendengar informasi dan berita apapun. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat al-Jin ayat 8-9: Artinya: "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (Yang dimaksud dengan "sekarang", ialah waktu sesudah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus menjadi rasul) barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)" (QS. Al-Jin ayat 8 dan 9). Oleh karena itu, sejak diutusnya Rasulullah sampai sekarang, jangankan dapat mendengar berita langit, mendekatinya saja tidak bisa. Untuk itu, apa yang dikatakan oleh para dukun dan tukang ramal, tidak pernah benar, tapi bohong belaka. Seandainya ada jin yang mengatakan bahwa akan terjadi nanti ini dan itu, maka ketahuilah bahwa dia telah berbohong. Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, haram hukumnya seseorang datang bertanya kepada dukun dan tukang ramal. Karena bukan saja apa yang dikatakan tukang ramal itu bohong, tapi juga hal demikian akan melemahkan keimanan seseorang bahkan termasuk perbuatan syirik. Bagaimana dengan kenyataan, bahwa terkadang ramalan dan ucapan tukang ramal tersebut betul dan nyata? Hal ini pernah disampaikan juga oleh Siti Aisyah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Perhatikan hadits berikut ini:

} { { } { }
Artinya: "Aisyah berkata, sekelompok orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang para dukun. Rasulullah menajawab: "Mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun". Mereka bertanya kembali: "Tapi Rasulullah, terkadang apa yang mereka katakan adalah benar dan nyata?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kembali: "Ucapannya yang betul itu lantaran dibisikkan oleh jin. Ia membisikkannya ke telinga temannya (dukun) seperti berkoteknya ayam betina, dan mereka mencampuradukannya dengan seratus kebohongan (maksudnya, yang betulnya satu tapi bohongnya seratus bahkan lebih)" (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, seseorang dilarang untuk terlebih mempercayai perkataan dukun, datangnya saja sudah berdosa. Rasulullah bersabda :

*
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam " (HR. Muslim)

: - - .
Artinya: " Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, untuk bertanya tentang sesuatu, lalu membenarkan dan mempercayai apa yang dikatakannnya, maka sungguh ia telah keluar dari ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad" (HR. Ahmad). Bukti lain bahwa jin tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui perkara yang gaib sebagaimana terlukis dalam surat al-saba 34:14 Artinya: "Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan" (QS. Saba 34: 14). 3. Jin lebih dahulu mengetahui teknologi Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Allah menundukkan golongan jin kepada Nabi Sulaiman. Mereka taat dan patuh kepadanya termasuk bersedia untuk memindahkan singgasana kerajaan Ratu Bilqis. Karena kerja mereka yang berat dan banyak, tentu mereka memerlukan kemampuan- kemampuan dan kecerdasan dan kemahiran luar biasa. Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah surat Saba ayat 12-13: artinya: "Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring- piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih" (QS. Saba 34: 12-13). Berdasarkan dari ayat di Atas, Umar Sulaiman Abdullah bin al-Asyqar dalam bukunya Alamul Jinn was Syayathin, berpendapat bahwa sejak dahulu jin sudah mengenal tekhnologi

canggih semisal radio dan televisi. Bahkan, Ibnu Taimiyyah sendiri dalam al-Majmu'nya mengatakan bahwa "Menurut sebagian ulama yang dapat berkomunikasi dengan jin menuturkan bahwa sejak dahulu jin sudah dapat membuat kawat dan kaca, kemudian mereka sampaikan kepada manusia dan manusia mengikutinya" (lihat dalam Majmu al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah: 11/309). 4. Jin dapat berubah-rubah bentuk Di antara kemampuan jin (setan) lainnya adalah mereka dapat berubah wujud; terkadang berwujud manusia dan terkadang pula berwujud hewan. Hal ini telah terjadi pada masa perang Badar, dimana setan (jin kafir) berwujud dalam bentuk Suraqah bin Malik, dan ia menjanjikan kepada orang-orang musyrik bahwa mereka akan dapat memengkan pertempuran melawan orang Islam. Akan tetapi ketika pertempuran telah terjadi dan malaikat turun dari langit untuk membantu kaum muslimin, syaitan yang menjelma dalam wujud Suraqah bin Malik tadi lari tunggang langgang. Hal ini terekam dalam al-Qur'an surat alAnfal ayat 48: Artinya: "Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Al-Anfal 8:48). Dalam hadits riwayat Imam Bukhari juga dikisahkan bahwa jin kafir (setan) pernah datang menghadap Abu Hurairah dalam wujud manusia. Berikut terjemahan hadits dimaksud: "Dari Abu Hurairah, ia berkata: Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menugaskan saya untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seorang lakilaki melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Saya lalu berkata: Jangan dulu mengambil, sebelum saya sampaikan ihwal kamu kepada Rasulullah. Laki-laki itu menjawab: Saya orang yang sudah berkeluarga dan saat ini betul- betul sedang membutuhkan makanan untuk keluarga saya. Mendengar itu saya pun akhirnya mengijinkan dia untuk mengambil makanan itu.Ketika pagi tiba, Rasulullah bersabda: Wahai Abu Hurairah apa yang kamu lakukan kemarin? Saya menjawab: Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat saat itu juga, lalu saya persilahkan dia mengambilnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda kembali: Dia telah mengelabui kamu wahai Abu Hurairah dan besok akan kembali lagi. Tahu dia akan kembali lagi, keesokan harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul apa yang disampaikan Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya. Melihat itu, saya berkata kembali: Jangan dulu kamu mengambil harta itu sampai ada izin dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Laki-laki itu menjawab: Saya betul-betul sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu menahan lapar. Saya berjanji tidak akan kembali lagi esok hari. Mendengar itu, saya merasa kasihan dan akhirnya saya persilahkan kembali dia mengambil harta zakat.Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali: Apa yang kamu lakukan kemarin wahai Abu Hurairah? Saya menjawab: Orang kemarin datang kembali dan meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya saya kembali mengijinkan dia mengambil harta zakat tersebut. Mendengar itu, Rasul bersabda kembali: Dia telah membohongi kamu dan

esok hari akan kembali untuk yang ketiga kalinya. Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi dan seperti biasa dia mengambil harta zakat yang sudah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, saya berkata kembali: Jangan mengambil dahulu, saya akan memohon ijin kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terlebih dahulu. Bukankah kamu kemarin berjanji tidak akan kembali lagi tapi mengapa kini kembali juga? Laki-laki itu menjawab: Ijinkanlah untuk yang terakhir kalinya saya mengambil harta zakat ini dan sebagai imbalannya saya akan ajarkan kepada kamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya Allah akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak akan disentuh dan didekati oleh Syaithan sehingga pagi hari". Saya merasa tertarik dengan ucapannya lalu saya menanyakan kaliamat apa itu. Dia menjawab: Apabila kamu hendak tidur, jangan lupa membaca ayat kursyi terlebih dahulu karena dengannya Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati oleh syaithan sehingga pagi tiba. Kali ini saya pun mengijinkannya mengambil harta zakat. Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya lakukan kemarin dan saya katakan: Ya Rasulullah, saya terpaksa membolehkannya kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkan saya kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaidah. Rasul lalu bertanya kembali: Kalimat apa yang diajarkannya? Saya menjawab bahwa dia mengajarkan ayat Kursyi dari awal sampai akhir dan dia katakan bahwa kalau saya membacanya Allah akan menjaga saya sampai pagi hari. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda: Kini apa yang dia sampaikan betul namun tetap dia sudah berhasil mengelabui kamu dengan mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa laki-laki yang mendatangi kamu tiga kali itu? Saya menjawab: Tidak, saya tidak tahu. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kembali bersabda: Ketahuilah bahwasannya dia adalah syaithan. (HR. Bukhari). Selain dalam wujud manusia, jin (setan) juga dapat berwujud dalam bentuk hewan dan binatang seperti unta, anjing, keledai, ular, sapi atau kucing. Akan tetapi dari sekian banyak binatang, yang paling sering dipakai oleh jin adalah dalam bentuk anjing dan kucing hitam. Dalam hal ini RasululullahShallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:


Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Anjing hitam adalah setan" (HR. Muslim). Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah juga bertutur: "Anjing hitam adalah setannya anjing. Dan jin seringkali berwujud dalam wujud anjing hitam ini. Demikian juga dengan kucing hitam. Hal ini dikarenakan warna hitam adalah warna yang paling disukai oleh setan karena mengandung kehangatan." Sedangkan wujud yang umum jin yang mendiami rumah adalah ular . Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw mengingatkan agar tidak sembarangan membunuh ular yang didapati di dalam rumah, karena boleh jadi ular tersebut bukan ular sesungguhnya akan tetapi ular jelmaan dari jin. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa apabila mendapatkan ular di dalam rumah, maka biarkan selam tiga hari. Apabila dalam waktu tiga hari masih ada, maka bunuhlah karena dia ular biasa, bukan ular jelmaan jin. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:

.
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya di Madinah ada seorang jin yang sudah masuk Islam. Apabila kalian melihat sesuatu (maksudnya binatang atau sejenisnya) maka biarkanlah (jangan dibunuh) selama tiga hari. Apabila setalah hari masih ada dan nampak, maka bunuhlah karena dia itu adalah syaithan" (HR. Muslim). Dalam riwayat yang lain;


Artinya: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Ular-ular itu adalah jin yang mengubah rupa dan bentuknya sebagaimana Bani Israil yang berubah bentuk menjadi rupa monyet dan babi" (HR. Thabrany dengan sanad yang sahih). Kelemahan-kelemahan Jin Meskipun jin dan setan memiliki kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, akan tetapi al-Qur'an dengan tegas mengatakan bahwa hakikatnya setan dan tipu dayanya itu adalah lemah. Berikut adalah beberapa macam kelemahan jin , di antaranya: 1. Tidak bisa mengalahkan orang-orang saleh. Bukti bahwa setan atau jin tidak akan dapat mengalahkan orang saleh adalah perkataan setan sendiri ketika berdialog dengan Allah dalam surat al-Hijr ayat 39Artinya: "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. Al- Hijr 15: 39-40). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa yang menyebabkan setan itu dapat menguasai seseorang adalah karena perbuatan dosanya. Ketika seseorang itu dekat dengan Allah, maka setan pun akan lari dan tidak akan pernah berani mendekatinya apalagi menguasainya. 2. Setan takut dan lari oleh sebagian hamba Allah Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya dengan benar serta menancapkan keimanannya dengan tangguh, maka setan pun akan takut dan lari. Hal ini misalnya terdapat pada diri Umar bin Khatab. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Turmu-dzi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar: "Sesungguhnya setan sangat takut olehmu wahai Umar" (HR. Turmudzi).

Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi setan (jin kafir) juga akan takut oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya. Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah hadits berikut ini:

: ?
Artinya: "Sesungguhnyaorang mukminakan dapat mengendalikan (mengalahkan) syaithannya sebagaimana salah seorang dari kalian yang dapat mengendalikan untanya ketika bepergian" (HR. Ahmad). Bahkan, apabila seseorang betul-betul dan terus menerus taat dan shaleh, ia dapat membawa qarinnya (penyertanya, karena setiap manusia itu pasti disertai oleh setan (jin kafir) di sebelah kirinya dan malaikat di sebelah kanannya atau sering disebut dengan qarin) masuk Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:

{ }
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada seorangpun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat". Para sahabat bertanya: "Apakah termasuk Anda juga wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan" (HR. Muslim). 3. Jin takluk dan taat kepada Nabi Sulaiman. Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan jin dan setan sehingga semuanya dapat bekerja atas perintahnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam ayat al-Qur'an berikut ini dalam surat Shad ayat 36-38: Artinya: "Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitansyaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu" (QS. Shad ayat 36-38). Mukjijat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai pengabulan atas doanya yang mengatakan: Artinya: "Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seseorang setalahku" (QS Shad 38:35).

Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah tidak jadi untuk mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka beliau. Dalam sebuah hadits Muslim dikatakan:


" Dari Abu Darda berkata : Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: "Aku berlindung kepada Allah darimu", kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga berkata: "Allah telah melaknatmu" sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai shalat, kami bertanya: "Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Kami juga melihat anda membukakan kedua tangan anda". Rasulullah menjawab: "Barusan Iblis, musuh Allah datang membawa anak panah api untuk ditancapkan di muka saya, lalu aku berkata: "Aku berlindung kepada Allah darimu" sebanyak tiga kali, kemudian saya juga berakata: "Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna" sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya. Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah" (HR. Muslim). 4. Jinatau setan tidak dapat menyerupai Rasulullah Setan dan jin tidak dapat menyerupai bentuk dan muka Rasulullah Saw. Oleh karena itu, apabila seseorang bermimi melihat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka ia sungguh telah melihatnya. Dalam hadits shahih dikatakan:

:
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang bermimpi melihatku, maka dia sungguh telah melihatku, karena setan tidak dapat menyerupaiku" (HR. Muslim). 5. Jin dan setan tidak dapat melewati batas-batas tertentu di langit Sekalipun jin dan setan mempunyai kelebihan dapat bergerak dengan cepat, akan tetapi mereka tidak akan dapat melewati batas-batas yang sudah ditetapkan yang tidak dapat dilalui

selain oleh para malaikat. Karena apabila mereka berani melewatinya, maka mereka akan binasa dan hancur. Karena itu pula, jin tidak dapat mengetahui dan mencuri informasi dari langit sehingga apa yang dibisikkannya ke tukang-tukang ramal dan dukun adalah kebohongan semata. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, dapat dilihat dalam surat al-Rahman ayat 33-35). 6. Jin tidak dapat membuka pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:


Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kuit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian" (HR. Muslim). Takutnya Jin Jin dan manusia memiliki perbedaan derajat. Manusia lebih tinggi derajatnya dari pada jin. Karena itulah sebenarnya jin sangat takut pada manusia. Namun karena jin berhasil menakutnakuti manusia maka manusia menjadi takut pada jin. Sebagai seorang muslim seharusnya kita tidak boleh takut sama jin, tetapi kita pun tidak menangtang jin, namun jika jin mengganggu manusia sudah sewajarnya manusia untuk melawannya,


Artinya: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Ali Imran 3:175).


Artinya: "Mujahid berkata: "Syaithan itu sebenarnya sangat takut oleh salah seorang dari kalian (manusia). Oleh karena itu, apabila kamu mendapatinya, janganlah takut karena kalau takut, ia akan menunggangi kalian (mengganggu), akan tetapi kerasi (kasarilah), pasti ia akan pergi". (Riwayat Ibn Abi Dunya)

Artinya: "Mujahid berkata: "Sesungguhnya setan dan jin kafir itu takut oleh kalian sebagaimana kalian takut oleh mereka" (Riwayat Ibnu Abi Dunya)


Artinya: "Imam Mujahid berkata: "Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba muncul makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk ditangkap. Akan tetapi ia bangun dan lompat ke belakang dinding sehingga saya mendengar jatuhnya. Setelah itu, ia tidak penah datang lagi" (Riwayat Ibnu Abi Dunya). Tertawa dan Menangisnya Jin Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa setan akan tertawa ketika seseorang menguap dengan mengeluarkan suara misalnya; "euuuay" atau "haaaa". Hadits bahwa setan tertawa adalah:

:
Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci nguap. Apabila seseorang bersin lalu mengucapkan al-hamdulillah, maka muslim yang mendengarnya harus mendoakannya. Adapun menguap datangnya dari setan, karenanya tahanlah sedapatmungkin. Apabila ia menguap terus keluar suara "haaa", maka setan akan tertawa" (HR. Bukhari dan lainnya). Sementara setan akan menangis ketika seseorang membaca surat as-Sajdah dan ketika sampai pada ayat sajdahnya yakni ayat yang ke-15, ia melaksanakan Sujud Sajdah. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits

: - - :
Artinya: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila anak Adam membaca surat as-Sajdah kemudian ia sujud sajdah (ketika membaca ayat sajdahnya ayat ke-15), maka setan akan pergi menangis sambil berkata: "Aduh celaka dan sialnya nasibku" Bani Adam diperintah sujud, maka kemudian dia sujud maka baginya syurga, sedangkan aku ketika diperintah sujud aku menolak maka bagiku neraka (HR. Muslim).

JIN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS (Kajian Tematik)

Oleh: Agus Junaedi,M.Ag Bagian Ketiga D. HUBUNGAN JIN DAN MANUSIA Jin Kafir Musuh utama Manusia Asal muasal permusuhan setan dengan manusia berawal sejak Adam diciptakan, bahkan sebelum Adam diciptakan. Permusuhan ini diawali dengan permusuhan antara nenek moyang setan yakni Iblis dengan nenek moyang manusia, Nabi Adam. Iblis pada awalnya makhluk yang taat beribadah kepada Allah sebagaimana malaikat. Akan tetapi ia memiliki perangai sombong dan keangkuhan sehingga tidak mau sujud kepada Nabi Adam. Dengan sombong Iblis mengatakan keengganan sujudnya itu:


Artinya: "Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya (Adam), Engkau telah menciptakan saya dari api sementara Engkau menciptakannya dari tanah" (QS. Al-Araf 7:12). Kesombongannya itulah yang menyebabkan Allah mengusir Iblis dari surga serta melaknat dan membencinya sampai hari kiamat kelak. Akan tetapi, sebelum diusir, iblis meminta satu permohonan kepada Allah untuk diijinkan hidup abadi sampai hari Kiamat datang, dan Allah pun mengabulkannya. Oleh karena itu, iblis sampai sekarang masih hidup dan tidak akan mati sebelum Kiamat terjadi. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah:


Artinya: "Iblis berkata: "Tangguhkanlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh" (QS. Al-A'raf: 1415). Penangguhan kematian iblis ini dimaksudkan agar ia leluasa dalam mengganggu dan menjerumuskan manusia dari jalan yang benar. Dalam al-Qur'an dikatakan, bahwa iblis akan

senantiasa mengganggu dan menjerumuskan manusia dari berbagai lini, mulai dari depan, belakang, sisi kanan, kiri dan sebagainya. Ini artinya, kapanpun dan dimanapun, iblis dan setan akan terus mencari celah untuk dapat menggoda dan menjerumuskan manusia. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah:


Artinya: "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benarbenar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)" (QS. AlAraf 7:16-17). Sedangkan target permusuhan jin kafir (setan) ada dua yaitu target jangka panjang dan target jangka pendek. Adapun target jangka panjang adalah menjerumuskan manusia ke dalam api neraka, hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Fatir ayat 6 Artinya: "Sesungguhnya syaitansyaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (Fathir: 6). Sedangkan misi dan tujuan jangka pendeknya adalah: 1. Menjerumuskan manusia dalam perbuatan syirik dan kufur Syaithan senantiasa mengajak para hamba untuk menyembah selain Allah serta berusaha membuat mereka kufur kepada Allah dan syariatNya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hasyr ayat 16 berikut ini: Artinya: "(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam" (QS. Al-Hasyr:16). Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah Saw suatu hari pernah berkhutbah: Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah memerintahkan saya untuk mengajarkan kepada kalian apa yang kalian belum ketahui yang pada hari ini Allah baru saja mengajarkannya kepada saya. Allah berfirman: "Seluruh harta yang Aku karuniakan kepada hamba adalah halal. Aku menciptakan hamba- hambaKu semuanya suci, bersih dan lurus. Hanya saja, syaithan datang menggoda mereka. Syaithanlah yang memalingkan mereka dari agama mereka yang lurus, syaithan juga yang mengharamkan apa yang Aku halalkan kepada mereka. Mereka juga menganjurkan dan mengajak para hamba untuk menyekutukanKu dengan sesuatu yang Aku sendiri belum menurunkan ilmu kepadanya" (HR. Muslim). 2. Menjerumuskan manusia kepada perbuatan dosa dan durhaka

Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda: Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Ingatlah, bahwasannya syaithan sudah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini. Akan tetapi kalian akan mentaatinya dalam perbuatanperbuatan yang oleh kalian sendiri dipandang hina, dan syaithan akan meridhainya" (HR. Turmudzi dalam Shahih Sunannya). Dalam hadits lain Rasulullah Saw juga bersabda: Artinya: "Jabir berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya syaithan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di daerah Arab, akan tetapi (syaithan akan diikuti) dalam hal memburu dan saling kasar di antar mereka" (HR. Muslim). 3. Menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan Bukan hanya menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan dosa dan durhaka, syaithan juga senantiasa menghalang-halangi manusia dari perbuatan baik dan taat. Dalam sebuah hadits dari Saburah bin Abi Fakih bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya syaithan selalu duduk (menggoda) keturunan Adam di semua sisi dan jalannya. Ia duduk di jalan Islam sambil berkata: "Kamu masuk Islam dan meninggalkan agamamu, agama bapak dan nenek moyangmu, mengapa?" Lalu hamba itu tidak menghiraukannya dan ia tetap masuk Islam. Kemudian syaithan duduk di jalan hijrah sambil berkata: "Mengapa kamu berhijrah se gala sementara kamu meninggalkan tanah air dan hartamu?" Hamba itu tidak mempedulikannya, dan ia pun tetap hijarah. Kemudian syaithan duduk di jalan jihad sambil berakata: "Mengapa kamu hendak berjihad segala, padahal dengan demikian kamu akan mengorbankan harta dan nyawa atau kamu akan terbunuh. Mendingan kamu menikah dengan seorang wanita, lalu berbagi harta dengannya?" Ha mba tadi tidak memperdulikannya, da ia pun tetap berjihad. Rasulullah bersabda kembali: "Barangsiapa yang melakukan hal demikian, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke dalam surga. Barang siapa yang terbunuh (dalam medan perang) atau tenggelam, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke dalam surga" (HR. Nasai). 4. Merusak ketaatan Apabila syaithan tidak dapat menggoda manusia untuk meninggalkan kebaikan dan taat, maka ia tetap akan berusaha menggoda dan menjerumuskan manusia dengan cara merusak ketaatan dan kebaikan tersebut, agar si hamba tidak mendapatkan pahala dari ketaatannya itu. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa Utsman bin alAsh pernah datang ke pada Rasulullah Saw sambil berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya syaithan telah menghalang-halangi antara saya dengan shalat dan membaca (al-Qur'an) saya, dengan cara berwujud dalam wujud Ali".

Mendengar hal itu Rasulullah Saw bersabda: "Syaithan yang mengganggu kamu itu b ernama Khinzib. Apabila kamu merasakan datangnya, maka berlindunglah kepada Allah dari g odaannya dan meludahlah ke sebelah kiri sebanyak tiga kali". Utsman berkata: "Lalu aku melaksana kan petunjuk Rasulullah Saw tadi, sehingga Allah mengusir syaithan itu dari saya" (HR. Muslim). Apabila seseorang melaksanakan shalat, maka syaithan datang membisikkan dan meng godanya dengn cara, menyibukkan dengan berbagai hal, mengingat-ngingat urusan dunia, menghadirkan barang- barang yang hilang sampai membuat orang yang shalat itu ngantuk atau lalai. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dikatakan: Artinya: "Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: "Apabila dipanggil untuk shalat (adzan berkumandang), Syaithan segera membelakangi sambil kentut dengan keras sehingga orang itu tidak mendengar adzan tersebut. Apabila adzan telah selesai, ia segera menghampiriny a. Apabila ia melaksanakan shalat, ia kembali membelakangi sambil membisikkan antara seseorang dengan dirinya. Syaithan itu mengatakan: ingat ini, ingat itu, sehingga ia tidak tahu berapa rakaat dia shalat" (HR. Bukhari Muslim). Tidak sampai di sana, syaithan juga menggoda dengan jalan membisikkan kepada seseorang untuk melewat dihadapan orang yang sedang shalat. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dikatakan, bahwa Shalih as-Samman pernah melihat Abu Said alKhudry pada hari Jumat sedang melaksanakan shalat. Tiba-tiba seorang pemuda dari Bani Mu'ith bermaksud melewat di hadapan Abu Said yang sedang shalat.Abu Said kemudian menahan dan menghalanginya. Pemuda itu kemudian menatap Abu Said, dan kembali mencoba melewatinya, akan tetapi Abu Said kembali menghalanginya dengan lebih keras lagi. Pemuda itu kemudian menghadap kepada Marwan. Marwan kemudian bertanya kepada Abu Said: "Mengapa kamu melakukan hal demikian kepada putra saudaramu ini, wahai Abu Said ?" Abu Said menjawab: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: Artinya: "Apabila seseorang sedang shalat menghadapi sesuatu yang menghalanginya dari orang banyak, lalu seseorang berusaha untuk melewatinya, maka halangilah dia. Apabila ia menolak dan terus hendak melewatinya, maka perangilah dia karena dia itu adalah syaithan" (HR. Bukhari). 5. Menyakiti anggota tubuh dan jiwa manusia Di samping menggoda dan menjerumuskan dari ketaatan, syaithan juga seringkali menyakiti tubuh, anggota fisik dan jiwa manusia. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, berikut dalil-dalil dan kisah-kisah yang membuktikan hal tersebut. a. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah Saw pernah suatu saat ketika sedang melaksanakan shalat, Iblis bermaksud melemparkan anak panah apinya ke wajah Rasulullah Saw, akan tetapi Rasulullah kemudian berlindung kepada Allah sehingga Iblis tersebut dapat

dilumpuhkan sebagaimana telah dipaparkan pada pembahasan tentang kelemahankelemahan jin dan setan pada sub, jin dan setan tunduk dan taat kepada Nabi Sulaiman. b. Untuk menyakiti jiwa seseorang, syaithan juga datang dalam mimpi. Dalam berbagai keterangan dikatakan bahwa syaithan dapat datang menjelma dalam mimpi seseorang dengan cara mengganggu dan menyempitkan hatinya sehingga orang tersebut menjadi sedih dan putus asa. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa mimpi itu ada tiga macam: Artinya: Abu Hurairah berkata: "Mimpi itu ada tiga macam; Mimpi yang berupa kabar gembira yang bersumber dari Allah, mimpi yang merupakan bisikan hati, dan mimpi yang menakutkan yang bersumber dari syaithan" (HR. Ibnu Majah). Dalam hadits lain dikatakan: Artinya: "Abu Said al-Khudri pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:"Apabila seseorang bermimpi yang menyenangkan, maka itu bersumber dari Allah, oleh karenanya bertahmidlah (ucapkanlah alhamdulillah), dan sebutsebutlah dia di hadapan orang lain. Apabila ia bermimpi yang menakutkan atau bermimpi sesuatu yang dibenci, maka ia bersumber dari syaithan, karenanya berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya (ucapkan audzubillah minasyaithan wa sayyiatil ahlam), dan janganlah ia menyebut-nyebutkannya kepada orang lain. Kalau ia berlindung kepada Allah (mengucapkan ta'udz tadi), mak a syaithan itu tidak akan bisa menyakitinya" (HR. Bukhari). c. Membakar rumah Selain menyakiti tubuh dan jiwa, syaithan juga seringkali berbuat jahat berupa menghilangkan harta, kekayaan dan tempat tinggal, berupa membakar rumah.Dalam sebuah hadits dikatakan: Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih). d. Mengganggu orang yang sedang sakaratul maut Syaithan memang musuh yang paling nyata. Semua lini dan sisi, ia terus masuki dengan tujuan dapat menjerumuskan manusia ke dalam kedurhakaan. Bukan saja ketika masih hidup, akan tetapi ketika menjelang ajal sekalipun. Ketika manusia sakaratul maut, syaithan masih menggoda dan mengganggu dengan jalan memukul-mukul dan membisikkan hal-hal keduniawian agar orang yang sedang sakaratul maut tadi tidak mengingat Allah lagi. Oleh karena itu, Rasulullah menganjurkan agar orang yang sedang sakaratul maut ditalqin (dibimbing dengan kalimat-kamimat yang baik) sehingga ketika nyawa dan ruhnya lepas, ia senantiasa mengingat kepada Allah.Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah menganjurkan ummatnya untuk berlindung dari godaan syaithan ketika sakaratul maut tadi dengan membaca doa berikut ini:

Artinya: "Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari bimbangan, kehancuran, tenggelam, kebakaran. Aku juga berlindung kepadaMu dari godaan dan pukulan syaithan ketika sakaratul maut. Aku juga berlindung kepadaMu dari kematian yang lari dari jalanMu, juga dari kematian yang sangat sakit menyengat" (HR.Nasai) e. Menyakiti setiap bayi yang baru lahir Selain yang sedang sakaratul maut, syaithan juga seringkali menyakiti setiap bayi yang baru lahir. Dalam hadits dikatakan: Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: "Setiap keturunan Adam, pas ti disentuh oleh syaithan ketika lahirnya kecuali Siti Maryam dan putranya (Nabi Isa)" (HR. Muslim). Dalam hadits lain dikatakan: Artinya; "Rasulullah saw bersabda: "Setiap keturunan Adam yang lahir pasti dicubit oleh jari-jari syaithan di kedua pinggirnya kecuali Isa putranya Maryam" (HR. Bukhari). Artinya: "Abu Hurairah berkata: "Saya pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada seorangpun bayi yang baru dilahirkan dari keturunan Adam, kecuali ia telah disentuh (dicubit) oleh syaithan sehingga ia lahir sambil berteriak (menangis) karena cubitan syaithan tersebut, kecuali Maryam dan putranya (Nabi Isa)" (HR. Bukhari). Dalam hadits dikatakan, Siti Maryam dan putranya tidak terkena cubitan syaithan karena berkat doa dari ibunya, ibunya Siti Maryam, yang berdoa: Artinya: "(Ibunya Maryam berdoa) dan aku melindungkannya (Siti Maryam) dan keturunannya kepadaMu dari gangguan syaithan yang terkutuk" (QS. Ali Imaran: 36). Apakah hanya Siti Maryam dan putranya yang tidak diganggu oleh syaithan ketika dilahirkan? Jawabannya tidak. Mungkin masih banyak lagi yang juga tidak diganggu oleh syaithan. Dalam hadits lain riwayat Imam Bukhari dikatakan, bahwa Ammar bin Yasir pun termasuk salah seorang yang tidak diganggu dan tidak dicubit ketika ia dilahirkan. f. Menebarkan penyakit Tha'un Syaithan juga seringkali menyebarkan penyakit menular semisal penyakit kulit dan yang lainnya. Akan tetapi hal ini tidak dapat dipahami bahwa semua wabah penyakit menular adalah bersumber dari syaithan. Boleh jadi karena tempat tersebut kotor, tidak bersih. Syaithan hanyalah salah satu faktor penyebab hal itu.Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: Artinya: Rasulullah Saw bersabda: "Penyakit Tha'un dan duri musuh-musuh kalian itu semuanya dari Jin. Ia (jin itu) menyaksikan kalian semua" (HR. Hakim) Bahkan, dalam salah satu keterangan juga dikatakan bahwa darah istihadah juga terkadang dari syaithan. Rasulullah bersabda kepada Hamnah bint Jahsy: "Ini (darah istihadah) adalah kotoran syaithan" (HR. Abu Dawud dan Nasai). Akan tetapi sekali lagi,

tidak berarti bahwa setiap yang mengidap penyakit istihadah, itu bersumber dari syaithan, akan tetapi boleh jadi karena faktor makanan atau hal lainnya. Hanya saja, syaithan juga terkadang menyakiti perempuan dengan jalan istihadah ini. g. Ikut makan, minum dan tinggal bersama manusia Termasuk salah satu menyakiti dan melukai manusia, syaithan juga seringkali ikut serta dengan manusia dalam makan, minum dan tinggal. Hal ini dimaksudkan tentunya agar syaithan lebih leluasa dalam menjerumuskan dan menggoda manusia ke jalan yang sesat Dalam berbagai keterangan dikatakan, ketika seseorang makan, minum dan masuk atau keluar rumah tanpa menyebut nama Allah (tanpa berdoa), maka syaithan akan mengikutinya; ia akan ikut makan, minum dan tidur di rumah. Akan tetapi bagi mereka yang menyebut nama Allah ketika makan, minum dan tidurnya, maka syaithan tidak akan pernah menyentuh makanan, minuman dan tempat tidur atau tempat tinggal orang tersebut. Untuk itu, pantas, kalau Rasulullah Saw senantiasa mengajarkan dan menganjurkan ummatnya untuk selalu membaca doa atau paling tidak menyebut nama Allah dalam setiap gerak geriknya termasuk dalam makan, minum dan tidurnya. Hal ini, bukan saja untu meraup pahala dan mengikuti sunnah Rasulullah Saw, akan tetapi juga demi kebaikan orang tersebut, yakni terhindar dari gangguan jin kafir (syaithan) yang setiap detik berusaha mengganggu dan menjerumuskan manusia dalam kenistaan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah hadits-hadits yang menerangkan tentang hal di atas: 1) Syaithan akan ikut makan dan minum, ketika orang tersebut tidak mengucapkan doa atau tidak menyebut nama Allah terlebih dahulu. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits ayng diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwasannya Hudzaifah berkata: "Kami (para sahabat) apabila berkumpul bersama Rasulullah Saw, lalu dihadirkan makanan kepadanya, kami tidak berani menyentuh makanan tersebut sebelum Rasulullah Saw terlebih dahulu menyentuhnya. Suatu hari, dihidangkan kepada kami makanan tersebut. Tiba-tiba, datang seorang budak perempuan yang sudah tidak sabaran. Begitu melihat makanan di hadapan kami, ia langsung bergegas menghampirinya dan langsung menyodorkan tangannya untuk menyentuh makanan tersebut. Rasulullah Saw kemudian memegang dan menahan tangan budak wanita tadi. Tidak lama dari itu, datang juga seorang arab badewi, juga sama menyodorkan tangannya untuk meraih makanan, akan tetap Rasulullah Saw menahan dan memegang tangannya itu. Rasulullah kemudian bersabda: "Sesungguhnya syaithan akan ikut memakan makanan yang tidak disebutkan nama Allah sebelumnya. Syaithan barusan datang menyertai budak wanita tadi, lalu syaithan itu bermaksud mengambil makanan dengan menggunakan tangan budak wanita itu. Demikian juga, setan datang menyertai orang arab badewi tadi untuk mengambil makanan, dan karena itulah saya pegang dan saya taha n tangan kedua orang tadi. Demi diri ku yang berada pada kekuasaanNya, sesungguhny a tangannya itu (tangan setan) berada pada tangan saya bersama dengan tangan budak wanita tadi" (HR. Muslim). Setan akan merusak kekayaan manusia dan akan tinggal di dalam bejana / lemari yang tidak disebutkan nama Allah sebelumnya. Dalam sebuah hadits dikatakan, untuk menjaga agar setan tidak merusak harta dan tidak ikut masuk ke dalam rumah, sebaiknya ketika menutup pintu, lemari dan lainnya, terlebih dahulu berdoa atau paling tidak menyebut nama Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan:

artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kulit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian" (HR. Muslim). Orang yang makan dan minum sambil berdiri, akan ditemani setan. Dalam berbagai keterangan, Rasulullah menganjurkan ummatnya agar ketika makan dan minum sambil duduk, tidak sambil berdiri. Kecuali ketika minum air zam zam, Rasulullah mensunatkan ummatnya untuk minum sambil berdiri, karena dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa Rasulullah minum air zam zam sambil berdiri. Rasulullah melarang ummatnya untuk meminum atau makan sambil berdiri karena makan dan minumnya akan disertai oleh setan. Berikut ini hadits yang dimaksudkan: Artinya: "Rasulullah suatu hari melihat seorang laki-laki yang minum sambil berdiri. Lalu Rasulullah Saw berkata kepadanya: "Duduklah!" Laki-laki itu menjawab: "Mengapa saya mesti duduk?" Rasulullah Saw menjawab: "Apakah kamu bahagia kalau minum bersama kucing?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak". Rasulullah Saw bersbda kembali: "Sesungguhnya kamu tadi telah minum dengan sesuatu yang jauh lebih jahat dari pada kucing, yaitu setan" (HR. Imam Ahmad, dan Bazzar). Setan ikut masuk ke dalam rumah yang tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuknya. Dalam sebuah hadits dikatakan: Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR. Muslim). h. Masuk ke tubuh manusia. Selain menyakiti badan, jiwa dan menyertai manusia dalam segala gerak dan langkahnya, setan juga seringkali masuk ke tubuh manusia. Dalam istilah Indonesia sering disebut dengan Kesurupan, dan dalam bahasa Sunda dikenal dengan Kaasupan Jurig (dalam bahasa arab ashar'u atau lams al-jin). Sehubungan dengan masalah kesurupan ini, Ibnu Taimiyyah dalam bukunya Majmu al-Fatawa (24/276), berkata: "Para ulama ahli sunnah wal jama'ah sepakat, bahwa jin dapat masuk ke dalam tubuh dan badan manusia. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 275: artinya: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila" (QS. AlBaqarah:275)." Abdullah bin Ahmad bin Hanbal pernah bertanya kepada ayahnya, Ahmad bin Hanbal: "Sesungguhnya orang-orang berkata bahwa jin tidak bisa masuk ke badan orang-

orang yang kesurupan. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Anakku, mereka berkata bohong. Mereka hanya berkata dengan ucapannya sendiri" Ibnu Taimiyyah juga berkata: "Perkataan ini (jin dapat masuk ke dalam tubuh manusia) adalah perkataan yang masyhur (dikenal oleh semua ulama). Orang yan g kemasukkan jin (kesurupan) tidak akan merasakan sakit ketika dipukul, kata-katanya akan ngelantur. Orang yang kemasukan jin ini akan menampakkan banyak keanehan,mulai dari bicara dan gerakannya. Seolaholah yang berkata dan bergerak itu adalah orang tersebut (orang yang kesurupannya), padahal hakikatnya adalah jenis lain, bukan manusia (yaitu jin)". Bahkan, Ibnu Taymiyyah masih dalam al-Majmu'nya mengatakan: "Tidak ada seorangpun ulama yagn mengingkari bahwa jin dapat memasuki tubuh manusia yang lalai mengingat Allah. Barangsiapa yang mengingkari hal ini dan mengatakan bahwa syara' tidak mengakui hal demikian, maka sungguh dia telah mendustai syara itu sendiri. Tidak ada dalam dalil-dalil syara yang menolak hal itu (tidak ada dalil satu pun yang mengingakari bahwa jin dapat masuk ke tubuh manusia yang kesurupan). Mereka yang mengingkari hal ini hanyalah sekelompok kecil dari golongan Mu'tazilah yakni Imam Al-Jubai dan Abu Bakar ar-Razi. Kiat-kiat menghadapi gangguan Jin Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa jin (setan) senantiasa mengganggu dan "menyerang" manusia khususnya orang mukmin dari berbagai sisi dan dalam berbagai keadaan. Untuk itu, agar usaha mereka tidak berhasil dan dapat dipatahkan, maka seorang mukmin harus mempunyai "senjata" khusus dalam menghadapi mereka. Di antara "senjata" yang harus dipegang seorang mukmin dalam melawan "serangan" setan ini, adalah sebagai berikut: 1. Berlindung dan memohon bantuan hanya kepada Allah Swt. Mengenai "senjata" ini, Allah telah berfirman dalam surat al-A'raf ayat 199-200: Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orangorang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah .Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Araf: 199-200). Adapun keadan atau situasi yang memungkinkan adanya gangguan jin adalah sebagai berikut; a. Ketika masuk WC Rasulullah Saw menganjurkan agar setiap kali masuk ke WC, terlebih dahulu membaca doa sebagai permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan lakilaki dan setan perempuan. Hal ini sebagaimana tertuang dalam hadits berikut ini: Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma Inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku

berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'I, Ibnu Majah dan Ahmad). b. Ketika marah

laki-

Ketika seseorang marah, maka setan akan dengan mudah masuk dan menggodanya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw mengajarkan bahwa ketika seseorang marah, hendaklah ia membaca ta'udz; audzubillahi minasyaithanir rajim. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits berikut ini: Artinya: "Dari Sulaiman bin Shurad berkata: "Ada dua orang saling memaki di hada pan Rasulullah, saat itu kami sedang duduk di sampingnya. Salah seorang dari keduanya memaki temannya dengan sangat marah sehingga tampak mukanya memar merah. Rasulullah Saw kemudian bersabda: "Sesungguhnya saya mengetahui sebuah kalimat yang apabila diucapkan, maka marah kalian akan hilang, yaitu: Audzu billah minas syaithanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)" (HR. Bukhari Muslim). c. Ketika berhubungan badan suami isteri Rasulullah Saw juga menganjurkan agar sebelum melaksanakan hubungan badan, terlebih dahulu berdoa dan berlindung kepada Allah dari godaan setan. Dalam sebuah hadits dikatakan: Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian hendak meng gauli isterinya kemudian sebelum menggaulinya ia membaca doa: "Bismillah, allahumma jannibnaas syaithan wa jannibis syaithana ma razaqtana" (Dengan menyebut nama Allah, ya Alla h jauhkanlah kami dari gangguan dan godaan setan serta jauhkanlah setan itu dari apa yang akan Eukau anugerahkan kepada kami (anak), maka apabila dari hubungan tersebut ditakdi rkan membuahkan seorang anak, maka anak itu tidak akan diganggu oleh setan selamanya" (HR. Muttafaq 'alaih). d. Ketika turun dari lembah atau dari rumah Rasulullah Saw mengajarkan bahwa apabila seseorang keluar dari rumah, atau melewati lembah, tempat angker hendaklah membaca doa sebagaimana tercantum dalam hadits berikut: Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Kalau saja seseorang di antara kalian keluar rumah lalu berdoa: Audzu bikalimatillahit tammati min syarri ma khalaq (Aku berlindung kepada Allah dengan perantaraan kalimah Allah yang sempurna dari kejahatan makhluknya), maka ia tidak akan diganggu sedikitpun sejak ia berada di rumah itu sampai ia meninggalkannya" (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih). e. Ketika mendengar ringkikan keledai Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Apabila kalian mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar ringkikan keledai, berlindun glah kepada Allah dari godaan dan tipu daya syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan". (HR. Bukhari Muslim). f. Ketika hendak membaca al-Qur'an Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 98-99: Artinya: "Apabila kamu membaca Al-Qur`an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang- orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya" (QS. An-Nahl: 98-99). 2. Senjata kedua adalah memohonkan perlindungan kepada Allah untuk keluarga dan seluruh keturunan Dalam sebuah hadits dikatakan: Artinya: "Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Saw pernah memohonkan perlindungan untuk Hasan dan Husain (cucu beliau) dengan mengatakan: U'idzukuma bikalimatillahit tammah min kulli syaithan wa hammah wa min kulli 'ainin laammah (Aku memohon perlindungan untuk kamu berdua dengan perantaraan kalimah Allah yang sempurna dari semua kejahatan setan dan semua hawa nafsu, juga dari semua kejahatan mata yang penuh dengki)". Rasulullah Saw kemudian bersabda kembali: "Sesungguhnya nenek moyang kalian berdua (maksudnya Nabi Ibrahim) juga pernah memohonkan perlindungan untuk kedua putranya Ismail dan Ishak" (HR. Bukhari). 3. Senantiasa menyibukkan diri untuk terus berdzikir kepada Allah Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Yahya memerintahkan Bani Israil untuk melakukan lima hal. Salah satunya adalah dzikrullah, karena seseorang tidak dapat menjaga dirinya dari godaan setan, melainkan dengan dzikir kepada Allah (mengingat Allah). Dalam al-Qur'an surat al-Araf ayat 201 Allah berfirman: Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahankesalahannya" (QS. Al- Araf: 201) Metode pengusiran Jin

Hikayat Dialog Iblis Dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala

Oleh : Agus Junaedi, M.Ag

Disebutkan dalam kitab kanzul Umal juz 16 hal. 98 Sebuah hadits yang bersumber riwayat Ibnu Abi Dunya dalam tipudaya -tipudaya syaitan, Ibnu Jarir, ibnu Murdawaih dari Abu Umamah:

: ! : : : : : : : : : : : : : : " . : : : : ." -
Sesungguhnya Iblis ketika diturunkan ke bumi, dia bertanya kepada Allah sebagai berikut : 1. Iblis bertanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Ya Tuhanku! Engkau telah menurunkanku ke dunia dan menjadikan aku terkutuk, maka dimanakah tempat kediamanku." Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai iblis! tempat kediamanmu ialah bilik air (tandas)." 2. Iblis berkata:"Ya Tuhanku! dimanakah tempat bagiku berkumpul?." Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai iblis! tempatmu berkumpul ialah di pasar-pasar, tampattempat hiburan (pusat membelanjaan atau Mall, kelab malam, pesta-pesta, majlis maksiat) dan sebagainya."

3. Kata iblis:"Wahai Tuhanku!, apakah makanan untukku?. "Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai iblis, makanan untukmu ialah sesuatu yang tidak disebut nama Allah." 4. Kata iblis: "Wahai Tuhanku!, apakah minuman untukku? "Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai iblis, minuman untukmu ialah sesuatu yang memabukkan dan yang tidak dimulai dengan nama Allah." 5. Iblis bertanya lagi: "Wahai Tuhanku! apakah azanku untuk mengumpul orang?". Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai iblis, azan untuk mu ialah seruling." 6. Iblis berkata lagi:"Ya Tuhanku! Tunjukkanlah padaku apakah bahan bacaanku?" Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai Iblis, bahan bacaanmu ialah syair (sajak, lagu, puisi yang melalaikan manusia dari mengingat Tuhan). 7. Kata iblis:"Ya Tuhanku! Apakah tulisan bagiku?." Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai iblis, tulisanmu adalah tulisan gincu yang palsu dibadan, (seperti gincu, tato, tahi lalat yang diada-adakan dan yang lebih kurang sama dengannya). 8. Iblis berkata:"Wahai Tuhanku! apakah cerita-cerita bagiku?". Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Cerita-cerita bagimu adalah kata-kata dusta (bohong atau yang berkaitan dengannya)". 9. Tanya iblis lagi: "Ya Tuhanku! siapakah yang menjadi utusan bagiku?". Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Wahai iblis para utusanmu ialah terdiri dari dukun (peramal nasib), ataupun yang lebih kurang sama dengannya." 10. kata iblis: "Wahai Tuhanku! Apakah perangkap bagiku?." Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Wahai iblis, perangkap untukmu ialah wanita-wanita." Dialog ini dikuatkan Dalam riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Abbas;

: ! : : .
Telah bertanya Iblis Kepada Tuhannya : Ya Tuhanku ! ;" Engkau telah menempatkan Adam, dan aku tahu dia memiliki kitab dan utusan, Ya Allah Apakah kitab mereka dan utusan mereka ? Allah menjawab :" Rasul-rasul mereka adalah malaikat dan mereka bersama para nabi, kitab mereka Taurat, injil, Zabur dan Al-Qur'an, Sedangkan kitab kamu adalah tulisan gincu yang palsu dibadan (tato) bacaanmu syair, utusanmu dukun, makananmu apa-apa yang tidak disebut nama Allah, minumanmu setiap yang memabukan, teman karibmu para pembohong, rumahmu setiap tempat yang kotor dan bau , umpanmu wanita binal, penyerumu alat-alat music, dan masjidmu adalah pasar" (H.R Thabrani)

Dari hadits diatas, maka ada 10 perangkap Iblis (talbis) yang disiapkan untuk senantiasa menyeret manusia sesat dan melakukan kemaksiatan yaitu; 1. Tempat-tempat kotor 2. Pasar-pasar atau pusat perbelanjaan, Mall 3. Makanan yang tidak membaca Basmalah pada waktu memakannya apalagi makananmakanan yang haram 4. Minuman yang memabukan 5. Memainkan alat-alat musik 6. Mendengarkan syair, atau sejenisnya 7. Tato 8. Perkataan dusta/bohong 9. Dukun, mentalis, peramal dll. 10. Wanita binal/seksi Inilah yang kita saksikan sekarang, bagaimana iblis telah berhasil menyeret kebanyakan manusia supaya menjadi sesat dan menjadi penghuni neraka sa'ir sebagai mana sesumbar Iblis dihadapan Tuhannya ( Allah)

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, (Al-Araf :16)


kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Al-Araf :17)


Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (al-Hijr:39)

kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (al-Hijr :40) Mudah-mudahan jadi renungan !

Anda mungkin juga menyukai