Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum wr wb,

Saya Rahmanisa Gitavashti dan Nadine Humaira dari Kelas 5A akan membawakan cerita: “Kisah Nabi Nuh”
Selamat menyaksikan!!

Nabi Nuh adalah nabi ke-3. Beliau keturunan ke-10 dari Nabi Adam. Nabi Nuh hidup di tengah kaumnya yang
menyembah berhala. Mereka percaya berhala-berhala itu dapat memberikan pertolongan dan apa pun yang
mereka minta.
Allah mengutus Nabi Nuh as sebagai rasul dengan menganugerahkan kecerdasan, lidah yang fasih, lemah
lembut, pandai bersyukur, bijaksana, mahir berargumentasi dan memiliki kesabaran yang tinggi.

Nabi Nuh mengajak kaumnya untuk menyembah Allah. Namun, kaum nabi Nuh menolak dakwah beliau, kecuali
hanya sedikit yang mau mengikutinya.
“Hai Nuh, kamu manusia seperti kami. Jika Tuhan yang kau sembah itu benar, tentu Dia akan mengirimkan rasul
yang berwujud malaikat.” kata kaum kufur.
“Bagaimana mungkin kami menyembah Tuhan yang sama dengan Tuhanmu dan para pengikutmu. Kami orang-
orang terhormat, sedangkan mereka orang-orang miskin dan bodoh.” ujar para pembesar kaum kufur. Mereka
sangatlah sombong.

Mendengar bantahan itu, Nabi Nuh menjawab.” Agama yang kubawa tidak membedakan manusia karena
kedudukannya. Kita semua sama di sisi Allah.”
“Jika kamu ingin kami mengikutimu, tinggakanlah pengikutmu yang miskin dan bodoh itu, lalu bergabunglah
bersama kami.” ucap para saudagar sombong itu kemudian.
Mendengar permintaan itu, Nabi Nuh menolak. Bagi Nabi Nuh, orang-orang yang lemah yang mau beriman jauh
lebih baik daripada orang-orang terhormat, namun hatinya sekeras batu untuk menerima kebenaran firman
Tuhan.
Perdebatan itu terus terjadi sepanjang Nabi Nuh bedakwah yaitu selama 950 tahun.

Lalu, kaumnya menantang,” Hai Nuh, kita telah lama saling berbantahan. Datangkanlah azab yang kau
ancamkan jika memang kamu memang benar.”
Semula, Nabi Nuh bersabar atas kelakuan kaumnya. Bahkan salah satu putra beliau sendiri, Kan’an, tidak mau
beriman. Namun, semakin hari Nabi Nuh semakin sedih. Lalu Allah menghibur beliau dengan mengatakan
bahwa hidayah milik Allah, bukan milik Nabi Nuh.
“Buatlah perahu dengan pengawasan dan petunjuk-ku dan janganlah kau bicarakan orang-orang zalim itu
dengan-ku. Mereka semua akan ditenggelamkan.” Allah berfirman kepada Nabi Nuh.
Nabi Nuh dan pengikutnya mematuhi perintah itu. Mereka membuat bahtera yang besar. Kaum kufur kembali
berulah. Mereka mencemooh Nabi Nuh dan pengikutnya.
“Hai Nuh, kemarin engkau mengaku dirimu nabi. Sekarang kau menjadi tukang kayu.” ejek mereka.
“Apa kau tidak waras lagi, wahai Nuh? Dimanakah akan kau jalankan bahteramu, sedang sekarang musim
kemarau? Apakah kau akan menerbangkannya ke angkasa?” ejek yang lain.

Nabi Nuh menjadi bahan tertawaan. Namun, beliau tetap bersabar dan melanjutkan pekerjaanya.
Azab yang dijanjikan Allah benar-benar tiba. Mendung hitam bergulung-gulung di langit. Petir menggelegar
menyambar-nyambar. Lalu, hujan turun dengan sangat deras. Sumber-sumber air pun memuntahkan airnya
hingga perlahan-lahan daratan tenggelam. Nabi Nuh dan kaumnya beserta binatang-binatang naik ke bahtera.
Ketika air semakin tinggi, Nabi Nuh melihat Kan’an sedang berenang ke sana kemari untuk menyelamatkan diri.
“Anakku naiklah ke atas perahu janganlah engkau bersama dengan orang-orang kafir.” Ajak Nabi Nuh.
“Tinggalkan aku! Aku akan berlindung di gunung yang tinggi.” jawab Kan’an.
“Anakku, hari ini tidak ada yang bisa melindungimu dari azab kecuali Allah.” ujar Nabi Nuh.

Namun Kan’an tidak mau mendengar nasihat ayahnya. Dia naik keatas gunung agar terlindung dari air bah.
Namun usahanya hanya sia-sia karena air pun menggulung gunung yang di tuju Kan’an.
Alangkah sedih hati Nabi Nuh melihat nasib Kan’an dan juga kaumnya. Dengan hati yang pilu, beliau bersama
kaum beriman berlayar meninggalkan tanah mereka. Ketika banjir telah surut, bahtera Nabi Nuh berlabuh di
gunung judi, di wilayah Armenia.
Nabi Nuh beserta ketiga putranya yang lain yaitu Sam, Ham dan Yafitz selamat. Kelak, ketiganya menurunkan
warna kulit yang berbeda, yaitu putih, hitam dan kecoklatan. Di tempat baru itulah Nabi Nuh beserta kaum
beriman turun dan membangun kehidupan yang baru.
Sekian cerita dari kami, wassalamualaikum wr wb..

Anda mungkin juga menyukai