Anda di halaman 1dari 4

Misi kenabian Nuh AS sebagai pendidik untuk menyampaikan risalah Allah SWT, bukan

berusaha meraih keunggulan atas kaumnya dan bukan mencari keuntungan pribadi
seperti status, kekuasaan dan kekayaan. Dakwahnya semata-mata dilakukan hanya
untuk mengharap rida Allah SWT.

Nabi Nuh AS merupakan salah satu dari lima nabi yang mendapat gelar ulul azmi, yaitu
termasuk nabi dan rasul pilihan karena ketabahan dan keteguhan hati yang luar biasa.
Bahkan Nabi Nuh AS berdakwah selama 950 tahun. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an,
Allah SWT berfirman:

Artinya:

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di
antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir
besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim (QS. Al Ankabut (29): 14)."

Meski keadaan umat Nabi Nuh AS penuh dengan kekufuran, tetapi Nabi Nuh AS tetap
berusaha untuk menyampaikan risalah yang telah diberikan Allah SWT kepadanya
untuk disampaikan kepada umat dengan segenap kemampuannya. Dalam
meyampaikan dakwahnya, Nabi Nuh AS menyampaikannya dengan penuh bijaksana
dan tutur bahasa yang halus, meskipun umatnya banyak yang membangkang termasuk
salah satu anaknya, Kan'an.

Kisah Nabi Nuh


Nabi Nuh AS diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan tauhid pada Bani Rasib yang
pada saat itu terjerumus ke dalam kesyirikan, seperti menyembah berhala berupa
patung-patung, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.

Bani Rasib sendiri awalnya adalah kaum yang beriman kepada Allah SWT. Di antara
mereka ada lima laki-laki saleh yang jadi panutan dan sangat dihormati oleh penduduk
sekitar. Kelima orang tersebut bernama Wadd, Suwaa', Yaghut, Yauq, dan Nasr.

Suatu waktu kelimanya meninggal, orang-orang Bani Rasib merasa kehilangan,


sehingga mereka berinisiatif membuatkan patung atau berhala. Namun, semakin lama,
perlakuan Bani Rasib semakin menyimpang, yang menjadikan patung-patung tersebut
sesembahan. Bahkan, hingga beberapa generasi, mereka telah jauh dari ajaran Allah
SWT.

Nabi Nuh AS hidup di antara mereka untuk memberi peringatan supaya kembali
beriman kepada Allah SWT. Akan tetapi, ajakan Nabi Nuh AS tidak membuahkan hasil.
Bahkan mereka semakin tenggelam pada kesesatan dan kesombongan.

Orang-orang Bani Rasib juga menghina dan mencemooh dakwah yang dilakukan oleh
Nabi Nuh AS dan pengikutnya yang beriman. Tantangan berdakwah Nabi Nuh AS
makin berat. Hingga akhirnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat
bahtera atau kapal yang sangat besar.

Powered By

Baca Juga :Kisah Nabi Musa AS yang Bisa Dijadikan Teladan untuk Buah
Hati

Bahtera Nabi Nuh


Nabi Nuh AS senantiasa mengembalikan segala sesuatu kepada Allah SWT. Dia
bertawakal kepada Allah SWT setelah berbagai upaya yang telah dilakukannya.
Manusia hanya berusaha sekuat kemampuan, sedangkan keberhasilan atau kegagalan
kembali kepada Allah SWT.

Dakwah yang dilakukan Nabi Nuh AS, baik secara terang-terangan maupun diam-diam
tidak mendapat sambutan yang baik dari penduduk Bani Rasib. Bahkan, mereka
mengejek dan menghina Nabi Nuh AS sebagai seorang pendusta.
Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat bahtera untuk
mengangkut orang yang beriman beserta sepasang hewan. Allah SWT menyebut
orang-orang yang tidak beriman tersebut akan ditenggelamkan.

Hal ini dijelaskan dalam sejumlah surat di Al-Qur'an, salah satunya dalam surat Yunus
ayat 73, di mana Allah SWT berfirman:

Artinya:

"Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan
Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu (QS.
Yunus (10): 73)."

Atas perintah itu, Nabi Nuh AS mengumpulkan pengikutnya dan bahu membahu untuk
membuat bahtera dari kayu sepanjang hari dalam beberapa tahun. Selama proses
pembuatan bahtera, kerja keras Nabi Nuh AS dan pengikutnya ini juga mendapat
cemooh dari orang-orang Bani Rasib, yang enggan untuk beriman.

Setelah bahtera itu selesai dibuat dan tanda banjir besar bakal datang, Nabi Nuh AS
memerintahkan pengikutnya untuk naik ke kapal. Tak lama kemudian, langit semakin
mendung, hujan pun turun dengan lebat disertai dengan kilat dan angin kencang.
Perlahan, air bah pun mulai menenggelamkan daratan hingga membinasakan
penduduk Bani Rasib yang ikut tenggelam dengan kekufuran, termasuk istri dan
anaknya yang durhaka.

Sebelum peristiwa tersebut terjadi, Nabi Nuh AS sempat mengajak istri dan putranya
yang durhaka untuk naik ke bahtera, namun mereka menolak. Nabi Nuh AS pun
meminta ampun kepada Allah dan mengiklashkan keluarganya masuk dalam golongan
kafir. Sementara setelah air surut, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh untuk turun dan
memulai kehidupan baru.

Dari kisah Nabi Nuh AS, Bunda bisa mengajarkan kepada buah hati tentang kesabaran
dan keteguhan Nabi Nuh AS dalam beribadah kepada Allah SWT. Selain itu, janji Allah
adalah benar dan akan menyelamatkan umatnya yang bertakwa.

Pimpinan pesantren Al Afifiyah, KH Wahyu Afif Al-Ghafiqi mengatakan bahwa ketika


mengalami ujian dari Allah SWT, selamat atau tidaknya seseorang tergantung rahmat
Allah SWT, bukan karena keturunan atau anak Nabi.

Anda mungkin juga menyukai