Anda di halaman 1dari 3

Kisah nabi musa

Raja Firaun itu dikenal sebagai pemimpin yang sewenang-wenang menindas


penduduknya, sombong, suka memperbudak dan memecah belah penduduknya, serta
mempekerjakan penduduknya dengan kerja paksa.

Suatu kali Firaun pernah bermimpi ada api yang datang dari Baitul Maqdis yang
membakar Negeri Mesir, kecuali rumah-rumah kaum Bani Israil. Akibat mimpi itu,
Firaun mengumpulkan para peramal dan ahli sihir untuk menanyakan arti mimpi
tersebut.

Para peramal pun mengartikan mimpi itu bahwa akan lahir seorang bayi laki-laki dari
keturunan Bani Israil yang akan membinasakan penduduk Mesir. Mendengarnya,
Firaun jadi merasa sangat ketakutan. Ia akhirnya memerintahkan apabila ada bayi laki-
laki yang lahir dari kalangan Bani Israil untuk segera dibunuh.

Dan Musa lahir pada saat perintah pembunuhan terhadap bayi laki-laki berlangsung.
Ibunya yang takut dengan keselamatan anaknya itu memilih menjauh dan mencari
tempat yang aman dari jangkauan tentara Firaun.

Baca Juga :Cara Menyenangkan Mengenalkan Nama 25 Nabi dan Rasul


Sejak Dini

Allah SWT mengilhami ibu Musa untuk menyusuinya dan meletakkannya di dalam peti
kemudian di taruh ke sungai. Dalam sebuah surah, Allah berfirman: “Dan Kami
ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya
maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
(pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (QS. Al Qashash: 7).

Bayi Musa yang ada di dalam peti itu pun akhirnya terbawa arus sungai Nil dan
terbawa ke istana Firaun. Kemudian ditemukan istri Firaun yang bernama Asiyah. Ia
begitu ingin merawat dan menjaga bayi laki-laki itu dengan meminta izin ke suaminya.
“(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya,
mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak.” (QS. Al
Qashash:9).

Mendengar permintaan sang istri, Firaun menyetujui dengan tidak membunuh bayi
tersebut dan mengangkatnya menjadi anak.

Asiyah istri Firaun berpikir anak tersebut perlu disusui sehingga menghadirkan
beberapa ibu susu untuk menyusui bayi Musa. Sayangnya, bayi Musa menolak
pemberian susu ibu-ibu tersebut.

Ibu kandung Nabi Musa yang mengetahui berita anaknya di istana segera ke istana dan
langsung menyusui anaknya.

Ketika sudah dewasa, Nabi Musa dan para pengikutnya begitu bersabar menghadapi
raja Firaun selama bertahun-tahun. Bahkan, Firaun begitu sombong mengaku dirinya
Tuhan.

Nabi Musa dan para pengikutnya akhirnya memutuskan keluar dari Mesir dan menuju
Syam atas perintah Allah SWT. Kemarahan Firaun semakin memuncak ketika
mendengarnya. Ia mempersiapkan pasukan tentara untuk mengejar Nabi Musa dan
para pengikutnya.

Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa, "pergilah pada malam hari sebab
pasti kamu akan dikejar." Kemudian Firaun mengirimkan orang ke kota-kota untuk
mengumpulkan (bala tentaranya). (QS. Asy-Syu'ara: 52-53).

Dalam pengejaran itu, pasukan Firaun hampir menyusul Nabi Musa dan pengikutnya,
padahal di hadapan mereka tertutup lautan. Mereka diliputi kepanikan ketika sampai di
pinggir laut. Maka Allah SWT memerintahkan Nabi Musa As memukulkan tongkatnya
dan terbentanglah jalan di tengah lautan untuk melanjutkan pelarian.

Nabi Musa berkata, "Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku besertaku,
kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (QS:Asy-Syu‟ara Ayat: 62).
Pada saat itu keadaan benar-benar genting dan terhimpit dialami Nabi Musa dan
pengikutnya. Namun dengan segala kekuatan iman yang dimiliki, Nabi Musa berusaha
menenangkan para pengikutnya. Setelah itu turunlah wahyu Allah SWT kepada Musa.

“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap
belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS:Asy-Syu‟ara Ayat: 63).

Setelah lautan terbelah, Nabi Musa dan para pengikutnya bisa menyeberangi lautan
dengan selamat. Setelah itu Laut Merah kembali ke keadaan semula dan
menenggelamkan Firaun beserta bala tentaranya yang masih berada di tengah lautan.

“Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami
tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan
mereka tidak beriman.” (QS:Asy-Syu‟araa Ayat: 65-67)

Nabi Musa As kemudian mendapat wahyu berupa kitab Taurat usai diselamatkan dari
kejaran Firaun beserta bala tentaranya dan setelah melewati puasa selama 30 hari di
bulan Dzulqa'dah.

"Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga
puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi),
lalu sempurnalah waktu yang telah ditentukan Rabbnya empat puluh malam. Dan
berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun, „Gantikanlah aku dalam (memimpin)
kaumku, perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat
kerusakan‟." (QS. Al-A‟raf: 142).

Anda mungkin juga menyukai