Nabi Musa dilahirkan di Negeri Mesir pada masa pemerintahan Raja Firaun,
ibunya bernama Yukabad dan ayahnya bernama Imran bin Yashar. Raja
Firaun seorang Raja yang lalim dan kejam. Waktu itu dikeluarkan undangundang apabila ada bayi lahir laki-laki, harus dibunuh dan apabila lahir bayi
wanita dibiarkan hidup saja. Ketika Musa lahir, ibunya takut sekali, ia
khawatir Musa akan dibunuh tetapi Allah SWT memberikan ilham agar bayi
itu ditaruh di dalam peti kemudian dihanyutkan ke sungai Nil. Akhirnya, peti
yang berisi bayi itu ditemukan oleh Asyiyah istri Firaun. Asyiyah memohon
kepada suaminya agar bayi itu tidak dibunuh, tetapi dijadikan anak angkat
saja.
2.
3.
4.
SWT.
Firaun menantang adu kekuatan. Maka pada hari yang disepakati keduanya
bertemu kembali. Firaun memanggil ahli sihirnya yang dapat mengubah
tongkat menjadi ular ukuran normal. Nabi Musa as melempar tongkatnya
hingga berubah menjadi ular raksasa dan melahap semua ular milik ahli
sihir. Tampaklah kekuasaan Allah, maka ahli sihir itu membenarkan Musa dan
beriman kepada Allah swt. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Asy-Syuaraa: 1851.
6. Nabi Musa as dikhianati berkali-kali oleh kaumnya
Musa melanjutkan dakwahnya. Firaun semakin berang, sehingga
penyiksaannya terhadap bani Israil semakin menjadi-jadi. Tentang hal ini bisa
dilihat pada QS. Al-Araaf : 127-129 serta QS. Al-Mukmin : 28 33 dan 38
45.
Nabi Musa as memohon kepada Allah swt agar kaumnya diberikan bencana
supaya mereka sadar akan kekuasaan Allah swt. Doa itu dikabulkan. Badai
angin topan datang, banjir besar melanda Mesir. Orang-orang berduyunduyun mendatanginya untuk meminta pertolongan dengan berjanji bahwa
mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika badai telah berlalu
dan mereka dapat bercocok tanam kembali, mereka berpaling dari Allah swt.
Lalu ladang mereka diserbu belalang sehingga gagal panen. Orang-orang
berduyun-duyun mendatanginya lagi untuk meminta pertolongan dengan
berjanji bahwa mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika
belalang telah pergi dan mereka memperoleh hasil panen yang melimpah,
mereka berpaling dari Allah swt. Lalu lumbung makanan mereka diserbu
kutu sehingga hasil panen mereka rusak. Orang-orang berduyun-duyun
mendatanginya lagi untuk meminta pertolongan dengan berjanji bahwa
mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika kutu telah pergi dan
mereka dapat menikmati hasil panen, mereka berpaling dari Allah swt. Lalu
ribuan katak menyerbu rumah, ladang, dan sumur sehingga mereka tidak
dapat hidup tenang. Orang-orang berduyun-duyun mendatanginya lagi untuk
meminta pertolongan dengan berjanji bahwa mereka akan beriman kepada
Allah swt. Namun ketika katak telah pergi dan mereka dapat hidup tenang,
mereka berpaling dari Allah swt. Lalu tiba-tiba semua yang hendak mereka
makan dan minum selalu berubah menjadi darah. Orang-orang berduyunduyun mendatanginya lagi untuk meminta pertolongan dengan berjanji
bahwa mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika hukuman Allah
swt telah dicabut dari mereka, kembali mereka berpaling dari Allah swt.
Sebaliknya, mereka berkata bahwa Nabi Musa as adalah seorang penyihir
yang handal karena dapat melakukan banyak musibah serta menangani
musibah yang mereka alami. Kisah ini bisa dibaca pada QS. Al-Mukmin: 26,
Az-Zukhruf: 51-54, Yunus: 88-89, dan Al-Araaf: 130-135.
7.Nabi Musa as dikejar Firaun dan tentaranya hingga mentok di Laut Merah
Semakin hari, semakin berat siksaan Firaun atas Bani Israil. Terlebih, orangorang kafir juga berharap dirinya dan pengikutnya pergi dari negeri mereka.
Maka Bani Israil mendatangi Nabi Musa as untuk meminta membawa mereka
keluar dari Mesir. Pada malam hari Nabi Musa as bersama bani Israil pergi
meninggalkan Mesir. Firaun, pasukannya, dan orang-orang kafir ternyata
membuntuti mereka dengan niat membunuh mereka.
Tiba di Laut Merah, seakan mereka hendak tersusul. Mereka tidak dapat
berbalik ke belakang karena di sana ada Firaun dan bala tentaranya. Mereka
tidak dapat melanjutkan lari ke depan karena di sana adalah lautan luas.
Lalu Nabi Musa as memukulkan tongkatnya ke laut sesuai perintah Allah swt.
Laut itu terbelah sehingga Bani Israil dapat melewatinya. Firaun yang terus
mengejar akhirnya mati tenggelam karena air laut kembali seperti semula
ketika Nabi Musa as memukulkan kembali tongkatnya ke laut. Kisah ini dapat
dilihat pada QS. Taha: 77-79, Asy-Syuaraa: 60-68, dan Yunus:90-92.
8. Nabi Musa as menghadapi kaum yang bebal
Sebelum tiba di tanah yang dijanjikan, Bani Israil melihat kaum yang
menyembah berhala sehingga mereka meminta kepada Nabi Musa as untuk
dibuatkan patung seperti itu. Tentulah hati Nabi Musa as sedih karena
kaumnya yang baru saja menerima pertolongan dari Allah swt justru segera
berbalik dan hendak menyembah berhala kembali. Kisah ini ada pada QS. AlAraaf: 138- 140 dan 160, serta QS. Al-Baqarah: 61.
Nabi Musa as kemudian bermunajat kepada Allah untuk mendapat kitab
pedoman hidup. Ia mengajak 70 orang pilihan dan meninggalkan
sebagiannya bersama saudaranya yang juga seorang nabi, Harun. Ia
bergegas menuju bukit Thur, mendahului 70 orang kaumnya. Setibanya di
bukit Thur, Nabi Musa as diberi keistimewaan melihat Dzat Allah dan
mendapatkan kitab Taurat. Kisah ini bisa dilihat pada QS. Taha: 83-84 dan
QS. Al-Araaf: 142-145.
Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah
dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan
Nabi Musa as.M aka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah
berkatalah mereka kepadanya: Kami tidak akan beriman kepadamu
sebelum kami melihat Allah dengan terang. Dan sebagai jawaban atas
keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah
seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut
nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa yang merasa sedih akan nasib kaumnya, berseru memohon
kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata, Wahai Tuhanku,
aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara
kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan
mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah
kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan
atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu.
Allah memperkenankan doa tersebut. Kemudian pada kesempatan itu Nabi
Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan berpegang teguh
kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perintaperintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya. Kisah ini dapat
dibaca pada QS. Taha: 85-98, Al-Araf: 149, 151, 154, 155, dan Al-Baqarah:
55, 56, 63 dan 64.
Nabi Musa as kembali kepada kaumnya. Namun alangkah kaget dirinya
ketika mendapati kaumnya kembali menyembah berhala berupa patung
anak lembu. Ia bahkan sempat menyalahkan Nabi Harun as. Maka turun
perintah Allah swt untuk berqurban sapi agar hilang penghambaan mereka
kepada hewan tersebut. Kini kita dapati surat terpanjang di dalam Al-Quran
adalah Al-Baqarah yang artinya sapi betina.
Bani Israil yang keras kepala juga menolak perintah untuk memasuki tanah
Palestina karena di sana terdapat kaum Kanaan yang lebih kuat dari mereka.
Akibatnya, mereka mengembara tak tentu arah selama 40 tahun. Kisah ini
dapat dibaca pada QS. Al-Maidah: 20 26.
9.Nabi Musa as sempat terkena godaan dunia dengan menganggap dirinya
sebagai orang yang paling pandai
Suatu ketika, timbul kesombongan pada diri Nabi Musa as. Saat itu ia ditanya
seorang kaumnya, siapa orang terpandai di dunia ini. Tanpa ragu, ia
menjawab orang itu adalah dirinya sendiri, Nabi Musa as, sang utusan Allah
swt. Demi menyadarkan Musa dari kelalaiannya, Allah swt
memerintahkannya untuk berguru pada seseorang yang bisa dia temui di
suatu tempat di mana dua lautan bertemu.
Hamba shalih itu, menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir, adalah Nabi AlKhidhir. Saat Nabi Musa as mengungkapkan keinginannya untuk berguru
padanya, Nabi Khidir berkata, Kamu tidak akan sabar dan tidak dapat
menahan diri bila kamu mengikutiku dan berjalan bersamaku.
Nabi Musa as menyatakan keinginannya yang besar untuk belajar dari Khidir.
Maka, Nabi Khidir mengajukan syarat, agar Nabi Musa as tidak mengajukan
pertanyaan sebelum ia memberitahukan kepadanya. Llau mereka berdua
mengadakan perjalanan.
Tatkala mereka sampai di tepi pantai, terdapat sebuah perahu sedang
berlabuh. Nabi Khidhir melubangi perahu sehingga pemiliknya tidak dapat
mengangkut penumpang lagi. Musa lupa akan janjinya dan berkata, Apakah
dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini
dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada
pemilik perahu ini yang telah berjasa mengantar kita ke tempat yang kita
tuju?
Berkata Nabi Khidhir, Bukankah telah kukatakan kepadamu bahwa kamu
tidak akan sabar menahan diri melihat tindakanku selama perjalanan.
Musa berkata, Maaf. Aku lupa. Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi
akan kelupaanku.
Perjalanan berlanjut. Mereka bertemu dengan seorang anak laki-laki yang
sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak
itu oleh Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan
dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan
Khidhir. Musa berkata, Mengapa kamu membunuh seorang anak yang tidak
berdosa?
Nabi Khidhir menjawab, Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa
kamu tidak akan sabar menahan diri berjalan denganku?
Musa berkata, Maaf. Aku lupa. Perkenankan aku meneruskan perjalanan
bersamamu. Jika kesalahan yang sama terjadi lagi, maka akan berhenti
menyertaimu.
Lalu mereka berdua tiba di suatu desa. Mereka berharap mendapat belas
kasih dari penduduk desa itu karena mereka lelah dan lapar. Namun tidak
seorang pun dari penduduk desa itu yang mau menolong mereka sehingga
dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu
rumah desa itu nyaris roboh. Segera Nabi Khidhir menghampiri dinding itu
dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, Nabi Musa as berkata,
Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirahat dan
sesuap makanan untuk kita. Apakah, kamu hendak menuntut upah bagi
usahamu menegakkan dinding itu?
Nabi Khidhir menjawab, Wahai Musa, inilah saatnya kita berpisah sesuai
dengan janjimu yang terakhir. Telah kamu langgar kembali janjimu. Akan
tetapi sebelum kami berpisah , akan kuberikan alasan-alasan perbuatan
yang kamu rasakan tidak wajar itu.
Ketahuilah bahwa perusakan sampan itu dimaksudkan untuk
menyelamatkannya dari seorang raja yang zalim yang merampas sampan
rakyatnya. Sedang sampan itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang
digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari.
Jika sampannya berlubang maka si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali
untuk merampasnya. Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah
bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang
durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, aku
khawatir mereka menjadi sesat karena anaknya. Aku berharap Allah akan
menguruniai mereka anak pengganti yang sholeh dan berbakti kepada
mereka berdua. Tentang dinding rumah yang kuperbaiki itu karena di
bawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu.
Ayah mereka adalah orang yang sholeh ahli ibadah dan Allah menghendaki
bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itu sampai ke tangan
mereka bila mereka sudah dewasa. Ketahuilah Musa, semua itu kulakukan
bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku.
Nabi Musa as akhirnya sadar bahwa ia tidak pantas menyombongkan diri.
Pemilik segala ilmu di dunia ini adalah Allah swt. Kisah Nabi Musa as dan
Nabi Khidir dapat dibaca pada QS. Al-Kahfi: 60-82.
10.Nabi Musa as menghadapi Qarun yang tamak
Pada masa Nabi Musa as, hiduplah Qarun yang tamak. Qarun adalah seorang
yang kaya raya. Bila keluar rumah, ia mengenakan pakaian dan perhiasan
yang gemerlap, membawa pelayan dan bodyguard yang banyak, serta
mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Hal ini
menimbulkan kecemburuan, terutama bagi mereka yang masih lemah iman
sehingga timbul perkataan, Alangkah mujur nasib Qarun. Mengapa Tuhan
melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai
rasa belas kasihan terhadap orang-orang miskin. Di mana letak keadilan
Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?
Maka turun perintah berzakat. Ketika Nabi Musa as mendatangi Qarun dan
menyampaikan perintah berzakat, Qarun justru mengolok-olok dirinya. Ia
bahkan menyebar fitnah bahwa Nabi Musa as dengan dakwahnya dan
penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkaya diri, bahwa perintah
zakatnya itu merupakan cara perampasan yang halus terhadap harta para
pengikutnya.
Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri
Qarun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah
bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang
berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang
membangkang itu.
Nabi Musa as yang difitnah, kemudian berdoa kepada Allah swt. Atas izin
Allah swt, terjadilah tanah longsor yang membenamkan rumah Qarun
beserta seluruh hartanya. Qarun juga ikut tenggelam bersama harta yang ia
cintai. Orang-orang yang dulunya lemah iman kemudian berkata, Sekiranya
Allah swt melimpahkan harta kepada kami, niscaya kami dibenamkan pula
seperti Qarun. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami iri hati dan
mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Tidaklah
beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.
Kisah Qarun dapat dilihat pada QS. Qashash: 76-82 dan QS. Al-Ahzab: 69.
(ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman:
Pukullah batu itu dengan tongkatmu. Lalu memancarlah daripadanya dua
belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya
(masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan
janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS
Al-Baqarah: 60)
Suatu ketika, ia memukul batu yang membawa lari bajunya ketika dirinya
mandi, sehingga batu tersebut ada bekas pukulan sebanyak enam atau tujuh
pukulan tongkat kayu Musa. Kisah didapati dari Abu Hurairah ra, Rasulullah
saw bersabda, Dahulu Bani Israil biasa mandi dalam keadaan telanjang
sehingga mereka pun bisa melihat aurat temannya satu sama lain. Adapun
Musa as mandi dalam keadaan sendiri. Maka mereka pun berkomentar,
Demi Allah, tidak ada yang mencegah Musa untuk mandi bersama-sama
dengan kita melainkan pasti karena kemaluannya bengkak (mengidap
kelainan). Nabi menceritakan, Maka suatu saat Musa berangkat untuk
mandi, lalu dia letakkan pakaiannya di atas sebongkah batu. Tiba-tiba batu
itu berlari membawa pergi bajunya. Nabi berkata, Maka Musa pun
mengejar larinya batu itu seraya berteriak, Hai batu, kembalikan pakaianku!
Hai batu, kembalikan pakaianku! Sampai akhirnya Bani Israil bisa melihat
aurat Musa kemudian mereka berkomentar, Demi Allah, ternyata tidak ada
kelainan apa-apa pada diri Musa. Maka berhentilah batu itu sampai orangorang memandanginya. Nabi berkata, Kemudian Musa pun mengambil
pakaiannya dan mendaratkan pukulan tongkatnya kepada batu tersebut.
Abu Hurairah berkata, Demi Allah, di atas batu itu terdapat enam atau tujuh
bekas pukulan tongkat Musa. (Shahih al-Bukhari, kitab al-Ghusi, bab Man
Ightasala Wahdahu Uryanan fil Khulwati wa Man Tasattar, hadits no.278, dan
di dalam kitab Ahadits al-Anbiya, bab Hadits al-khidhr maa Musa, hadits no.
3404; & Shahih Muslim, kitab al Haidh, bab Jawazul Ightisal Uryanan fil
Khulwah, hadits no. 339 dan kitab al-Fadhail, bab Min Fadhail Musa hadits
no. 339).
2. Fisik
Fisik yang dimaksud di sini yaitu tangan Nabi Musa as yang dapat
mengeluarkan cahaya berwarna putih yang menyilaukan, setelah ia
memasukkan tangannya ke dalam jubahnya.
Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi
putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula). (QS. Taha:
20:22)
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscayaia akan ke luar
putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini) termasuk
sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Firaun dan
kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. An Naml:
12)
5. Kutu
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Selanjutnya, Allah swt menurunkan hama pengerat (kutu dan sejenisnya)
untuk memakan hasil panen yang mereka simpan di rumah. Lagi, kaum kafir
bergegas kepada Nabi Musa AS dengan permintaan dan janji yang sama.
Dengan penuh kesabaran, Nabi Musa as memenuhi permintaan mereka dan
sekali lagi memohon pertolongan Allah swt. Sekali lagi siksaan dihentikan,
sekali lagi pula kaum kafir ini mengulangi perbuatan mereka. Merasa cukup
pangan, bisa makan enak dan menikmati hidup, mereka tidak lagi
membutuhkan Allah swt.
6. Katak
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Kemudian, Allah menghukum mereka dengan mengirimkan beribu-ribu katak
ke lahan mereka. Katak pun menyebar kemana-mana, di rumah, di teko
pemasak air, di dalam tempat penyimpanan makanan, juga di dalam air
minum mereka. Kaum kafir menangis sejadi-jadinya penuh keputus-asaan,
lalu meminta Musa kembali berdoa, dan berjanji lagi untuk beriman kepada
Allah swt. Nabi Musa as yang baik hati kembali lagi memohon pertolongan
Allah swt, dan Allah swt mengabulkan doanya. Katak-katak itu disingkirkan
dari mereka. Lagi, kaum kafir mengingkari janji mereka, bahkan menjadi-jadi
kesombongan mereka dengan berkata, Musa benar-benar seorang penyihir
yang sangat piawai.
7. Darah
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Allah swt mengirimkan hukuman lagi, kali ini dalam bentuk darah. Ketika
orang-orang kafir mengambil air minum dari sumur, air yang diambil
berubah menjadi darah. Makanan yang mereka makan pun berisi darah. Jika
mereka mencoba memasak makanan, juga berubah menjadi darah. Atas
mukjizat Allah swt, orang-orang mukmin terhindar dari keadaan ini. Kejadian
ini hanya berlangsung di rumah-rumah orang-orang kafir. Kemudian, jika
orang-orang kafir meminta air kepada orang-orang mukmin, air itu pun
berubah menjadi darah begitu akan dimanfaatkan oleh orang-orang kafir.
Lagi, kaum kafir bergegas kepada Nabi Musa as dengan janji-janji yang
selanjutnya mereka ingkari lagi ketika hukuman telah diangkat dari mereka.
Oleh karena perilaku mereka yang demikian itulah Allah SWT berfirman,
Mereka itu amat sombong dan adalah pelaku dosa-pelaku dosa kambuhan
(keras kepala dalam keburukannya).
8. Cacar
Setelah itu, orang-orang kafir itu dihukum dengan wabah penyakit sejenis
cacar. Sekitar tujuh puluh ribuan orang tewas akibat penyakit ini. Mereka pun
datang lagi kepada Nabi Musa as agar mendoakan mereka. Dengan janji,
bahwa pasti kali ini mereka akan mengikuti petunjuk Allah swt setelah
mereka terbebaskan dari penderitaan ini.
Namun, kemudian mereka bukannya sekedar ingkar janji, bahkan mereka
melemparkan tuduhan bahwa keberadaan Musa di tengah-tengah merekalah
yang mengakibatkan terjadinya kemalangan demi kemalangan itu. Maka,
orang-orang kafir mengusir Nabi Musa as dan para mukminin dari rumah
mereka.
9. Membelah Laut
Ketika Nabi Musa as dan para mukminin pergi dari rumah, kaum kafir itu
mengikuti kepergian dengan maksud membunuh mereka. Hingga sampailah
mereka di tepi laut. Allah swt membelahkan air laut untuk mereka melalui
tongkat Nabi Musa as yang dipukulkan ke laut. Nabi Musa as dan
pengikutnya selamat sampai ke seberang. Adapun Firaun dan para
pengikutnya ditenggelamkan oleh Allah swt di dalam laut
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk
mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul
dan tidak usah takut (akan tenggelam). (QS. Taha: 77)
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah
seperti gunung yang besar. (QS. Asy Syuaraa: 26:63)