Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH NABI MUSA

Nabi Musa dilahirkan di Negeri Mesir pada masa pemerintahan Raja Firaun,
ibunya bernama Yukabad dan ayahnya bernama Imran bin Yashar. Raja
Firaun seorang Raja yang lalim dan kejam. Waktu itu dikeluarkan undangundang apabila ada bayi lahir laki-laki, harus dibunuh dan apabila lahir bayi
wanita dibiarkan hidup saja. Ketika Musa lahir, ibunya takut sekali, ia
khawatir Musa akan dibunuh tetapi Allah SWT memberikan ilham agar bayi
itu ditaruh di dalam peti kemudian dihanyutkan ke sungai Nil. Akhirnya, peti
yang berisi bayi itu ditemukan oleh Asyiyah istri Firaun. Asyiyah memohon
kepada suaminya agar bayi itu tidak dibunuh, tetapi dijadikan anak angkat
saja.

Setelah Musa dewasa, ia tidak senang melihat kekuasaan Firaun yang


sewenang-wenang. Bahkan Firaun telah menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Untuk memberantas kekejaman Firaun, Allah SWT mengangkat Musa
menjadi Nabi dan Rasul. Nabi Musa menerima wahyu dan kitab suci Taurat.
Sebagai seorang utusan Allah beliau diberi Mukjizat. Pengikut Nabi Musa
semakin banyak sehingga Raja Firaun tambah khawatir. Nabi Musa dan
pengikutnya dikejar-kejar sampai ke tepi laut merah. Setelah Nabi Musa
sampai di tepi Laut Merah dipukulkan tongkatnya ke laut, seketika laut
menjadi kering sehingga dapat dilewati, para pengikut Raja Firaun telah
berada di belakangnya. Musa lalu memukulkan kembali tongkatnya ke laut,
maka tanah tersebut menjadi lautan lagi. Pasukan Firaun tergulung air laut
dan mati semuanya. Selanjutnya Nabi Musa tinggal di Palestina. Di Palestina
beliau menyebarkan agama Allah. Suatu hari terjadi pembunuhan karena
berebut warisan, mereka mencari pembunuhnya. Nabi Musa memerintahkan
mencari lembu betina, setelah lembu itu disembelih diambilnya sebagian
tubuh hewan itu. Kemudian dipukulkan apada orang yang mati, orang yang
mati tersebut langsung hidup kembali lalu menunjukkan siapa
pembunuhnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 73 yang berbunyi : Lalu
Kami berfirman, Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu.
Demikian Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan

memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu


mengerti.
Suatu ketika Nabi Musa diperintahkan agar belajar ilmu pada Nabi Khidir AS,
tujuannya agar tidak lupa diri, sombong, dan mengaku dirinya yang paling
pintar. Akhirnya Nabi Musa menyadari bahwa Nabi Khidir ternyata lebih
pandai dari pada dirinya. Nabi Musa wafat pada usia 123 tahun dan Nabi
Musa wafat setelah tugas kenabiannya telah selesai. Mukjizat Nabi Musa
adalah :
1.

Tongkatnya dapat berubah menjadi ular yang besar.

2.

Tongkatnya dapat mengeringkan lautan bila dipukulkan.

3.
4.
SWT.

Tongkatnya dapat memancarkan air dari batu bila dipukulkan.


Dapat menghidupkan orang yang telah mati dengan seizing Allah

TANTANGAN & HAMBATAN NABI MUSA


1. Nabi Musa as lahir dalam keadaan terancam dibunuh Firaun
Firaun Mesir kala itu, melalui ajudannya membunuh setiap bayi laki-laki
yang lahir karena ia takut ramalan tentangnya menjadi kenyataan, yaitu
adanya seorang laki-laki yang kelak akan menggulingkan kekuasaannya. Ibu
Musa yang cemas anak laki-lakinya akan dibunuh, menghanyutkan bayinya
di sungai Nil atas petunjuk Allah swt.
Musa yang berada dalam keranjang dan hanyut mengikuti arus sungai Nil,
ditemukan oleh istri Firaun, Asiyah. Merasa belas kasih terhadap si bayi,
Asiyah memohon kepada Firaun untuk diperbolehkan merawatnya.
Meskipun awalnya ragu, Firaun memperbolehkan bayi itu hidup di dalam
istana. Istri Firaun kemudian mencarikannya ibu susu, lalu pilihannya jatuh
pada seorang wanita yang ternyata adalah ibu kandung si bayi. Maka Musa
kembali kepada ibunya dan hidup bersamanya selama beberapa tahun.
Kisah ini dapat dibaca pada QS. Al-Qashsash: 4-13.
2 Nabi Musa as hendak menolong kaumnya tetapi justru kena batunya
Setelah usai masa penyusuan, Musa kembali ke istana dan hidup
sebagaimana anak raja. Musa sadar bahwa dirinya adalah anak angkat yang
berasal dari Bani Israil yang tertindas. Oleh karena itu ia bertekad untuk
menolong kaumnya itu. Maka ia pergi ke luar istana untuk menjalankan
misinya. Di sebuah lorong, ia melihat seorang dari golongan Bani Israil
bernama Samiri dan seorang kaum Firaun bernama Fatun, mereka sedang
berkelahi. Ia berusaha menolong Samiri yang berteriak minta tolong, tubuh
Samiri memang kalah jauh dibanding Fatun. Malang, pukulan Musa kepada
Fatun menyebabkan orang itu mati meskipun ia tidak berniat membunuhnya.
Segera, ia beristighfar, memohon ampun kepada Allah swt. Ia berusaha

menyembunyikan peristiwa pembunuhan yang tidak disengaja itu. Samiri


yang tidak dapat menahan mulut, akhirnya mengungkap siapa pembunuh
yang dicari tentara Firaun selama ini. Musa pun berusaha menyelamatkan
diri dengan meninggalkan kota Mesir.
3 Nabi Musa as terpaksa tinggal jauh dari tanah air
Setelah 8 hari 8 malam, Musa tiba di kota Madyan, di mana Nabi Syuaib as
hidup di sana. Ia istirahat di bawah pohon, lalu ia melihat dua gadis yang
sedang menggembala kambing. Kedua gadis itu tidak bisa mengambil air di
sebuah sumber karena di sana penuh sesak. Maka Musa membantu kedua
gadis itu untuk mengambil air sehingga kambing-kambing mereka mendapat
air minum. Mendapat kebaikan dari Musa, ayah kedua gadis itu
mengundangnya ke rumah. Ia bekerja padanya dengan mengurus pekerjaan
rumah dan gembala. Setelah melihat sifat-sifat baik pada diri Musa, Syuaib
yang sudah lanjut usia menawarkan Musa untuk menjadi menantunya. Kisah
dapat dibaca pada QS, Al-Qashash: 22 28.
4.Nabi Musa as mengemban amanah dakwah yang tidak mudah
Sepuluh tahun kemudian, Musa yang rindu pada tanah airnya bertolak ke
Mesir bersama istrinya. Dalam perjalanan, ia menerima wahyu. Saat itu di
bukit Thur. Mukjizatnya berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular,
tongkat ini dulunya diberikan oleh Nabi Syuaib. Mukjizat kedua, Allah
memerintahkan Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya sehingga
tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit. Kisah ini ada
pada QS. Taha: 9 23.
Nabi Musa as melanjutkan perjalanannya ke Mesir. Bukan hanya karena rindu
tanah air, tetapi juga karena misi dakwah. Ia sempat ragu karena
sebelumnya pernah membunuh seorang kaum Firaun. Lalu Allah
menguatkannya dengan berfirman bahwa Allah akan selalu menjadi
penolongnya. Kisah ini terdapat pada QS. Al-Qashash 33-35 dan QS. Taha:
42-47.
5. Nabi Musa berdakwah dengan kondisi lisannya yang tidak pandai bicara
Selama perjalanan ke Mesir dengan mengemban amanah dakwah, Nabi
Musa as was-was sebab ia terbayang pembunuhan yang dilakukannya
beberapa tahun yang lalu. Ia pun bukan orang yang pandai bicara. Oleh
karena itu, ia memohon kepada Allah swt agar diberikan teman dakwah,
yaitu saudaranya sendiri, Harun yang dikenal pandai berbicara.
Sesampainya di istana Firaun, Nabi Musa as yang disertai saudaranya,
Harun, berdialog dengan Firaun. Ia menyerunya untuk menyembah Allah
yang Esa dan membebaskan Bani Israil dari siksaannya. Namun, Firaun
menolak seruan itu.

Firaun menantang adu kekuatan. Maka pada hari yang disepakati keduanya
bertemu kembali. Firaun memanggil ahli sihirnya yang dapat mengubah
tongkat menjadi ular ukuran normal. Nabi Musa as melempar tongkatnya
hingga berubah menjadi ular raksasa dan melahap semua ular milik ahli
sihir. Tampaklah kekuasaan Allah, maka ahli sihir itu membenarkan Musa dan
beriman kepada Allah swt. Kisah ini dapat dibaca pada QS. Asy-Syuaraa: 1851.
6. Nabi Musa as dikhianati berkali-kali oleh kaumnya
Musa melanjutkan dakwahnya. Firaun semakin berang, sehingga
penyiksaannya terhadap bani Israil semakin menjadi-jadi. Tentang hal ini bisa
dilihat pada QS. Al-Araaf : 127-129 serta QS. Al-Mukmin : 28 33 dan 38
45.
Nabi Musa as memohon kepada Allah swt agar kaumnya diberikan bencana
supaya mereka sadar akan kekuasaan Allah swt. Doa itu dikabulkan. Badai
angin topan datang, banjir besar melanda Mesir. Orang-orang berduyunduyun mendatanginya untuk meminta pertolongan dengan berjanji bahwa
mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika badai telah berlalu
dan mereka dapat bercocok tanam kembali, mereka berpaling dari Allah swt.
Lalu ladang mereka diserbu belalang sehingga gagal panen. Orang-orang
berduyun-duyun mendatanginya lagi untuk meminta pertolongan dengan
berjanji bahwa mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika
belalang telah pergi dan mereka memperoleh hasil panen yang melimpah,
mereka berpaling dari Allah swt. Lalu lumbung makanan mereka diserbu
kutu sehingga hasil panen mereka rusak. Orang-orang berduyun-duyun
mendatanginya lagi untuk meminta pertolongan dengan berjanji bahwa
mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika kutu telah pergi dan
mereka dapat menikmati hasil panen, mereka berpaling dari Allah swt. Lalu
ribuan katak menyerbu rumah, ladang, dan sumur sehingga mereka tidak
dapat hidup tenang. Orang-orang berduyun-duyun mendatanginya lagi untuk
meminta pertolongan dengan berjanji bahwa mereka akan beriman kepada
Allah swt. Namun ketika katak telah pergi dan mereka dapat hidup tenang,
mereka berpaling dari Allah swt. Lalu tiba-tiba semua yang hendak mereka
makan dan minum selalu berubah menjadi darah. Orang-orang berduyunduyun mendatanginya lagi untuk meminta pertolongan dengan berjanji
bahwa mereka akan beriman kepada Allah swt. Namun ketika hukuman Allah
swt telah dicabut dari mereka, kembali mereka berpaling dari Allah swt.
Sebaliknya, mereka berkata bahwa Nabi Musa as adalah seorang penyihir
yang handal karena dapat melakukan banyak musibah serta menangani
musibah yang mereka alami. Kisah ini bisa dibaca pada QS. Al-Mukmin: 26,
Az-Zukhruf: 51-54, Yunus: 88-89, dan Al-Araaf: 130-135.
7.Nabi Musa as dikejar Firaun dan tentaranya hingga mentok di Laut Merah

Semakin hari, semakin berat siksaan Firaun atas Bani Israil. Terlebih, orangorang kafir juga berharap dirinya dan pengikutnya pergi dari negeri mereka.
Maka Bani Israil mendatangi Nabi Musa as untuk meminta membawa mereka
keluar dari Mesir. Pada malam hari Nabi Musa as bersama bani Israil pergi
meninggalkan Mesir. Firaun, pasukannya, dan orang-orang kafir ternyata
membuntuti mereka dengan niat membunuh mereka.
Tiba di Laut Merah, seakan mereka hendak tersusul. Mereka tidak dapat
berbalik ke belakang karena di sana ada Firaun dan bala tentaranya. Mereka
tidak dapat melanjutkan lari ke depan karena di sana adalah lautan luas.
Lalu Nabi Musa as memukulkan tongkatnya ke laut sesuai perintah Allah swt.
Laut itu terbelah sehingga Bani Israil dapat melewatinya. Firaun yang terus
mengejar akhirnya mati tenggelam karena air laut kembali seperti semula
ketika Nabi Musa as memukulkan kembali tongkatnya ke laut. Kisah ini dapat
dilihat pada QS. Taha: 77-79, Asy-Syuaraa: 60-68, dan Yunus:90-92.
8. Nabi Musa as menghadapi kaum yang bebal
Sebelum tiba di tanah yang dijanjikan, Bani Israil melihat kaum yang
menyembah berhala sehingga mereka meminta kepada Nabi Musa as untuk
dibuatkan patung seperti itu. Tentulah hati Nabi Musa as sedih karena
kaumnya yang baru saja menerima pertolongan dari Allah swt justru segera
berbalik dan hendak menyembah berhala kembali. Kisah ini ada pada QS. AlAraaf: 138- 140 dan 160, serta QS. Al-Baqarah: 61.
Nabi Musa as kemudian bermunajat kepada Allah untuk mendapat kitab
pedoman hidup. Ia mengajak 70 orang pilihan dan meninggalkan
sebagiannya bersama saudaranya yang juga seorang nabi, Harun. Ia
bergegas menuju bukit Thur, mendahului 70 orang kaumnya. Setibanya di
bukit Thur, Nabi Musa as diberi keistimewaan melihat Dzat Allah dan
mendapatkan kitab Taurat. Kisah ini bisa dilihat pada QS. Taha: 83-84 dan
QS. Al-Araaf: 142-145.
Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah
dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan
Nabi Musa as.M aka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah
berkatalah mereka kepadanya: Kami tidak akan beriman kepadamu
sebelum kami melihat Allah dengan terang. Dan sebagai jawaban atas
keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah
seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut
nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa yang merasa sedih akan nasib kaumnya, berseru memohon
kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya berkata, Wahai Tuhanku,
aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara
kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan
mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah

kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan
atas keinginan dan permintaan mereka yang durhaka itu.
Allah memperkenankan doa tersebut. Kemudian pada kesempatan itu Nabi
Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan berpegang teguh
kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perintaperintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya. Kisah ini dapat
dibaca pada QS. Taha: 85-98, Al-Araf: 149, 151, 154, 155, dan Al-Baqarah:
55, 56, 63 dan 64.
Nabi Musa as kembali kepada kaumnya. Namun alangkah kaget dirinya
ketika mendapati kaumnya kembali menyembah berhala berupa patung
anak lembu. Ia bahkan sempat menyalahkan Nabi Harun as. Maka turun
perintah Allah swt untuk berqurban sapi agar hilang penghambaan mereka
kepada hewan tersebut. Kini kita dapati surat terpanjang di dalam Al-Quran
adalah Al-Baqarah yang artinya sapi betina.
Bani Israil yang keras kepala juga menolak perintah untuk memasuki tanah
Palestina karena di sana terdapat kaum Kanaan yang lebih kuat dari mereka.
Akibatnya, mereka mengembara tak tentu arah selama 40 tahun. Kisah ini
dapat dibaca pada QS. Al-Maidah: 20 26.
9.Nabi Musa as sempat terkena godaan dunia dengan menganggap dirinya
sebagai orang yang paling pandai
Suatu ketika, timbul kesombongan pada diri Nabi Musa as. Saat itu ia ditanya
seorang kaumnya, siapa orang terpandai di dunia ini. Tanpa ragu, ia
menjawab orang itu adalah dirinya sendiri, Nabi Musa as, sang utusan Allah
swt. Demi menyadarkan Musa dari kelalaiannya, Allah swt
memerintahkannya untuk berguru pada seseorang yang bisa dia temui di
suatu tempat di mana dua lautan bertemu.
Hamba shalih itu, menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir, adalah Nabi AlKhidhir. Saat Nabi Musa as mengungkapkan keinginannya untuk berguru
padanya, Nabi Khidir berkata, Kamu tidak akan sabar dan tidak dapat
menahan diri bila kamu mengikutiku dan berjalan bersamaku.
Nabi Musa as menyatakan keinginannya yang besar untuk belajar dari Khidir.
Maka, Nabi Khidir mengajukan syarat, agar Nabi Musa as tidak mengajukan
pertanyaan sebelum ia memberitahukan kepadanya. Llau mereka berdua
mengadakan perjalanan.
Tatkala mereka sampai di tepi pantai, terdapat sebuah perahu sedang
berlabuh. Nabi Khidhir melubangi perahu sehingga pemiliknya tidak dapat
mengangkut penumpang lagi. Musa lupa akan janjinya dan berkata, Apakah
dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini
dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada

pemilik perahu ini yang telah berjasa mengantar kita ke tempat yang kita
tuju?
Berkata Nabi Khidhir, Bukankah telah kukatakan kepadamu bahwa kamu
tidak akan sabar menahan diri melihat tindakanku selama perjalanan.
Musa berkata, Maaf. Aku lupa. Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi
akan kelupaanku.
Perjalanan berlanjut. Mereka bertemu dengan seorang anak laki-laki yang
sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak
itu oleh Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan
dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan
Khidhir. Musa berkata, Mengapa kamu membunuh seorang anak yang tidak
berdosa?
Nabi Khidhir menjawab, Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa
kamu tidak akan sabar menahan diri berjalan denganku?
Musa berkata, Maaf. Aku lupa. Perkenankan aku meneruskan perjalanan
bersamamu. Jika kesalahan yang sama terjadi lagi, maka akan berhenti
menyertaimu.
Lalu mereka berdua tiba di suatu desa. Mereka berharap mendapat belas
kasih dari penduduk desa itu karena mereka lelah dan lapar. Namun tidak
seorang pun dari penduduk desa itu yang mau menolong mereka sehingga
dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu
rumah desa itu nyaris roboh. Segera Nabi Khidhir menghampiri dinding itu
dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, Nabi Musa as berkata,
Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirahat dan
sesuap makanan untuk kita. Apakah, kamu hendak menuntut upah bagi
usahamu menegakkan dinding itu?
Nabi Khidhir menjawab, Wahai Musa, inilah saatnya kita berpisah sesuai
dengan janjimu yang terakhir. Telah kamu langgar kembali janjimu. Akan
tetapi sebelum kami berpisah , akan kuberikan alasan-alasan perbuatan
yang kamu rasakan tidak wajar itu.
Ketahuilah bahwa perusakan sampan itu dimaksudkan untuk
menyelamatkannya dari seorang raja yang zalim yang merampas sampan
rakyatnya. Sedang sampan itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang
digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari.
Jika sampannya berlubang maka si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali
untuk merampasnya. Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah
bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang
durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, aku

khawatir mereka menjadi sesat karena anaknya. Aku berharap Allah akan
menguruniai mereka anak pengganti yang sholeh dan berbakti kepada
mereka berdua. Tentang dinding rumah yang kuperbaiki itu karena di
bawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu.
Ayah mereka adalah orang yang sholeh ahli ibadah dan Allah menghendaki
bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itu sampai ke tangan
mereka bila mereka sudah dewasa. Ketahuilah Musa, semua itu kulakukan
bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku.
Nabi Musa as akhirnya sadar bahwa ia tidak pantas menyombongkan diri.
Pemilik segala ilmu di dunia ini adalah Allah swt. Kisah Nabi Musa as dan
Nabi Khidir dapat dibaca pada QS. Al-Kahfi: 60-82.
10.Nabi Musa as menghadapi Qarun yang tamak
Pada masa Nabi Musa as, hiduplah Qarun yang tamak. Qarun adalah seorang
yang kaya raya. Bila keluar rumah, ia mengenakan pakaian dan perhiasan
yang gemerlap, membawa pelayan dan bodyguard yang banyak, serta
mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Hal ini
menimbulkan kecemburuan, terutama bagi mereka yang masih lemah iman
sehingga timbul perkataan, Alangkah mujur nasib Qarun. Mengapa Tuhan
melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai
rasa belas kasihan terhadap orang-orang miskin. Di mana letak keadilan
Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?
Maka turun perintah berzakat. Ketika Nabi Musa as mendatangi Qarun dan
menyampaikan perintah berzakat, Qarun justru mengolok-olok dirinya. Ia
bahkan menyebar fitnah bahwa Nabi Musa as dengan dakwahnya dan
penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkaya diri, bahwa perintah
zakatnya itu merupakan cara perampasan yang halus terhadap harta para
pengikutnya.
Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri
Qarun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah
bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang
berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang
membangkang itu.
Nabi Musa as yang difitnah, kemudian berdoa kepada Allah swt. Atas izin
Allah swt, terjadilah tanah longsor yang membenamkan rumah Qarun
beserta seluruh hartanya. Qarun juga ikut tenggelam bersama harta yang ia
cintai. Orang-orang yang dulunya lemah iman kemudian berkata, Sekiranya
Allah swt melimpahkan harta kepada kami, niscaya kami dibenamkan pula
seperti Qarun. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami iri hati dan
mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Tidaklah
beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.
Kisah Qarun dapat dilihat pada QS. Qashash: 76-82 dan QS. Al-Ahzab: 69.

11. Nabi Musa as meninggal dunia sebelum sempat menginjakkan kaki di


tanah yang dijanjikan
Nabi Musa as wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama
Nabu, di mana ia diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah suci yang
dijanjikan (Palestina) namun tidak sampai memasukinya. Thalut, adalah
generasi Bani Israil yang berhasil memasuki tanah Palestina dan meneruskan
perjuangan Nabi Musa as.
9. Sejarah dan Mukjizat Nabi Musa
Penulis: Henny Alifah / 22 April 2015
Kisah Nabi Musa dan Mukjizatnya merupakan kejadian atau peristiwa ajaib
yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia sebagai pembuktian
kenabian seseorang. Musa adalah seorang nabi yang diutus kepada Bani
Israil yang pada masa itu dipimpin oleh Firaun yang lalim. Sebagai seorang
nabi, ia pun dikaruniai mukjizat oleh Allah swt.
Tentang jumlah mukjizat Nabi Musa as, para ahli tafsir berbeda pendapat.
Berawal dari QS. Al-Isra: 111 yang berbunyi, Dan sesungguhnya Kami telah
memberikan kepada Musa sembilan buah ayat yang nyata , maka
tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu
Firaun berkata kepadanya: Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa,
seorang yang kena sihir, sebagian berpendapat 9 ayat artinya 9 tanda
kenabian Musa yang bentuknya adalah mukjizat. Adapun sebagian yang lain
menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan 9 ayat adalah 9 ayat di dalam
Taurat yang intinya adalah 9 buah larangan yang tidak BOLEH dilanggar.
1. Tongkat
Pada awalnya tongkat Nabi Musa as hanya tongkat biasa yang sering ia
gunakan untuk berbagai keperluan, seperti yang dijelaskan dalam QS. Taha:
17-18, Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?. Yang ditanya-pun
menjawab: Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku pukul
(daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang
lain padanya.
Atas izin Allah, tongkat Nabi Musa as dapat berubah menjadi ular besar
kemudian memakan ular-ular kecil hasil buatan para penyihir Firaun.
Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul
(menang), dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia
akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka
perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka), dan tidak akan menang
tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. ( QS. Taha: 68-69)
Pada kesempatan yang lain, ia memukulkan tongkatnya ke batu besar,
sehingga memancarlah 12 mata air untuk 12 suku Bani Israeil. Dan

(ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman:
Pukullah batu itu dengan tongkatmu. Lalu memancarlah daripadanya dua
belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya
(masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan
janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS
Al-Baqarah: 60)
Suatu ketika, ia memukul batu yang membawa lari bajunya ketika dirinya
mandi, sehingga batu tersebut ada bekas pukulan sebanyak enam atau tujuh
pukulan tongkat kayu Musa. Kisah didapati dari Abu Hurairah ra, Rasulullah
saw bersabda, Dahulu Bani Israil biasa mandi dalam keadaan telanjang
sehingga mereka pun bisa melihat aurat temannya satu sama lain. Adapun
Musa as mandi dalam keadaan sendiri. Maka mereka pun berkomentar,
Demi Allah, tidak ada yang mencegah Musa untuk mandi bersama-sama
dengan kita melainkan pasti karena kemaluannya bengkak (mengidap
kelainan). Nabi menceritakan, Maka suatu saat Musa berangkat untuk
mandi, lalu dia letakkan pakaiannya di atas sebongkah batu. Tiba-tiba batu
itu berlari membawa pergi bajunya. Nabi berkata, Maka Musa pun
mengejar larinya batu itu seraya berteriak, Hai batu, kembalikan pakaianku!
Hai batu, kembalikan pakaianku! Sampai akhirnya Bani Israil bisa melihat
aurat Musa kemudian mereka berkomentar, Demi Allah, ternyata tidak ada
kelainan apa-apa pada diri Musa. Maka berhentilah batu itu sampai orangorang memandanginya. Nabi berkata, Kemudian Musa pun mengambil
pakaiannya dan mendaratkan pukulan tongkatnya kepada batu tersebut.
Abu Hurairah berkata, Demi Allah, di atas batu itu terdapat enam atau tujuh
bekas pukulan tongkat Musa. (Shahih al-Bukhari, kitab al-Ghusi, bab Man
Ightasala Wahdahu Uryanan fil Khulwati wa Man Tasattar, hadits no.278, dan
di dalam kitab Ahadits al-Anbiya, bab Hadits al-khidhr maa Musa, hadits no.
3404; & Shahih Muslim, kitab al Haidh, bab Jawazul Ightisal Uryanan fil
Khulwah, hadits no. 339 dan kitab al-Fadhail, bab Min Fadhail Musa hadits
no. 339).
2. Fisik
Fisik yang dimaksud di sini yaitu tangan Nabi Musa as yang dapat
mengeluarkan cahaya berwarna putih yang menyilaukan, setelah ia
memasukkan tangannya ke dalam jubahnya.
Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi
putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula). (QS. Taha:
20:22)
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscayaia akan ke luar
putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini) termasuk
sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Firaun dan
kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. An Naml:
12)

Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak


bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke
dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari
Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Firaun dan pembesarpembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS.
Al-Qashash: 32)
Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu
menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya. (QS.
Al-Araaf: 108)
3. Topan
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Suatu masa, terjadi paceklik. Firaun dan para pengikutnya pun berjanji
kepada Musa as bahwa jika Allah swt menghilangkan kesulitan tersebut
maka mereka akan beriman kepada Allah SWT. Nabi Musa as kemudian
memanjatkan doa, maka paceklik pun berlalu. Tetapi orang-orang kafir itu
ingkar janji dengan mengatakan, Paceklik itu pasti berlalu setelah sekian
lama berlangsung. Allah swt lalu menurunkan hujan badai yang berakibat
banjir sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka.
4. Belalang
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Ketika banjir bandang melanda, kaum kafir kembali menemui Nabi Musa as
dan berjanji akan beriman kepada Allah swt jika banjir berhenti. Nabi Musa
as kembali memohon kepada Allah swt agar menghentikan hujan.
Banyaknya air hujan yang membasahi bumi menyuburkan tanah sehingga
hasil pertanian melimpah. Pemandangan indah berlimpahnya hasil pertanian
membuat orang-orang kafir merasa aman dan mapan, dan tidak lagi
mempedulikan janji yang telah mereka ucapkan kepada Nabi Musa AS.
Akibatnya, Allah SWT mengirimkan hama belalang yang memakan semua
tanaman pertanian mereka dengan ganas. Maka, ladang pertanian yang
tumbuh subur itu sirna dalam sekejap mata. Mereka meminta tolong kepada
Nabi Musa as lagi, untuk berdoa kepada Allah SWT agar mereka terbebas
dari kemalangan ini. Mereka berjanji lagi, Kali ini, kami pasti menepati janji.
Musa as kembali lagi memohon kepada Allah SWT. Hama belalang surut.
Ladang pertanian mereka pulih kembali. Ketika masa panen tiba, mereka
menuai hasilnya dan menyimpannya di rumah-rumah mereka. Namun sekali
lagi, mereka melupakan janji.

5. Kutu
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Selanjutnya, Allah swt menurunkan hama pengerat (kutu dan sejenisnya)
untuk memakan hasil panen yang mereka simpan di rumah. Lagi, kaum kafir
bergegas kepada Nabi Musa AS dengan permintaan dan janji yang sama.
Dengan penuh kesabaran, Nabi Musa as memenuhi permintaan mereka dan
sekali lagi memohon pertolongan Allah swt. Sekali lagi siksaan dihentikan,
sekali lagi pula kaum kafir ini mengulangi perbuatan mereka. Merasa cukup
pangan, bisa makan enak dan menikmati hidup, mereka tidak lagi
membutuhkan Allah swt.
6. Katak
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Kemudian, Allah menghukum mereka dengan mengirimkan beribu-ribu katak
ke lahan mereka. Katak pun menyebar kemana-mana, di rumah, di teko
pemasak air, di dalam tempat penyimpanan makanan, juga di dalam air
minum mereka. Kaum kafir menangis sejadi-jadinya penuh keputus-asaan,
lalu meminta Musa kembali berdoa, dan berjanji lagi untuk beriman kepada
Allah swt. Nabi Musa as yang baik hati kembali lagi memohon pertolongan
Allah swt, dan Allah swt mengabulkan doanya. Katak-katak itu disingkirkan
dari mereka. Lagi, kaum kafir mengingkari janji mereka, bahkan menjadi-jadi
kesombongan mereka dengan berkata, Musa benar-benar seorang penyihir
yang sangat piawai.
7. Darah
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri
dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. Al-Araf : 132)
Allah swt mengirimkan hukuman lagi, kali ini dalam bentuk darah. Ketika
orang-orang kafir mengambil air minum dari sumur, air yang diambil
berubah menjadi darah. Makanan yang mereka makan pun berisi darah. Jika
mereka mencoba memasak makanan, juga berubah menjadi darah. Atas
mukjizat Allah swt, orang-orang mukmin terhindar dari keadaan ini. Kejadian
ini hanya berlangsung di rumah-rumah orang-orang kafir. Kemudian, jika
orang-orang kafir meminta air kepada orang-orang mukmin, air itu pun
berubah menjadi darah begitu akan dimanfaatkan oleh orang-orang kafir.
Lagi, kaum kafir bergegas kepada Nabi Musa as dengan janji-janji yang
selanjutnya mereka ingkari lagi ketika hukuman telah diangkat dari mereka.
Oleh karena perilaku mereka yang demikian itulah Allah SWT berfirman,

Mereka itu amat sombong dan adalah pelaku dosa-pelaku dosa kambuhan
(keras kepala dalam keburukannya).
8. Cacar
Setelah itu, orang-orang kafir itu dihukum dengan wabah penyakit sejenis
cacar. Sekitar tujuh puluh ribuan orang tewas akibat penyakit ini. Mereka pun
datang lagi kepada Nabi Musa as agar mendoakan mereka. Dengan janji,
bahwa pasti kali ini mereka akan mengikuti petunjuk Allah swt setelah
mereka terbebaskan dari penderitaan ini.
Namun, kemudian mereka bukannya sekedar ingkar janji, bahkan mereka
melemparkan tuduhan bahwa keberadaan Musa di tengah-tengah merekalah
yang mengakibatkan terjadinya kemalangan demi kemalangan itu. Maka,
orang-orang kafir mengusir Nabi Musa as dan para mukminin dari rumah
mereka.
9. Membelah Laut
Ketika Nabi Musa as dan para mukminin pergi dari rumah, kaum kafir itu
mengikuti kepergian dengan maksud membunuh mereka. Hingga sampailah
mereka di tepi laut. Allah swt membelahkan air laut untuk mereka melalui
tongkat Nabi Musa as yang dipukulkan ke laut. Nabi Musa as dan
pengikutnya selamat sampai ke seberang. Adapun Firaun dan para
pengikutnya ditenggelamkan oleh Allah swt di dalam laut
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk
mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul
dan tidak usah takut (akan tenggelam). (QS. Taha: 77)
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah
seperti gunung yang besar. (QS. Asy Syuaraa: 26:63)

Anda mungkin juga menyukai