Anda di halaman 1dari 1

kelahiran nabi musa

Peristiwa kelahiran Nabi Musa, dijelaskan dalam kitab Al-Qur'an surah Al Qashash ayat 1-6:
‫ْمُهْنِّم ًةَفِٕىۤاَط ُفِعْضَتْسَّي اًعَيِش اَهَلْهَا َلَعَجَو ِضْرَاْلا ىِف اَلَع َنْوَعْرِف َّنِا َنْوُنِمْؤُّي ٍمْوَقِل ِّقَحْلاِب َنْوَعْرِفَو ىٰسْوُم ِاَبَّن ْنِم َكْيَلَع اْوُلْتَن ِنْيِبُمْلا ِبٰتِكْلا ُتٰيٰا َكْلِت ّۤمۤسٰط‬
‫ىِف ْمُهَل َنِّكَمُنَو ۙ َنْيِثِرٰوْلا ُمُهَلَعْجَنَّو ًةَّمِٕىَا ْمُهَلَعْجَنَو ِضْرَاْلا ىِف اْوُفِعْضُتْسا َنْيِذَّلا ىَلَع َّنُمَّن ْنَا ُدْيِرُنَو َنْيِدِسْفُمْلا َنِم َناَك ٗهَّنِاۗ ْمُهَءۤاَسِن ٖيْحَتْسَيَو ْمُهَءۤاَنْبَا ُحِّبَذُي‬
‫َنْوُرَذْحَي اْوُناَك اَّم ْمُهْنِم اَمُهَدْوُنُجَو َنٰماَهَو َنْوَعْرِف َيِرُنَو ِضْرَاْلا‬
Artinya: Tha Sin Mim. Ini ayat-ayat Kitab (Al-Qur'an) yang jelas (dari Allah). Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan
Fir‘aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman. Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan
membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir‘aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan
menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada
Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.
Seperti penjelasan ayat di atas, Nabi Musa lahir di Mesir yang dipimpin oleh seorang raja zalim dan kejam bernama Fir'aun. Raja Fir'aun
dikenal selalu bersikap sewenang-wenang. Ia bahkan memperkerjakan kaumnya secara paksa.
Suatu ketika, Raja Fir'aun bermimpi melihat api yang bisa membakar wilayah Mesir. Ketika terbangun, ia mengumpulkan para tukang sihir
dan ahli peramal untuk menafsirkan mimpi tersebut.
Para peramal itu memberitahukan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil yang akan menjadi sebab musnahnya
penduduk Mesir. Takwil mimpi itu membuat Fir'aun ketakutan, hingga ia memerintahkan pasukannya untuk membunuh bayi laki-laki yang
lahir dari Bani Israil.
Musa lahir pada saat maraknya pembunuhan bayi dan kaum laki-laki oleh pasukan Raja Fir'aun. Nabi Musa lahir dari wanita bernama
Yukaibid.
Yukaibid merasa sangat ketakutan apabila anaknya dibunuh oleh Raja Fir'aun. Kemudian, Allah mengilhaminya untuk meletakkan Musa
ke dalam peti dan dihanyutkan ke sungai saat pasukan Fir'aun datang.
Ki Jambalawuh dalam buku Peradaban Prasejarah Nusantara Berdasarkan Kisah Para Nabi menjelaskan, Atas izin Allah, peti Musa
ditemukan oleh istri Firaun yang bernama Asiyah binti Muzahim. Setelah disetujui oleh Firaun, Asiyah memutuskan untuk mengasuh bayi
Musa dan mengangkatnya jadi anak.
Firaun memang dikenal sebagai raja yang kejam. Akan tetapi ia sangat menyayangi dan mencintai istrinya sehingga selalu menuruti
keinginan istrinya tersebut.
Saat mengasuh Musa, Asiyah mencari wanita yang bisa memberi Asi kepada bayi itu. Atas kehendak Allah, ibu kandung Musa terpilih
untuk menyusuinya. Sebab, tidak ada satupun air susu wanita yang mau diminum oleh Musa kecuali dari ibu kandungnya sendiri.
Begitulah cara Allah menyatukan Musa ke pangkuan ibunya. Kisah ini dijelaskan dalam surah Al Qashah ayat 13. Allah SWT berfirman
yang artinya:
“Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidakberduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah
itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.

Nabi Musa Ketika Dewasa

Dikutip dari buku Kisah Teladan Menakjubkan 25 Nabi Oleh Ariany syurfah, ketika beranjak dewasa Musa diberikan petunjuk oleh Allah
bahwa dirinya bukanlah anak kandung Raja Firaun. Selain itu, ia diberikan mukjizat ilmu pengetahuan dan pangkat kenabian serta diberi
kitab Taurat guna menaklukkan Fir'aun.
Nabi Musa memutuskan untuk meninggalkan istana, karena mendapat kabar bahwa Fir'aun akan berencana buruk terhadapnya. Hal itu
terjadi setelah salah satu rakyatnya ada yang mati terbunuh saat Musa mendamaikan perkelahian dua orang.
Keduanya berasal dari bangsa Bani Israil dan Qibthi yang merupakan Bangsa Fir'aun. Pelarian Nabi Musa tersebut dikisahkan dalam
surah Al Qashas ayat 21, yang berbunyi:
‫ࣖ َنْيِمِلّٰظلا ِمْوَقْلا َنِم ْيِنِّجَن ِّبَر َلاَقۖ ُبَّقَرَتَّي اًفِٕىۤاَخ اَهْنِم َجَرَخَف‬
Artinya: Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya), dia berdoa,
“Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.”
Nabi Musa pergi tanpa tahu arah tujuan dengan diliputi perasaan cemas dan khawatir akan kejaran tentara Fir’aun. Tanpa ia sadari, ia
berjalan ke arah Madyan dan bertemu dengan dua putri Nabi Syuaib.
Dikutip dari buku Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII oleh Harjan Syuhada da Fida' Abdilah, pertemuan itu terjadi ketika Nabi
Musa tengah beristirahat. Dua gadis itu tengah mengambil air untuk hewan ternaknya.
Musa memutuskan untuk membantu mereka. Setelah itu mereka mengundang Musa untuk berkunjung ke rumah. Setelah sampai, ia baru
mengetahui bahwa dua gadis tersebut adalah putri Nabi Syuaib.
Setelah dijamu dengan penuh hormat, Nabi Musa menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya. Maka, Nabi Syuaib berkata, “Janganlah
takut, sesungguhnya engkau telah lepas dari kaum yang zalim.”
Nabi Syuaib kemudian menawarkan kepada Nabi Musa untuk menikahi salah satu dari putrinya. Hal ini juga diabadikan dalam surah Al
Qashash ayat 27. Tawaran itu diterima oleh Nabi Musa, dan ia menikah dengan salah satu putri Nabi Syuaib yang bernama Shafuro.

Kembalinya Nabi Musa ke Mesir

Setelah mendapat izin dari mertuanya, Nabi Musa didampingi istrinya berangkat menuju Mesir. Ia mendapat wahyu dari Allah SWT, di
mana peristiwa ini juga dikisahkan dalam surah Al Qashas ayat 29-32. Menurut beberapa riwayat, tempat turunnya wahyu Nabi Musa
adalah sebuah bukit yang bernama Tursina.
Ketika sampai di Mesir, Nabi Musa mengajak Fir'aun untuk kembali ke jalan yang benar dengan menunjukkan mukjizat dari Allah yaitu
tongkat ajaibnya yang bisa berubah jadi ular. Melihat itu, Fir'aun sangat murka dan memanggil semua tukang sihir agar bertanding
dengan Musa.
Kemenangan ada dipihak Nabi Musa dan para tukang sihir mengakui kebenaran yang dibawa olehnya. Selain itu, Siti Asiah, istri Raja
Fir'aun juga ikut beriman kepada Nabi Musa. Hal ini membuat Fir'aun murka dan menghukum mati para tukang sihir serta menyiksa
istrinya hingga meninggal.

Anda mungkin juga menyukai