Anda di halaman 1dari 3

NAMA : M.

ZULFFA ERBANGGA
KELAS : 4B

KISAH NABI MUSA A.S

Nabi Musa a.s. adalah putra dari Imran bin Yasar. Ibunya bernamaYukabad
binti Dahat, ia adalah keturunan dari Bani Israil. Nabi Musa a.s. lahir di Mesir pada
saat raja Firaun sedang berkuasa. Raja Firaun dikenal sebagai raja yang kejam dan
sombong. Bahkan raja Firaun berani mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan, dan
semua rakyatnya diperintahkan untuk menyembahnya.
Pada suatu hari raja Firaun bermimpi, bahwa ia melihat negeri Mesir menjadi
berantakan karena hangus terbakar. Semua penduduk Mesir mati kecuali keturunan
dari Bani Israil.
Setelah terbangun kemudian raja Firaun segera memanggil peramal mimpi
untuk menafsirkan tentang mimpinya tersebut. Para peramal mimpi itu
memberitahukan kepada raja Firaun bahwa akan lahir seorang anak laki-laki dari
Bani Israil yang akan merebut kekuasaan raja Firaun. Mendengar hal itu membuat
raja Firaun merasa takut kekuasaannya akan hilang. Raja Firaun segera
memerintahkan pasukannya supaya membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir
dari Bani Israil.
Pada saat itu, ibu Nabi Musa a.s. yang bernama Yukabad merasa khawatir jika
bayinya juga akan dibunuh. Allah swt. kemudian mengilhamkan kepada Yukabad
supaya bayinya itu ditaruh dalam peti dan dihanyutkan di sungai Nil. Peti itu
ditemukan oleh istri Firaun yang bernama Asiah yang sedang mandi di sungai Nil.
Asiah sangat senang sekali melihat bayi laki-laki yang ada di dalam peti tersebut,
kemudian ia membawanya pulang ke istana. Saat raja Firaun melihat bahwa bayi
yang dibawa Asiah itu laki-laki, ia segera akan membunuhnya, tetapi Asiah
melarangnya. Atas bujukan Asiah akhirnya raja Firaun tidak membunuhnya. Setelah
Musa tumbuh menjadi dewasa di lingkungan istana, ia dikenal sebagai pemuda yang
cerdas, jujur, pemberani, dan bertanggung jawab.
Pada suatu hari ketika Musa sedang berjalan-jalan, ia melihat dua
orangpemuda yang berkelahi. Seorang dari Bani Israil dan satunya dari suku Qibti
(golongan Firaun). Saat Musa berusaha mendamaikan kedua orang yang sedang
berkelahi tersebut, orang dari golongan Qibti itu menolak untuk berdamai. Dia
merasa sombong karena berasal dari golongan raja Firaun. Pada masa itu, Bani Israil

adalah bangsa yang ditindas oleh raja Firaun. Karena Nabi Musa a.s. merupakan
keturunan dari Bani Israil, maka Nabi Musa a.s. membela kaumnya dan memukul
orang Qibti tersebut. Setelah dipukul, maka orang Qibti itu meninggal, Nabi Musa
a.s. menyesali atas perbuatannya dan memohon ampunan kepada Allah swt.

Saat berita terbunuhnya orang Qibti oleh Nabi Musa a.s. terdengar raja Firaun.
Maka raja Firaun memerintahkan tentaranya untuk menangkap Nabi Musa a.s.
Namun atas saran dari seseorang, Nabi Musa a.s. telah melarikan diri dari Mesir
sampai ke negeri Madyan.
Pada saat Nabi Musa a.s. berada di suatu sumber air negeri Madyan, ia
melihat para penggembala domba yang saling berdesakan mengambil air untuk
memberi minum domba-dombanya. Nabi Musa a.s. melihat dua orang gadis yang
tampak kesulitan dalam mengambil air, maka segera Nabi Musa a.s. datang untuk
menolongnya. Kedua gadis itu ternyata putrinya Nabi Syuaib a.s.. Nabi Musa a.s.
kemudian dinikahkan dengan salah seorang putri Nabi Syuaib a.s. yang bernama
Safira. Sebagai maskawinnya Nabi Musa a.s. disuruh menggembalakan kambing
Nabi Syuaib a.s. selama delapan tahun.
Setelah delapan tahun tinggal di negeri Madyan, Nabi Musa a.s. ingin kembali
ke negeri Mesir bersama istrinya. Di saat perjalanan ke Mesir, yaitu ketika berada di
bukit Tursina Allah swt. mengangkat Nabi Musa a.s. sebagai rasul melalui dialog
langsung. Nabi Musa a.s. diberikan kitab Taurat sebagai pedoman hidup dan diberi
tongkat oleh Allah swt. Ketika sampai di Mesir Nabi Musa a.s. menuju ke rumah
saudaranya yang bernama Harun a.s.. Nabi Musa a.s. mengajak Nabi Harun a.s. untuk
menemui raja Firaun. Mereka berdua kemudian datang ke istana raja Firaun. Nabi
Musa a.s. mengajak raja Firaun supaya beriman kepada Allah swt. Namun ajakan itu
ditolak oleh raja Firaun, bahkan ia menantang Nabi Musa a.s. untuk adu kemampuan.
Raja Firaun segera memanggil tukang-tukang sihirnya untuk melawan Nabi Musa
a.s.. Para tukang sihir itu kemudian menyihir tali menjadi ular yang banyak. Atas
perintah Allah swt., kemudian Nabi Musa a.s. melemparkan tongkatnya. Tongkat itu
berubah menjadi ular yang sangat besar dan memakan ular-ular kecil milik penyihir.
Para penyihir tersebut mengaku kalah dan mau beriman kepada Allah swt. Melihat
hal itu membuat raja Firaun sangat marah dan memerintahkan tentaranya untuk
membunuh nabi Musa a.s. dan pengikutnya.
Raja Firaun dan tentaranya mengejar Nabi Musa a.s. hingga sampai di tepi
Laut Merah. Allah swt. memberi petunjuk kepada Nabi Musa a.s. supaya
memukulkan tongkatnya ke laut. Seketika itu pula Air laut itu kemudian terbelah
menjadi dua sehingga menjadi jalan yang dapat dilewati oleh Nabi Musa a.s. dan
pengikutnya. Di belakangnya raja Firaun dan tentaranya tetap mengejarnya. Setelah
Nabi Musa a.s. dan pengikutnya telah sampai di seberang laut, Nabi Musa a.s.
kembali memukulkan tongkatnya ke laut. Air laut itu kemudian kembali bersatu. Raja
Firaun dan tentaranya yang masih berada di tengah laut akhirnya tenggelam di Laut
Merah.

Anda mungkin juga menyukai