Anda di halaman 1dari 3

Eni herdiani/260110120026

KISAH BILAL BIN RABAH


Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya. Bilal lahir di daerah asSarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda' (putra wanita hitam). Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meinggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir. Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Sholallahu alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu'minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, 'Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad. Bilal merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun. Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah hingga menembus punggung... , dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah Islam. Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad. Adakalanya, saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal-semoga Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-Nya. Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, "Ahad, Ahad ... (Allah Maha Esa)." Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun hanya berkata, "Ahad, Ahad ...." Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, "Ahad, Ahad...." Mereka memaksa Bilal agar memuji Latta dan 'Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, "Ikutilah yang kami katakan!" Bilal menjawab, "Lidahku tidak bisa mengatakannya." Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.

KETEGUHAN IMAN AMMAR BIN YASIR R.A


Para sahabat Nabi juga seperti manusia pada umumnya yang terkadang diantara sesama mereka timbul perselisihan pendapat tapi hal itu semata mata untuk mencari kebenaran dan kemaslahatan bukan untuk mementingkan ego masing masing. Mereka adalah generasi pilihan yang telah ditempa oleh Rasulullah SAW sehingga jauh dilubuk hati mereka tertanam sifat ukhuwah yang telah mengakar kuat dan Rasulullah sendiri yang menjadi saksi atas sikap dan perilaku sahabat sahabatnya. Hari itu terjadi perselisihan antara Khalid bin Walid r.a dan Ammar bin Yasir r.a sehingga para sahabat ramai membicarakan dan bingung dengan hal tersebut. Maka Rasulullah SAW datang dan menengahi masalah tersebut dan bersabda Siapa yang memusuhi Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci Ammar, maka ia akan dibenci Allah! dan tidak ada pilihan lagi bagi Khalid bin Walid Sang Pedang Allah itu selain segera mendatangi Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf . lalu siapakah Ammar bin Yasir itu ? Dimulai dari hijrahnya seseorang bernama Yasir bin Amir dari negeri Yaman ke Mekkah untuk mencari saudaranya. Lama kelamaan kerasan juga Yasir tinggal di Mekkah dan akhirnya bertemu denga wanita budak bernama Sumayyah dan mengikat janji untuk menikah. Dari pernikahan yang barokah ini melahirkan salah satu putra terbaik yang gigih mempertahankan keislamannya yaitu Ammar bin Yasir r.a. keluarga Yasir termasuk orang yang awal awal dalam memeluk islam. Dan sebagai mana kita tahu bahwa pihak yang lemah bila memeluk islam maka akan memperoleh siksaan dan perlakuan yang tidak manusiawi. Demikian juga halnya dengan keluarga Yasir bin Amir r.a mereka memperoleh siksaan dari pemuka pemuka Quraisy dengan cara yang amat biadab. Setiap hari Yasir, Sumayyah dan Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa. Amar mengalami penyiksaan dengan cara dicambuk hingga habis segala daya upaya para tukang cambuk untuk membujuk agar Ammar meninggalkan keyakinannya yang teguh kepada islam. Pernah juga ia dihukum bakar dengan besi panas, sampai disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Pada suatu hari Rasulullah SAW menemui mereka dan menghibur mereka dengan janji syurga. Kemudian Ammar berkata Wahai Rasulullah, adzab yang kami derita telah sampai ke puncak. Rasulullah saw menjawabSabarlah, wahai Ammar .Sabarlah, wahai keluarga YasirTempat yang dijanjikan bagi kalian ialah Surga

MUSHAB BIN UMAIR


Mushab bin Umair salah seorang di antara para shahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kit, memulai kisah dengan pribadi-nya: Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan. Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum Suatu hari anak muda ini

mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Mekah mengenai Muhammad al-Amin Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai dai yang mengajak ummat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa. Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu, dan tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam serta Agama yang dibawanya, maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah. Ketika Mushab menganut Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Mekah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mushab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mushab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya. Demikianlah beberapa lama Mushab tinggal dalam kurungan sampai saat bebeuapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mushab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lain pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muhajirin, lain pulang ke Mekah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para shahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya. Balk di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mushab di tiap saat dan tempat kian meningkat. Dan saat perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran fihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimanan dari fihak anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata: Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi. Maka Mushab pun menghampiri ibunya sambil berkata: !Wahai bunda! Telah anakanda sampaikan nasihat kepada bunda, dan anakanda menaruh kasihan kepada bunda. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut: Demi bintang! Sekali-kali aku takkan masuk ke dalam Agamamu itu. Subhanalloh kisah para mujahid-mujahid pembela islam diatas sangat luar biasa. Mereka tetap teguh memperjuangakan agama Alloh meskipun mereka harus merasakan sakit yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Semoga mereka mendapatkan syurga Alloh yang dijanjikan oleh-Nya. Dan kita selaku makhluk ciptaan Alloh mudah-mudahan bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah diatas dan semoga selalu mendapatkan hidayah untuk terus memperjuangkan agama Alloh.

Anda mungkin juga menyukai