1. TABLET
Evaluasi Granul
a. Uji Sudut Istirahat
Penetapan sudut istirahat dilakukan dengan menggunakan corong yang bagian
atas berdiameter 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Granul ditimbang
senayak 100g dimasukkan ke dalam corong, lalu dialirkan melalui ujung corong dan
ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus :
ℎ
tan α = 𝑟
Keterangan :
Α : sudut istirahat
h : tinggi tumpukan serbuk
r : jari-jari tumpukan serbuk
Persyaratan : uji dikatakan memenuhi syarat apabila 25⁰ > α < 40⁰. Apabila memiliki
o
sudut reposa lebih besar 50 maka laju alirnya jelek. (Voight, 1994).
c. Indeks Kompresibiltas
Sejumlah massa tablet ditimbang (m)) dimasukan ke dalam gelas ukur kemudian
diukur volumenya (V1). Gelas ukur yang berisi massa tablet tersebut diletakkan pada
alat bulk tapped density tester. Alat dipasang pada ketukan sebanyak 300 kali.
Percobaan diulangi dengan 300 ketukan kedua untuk memastikan bahwa volume
sampel tidak mengalami penurunan,volumenya diukur (V2).
𝑚
Berat jenis (BJ) nyata = 𝑉1
𝑚
Berat jenis (BJ) mampat = 𝑉2
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡−𝐵𝐽 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
% Kompresibilitas = 𝑥 100%
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
Evaluasi Tablet
a. Uji Organoleptik
Evaluasi penampilan fisik dari tablet dilakukan dengan cara mengamati
bentuk, warna dan permukaan tablet, serta ada tidaknya baru, rasa, dan kerusakan
pada tablet tersebut.
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Penyimpangan (%) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%
c. Uji Keseragaman Ukuran
Dipilih 20 tablet dari masing-masing formula, diukur tebal dan diameter
masing-masing tablet menggunakan alat ukur. Menurut Farmakope Indonesia III,
syarat keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 1 1⁄3 kali tebal tablet (FI III, 1979).
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Friabilitas = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%
2. KAPSUL
a. Kesegaraman Bobot
Cara untuk kapsul yang berisi obat kering. Timbang 20 kapsul. Timbang kapsul
satu per satu. Keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul.
Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen
bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari
yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang
diteteapkan pada kolom B.
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata isi kapsul
A B
<120 mg ± 10% ± 20%
>120 mg ± 7,5% ± 15%
Cara untuk kapsul berisi bahan obat cair atau pasta. Timbang 10 kapsul.
Timbang kapsul satu per satu. Keluarkan semua isi kapsul, cuci cangkang kapsul
dengan eter P..buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter. Timbang
seluruh cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.
Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul
tidak lebih dari 7,5%.
b. Volume Sedimentasi (Teori dan Praktek Farmasi Industri Lachman, 3rd ed. Hal
492-493)
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik
suspendibilitasnya.
Cara :
1. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala.
2. Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
3. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya
sedimentasi. Volume terakhir tersebut diukur (Vu). Hitung volume
sedimentasi (F)
Penafsiran hasil :
F= Vu/Vo
Keterangan :
F : nilai sedimentasi
Vu : volume endapan
Vo : volume keseluruhan
c. Kemampuan Redispersi (Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 493;
Lieberman, Disperse System Vol 2 hal 304)
Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku
suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel untuk tujuan
perbandingan. Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok
sediaannya dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik.
Keuntungan pengocokan mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila
digunakan dengan kondisi terkendali. Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada
endapan) ditempatkan ke silinder bertingkat 100 mL. Dilakukan pengocokan
(diputar) 360˚ dengan kecepatan 20 rpm. Titik akhirnya adalah jika pada dasar
tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil :
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan
pengocokan tangan maksimum 30 detik.
4. SEDIAAN LIKUID
a. Evaluasi Fisik
1. Penampilan
Dilihat dengan adanya pemisahan fasa atau pecahnya emulsi, bau tengik,
perubahan warna.
2. Homogenitas
Dengan cara meletakkan sedikit krim diantara 2 kaca objek dan
diperhatikanadanyapartikel-partikel kasar atau ketidakhomogenan.
3. Viskositas dan rheologi
4. Ukuran partikel:
Prinsip : perubahan reflektan pada panjang gelombang dimana fase dalam
berwarna mengabsorbsi sebagian cahaya yang masuk, ternyata berbanding
terbalik dengan suatu kekuatan dari diameter partikel.
Prosedur : sebarkan sejumlah krim yang membentuk lapisan tipis pada slide
mikroskop. Lihat di bawah mikroskop.
Syarat : Tidak boleh lebih dari 20 partikel berukuran >20μm, tidak boleh lebih
dari 2 partikel berukuran >50μm, dan tidak satupun partikel berukuran >90μm.
5. Stabilitas krim
Dilakukan uji percepatan dengan Agitasi atau sentrifugasi (mekanik)
(Lachman, Teori dan Praktek Far. Ind., Hal 1081).
Prosedur : sediaan disentrifuga dengan kecepatan tinggi (+ 30000 119 RPMO).
Amati adanya pemisahan atau tidak.
Menurut Becher : sentrifugasi 3750 rpm, radius 10 cm, 5 jam sebanding dengan
efek gravitasi 1 tahun. Ultrasentrifugassi 25000 rpm atau lebih sebanding dengan
efek yang tidak diamati selama umur normal emulsi/krim.
6. Uji Stabilitas dengan Manipulasi suhu (termik)
(Lachman).
Prosedur : krim dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30,
40, 50, 60 dan 70 oC. Amati dengan bantuan indikator (ex. Sudan merah),
mulai suhu berapa terjadi pemisahan. Makin tinggi suhu, krim makin stabil.
7. Isi minimum (FI IV, 1994, hal 997)
8. Penentuan tipe emulsi
Uji kelarutan zat warna (Martin)
Sedikit zat warna larut air, misal metilen biru atau biru brillian CFC diteteskan
pada permukaan emulsi. Jika zat warna terlarut dan berdifusi homogen pada fase
eksternal yang berupa air, maka tipe emulsi adalah M/A. Jika zat warna tampak
sebagai tetesan di fase internal, maka tipe emulsi adalah A/M. Hal yang terjadi
adalah sebaliknya jika digunakan zat warna larut minyak (Sudan III).
Uji pengenceran (Martin)
Uji ini dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air. Jika emulsi
tercampur baik dengan air, tanpa adanya ketidakcampuran, maka tipe emulsi
adalah M/A. Hal ini dapat dilakukan dengan mikroskop untuk memberikan
visualisasi yang baik tentang tidak adanya ketidakcampuran.
9. Penetapan pH (FI IV, 1994 hal 1039-1040)
10. Uji kebocoran tube (FI ed IV, 1994)
B. Evaluasi Kimia
C. Evaluasi Biologi
Penetapan potensi antibiotik (FI IV, 1994, Hal 891-899)