● IPC
NO JENIS UJI TUJUAN PROSEDUR SYARAT REFERENSI
● EPC
NO JENIS UJI TUJUAN PROSEDUR SYARAT REFERENSI
di mana C adalah
konsentrasi, dalam mg per
mL; E adalah konten
clindamycin
(C18H33ClN2O5S) yang
ditunjuk, dalam µg per mg;
dan rU dan rS adalah
respons puncak
klindamisin fosfat yang
diperoleh dari masing-
masing sediaan dan
sediaan Standar.
2. Penetapan Penentuan kadar Penetapan dengan cara Clindamycin (FI IV, hal.
Kadar zat aktif dalam Kromatografi cair kinerja Phosphate Gel 236, FI V hal.
tinggi.
sediaan mengandung 647, USP 32,
Fase gerak — Larutkan
10,54 g kalium fosfat setara tidak hal. 113)
monobasa P dalam 775 ml kurang dari 90,0
air, atur pH hingga 2,5
persen dan tidak
dengan penambahan asam
fosfat P. Tambahkan 225 lebih dari 110,0
ml asetonitril P, campur persen dari
dan saring.
jumlah berlabel
Larutan baku internal —
Timbang sejumlah klindamisin
4hidroksiasetofenon P, (C18H33ClN2O5S)
larutkan dalam asetonitril P .
hingga kadar lebih kurang
4 mg per ml. Encerkan
sejumlah volume larutan
tersebut dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang
0,04 mg per ml.
Larutan Baku — Timbang
saksama lebih kurang 24
mg Klindamisin Fosfat
BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 100-ml.
Tambahkan 25,0 ml
Larutan baku internal,
encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda.
Larutan uji — Timbang
lebih kurang 24 mg zat,
masukkan ke dalam labu
tentukur 100-ml.
Tambahkan 25,0 ml
Larutan baku internal,
encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi —
Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan
detektor 210 nm dan
kolom 4,6 mm x 25 cm
berisi bahan pengisi L7.
Laju alir lebih kurang 1 ml
per menit. Lakukan
kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur
respons puncak seperti
tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak
analit dan puncak baku
internal tidak kurang dari
2,0 dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari
2,5%.
Prosedur — Suntikkan
secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang
20 µl) Larutan baku dan
Larutan uji ke dalam
kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur
respons puncak utama.
Waktu retensi relatif
klindamisin fosfat dan 4’-
hidroksiasetofenon
masing-masing adalah
lebih kurang 1,0 dan 1,2.
Hitung jumlah dalam mg
klindamisin dalam tiap ml
injeksi yang digunakan
dengan rumus:
Prosedur — Pengujian
dapat dilakukan dalam tiap
lima wadah ash bila
volume sediaan tiap
wadahnya mencukupi dan
wadah sediaan dapat
ditusuk secara aseptik
(dengan jarum dan alat
suntik melalui tutup karet
elastomerik), atau dalam
lima wadah bakteriologi
bertutup steril, berukuran
mencukupi untuk volume
sediaan yang dipindahkan.
Inokulasi tiap wadah
dengan satu inokula baku
yang telah disiapkan dan
diaduk. Volume suspensi
inokula yang digunakan
antara 0,5% dan 1,0% dan
volume sediaan. Kadar
mikroba uji yang
ditambahkan pada sediaan
seperti halnya kadar akhir
sediaan uji setelah
diinokulasi antara 1 x 10 5
dan 1 x 106 koloni/ml.
Inkubasi wadah yang
sudah diinokulasi pada
22,50 ± 2,50.
3. Potensi Untuk Menggunakan metode Pengujian FI IV
Antibiotik memastikan lempeng silinde : dilakukan pada
FI V (Hal.
aktivitas antibiotik suhu 32°- 35°
Tuang 21 ml media ke 1392-1398)
tidak berubah selama 24 jam.
dalam masing-masing
selama proses Dengan media
sejumlah cawan yang
pembuatan laruta yang digunakan
diperlukan, dan biarkan
dan menunjukkan adalah Pepton P
memadat sebagai lapisan
daya hambat 6,0 g, Digesti
dasar yang licin dengan
antibiotik pankreatik
ketebalan seragam.
terhadap mikroba. kasein 4,0 g,
Tambahkan 4 ml lapisan
Ekstrak ragi P
inokula, putarkan cawan
3,0g, Ektrak
untuk menyebar-ratakan
daging P 1,0 g,
inokula pada permukaan
Dekstrosa P 1,0
dan biarkan memadat.
g, Air 15,Og,
Jatuhkan 6 buah silinder
dan Air 1000
pada permukaan yang telah
ml. dengan pH
diinokulasi dari ketinggian
setelah
12 mm, menggunakan alat
sterilisasi
mekanik atau alat lain
untuk menjainin 8,3±0,1.
penempatannya pada
radius 2,8 cm, kemudian
tutup cawan untuk
mencegah kontaminasi.
Setelah ke-6 silinder pada
tiap cawan Petri diisi
dengan enceran larutan
antibiotic, inkubasi cawan
pada suhu 32°- 35° selama
24 jam. Ambil semua
silinder, ukur dan catat
diameter tiap hambatan
pertumbuhan hingga
mendekati 0,1 mm. Pada
penetapan I tingkat dosis
dengan kurva baku, buat
pengenceran dengan 5
tingkat dosis baku (S1 -
S5) dan satu tingkat dosis
uji (U 3) yang sesuai
dengan S 3 kurva baku.
Untuk memperoleh kurva
baku, isi silinder selang-
seling pada tiap 3 cawan
dengan dosis tengah baku
(S 3) dan tiap silinder dari
9 silinder sisanya dengan
satu dari empat
pengenceran larutan baku.
Lakukan hal yang sama
untuk 3 pengenceran baku
lainnya. Untuk tiap sediaan
uji, isi silinder selang-
seling pada tiap 3 cawan
dengan dosis tengah balm
(S 3) dan 9 silinder sisa
dengan enceran larutan uji
yang sebanding (U 3).
Agustin, Rini., Sari, Novica., Zaini, Erizal. 2014. Pelepasan Ibuprofen dari Gel Karbomer 940
Kokristal Ibuprofen-Nikotinamida. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(1), 79-88 diakses
melalui https://media.neliti.com/media/publications/129460-ID-pelepasan ibuprofen
dari-gel-karbomer-94.pdf pada tanggal 8 juni 2020 pukul 11.55 WIB
Annisa, Lulu. 2017. FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIKA-KIMIA SEDIAAN GEL ETIL
P-METOKSISINAMAT DARI RIMPANG KENCUR (KAEMFERIA GALANGA Linn.).
Jakarta: Universitas Islam Negeri Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36696/1/LULU%20ANNISA
%20-%20FKIK.pdf. Diakses pada 8 Juni 2020
Ansel, H.C. 1998. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hal 105,401.
Cahyaningsih, Nurqulbiati. 2018. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Gel Minyak Atsiri Daun
Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) dengan Basis Hpmc sebagai Antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/60830/10/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf (diakses 7
Juni 2020)
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM. 2004. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hendrawan, Nandea Zulfana. 2018. FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI GEL
NANOSILVER TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SEECARA IN VITRO.
Malang: Universitas Islam Negeri Maula Malik Ibrahim.
Mappa T, Edy HJ, Kojong N. 2013. Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan (Peperomia
pellucida (L.) H.B.K) dan Uji Efektivitasnya terhadap Luka Bakar pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(2):49-55.
Martin, A. 1993. Physical Pharmacy: Physical Chemical Principles in The Pharmaceutical
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 4 No.1 211Science. 3rd ed. Philadelphi London: Lea
& Febiger
Mursyid, A. M,. 2017. EVALUASI STABILITAS FISIK DAN PROFIL DIFUSI SEDIAAN
GEL (MINYAK ZAITUN). Makassar: FF UMI. Pada laman
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact
8&ved=2ahUKEwj-z__G8 _pAhXUIbcAHUglD24QFjABegQIAhAB&url=https%3A
%2F%2Fjurnal.farmasi.umi.a .id%2Findex.php%2Ffitofarmakaindo%2Farticle%2Fdownload
%2F229%2F209&usg= OvVaw342yJTHLqDXKDLlJNLd710 diakses pada 7 Juni 2020.
Shanti, Wathoni N. dan Mita S.R.M. 2011. Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan dari
Ekstrak Etanol Biji Belinjo. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Bandung.
Tambunan, Suryani., Teuku Nanda Saifullah Sulaiman. 2018. Formulasi Gel Minyak Atsiri
Sereh dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah Farmaseutik. 14(2):87-95.
Sayuti, Nutrisia Aquariushinta. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel
EkstrakDaun Ketepeng Cina (Cassia alata L.). Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(2):74-
82.
Tranggono, Retno. 2007. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
USP 32: United States Pharmacopeia. Rocville: UnitedStates Pharmacopeial Convention.