Anda di halaman 1dari 2

PERANG KHANDAQ

 Perang Khandaq dinamakan juga perang Ahzab, terjadi pada bulan Syawal tahun kelima Hijri, namun
ada juga yang mengatakan pada tahun keempat Hijri.
 Kekuasaan kaum muslimin semakin mantap setelah pecah beberapa peperangan selama lebih dari satu
tahun, hal ini membuat orang-orang Yahudi semakin terbakar amarah.
 Yahudi merancang konspirasi terhadap kaum Muslimin dengan menghimpun pasukan dari beberapa
kaum secara sembunyi-sembunyi karena mereka belum berani menyerang secara langsung.
 Beberapa pemimpin Yahudi dari Bani Nadlir pergi ke Makkah untuk mendorong Musyrikin Quraisy
melancarkan perang terhadap Rasulullah. Saw dan berjanji akan membantu dan mendukung rencana
ini.
 Pemimpin Yahudi mendatangi Bani Ghathafan, Bani Fuzarah dan Bani Murrah yang selama ini
menyimpan dendam terhadap Islam, mereka berhasil mewujudkan persekutuan.

 Rasulullah saw mendengar berita tersebut, beliau mengumumkan kepada kaum Muslimin dan bersiap
untuk perang serta meminta pandangan para sahabat dalam menghadapi peperangan ini.
 Salman al Farisi mengusulkan supaya digali parit di sekitar Madinah, dan usulan disetujui. Usulan
tersebut belum pernah di kenal bangsa Arab.
 Rasulullah saw dan kaum muslimin mulai menggali parit yang memisahkan mereka dengan musuh.
 Jumlah kaum muslimin sebanyak 3 ribu sedangkan musuh berjumlah 10 ribu.

 Dalam penggalian parit tersebut ditemukan sebongkah batu besar yang sukar untuk dipecahkan, para
sahabat melapor pada Nabi saw.
Kata Nabi saw :”Biarkan aku yang turun”. Kemuadian Beliau bangkit sedang perut beliau diganjal
dengan batu, sebelumnya kami tak pernah makan selama tiga hari. Nabi saw segera mengambil martil
dan memukulkannya hingga hancur berupa pasir.

 Jabir bin Abdullah meminta ijin kepada Rasulullah untuk pulang sebentar. Ia meminta istrinya
memasak gandum dan seekor anak kambing yang dipunyanya untuk dihidangkan kepada Rasulullah
saw.
 Jabir mengundang Rasulullah bersama satu atau dua orang sahabat untuk makan dirumahnya. Tanya
Rasul saw,”Berapa banyak makanan itu?” Setelah disebutkan jumlahnya Beliau berkata,”Itu cukup
banyak dan baik. Katakan pada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan roti itu
jangan pula dikeluarkan dari pembakarannya sebelum aku datang kesana”.
Kemudian Nabi saw memanggil para penggali parit yang jumlahnya ribuan orang untuk makan, lalu
mereka melahap makanan yang tak seberapa banyak hingga semua kenyang. Bahkan masih banyak
sisanya. Beliau berkata,”Makanlah ini dan bagikan kepada orang banyak karena kini sedang terjadi
musim paceklik”.

 Orang-orang Munafik merasa enggan dalam mengerjakan penggalian parit bersama Rasulullah saw
dan kaum Muslimin, mereka menampakkan diri lemas dan tak mampu. Banyak yang melarikan diri
tanpa sepengetahuan Rasulullah. (Qs. An Nur:62)

 Ka’ab bin Asad al Qardli (Bani Quraidlah) melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama
Rasulullah saw. Setelah didesak oleh Huyay bin Akhthab (Bani Nadhir).

 Kaum Munafik mulai menyebarkan bibit keraguan dan perpecahan, sementara musuh datang dari
segala penjuru. Kaum Muslimin semakin terancam, maka Rasulullah meminta pandangan Sa’ad bin
Muadz dan Sa’ad bin ’Ubadah untuk melakukan perdamaian dengan kabilah Ghatafan dengan
memberikan 1/3 hasil panen kota Madinah agar mereka bersedia tidak ikut memerangi kaum
Muslimin.
 Setelah mengetahui bahwa itu hanya kebijakan Rasulullah keduanya berkata”Demi Allah kami tidak
rela memberikan sesuatu kepada mereka selain daripada pedang sampai Allah memutuskan sesuatu
antar akami dan mereka”.

 Allah memberikan kemenangan kepada Kaum Muslimin dalam perang Khandaq tanpa melalui
pertempuran, tapi melalui dua sarana :
 Pertama, Ada seorang dari Ghatafab yang bernama Nu’aim bin Mas’ud, yang menemui Rasulullah,
menyatakan keIslamannya dan menawarkan diri untuk melaksanakan perintah Rasulullah saw. Lalu
Rasulullah memberikan tugas untuk memecah kekuatan musuh.
 Kedua, dengan mengirimkan angin taufan pada malam yang dingin, yang menghempaskan kemah-
kemah Musyrikin. Sehingga esok harinya kaum Musyrikin kembali meninggalkan medan perang.

 Selama perang Ahzab berlangsung Rasulullah saw tidak henti-hentinya beristighatsah, merendahkan
diri, dan berdoa kepada Allah untuk kemenangan kaum Muslimin.

 Pada peperangan ini Rasulullah saw luput stu waktu shalat kemudian dilaksanakannya (qadla’) di luar
waktunya.

IBRAH
1. Sarana perang yang digunakan oleh kaum Muslimin dalam peperangan ini adalah penggalian parit
yang diusulkan Salman al Farisi, sebelumnya taktik ini tidak dikenal. Rasulullah mengagumi usul ini
dan mengajak sahabat untuk melaksanakannya. ”Pengetahuan adalah milik kaum Muslimin yang
hilang. Di mana saja didapatinya maka mereka lebih berhak mengambilnya daripada orang
lain”.Sesungguhnya Syariat Islam melarang kaumMuslimin mengikuti orang lain secara membabi
buta, juga menganjurkan untuk mengambil dan mengumpulkan nilai-nilai kebaikan dan prinsip yang
bermanfaat dimana saja didapatinya.
2. Kerjasama para sahabat bersama Rasulullah saw dalam menggali parit merupakan suatu pelajaran
besar yang menjelaskan hakikat persamaan yang ditegakkan oleh masyarakat Islam di antara seluruh
anggotanya. Bukan hanya sekedar slogan.
3. Mengungkapkan potret Kenabian dalam sosok kepribadain Nabi saw. Menampakkan kecintaan para
Sahabat kepada Beliau dan kasih sayangnya kepada mereka.
4. Hikmah musyawarah Rasulullah kepad sebagian Sahabatnya untuk menawarkan perdamaian kepada
kabilah Ghatafan, ialah bahwa Nabi saw ingin mengetahui sejauhmana para Sahabatnya itu telah
memiliki kekuatan moral dan sikap tawakal kepada pertolongan Allah SWT pada saat menghadapi
kepungan kaum Musyrikin dan pengkhianatan Banu Quraidlah. Rasulullah tidak suka menyeret para
sahabatnya pada suatu peperangan atau ”petualangan” yang mereka sendiri belum cukup
memilikikeberanian untuk memasukinya atau tidak meyakini segi positifnya.
5. Kaum Muslimin diberikan kemenangan dalam peperangan ini dengan sarana mendekatkan diri
kepada Allah serta memperbanyak doa dan istighatsah kepada-Nya. Sarana inilah yang senantiasa
digunakan Rasulullah setiap kali menghadapi musuh di medan jihad, sarana yang mutlak harus
digunakan kaum Muslimin juka ingin memetik kemenangan.

Anda mungkin juga menyukai