Anda di halaman 1dari 4

Peristiwa Fathul Makkah

Peristiwa Fathul Makkah adalah sebuah peristiwa di mana akhirnya Nabi


Muhammad dan para sahabat berhasil menguasai Makkah dan menghancurkan
berhala-berhala di sekitarnya. Sehingga Ka’bah kembali suci. Peristiwa ini
bermula dari perjanjian Hudaibiyah tahun 628 M, isi dari perjanjian Hudaibiyah
tersebut adalah:
1. gencatan senjata selama sepuluh tahun
2. orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun berikutnya, tinggal
di sana selama tiga hari saja dengan hanya membawa sebilah senjata.
3. bekerja sama dalam perkara yang membawa kepada kebaikan.
4. orang Quraisy yang lari ke pihak Islam harus dikembalikan ke Makkah.
5. orang Islam yang lari ke Makkah tidak dikembalikan ke Madinah,
6. kedua belah pihak boleh membangun kerja sama dengan kabilah lain tapi
tidak boleh membantu dalam hal peperangan.
Ini adalah perjanjian antara kaum muslimin dan kaum Quraisy. Perjanjian ini
terjadi ketika satu rombongan yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad Saw
hendak melaksanakan haji ke Baitullah. Namun, pihak Quraisy melihatnya sebagai
sebuah ancaman. Jika orang-orang dari Madinah, yang notabene adalah rival dari
kafir Quraisy datang ke Makkah, maka apa tanggapan orang-orang nanti? Untuk
itulah, pemuka-pemuka Quraisy dengan segala daya upaya menyusun sebuah
strategi, yaitu mengikat kaum muslimin dalam suatu perjanjian agar tidak dapat
leluasa mengunjungi Makkah. Dan terjadilah perjanjian Hudaibiyah. Ketakutan kaum
kafir Quraisy ini muncul, disebabkan karena setelah Nabi Saw dan beberapa ratus
sahabat hijrah dari Makkah menuju Yatsrib (Madinah), antara kaum Muslimin dan
kaum Quraisy hampir selalu terjadi peperangan yang tak terelakkan. Dan dalam
pengepungan selama 20 hari oleh 10 ribu pasukan Quraisy terhadap Madinah pada
tahun 627 M, Nabi Muhammad Saw dan 3.000 umat Islam berhasil mempertahankan
Madinah.

Dantibalah saatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, untuk memerangi Quraisy


dengan hak, dimana selama ini mereka memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan sahabatnya tanpa alasan yang dapat dibenarkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabatnya untuk
bersiap perang, beliau merahasiakan tujuannya agar Quraisy tidak bersiap perang,
hingga umat Islam kepung negeri mereka.”
Mereka bersiap hingga terkumpul 10.000 tentara. Tidak ada yang tertinggal seorang
pun dari Muhajirin dan Anshar serta kabilah-kabilah yang tinggal di dekat Madinah.
Bilangan yang sangat banyak ini menunjukkan betapa besarnya kemenangan Islam
selama masa perjanjian Hudaibiyah (yang disebut oleh Allah dalam Surat Al-Fath
sebagai hari kemengan) yang baru berlangsung kurang dari dua tahun, betapa
banyak yang masuk Islam dalam selang waktu gencatan senjata antara Quraisy dan
kaum muslimin. Pada waktu Perang Ahzab tahun ke-5 pasukan sahabat hanya
sebanyak 3.000 tentara dan yang ikut di Hudaibiyah pada tahun ke-6 hanya 1400
sahabat. Ini menunjukkan pengaruh positif dakwah Islam tatkala dibiarkan leluasa
tanpa dihalangi atau diperangi.

Di tengah perjalanan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan


tujuannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menutup semua berita kepada
kaum Quraisy sebab beliau menghendaki penduduk Mekah menyerah dengan damai
dan tidak menghendaki adanya peperangan terhadap kaumnya di Mekah.
Akan tetapi, Hathib bin Abi Balta’ah radhiallahu ‘anhu demi kemaslahatan diri dan
keluarganya mengirim surat ke Mekah lewat seorang wanita memberitahukan
kepada keluarganya dan penduduk Mekah tentang tujuan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.

Wahyu datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  tentang


perbuatan Hathib ini, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam  memerintahkan
kepada Ali, Zubair, dan Miqdad radhiallahu ‘anhum untuk mengejar wanita tersebut
sebelum tiba di Mekah. Seraya berkata, “Berangkatlah kalian hingga sampai di
Raudhah Khah, di sana ada seorang wanita membawa surat.”

Tatkala mereka mendapati wanita itu di tempat tersebut, mereka meminta


kepadanya untuk menyerahkan surat tetapi dia mengingkari bahwa dirinya tidak
membawa surat, maka mereka mengatakan, “Keluarkan surat itu atau kami buka
pakaianmu.”
Lalu dia (wanita itu) mengeluarkannya dari jalinan rambutnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Hathib radhiallahu ‘anhu,
“Kenapa engkau melakukan ini, wahai Hathib ?” Dia menjawab, “Saya tidak
melakukannya karena murtad atau cinta kekafiran, tetapi saya hendak memiliki
penolong dari Quraisy yang dapat menjaga kerabat saya.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia jujur.” Adapun Umar radhiallahu ‘anhu berkata,
“Izinkan saya bunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan, “Sesungguhnya dia ikut Perang Badar. Tahukah
kamu, sesungguhnya Allah berkata, ‘Beramallah kalian hai ahli badar, sungguh Aku
telah mengampuni dosa kalian’. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuhKu dan musuhmu
sebagai teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita
Muhammad), karena rasa kasih sayang, padahal sesungguhnya mereka telah ingkar
kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir)
kamu karena kamu beriman kepada Allah….” (Qs. Al Mumtahanah: 1)
Maka Umar radhiallahu ‘anhu menangis menyesali perkataannya tersebut.

Satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah Hatib bin Abi
Balta’ah radhiyallahu ‘anhu adalah bahwa sesungguhnya orang yang memberikan
loyalitas terhadap orang kafir sampai menyebabkan ancaman bahaya terhadap Islam,
pelakunya tidaklah divonis kafir, selama loyalitas ini tidak menyebabkan kecintaan
karena agamanya. Pada ayat di atas, Allah menyebut orang yang melakukan tindakan
semacam ini dengan panggilan, “Hai orang-orang yang beriman……”  Ini
menunjukkan bahwa status mereka belum kafir.
Kemudian Rasululllah Saw dan para sahabat melanjutkan perjalanan hingga
sampai di Dzu Thuwa. Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad Saw membagi
pasukannya, yang terdiri dari tiga bagian,  namun ada pendapat lain membagi
kedalam empat bagian masing-masing adalah:

1. Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian


bawah,
2. Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari
bukit Kada’, dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah
hingga sampai ke Mekkah.
Tambahan dari pendapat lain, bagian yang keempat dipimpin oleh

4. Sa’ad bin ‘Ubadah memimpin orang madinah supaya memasuki Mekkah dari


arah sebelah barat.

Setibanya di Makkah Nabi Muhammad Saw memasuki Ka’bah dengan dikelilingi


kaum Muhajirin dan Anshar. Dan melakukan Thawaf. Setelah thawaf mengelilingi
Ka’bah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabat dan memulai
menghancurkan berhala dan membersihkan Ka’bah.

Setelah selesai, dengan memegangi pinggiran pintu Ka’bah, beliau bersabda:

“‫األحزاب وحْ دَه‬


َ ‫ق َو ْعدَه ونَص َر َع ْبدَه وهَز َم‬
َ ‫ص َد‬
َ ،ٌ‫َي ٍء قدير‬ ُ ‫ لَهُ ال ُم ْل‬،‫ك له‬
ْ ‫ك وله الحم ُد وهو على َكلِّ ش‬ َ ‫ال إِله إِالَّ هللا وح َّده ال شري‬

Beliau berkata: “Wahai orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan


kesombongan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang. Manusia dari
Adam dan Adam dari tanah.”

Dan berkata: “Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangankan tentang apa yang
akan aku lakukan terhadap kalian?”

Merekapun menjawab, “Yang baik-baik.…. sebagai saudara yang mulia.… anak dari
saudara yang mulia.”

Beliau bersabda,
“Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya:
‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha
penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!”

Pada hari kedua, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berkhutbah di hadapan manusia.


Setelah membaca tahmid beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan Makkah. Maka tidak halal bagi orang
yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menumpahkan darah dan
mematahkan batang pohon di sana. Jika ada orang yang beralasan dengan perang
yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, maka jawablah: “Sesungguhnya
Allah mengizinkan RasulNya shallallahu ‘alahi wa sallam dan tidak mengizinkan
kalian. Allah hanya mengizinkan untukku beberapa saat di siang hari. Hari ini
Keharaman Makkah telah kembali sebagaimana keharamannya sebelumnya. Maka
hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.”

Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam diizinkan Allah untuk berperang di Makkah


hanya pada hari penaklukan kota Makkah dari sejak terbit matahari hingga ashar.
Beliau tinggal di Makkah selama sembilan hari dengan selalu mengqashar shalat dan
tidak berpuasa Ramadhan di sisa hari bulan Ramadhan.
Sejak saat itulah, Makkah menjadi negeri Islam, sehingga tidak ada lagi hijrah dari
Makkah menuju Madinah.

Demikianlah kemenangan yang sangat nyata bagi kaum muslimin. Telah


sempurna pertolongan Allah. Suku-suku arab berbondong-bondong masuk Islam.
Demikianlah karunia besar yang Allah berikan.

Dan selesailah pembebasan Mekkah pada tanggal 20 Ramadhan 8H atau 11


Januari 630, Dengan peristiwa ini, Allah menyelamatkan kota Makkah dari belenggu
kesyirikan dan kedhaliman, menjadi kota bernafaskan Islam, dengan ruh tauhid dan
sunnah. Dengan peristiwa ini, Allah mengubah kota Makkah yang dulunya menjadi
lambang kesombongan dan keangkuhan menjadi kota yang merupakan lambang
keimanan dan kepasrahan kepada Allah ta’ala.

Sekian dari saya Terima Kasih

Achmad Bintang Sumbara


X IPA 2

Anda mungkin juga menyukai