Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Perang Badar, menurut riwayat Abu Ishaq, Rasulullah keluar bersama 314 orang sahabatnya

pada suatu malam di bulan Ramadhan dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi secara
bergantian oleh duA atau tiga orang. Kaum muslimin tidak mengetahui keberangkatan bala bantuan
Quraisy yang keluar dari Mekah dengan tujuan perang. Pada saat itu, Abu Sofyan berhasil lolos
menyusuri mata air Badar dengan melewati jalanan panjang menuju Mekah.

Rasulullah SAW beserta para sahabat berjalan menuju Badar dan langsung mengambil posisi yang
menguntungkan. Setelah orang-orang musyrik muncul dan kedua pihak saling melihat, beliau berdiri
memohon pertolongan kepada Allah, diikuti sahabat lainnya dengan penuh ikhlas dan rendah diri di
hadapanNya. Ketika dua pasukan semakin mendekat, Rasulullah berdiri di tengah kaum muslimin untuk
menyampaikan nasihat dan mengingatkan kemenangan yang tak akan lama lagi diraih. Beliau juga
mengabarkan, bahwa Allah menjanjikan masuk surga, bagi siapapun yang syahid di jalanNya.

Pada peperangan ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah senantiasa terus memperbanyak doa, dengan
penuh ketundukan dan khusyu, sehingga Abu Bakar iba melihat beliau seraya berkata Ya Rasulullah,
demi diriku yang berada di tanganNya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi
janjiNya kepadaMu. Salah satu dari doa beliau, Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy yang datang
dengan kecongkakan dan kesombongannya untuk mendustakan RasulMu. Ya Allah, tunaikanlah
kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, kalahkan mereka esok hari

Pertempuran dimuali pada pagi hari tahun kedua hujriyah. Rasulullah mengambil seganggam krikil dan
melemparakannya ke arah kaum musyrik seraya berkata, Hancurlah wajah-wajah mereka! sehingga
menimpa mata semua pasukan Quraisy. Allah pun mendukung kaum mukmin dengan bala bantuan
berupa Malaikat. Akhirnya, kemenangan besar diraih kaum muslimin. Ada 70 musyrikin yang terbunuh
dan 70 orang yang tertawan, sedangkan ada 14 orang dari kaum mukminin yang mengapai syahid.


Bentuk Pertolongan Allah Dalam Perang Badar

Sesungguhnya betapa banyak dan besarnya pertolongan yang Allah berikan bagi pasukan Rasulullah
Saw. dalam perang Badar. Betapa janji Allah selalu benar, bahwa Allah Swt. pasti akan menolong
hambaNya yang menolong agamaNya. Sejarah telah mencatat rahmat Allah yang menyertai orang-orang
yang beriman. Kemenangan sejati selalu ada ketika ia bersandingan dengan iman. Berikut adalah
beberapa hal yang menyokong kemenangan yang diraih kaum muslimin.

Sejarah telah mencatat rahmat Allah yang menyertai orang-orang yang beriman. Kemenangan sejati
selalu ada ketika ia bersandingan dengan iman
1. Pasukan Malaikat

Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa ketika seorang sahabat mengejar dengan gigih seorang
musyrik yang ada di depannya, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan dan suara penunggang kuda yang
menghentakkan kudanya. Lalu sahabta tersebut melihat orang musyrik itu jatuh tewas terkapar dengan
keadaan hidung dan wajahnya terluka berat akibat pukulan keras. Hal tersebut ia ceritaka kepada
Rasulullah SAW, beliau bersabda, Kau benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.
(H.R.Bukhari dan Muslim)

Kemenangan pada perang Badar menjadi pesta di kalangan para malaikat karena peristiwa ini adalah
pertama kalinya mereka diizinkan terjun ke gelanggang perang di bawah komando Jibril dengan seribu
pasukan malaikat pilihan.

Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepadamu bala bantuan dengan seribu malaikat yang datang
berturut-turut. (Q.S.An Anfal:9)

Para Malaikat yang terlibat dalam Perang Badar memiliki kemuliaan di antara semua malaikat. Rafiah
bin Rafi Az Zarqi mengatakan, Jibril berkata kepada Nabi SAW dan berkata: Bagaimana kalian
menganggap veteran Badar di antara kalian? Rasulullah manjawab: Termasuk muslimin yang paling
mulia. Jibril berkata: demikian pula malaikat yang mengikuti perang Badar.

2. Allah Meneguhkan Hati

Dan Allah tidak menjadikan (bantuan bala tentara malaikat itu) melainkan sebagai kabar gembira dan
agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanya dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa Maha Perkasa. (Q.S.Al Anfal:10)

3. Rasa Kantuk dan Turunnya Hujan

Sesungguhnya Allah manjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman dariNya dan Allah
menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk membersihkanmu. Karena dengan air hujan itu, Allah
Swt. menghilangkan gangguan syetan darimu dan menguatkan hatimu serta memperteguh
kedudukanmu. (Q.S.Al Anfal:11)

Rasa kantuk yang melanda para mujahid Badar merupakan salah satu nikmat. Mengapa demikian?
Karena situasi perang tidak kondusif untuk tidur, guna mengembalikan energi, maka rasa kantuk
menjadi suatu terapi dari suasana yang tegang dan mencekam. Karena malam hari bagi kaum musyrikin
adalah untuk bersenang-senang, sementara kaum mslimin dikaruniakan rasa kantuk sebagai rangsangan
tidur untuk memulihkan kembali tenaga.

Saat itu pun turun hujan baik di tempat kaum muslim maupun kafir. Hal ini berdampak nikmat bagi
kaum muslim tetapi menjadi siksaan dan kendala bagi kaum kafir. Contohnya, tanah kaum muslim
menjadi padat dan tidak berdebu sehingga menjadi kokoh diinjak dan tidak mengganggu pandangan.
Hujan menjadi salah satu bantuan dalam bentuk rahmat yang Allah Swt. turunkan kepada kaum
muminin dalam pertempuran Badar itu, selain jundun min jundillah atau tentara Allah, sepertia para
malaikat yang Allah turunkan untuk mengacaukan pasukan kaum Musyrikin.

Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari, bahwa masyarakat paganis ekstrim
dari keturunan Quraisy dan semua kelompok yang sejenis dengannya tidak akan pernah membiarkan
umat Islam memiliki kebebasan menjalankan Syariatnya di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka
diusir beramai-ramai dari Kota Makkah. Dari itu, umat Islam pun mempersiapkan segalanya.
Di Kota Madinah kaum Muslimin mempersiapkan diri dengan membangun kekuatan dengan cara selalu
berlatih berperang, agar mereka tidak lagi dilecehkan orang-orang musyrik dan juga kabilah-kabila
Yahudi. Sadar akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Hal ini menggetarkan musuh, sehingga
musuh tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah. Bahkan dengan kekuatan yang dimiliki kaum
muslimin ini, masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan
dan penindasannya, bukan lagi pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah
menjadi satu komunitas yang kuat, dan mampu menggetarkan mereka. Dari itu pasukun Rasululah
patut diperhitungkan.

Latihan dan Persiapan Berkala
Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di
sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan
peperangan. Beberapa tugas yang pernah beliau delegasikan kepada para sahabat antara lain:
1. Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muththalib. Mereka sebanyak 30 orang penunggang
kuda dari kalangan Muhajirin. Pasukan ini ditugaskan berpatroli mengawasi wilayah dari penyelusupan
kaum Musyrikin, hingga meliwati daerah Al-Iish di tepi laut.
2. Pasukan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Harits. Mereka sebanyak 60 orang penunggang kuda dari
kalangan Muhajirin sampai ke daerah Raabigh.
3. Pasukan yang dipimpin oleh Sad bin Abi Waqqash, dengan kekuatan pengintai berjumlah 80 orang
Muhajirin dan bertugas sepanjang jalan yang menghubungkan Makkah dan Madinah.
4. Perang Wuddan. Pasukan yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah saw. berjumlah 200 orang
penunggang kuda, onta dan pejalan kaki, berjalan memantau wilayah kekuasaan hingga daerah
Wuddan. Dalam menjalankan tugas pengawasan wilayah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah terjadi
Peperangan Wudan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan perjanjian dengan Bani
Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk membangun sebuah aliansi dengan kabilah-
kabilah yang selama ini menguasai jalur yang menghubungkan antara Kota Makkah dan Madinah.
5. Perang Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan
kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan
kekuatan kaum muslimin di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan
kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di antara Kota Makkah dan
Madinah.
6. Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan
kaki di bawah kemimpinan Rasulullah saw. Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari
sisi gunung Radhwa ke jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk
menekan kegiatan perdagangan mereka.
7. Pasukan di bawah pimpinan Abdullah bin Jahsy. Pengintaian berkekuatan delapan orang dari
kalangan Muhajirin. Bersama itu, Abdullah membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau
berpesan untuk tidak membuka surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan perjalanan.
Ketika surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, Jika engkau telah membaca surat ini, maka
teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah pohon kurma yang terletak di antara Makkah dan
Thaif. Lalu perhatikan gerak-gerik orang Quraisy dan berikan informasinya kepada kami. Abdullah
segera berangkat hingga akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah kafilah Quraisy lewat dan
langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada peperangan ini, orang-orang musyrikin yang tewas antara
lain Amr bin Hadhrami, sementara kaum muslimin berhasil menawan dua orang dari kalangan
musyrikin, namun yang keempat berhasil melarikan diri.
8. Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan para sahabat tentang kaum musyrikin benar-
benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang
musyrikin di bawah pimpinan Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang
pengembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik kaum
muslimin. Rasulullah Saw. pun segera bergerak untuk mengusir agresor tersebut dan merebut kembali
unta maupun kambing milik kaum muslimin yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum
muslimin di bawah pimpinan Rasulullah Saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat
dengan Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka pun
harus kembali tanpa ada peperangan.

Latar Belakang Perang Badar Kubra
Perang Badar yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu oleh beberapa sebab,
di antaranya:

1. Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah
Genderang perang terhadap kaum muslimin, sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang musyrikin
sejak Rasulullah Saw. menyampaikan risalah dakwah. Mereka telah melakukan penyiksaan terhadap
kaum muslimian dan merampas harta benda para sahabat nabi di kota Makkah. Perlakukan mereka
terhadap orang-orang Muhajirintidak lagi mengenal prikemanusiaan. Mereka rampas rumah dan
kekayaan kaum Muhajirin. Orang Islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah Swt.
Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta benda
Shuhaib sebagai imbalannya, Shuhaib diizinkan untuk berhijrah ke Madinah. Kita pun dapat
menyaksikan bagaimana mereka menduduki rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang
ditinggal oleh pemiliknya. Dan kejadian 15 abad yang lalu tak ubahnya seperti yang sedang mereka
lakukan di Palestina, Afganistan, Irak dan negara-negara Islam lainnya.

2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah
Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam, ternyata tidak hanya ketika mereka berada di
Kota Makkah. Di bahwa pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin
lainnya untuk menyerang, menteror, dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota
Madinah (sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah sewajarnya
apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan dan penindasan mereka
terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar, bahwa banyak kepentingan dan hasil
perdagangan mereka yang akan berpindah ke tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam
telah memiliki pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan,
menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang berhati durjana
tidak menyukainya.

3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy
Oleh karena itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh
Abu Sufyan bin Harb dan Amr bin Al-Ash bersama 40 orang bergerak dari Syam membawa harta orang-
orang Quraisy yang keseluruhannya mencapai seribu ekor unta, maka beliau pun segera mengajak kaum
muslimin untuk bergerak mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, Ini adalah perdagangan
Quraisy. Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada kalian. Mendengar
seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara yang lainnya merasa sedikit berat
dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan
sebuah peperangan. Karena beliau mengatakan, Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka
hendaklah ia ikut bersama kami. Beliau tidak menunggu sahabat yang tunggangannya tidak ada pada
saat itu.


Hasil Perang Badar

Perang Badar (dengan seluruh hasil yang ia torehkan bagi sejarah harakah Islamiah maupun sejarah
umat manusia seluruhnya) telah menjadi sebuah pelajaran yang sangat jelas sekali bagi harakah Islamiah
maupun bagi perjalanan sejarah ke depan. Allah swt. menyebut hari itu dengan nama yaumul furqan
yaum iltaqa al-jaman atau hari pembeda, hari dimana dua kekuatan bertemu. Peperangan ini sendiri
memberikan beberapa buah hasil penting antara lain:

1. Perang Badar merupakan pembatas di antara dua ikatan dan menjadi pembeda antara yang haq dan
yang bathil. Kekuatan umat Islam semakin kuat sehingga dataran Arab pun turut memperhitungkannya.
Kebenaran muncul di permukaan dengan rambu-rambu akidah dan prinsip-prinsip dasar yang
dibawanya.
2. Tergoncangnya kedudukan Quraisy di mata orang Arab serta kegalauan penduduk Makkah di
hadapan tamparan yang tak diduga tersebut.
3. Tampilnya umat Islam sebagai sebuah kekuatan yang memiliki arti dan pengaruh. Hal ini
menyebabkan banyak kabilah yang tinggal di sepanjang jalur Makkah dan Syam membuat perjanjian
kesepakatan dengan mereka. Dengan demikian kaum muslimin sudah berhasil menguasai jalur tersebut.
4. Sebelum Perang Badar meletus, kaum muslimin mengkhawatirkan keberadaan orang-orang non
muslim yang tinggal di kota Madinah. Namun setelah mereka kembali ternyata kenyataannya justru
sebaliknya.
5. Semakin bertambahnya kebencian orang-orang Yahudi terhadap umat Islam. Sebagian mereka mulai
menunjukkan permusuhannya secara terang-terangan. Sementara yang lainnya menjadi agen yang
membawa berita seputar perihal kaum muslimin kepada orang-orang Quraisy serta memprovokasi
mereka untuk menyerang umat Islam.
6. Aktivitas perdagangan Quraisy menjadi semakin sempit. Akhirnya mereka terpaksa menapaki jalur
Irak melalui Najd karena takut apabila dikuasai oleh orang-orang islam. Dan jalur ini merupakan jalur
yang panjang.
7. Pada Perang Badar, 14 orang dari kalangan umat Islam gugur sebagai syuhada; 6 orang dari kalangan
Muhajirin dan 8 orang dari kalangan Anshar. Sementara dari pihak orang musyrikin tewas sebanyak 70
orang dan 70 orang lagi berhasil ditawan. Kebanyakan dari mereka adalah pemuka dan pembesar
Quraisy.







akwatuna.com - Tanpa kita sadari As-Shira bainal haq wal bathil, pertarungan antara al-Hak dan batil
terus berlangsung di tengah-tengah kehidupan kita. Persoalannya yang penting bagi kita adalah, sejauh
mana kita berada dalam barisan yang hak dan memenangkan pertarungan melawan yang batil tersebut.
Untuk memenangkan pertarungan ikhwah fillah, kita perlu menata dan memenej dengan baik al-haq
yang kita perjuangkan, sebab tanpa itu semua kita akan mudah digilas dan dikalahkan dengan manuver-
manuver kebatilan yang ditata dan dimenej dengan baik, sebagaimana kata Imam Ali RA : Al-Haqqu
bilaa nizhaamin yaghlibuhul Bathil binizhaamin.
Al-Haq dalam pengertian yang luas bila terus diperkuat dan dikembangkan, akan mampu menggeser
kebatilan di segala bidang. Untuk memperkuat dan mengembangkan al-Haq agar semakin eksis dan
aplikatif dalam kehidupan ini tentunya memerlukan sarana. Sarana itu adalah dakwah itu sendiri.
Oleh karena itu dakwah harus selalu dipahami dalam konteknya sebagai refresentasi Al-Haq yang
bertarung melawan kebatilan. Sehingga berdakwah dalam arti luas sesungguhnya dapat juga diartikan
dengan berperang. Berperang merebut pengaruh dan dukungan, berperang untuk menguasai sektor-
sektor kebijakan publik yang nantinya diharapkan mengkapitalisasi potensi dan kekuatan dakwah di
segala bidang, serta memperbanyak program-program kebaikan (Amar Maruf) di tengah-tengah
kehidupan masyarakat dan meminimalisasi program-program kemunkaran (Nahi Munkar) yang
berpotensi merusak tatanan nilai kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, orientasi dakwah tidak cukup hanya memasyarakat (Mihwar Syaby), tetapi orientasi
dakwah juga harus menegara (Mihwar daulah). Untuk itu diperlukan strategic of war, strategi perang
untuk memenangkan dakwah ini. Bila kita renungkan Ikhwah Fillah!, Rasulullah SAW sebelum terjun
melewati peperangan yang sesungguhnya telah mengawali aksi dakwahnya dengan pendekatan strategi
perang. Perang untuk menguasai individu-individu yang penting dan potensial bagi kapitalisasi dakwah
ke depan. Misalnya Pola rekrutmen yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam dakwahnya adalah pola
pendekatan yang segmentatif, dari kalangan segmen wanita Rasulullah berhasil merekrut isterinya
Khadijah RA, dari kalangan pria dewasa khususnya saudagar beliau berhasil merekrut Abu Bakar RA, dari
kalangan kaum dhuafa dan hamba sahaya berhasil direkrut Zaid bin HAritsah dan dari kalangan anak-
anak dan remaja Ali bin Abi Thalib RA. Masing-masing segmen kemudian menjadi bertambah panjang
rangkaian gerbong dan penumpangnya, karena proses dakwah dan rekrutmen terus berjalan pada
masing-masing segmen tersebut.
Dalam kontek jihad siyasi menuju mihwar daulah sekarang ini, juga amat penting bagi kita untuk
merekonstruksi strategi perang yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, artinya harus ada dari kita
ikhwah fillah, yang memfokuskan dakwahnya untuk segmen dan kalangan tertentu, harus ada di antara
kita yang berdakwah di kalangan pengusaha, birokrat, pelajar, dosen, mahasiswa, buruh, petani,
pedagang dan syabiyah aammah. Semakin banyak segmen yang dapat direkrut dan dikelola, maka
akan semakin banyak simpul massa yang bisa di raih untuk meningkatkan potensi dan dukungan bagi
dakwah ini.
Dalam strategi perang yang terpenting adalah menguasai sumber-sumber kekuatan, yang dapat
menambah kekuatan kita dan mengurangi kekuatan lawan. Oleh karena itu Habab bin Mundzir RA
penasehat militer Rasulullah SAW mengusulkan agar pasukan kaum muslimin dalam perang Badar
segera mendekat ke sumber air sebelum pasukan Quraisy mengambil posisi tersebut. Dalam konteks
jihad siyasi kita sekarang ini juga di perlukan penguasaan sumber, di antara sumber yang penting untuk
dikuasai adalah media dan sarana informasi lainnya, juga sumber-sumber yang dapat mendatangkan
pengaruh, seperti public figure, simpul massa dan vote getter. Semakin banyak hal itu dikuasai, semakin
banyak sumber-sumber kekuatan yang dapat membantu kelancaran dakwah, dan semakin membuat
dakwah memiliki kekuatan untuk memuluskan jalan al-Haq dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Fiqhul ghazawat, tidak hanya terkait dengan kecamuk nya perang, tetapi juga terkait dengan kepiawaian
diplomasi dan memperlihatkan Performa di mata lawan, oleh sebab itu Rasulullah SAW membawa serta
80 kaum Musyrikin Bani Khuzaah lengkap dengan hewan-hewan kurban yang akan disembelih, ketika
beliau dan kaum Muslimin menuju Mekah untuk melakukan umrah. Peristiwa inilah yang mengantarkan
kaum Muslimin kepada perjanjian Hudaibiyah yang kemudian membuat dakwah semakin leluasa dan
bebas bergerak. Diplomasi dan Performa damai yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW menegaskan
kepada elit pimpinan Quraisy bahwa Islam datang dengan misi social charity untuk kemanusiaan.
Sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk menolak kedatangan Nabi dan kaum Muslimin. Nah, misi
itu pulalah yang juga harus ditonjolkan oleh dakwah ini, bagaimana meyakinkan para pemimpin baik di
tingkat nasional maupun internasional untuk tidak mencurigai dakwah ini dan tidak ada alas an bagi
mereka untuk menentang dan menolaknya. Untuk itu ikhwah fillah, kita harus banyak melakukan
pendekatan, kalau perlu mengundang mereka untuk hadir pada even-even besar yang diselenggarakan.
Mengundang tokoh nasional khususnya kalangan tokoh partai Nasionalis-Sekuler, bahkan tokoh
internasional baik kalangan Muslim dan non muslimnya akan sangat membantu menumbuhkan kesan
pergaulan nasional dan internasional yang baik dan imej inklusif tas dakwah ini,
Di situlah kesempatan besar untuk memperkenalkan kepada mereka, sebatas yang diperlukan, apa
dakwah ini, apa misi besarnya, dan bagaimana pandangan dakwah dalam membangun solusi dari
problematika yang dihadapi dunia dewasa ini. Bila mereka mengenali dakwah dengan baik maka insya
Allah mereka tidak akan mudah begitu saja memusuhi dakwah. Al- Insaanu aduwwun bimaa jahula,
manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak diketahuinya. Demikian kata Imam Ghazali
rahimahullah.
Strategi menampakkan kekuatan di mata lawan juga sangat penting kaitannya dengan strategi perang,
oleh sebab itu pasca perjanjian Hudaibiyah Rasulullah SAW mengirim ekspedisi ke Mutah wilayah koloni
Romawi, di satu sisi memanfaatkan gencatan senjata dan perdamaian untuk memperluas pengaruh
dakwah, di sisi lain untuk show of force kepada kabilah-kabilah Arab, bahwa kekuatan kaum Muslimin
tidak dapat diremehkan begitu saja, tidak pernah sejarahnya bangsa Arab berperang dengan Romawi,
tetapi Rasulullah SAW bersama kaum Muslimin telah memulainya, beliau melakukan sesuatu yang tidak
pernah dilakukan oleh bangsa Arab sebelumnya, hal ini semakin menunjukkan imej kekuatan umat Islam
di kalangan bangsa Arab, khususnya kaum kafir Quraisy.
Numan bin Muqarrin RA, panglima perang kaum Muslimin ketika berperang melawan Persia di
Nahawand, dengan jumlah pasukan yang jauh tidak seimbang, di mana pasukan kaum Muslimin jauh
lebih sedikit ketimbang jumlah pasukan Persia. Numan bin Muqarrin dengan kecerdasan
intelegensianya segera memberikan komando serentak kepada pasukan, pada saat musuh telah tampak
dari kajauhan, strategi agar kaum Muslimin kelihatan banyak dan bermilitansi tinggi, maka dibuatlah
komando serentak melalui aba-aba takbir serentak secara berbarengan. Takbir pertama, seluruh
pasukan kaum Muslimin bersiap-siap di samping kendaraan tunggangannya, takbir kedua mereka
serempak menurunkan peralatan dan perlengkapan tenda nya, takbir ketiga mereka serentak
mendirikan kemahnya dalam waktu yang sangat cepat. Hal ini menimbulkan ketakutan di kalangan
pasukan Persia, setiap mereka mendengarkan gemuruh takbir membahana di tengah pasukan kaum
Muslimin.
Demikianlah ikhwah fillah, pentingnya membangun image sebagai sebuah strategi memenangkan
pertarungan, strategi membangun image ini tidak hanya dibutuhkan pada konteks jihad askary, tetapi
juga jihad siyasi. Intinya adalah bagaimana kita dapat bermain cantik, smooth dan efektif dalam
memenangkan pertarungan antara al-haq dan al-bathil, sebagaimana pesan salah seorang ashabul Kahfi
:
Dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang
pun. (QS. Al-Kahfi ; 19) Wallahu Alamu Bisshawab


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2010/01/5316/fiqh-ghazawat/#ixzz2Oq4TGleV
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai