Anda di halaman 1dari 2

Senin, 08 Januari 2007

Jadwal Sholat Doa Dzikir Qur'an Online Kontak Kami


Konsultasi Ustadz

Pengajian Shoutcast

Tiap Kamis Malam
dan
Ahad Malam
18.00 WIB
Halaman Utama
Islam Kontemporer
Futuhul Ghaib
Hikmah
Ekonomi Syariah
Seputar Zakat
Konsultasi
Tanya Jawab
Buletin Jum'at
Seputar Ramadhan
Tentang Kami
Kepengurusan
Download
Car i Pr oduk Hal al
Search Produk Halal


search
Klik indohalal.com
Pengaj i an Vi r t ual
Via:


e-mail anda
DAFTAR
Halaman Utama Buletin Jum'at Zikrullah
Zikrullah

Oleh: Dewan Asatidz
Puncak dzikir adalah ketika kita telah mampu menanggalkan atribut-atribut
artificial yang kita sandang. Yakni kita benar-benar telah bebas dari
keinginan-keinginan pribadi. Semua tindakan kita didasarkan pada prinsip
lillahi taCala (hanya karena Allah ). Pada stadium inilah keikhlasan dan
ihsan itu berada. Pada saat itu kita akan menemukan kesadaran akan nilai-
nilai ilahiyah dan kemanusiaannya. Seperti memiliki kelembutan hati,
kehalusan budi pekerti (akhlak), keadilan, keberanian, kasih sayang,
kejujuran, amanah, kedermawanan, keikhlasan, dan ketaCatan untuk
mencapai ridho Allah SWT. Kemudian hidup ini akan senantiasa sibuk
memperbaiki diri dan dibarengi dengan amal shaleh. Itulah derajat taqwa
yang ingin kita raih bersama. Sebagai seorang muslim, kita selalu dituntut
untuk berdzikir atau untuk selalu mengingat Allah SWT dalam kondisi
apapun. Baik dalam keadaan berdiri maupun duduk maupun berbaring,
baik dalam keadaan senang maupun susah. Karena dengan mengingat
Allah SWT hati kita akan menjadi tenang. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT yang berbunyi: Yang artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah SWT. Ingatlah!
Hanya dengan mengingat Allah C"lah hati menjadi tentram. (QS. Ar-
RaCd: 28) Dalam ayat ini seakan-akan Allah SWT mengatakan kepada
kita: ketahuilah! Hanya dengan berdzikir kepada Allah , maka pasti hatimu
akan tenang. Karena yang mengatakan ini adalah Allah SWT, berarti ini
aksioma langit (ketentuan mutlak) yang tidak dapat ditawarkan lagi. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: Artinya: perumpamaan orang
yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang
hidup dan orang yang mati. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-
AsyCari). Demikian pentingnya kita untuk selalu mengingat Allah SWT,
sampai-sampai Allah SWT mengumpamakan orang yang tidak berdzikir
seperti orang mati. NaCudzubillahi min dzalika. Dzikir bukan hanya
sebuah tutur kata diatas mimbar, bukan juga sekedar komat kamit sebagai
gerak mulut saja, bukan sekedar duduk di masjid ataupun duduk di tengah
malam sambil melafazkan kalimat-kalimat tertentu dengan menggunakan
butiran-butiran tasbih. Namun lebih dari itu, dzikir merupakan pengalaman
ruhani yang dapat dinikmati oleh pelakunya. Inilah yang dimaksudkan oleh
Allah SWT sebagai penentram hati. Pada hakekatnya dzikir dapat dijadikan
empat macam. Pertama: Dzikir Qolbiyah, dzikir ini adalah merasakan
kehadiran Allah, dalam melakukan apa saja ia meyakini akan kehadiran
Allah SWT bersamanya sehingga hatinya selalu tenang tanpa ada rasa
takut sedikit pun. Allah SWT maha melihat, maha mendengar, lagi maha
mengetahui. Tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya, seberat
atom pun yang di langit maupun di bumi. (QS. SabaC: 3). Dzikir
qalbiyah ini lazim disebut ihsan. Rasulullah SAW bersabda tentang arti
ihsan, yaitu: Artinya: (Ihsan adalah) engkau menyembah Allah seakan-
akan engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihat-Nya tapi
sesungguhnya Dia melihatmu. (Hadits Muttafaqun Calaih). Dengan dzikir
qalbiyah kita memfungsikan mata hati kita dan menyadari bahwa Allah
SWT selalu melihat dan mengawasi kita. Jika kita sudah mencapai pada
kesadaran ini, maka akan menimbulkan dampak yang besar. Pertama: hati
akan selalu bersih. Kedua: apapun yang kita kerjakakan akan menjadi
ibadah dan ketiga: kita akan memperoleh nilai dalam hidup ini, yakni
keridhoan Allah SWT, karena apapun yang kita kerjakan kalau bukan
karena Allah SWT, maka mestilah sia-sia atau bahkan bisa disebut rugi.
yang menyombongkan diri
berkata kepada orang
yang dianggap lemah:
"Kamikah yang telah
menghalangi kamu dari
petunjuk sesudah petunjuk
itu datang kepadamu?
(Tidak), sebenarnya kamu
sen
yang berdosa".

Page 1 of 2 PesantrenVirtual.com - Zikrullah
1/8/2007 http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=959&...



Dzikir yang kedua: Dzikir Aqliyah, adalah kemampuan menangkap bahasa
Allah SWT dibalik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua
gerakan alam, Allah lah yang menjadi sumber gerak dan yang
menggerakkannya. Alam semesta ini adalah sekolah dan tempat belajar
kita. Segala ciptaan-Nya dengan segala proses kejadiannya, adalah proses
pembelajaran kita. Segala ciptaan-Nya yang berupa batu, sungai, gunung,
udara, pohon, manusia, hewan dan sebagainya merupakan pena Allah SWT
yang mengandung qalam-Nya (sunnatullah) yang wajib kita baca. Kalau
kita jeli memahami Al-Quran, sesungguhnya kita hidup di bumi nan luas
ini, yang pertama kali di perintahkan adalah membaca (Iqra). Yang wajib
kita baca ada dua wujud, yakni alam semesta (ayat kauniyah) termasuk di
dalamnya diri kita (manusia) dan Al-Quran (ayat Qauliyah). Dengan
kesadaran dan cara berfikir ini, maka setiap kita melihat suatu benda
(ciptaan-Nya) pada saat yang sama kita akan melihat keagungan,
kebesaran dankekuasaa Allah SWT, inilah yang merupakan puncak dan
hasil dari dzikir aqliyah. Dzikir yang ketiga: Dzikir lisan, ini adalah buah
dari dzikir hati dan akal. Setelah melakukan dzikir hati dan akal, barulah
lisan berfungsi untuk senantiasa berdzikir, selanjutnya lisan berdoCa
dan berkata-kata dengan benar, jujur, baik dan bermanfaat. Orang yang
merasa hatinya hadir di hadapan Allah SWT dan sadar bahwa dirinya selalu
berada dalam pengawasan-Nya disebut muraqabah. Dengan muraqabah
akan mendorong seorang muslim untuk melakukan muhasabah atau
evaluasi diri. Dengan melakukan muraqabah dan muhasabah, kita akan
menemukan hikmah. Inilah yang merupakan tujuan akhir dari dzikir lisan,
yaitu menemukan hikmah dibalik semua ciptaan Allah SWT setelah
merasakan kehadiran-Nya dan befikir tentang semua ciptaan-Nya. Kalau
kita tidak melakukan dzikir lisan, maka hati dan pikiran kita akan tumpul
dan mudah di bisiki oleh bisikan-bisikan syetan yang akan merenggut
ketenangan hati. MaCayiral muslimin, sidang shalat jumCat yang
berbahagia! Dzikir yang keempat: Dzikir amaliyah, sebenarnya cita-cita
kita semua adalah dzikir amaliyah, dan ini sebenarnya goal atau tujuan
yang kita inginkan dari dzikir. Setelah hati kita berzikir, akal kita berzikir,
lisan kita berdzikir, maka akan lahirlah jiwa-jiwa serta pribadi-pribadi yang
suci, pribadi-pribadi yang berakhlaq mulia, baik secara lahir maupun
bathin. Dari pribadi-pribadi tersebut akan lahirlah amal-amal shaleh yang
diridhoi oleh Allah SWT, sehingga terbentuk sebuah masyarakat yang takut
serta bertaqwa kepada Allah SWT. Kalau sudah demikian maka akan
dibukakan oleh Allah SWT pintu-pintu berkah dari langit maupun dari bumi.
Sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: Jikalau sekiranya penduduk di
negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat dan hukum-hukum kami) itu, maka kami siksa (adzab) mereka
disebabkan perbuatannya. (QS. Al-ACraaf: 96) Demikianlah janji Allah
kepada kaum yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Dengan
meningkatkan dzikir kita kepada Allah SWT, insya Allah akan dapat kita
raih predikat taqwa yang pada akhirnya akan melahirkan pribadi-pribadi
yang bertaqwa kepada Allah SWT. Puncak dzikir adalah ketika kita telah
mampu menanggalkan atribut-atribut artificial yang kita sandang. Yakni
kita benar-benar telah bebas dari keinginan-keinginan pribadi. Semua
tindakan kita didasarkan pada prinsip lillahi taCala (hanya karena
Allah ). Pada stadium inilah keikhlasan dan ihsan itu berada. Pada saat itu
kita akan menemukan kesadaran akan nilai-nilai ilahiyah dan
kemanusiaannya. Seperti memiliki kelembutan hati, kehalusan budi pekerti
(akhlak), keadilan, keberanian, kasih sayang, kejujuran, amanah,
kedermawanan, keikhlasan, dan ketaCatan untuk mencapai ridho Allah
SWT. Kemudian hidup ini akan senantiasa sibuk memperbaiki diri dan
dibarengi dengan amal shaleh. Itulah derajat taqwa yang ingin kita raih
bersama. Wallahu a'lam bissowab Ahmad Zaki
< Sebelumnya Selanjutnya >
Li s t Pesant r en Ter bar u
Tahfidhul Qur'an Salafiyah Syafi'iyyah ( Drs.Abdul Basith.)
Proto Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah, Telp: 0285 7943006
2007 PesantrenVirtual.com
PesantrenVirtual.
Page 2 of 2 PesantrenVirtual.com - Zikrullah
1/8/2007 http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=959&...

Anda mungkin juga menyukai